Anda di halaman 1dari 9

JURNAL HUTAN LESTARI (2016)

Vol. 4 (2) : 176–184

STUDI ETNO-ORNITOLOGI BURUNG SEBAGAI BENTUK KEARIFAN


LOKAL MASYARAKAT DI DESA PEMATANG GADUNG
KABUPATEN KETAPANG

Etno-ornithology Study Of Bird as People’s Local Wisdom In Pematang Gadung Village


Ketapang Regency

Novia Silviyanti, Bachrun Nurdjali, S.M Kartikawati


Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
E-mail : sylviantpenelope@gmail.com

ABSTRACT
Ethno-ornithology utilized to document traditional knowledge of the community, who
have used the services of various bird species to support life, for example as a source of
food, traditional medicine, traditional rituals, crafts, religious, and social life. The
research objective is to explore forms of local wisdom relating to bird and bird species
used to know the community and has values of local wisdom in Pematang Gadung’s
Village Ketapang. Based on the results of the study found as many as 45 species of birds
as a form of local wisdom, classified into 22 families (family), 18 species of birds
included in the protected category under the Act, CITES and IUCN. Only 28 species were
found at the time of observation. Based on usability, quality value that is most widely
used as a myth, while the little used that as a result of analysis using indicator. Cultural
Values Index, the highest cultural values derived from species that have become a kind of
domestication is Gallus domesticus (Gallus sp) with a score of 60 and score value ICS 3,
while the value of the lowest cultural interests acquired from bird species Ixobrychus
cinnamomeus value cultural interests 0.25 which means to have a score of 1.
Key Words : Bird, etno-ornithology and local wisdom

PENDAHULUAN dan logos yang berarti ilmu,


Latar Belakang sedangkan biologi yaitu studi tentang
Penduduk Desa Pematang Gadung hidup dan organisme hidup. Jadi,
merupakan Suku Melayu di Kabupaten etnobiologi diartikan sebagai studi ilmiah
Ketapang. Masyarakat Etnis Melayu pada dinamika hubungan diantara
tersebut diduga memiliki budaya yang masyarakat, biota, dan lingkungan dari
masih memiliki nilai-nilai kearifan lokal dulu dan hingga saat ini. Selain itu
dalam pemanfaatan burung. Pemanfaatan etnobiologi merupakan studi tentang
jenis burung menunjukkan adanya bagaimana interaksi masyarakat tertentu
interaksi hubungan masyarakat pada (etnis) pada seluruh aspek lingkungan
lingkungan sekitarnya, terutama saat alami. Studi ilmiah yang mengkaji
menggunakan sumber alam yang berada interaksi yang terjadi antara burung dan
di sekelilingnya, Studi ilmiah yang yang masyarakat tertentu (etnis) di masa
mempelajari tentang etnis, suku, atau lampau dan masa kini disebut etno-
masyarakat lokal serta budaya yang ada ornitologi, yang merupakan subdisiplin
pada masyarakat disebut etnologi yang ilmu dari etnobiologi, Ertapuri (2011).
berasal dari kata etnis yang berarti suku

176
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

Etno-ornitologi secara terminologi Manfaat dari penelitian ini adalah


dapat dipahami sebagai hubungan antara menambah pengetahuan tentang
burung yang terkait dengan etnik hubungan sosial budaya masyarakat
(kelompok masyarakat) di berbagai terhadap satwa liar, khususnya burung,
belahan bumi, dan masyarakat dan sebagai masukan saran kebijakan
umumnya. Etno-ornitologi dimanfaatkan konservasi burung serta memberikan
sebagai salah satu alat untuk ilmu pengetahuan khususnya dalam
mendokumentasikan pengetahuan bidang kehutanan.
masyarakat tradisional, yang telah
menggunakan berbagai jasa jenis burung METODE PENELITIAN
untuk menunjang kehidupannya, Penelitian ini dilaksanakan di Desa
misalnya sebagai sumber pangan, Pematang Gadung Kabupaten Ketapang
pengobatan tradisional, ritual adat, selama 2 minggu di lapangan.
kerajinan, keagamaan, serta kehidupan Peralatan yang digunakan terdiri
sosial. Dengan melihat potensi jenis dari : alat perekam suara, alat tulis,
burung di Desa Pematang Gadung dan kamera, buku pedoman Mackinnon
budaya masyarakatnya dalam SKJB, Bird Of Borneo, dan GPS.
pemanfaatan jenis burung Sedangkan bahan yang digunakan
memungkinkan adanya interaksi kuisioner untuk responden terpilih ,
masyarakat dengan kawasan tersebut, daftar catatan wawancara, daftar catatan
namun data dan informasi tentang jenis- pengamatan burung.
jenis burung yang dimanfaatkan oleh Objek dalam penelitian ini adalah
masyarakat serta beragam interaksinya masyarakat lokal meliputi masyarakat
belum tersedia. Sehubungan dengan hal yang berada disekitar desa Pematang
tersebut di atas, studi Etno-ornitologi di Gadung dan burung yang dimanfaatkan
Desa Pematang Gadung perlu dilakukan. dan memiliki nilai kearifan lokal bagi
masyarakat. Sesuai dengan jenis dan sifat
Masalah Penelitian penggolongannya maka penelitian ini
Tradisi apa yang dilakukan
bersifat deskriptif dengan menggunakan
masyarakat dalam hal pemanfaatan jenis
2 metode yaitu : Menurut LeCompte dan
burung yang menunjukkan adanya
Schensul pada tahun 1999 dalam Emzir
kearifan lokal dan jenis burung apa saja
(2014), etnografi adalah sebuah metode
yang memiliki nilai kearifan lokal di
penelitian yang bermanfaat dalam
Desa Pematang Gadung Kabupaten
menemukan pengetahuan yang
Ketapang.
tersembunyi dalam suatu budaya atau
Tujuan dan Manfaat Penelitian komunitas. Tujuannya ialah
Adapun tujuan dari penelitian ini menyediakan deskripsi rinci yang kaya
adalah untuk menggali informasi tentang situasi, tentang praktik-praktik
mengenai bentuk kearifan lokal yang budaya dan kepercayaan dari kelompok
berkaitan dengan burung dan jenis masyarakat. Penelitian ini menggunakan
burung yang memiliki nilai kearifan teknik wawancara terhadap responden
lokal. untuk mendapatkan jawaban. Pemilihan

177
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

responden dilakukan dengan teknik dari pengumpulan data, apakah informasi


Snowball Sampling (Bernard, 2002). hasil wawancara sama dengan saat
Metode selanjutnya adalah metode observasi, atau hasil observasi sesuai
Concentarion Count yang digunakan dengan informasi yang diberikan ketika
pada saat pengambilan data burung wawancara. Metode triangulasi ini
dengan teknik observasi lapangan yaitu dilakukan untuk menguji sumber data,
melakukan pengamatan, berkonsentrasi, apakah sumber data ketika wawancara
diam pada suatu titik tertentu. dan di obervasi akan memberikan
Data primer hasil pengamatan informasi yang sama atau berbeda.
secara langsung yang diperoleh melalui Metode Deskriptif
wawancara dengan bantuan kuisioner Tujuan metode deskriptif ini adalah
dan survei lapangan. Data primer yang untuk membuat deskripsi, gambaran,
dikumpulkan meliputi nama jenis (Nama atau lukisan secara sistematis, faktual
lokal maupun nama ilmiah) untuk jenis dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
burung, bentuk penggunaan/bentuk sifat serta hubungan antar fenomena
kearifan, teknik memperoleh dan teknik yang diselidiki terhadap pemanfaatan
penerapan, habitat burung, waktu, dan jenis burung, (Nazir,1988).
dokumentasi.
Status Konservasi
Data sekunder merupakan data
Status konservasi adalah
pendukung yang diperoleh dari berbagai
mengelompokan jenis burung dalam
sumber, baik dari instansi, badan atau
Status Keterancaman menurut IUCN
lembaga dan literatur yang dianggap
(International Union for the
perlu seperti data penduduk dan data
Conservation of Nature and Natural
mengenai kawasan. Selanjutnya
Resources) , Status Peraturan
dilakukan Identifikasi, hal ini perlu
Perdagangan Internasional menurut
karena tugas identifikasi adalah
CITES dan Status Perlindungan Dalam
membedakan komponen yang satu
Hukum Indonesia yang mengacu pada
dengan yang lainnya, sehingga tidak
UU No. 5/1990 tentang Konservasi
menimbulkan kebingungan. Adapun
Sumber Daya Alam Hayati dan
bagian-bagian burung yang diamati
Ekosistemnya, PP No. 7/1999 tentang
adalah penampakan umum, suara, kepala
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
(hiasan kepala, jambul, jengger), mata,
dan PP No. 8/1999 tentang Pemanfaatan
paruh, kaki, ekor atau tungir, warna,
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
tingkah laku, lokasi (mencakup habitat, .

musim, dan sumber pakan). Indeks Kepentingan Nilai Budaya/ Index


Culture Significance (ICS)
Analisis Data Penentuan prioritas jenis burung yang
Analisa data dilakukan dengan 4 dilestarikan dilakukan dengan metode
tahap yaitu : ICS yang dikembangkan oleh Turner
Triangulasi Metode (1988) yang dimodifikasi oleh Purwanto
Menurut Bungin (2007) triangulasi (2002). Teknik ini terdiri dari 3
merupakan suatu metode yang dilakukan komponen penilaian, yaitu kualitas
melalui pengecekan penggunaan metode penggunaan (Quality of use), intensitas

178
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

penggunaan (Intensity of use) dan ICS = 40 – 60; Skor 2 : Nilai ICS = 19 –


eklusivitas penggunaan (Exclusivity of 39; Skor 1 : Nilai ICS = -0.25 – 18
use). Nilai Indeks Kepentingan Budaya
menggunakan persamaan sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut: Penelitian ini dilaksanakan terhadap
26 responden. Jenis burung yang
n
ICS =  (q x i x e)1 diperoleh dari hasil wawancara terhadap
i=1 masyarakat di Desa Pematang Gadung
Keterangan : tercatat ada 45 species burung yang
ICS : IndeksKepentingan Budaya
(index of cultural significance) memiliki beragam nilai manfaat kearifan
q : nilai kualitas lokal. Berdasarkan hasil persentase, jenis
i : nilai intensitas
e : nilai ekslusivitas
pemanfaatan yang paling banyak
Untuk memperoleh skor Indeks digunakan adalah jenis burung sebagai
Kepentingan Budaya pada satwa liar pertanda/mitos sebanyak 18 = (29.0 %),
penulis memodifikasi sebuah cara sebagai kesenian 14 = (22.5%),
sederhana yaitu skor baru bisa ditentukan mempunyai nilai ekonomi 8 = (12.9%),
apabila sudah menemukan nilai ICS sebagai makanan sekunder 7 = (11.2%),
tertinggi yang kemudian dibagi menjadi hiasan (peliharaan) 5 = (8.0%). indikator
tiga tingkat penilaian sehingga bisa lingkungan, indikator pembasmi hama,
digunakan untuk Indeks Kepentingan dan obat tradisional memiliki persentase
Budaya satwa liar lainnya, berikut adalah yang sama yaitu 3 = (4.9%), dan
tingkat skor penilaiannya : Skor 3 : Nilai persentase terkecil adalah burung sebagai
ritual adat yaitu 1 = (1.7%).
Tabel 1. Jenis-Jenis Burung Dan Kearifan Lokal:(Species Of Birds And Local
Wisdom)
No Jenis pemanfaatan Jenis burung Bagian burung
1 Pertanda Hujan Gagak hutan, Suara
Walet sarang hitam, Burung
Walet sarang putih Burung
Enggang klihingan Suara
Kengkareng Perut-putih Suara
Julang emas Suara
Rangkong gading Suara
Enggang jambul Suara
Pertanda musim buah Kangkok india Burung
Pertanda masuknya musim tanam Kuntul kecil Burung
Pertanda kelahiran Kareo padi Suara
Pertanda ada babi Celepuk reban Suara
Pertanda ada rusa Serak bukit Suara
Mitos ingin anak putih Perenjak rawa Telur
Mitos ingin beras agar tetap banyak Puyuh batu Telur

179
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

No Jenis pemanfaatan Jenis burung Bagian burung


Pertanda Berita Duka Bubut besar dan Seriwang asia Suara
Mitos hilangnya padi terakhir Kedasi hitam Kehadirannya
2 Cerita dan Syair Rangkong gading Burung
Pecuk ular asia dan Pekaka Burung
emas
Wiwik kelabu Burung
Pelanduk dada putih Burung
Koak malam abu Burung
Bangau storm Burung
Kuau raja Burung
Julang jambul hitam
Kangkok india,
Delimukan zambrud Burung
Kedasi hitam Burung
3 Manfaat Ekonomi Ayam kampung Daging
Punai gading Daging
Punai kecil Daging
Belibis polos Daging
Belibis kembang Daging
Walet sarang putih Air liur
Walet sarang hitam Air liur
Pergam Daging
4 Makanan Sekunder Punai gading Daging
Punai kecil Daging dan telur
Ayam Kampung Daging
Mandar besar Daging
Pergam Daging
Belibis polos Daging
Belibis kembang Daging
5 Peliharaan Bentet kelabu Burung
Tekukur biasa Burung
Kucica kampung Burung
Belibis polos Burung
Tiong emas Burung
Jalak hutan Burung
6 Indikator ikan air tawar Bangau Tong-tong Burung
Udang Punggung merah
Indikator air jernih Bambangan Merah Burung
7 Pemakan hama serangga dan ulat di Dara laut sayap putih Kehadiran
areal persawahan Tekukur biasa
8 Obat tangisan pada bayi Sikatan belang,
Obat tangisan pada bayi Bubut Alang-alang Sarang

180
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

No Jenis pemanfaatan Jenis burung Bagian burung


Obat Penyakit pada Ternak Ayam Celepuk reban Sarang
9 Bahan sesajian adat Sapat Tahun Ayam kampung Burung dan juga
(nyapat taun) telurnya
Bahan ritual adat Tijak Tanah Ayam kampung Telur

Tradisi Masyarakat Menjadikan Jenis Burung Yang Dijumpai Pada


Burung Sebagai Sumber Manfaat Titik Pengamatan
Bagi masyarakat beberapa jenis Hasil pengamatan burung (bird
burung dibutuhkan untuk berbagai watching) di titik pengamatan, terdapat 45
macam keperluan yang ditangkap dan jenis burung yang terdata dan yang
diburu melalui menjerat menggunakan memiliki nilai kearifan lokal hanya 28
bambu dan tali, menjala dengan pukat, jenis burung yang berhasil dijumpai. Jenis
memasang jala kabut, menembak dengan yang dijumpai pada persawahan sebanyak
senapan angin, memasang jebakan dan 15 jenis yaitu Bangau Tong-tong
menirukan suara burung (mendekut). (Leptoptilos javanicus), Bentet Kelabu
Walaupun kegiatan berburu tidak (Lanius schach), Perenjak Rawa (Prinia
dibenarkan, bagi masyarakat nilai-nilai flaviventris), Dara-Laut Sayap-Putih
lokal yang tersimpan didalamnya (Chlidonias leucopterus), Bubut Alang-
dianggap dapat melindungi kelangsungan alang (Centropus bengalensis), Bubut
hidup. Seperti berburu untuk kepentingan Besar (Centropus sinensis), Tekukur
menyediakan burung dan telur sebagai biasa (Stretopelia chinensis), Pecuk Ular
sesaji, jika tidak menyediakan benda- Asia (Anhinga melanogaster), Kuntul
benda tersebut sebagai sesaji maka (Egretta Spp), Pekaka Emas (Pelargopsis
masyarakat kampung akan mendapatkan capensis), Bambangan Merah
bala atau petaka. (Ixobrychus cinnamomeus), Pelanduk
Terdapat juga beberapa jenis yang Dada Putih (Trichastoma rostratum),
memang sudah dipelihara dan menjadi Bangau Storm (Ciconia stormi), dan
hewan domestifikasi dan diyakini oleh Pergam Hijau (Ducula aenea).
masyarakat bahwa jenis tersebut memang Jenis burung yang dijumpai pada
jenis asli warisan turun temurun dari areal hutan sebanyak 8 jenis yaitu Kowak
leluhur Desa Pematang Gadung seperti Malam Abu (Nycticorax nycticorax),
jenis Ayam kampung (Gallus sp). Selain Celepuk Reban (Otus lempiji), Seriwang
itu ada pula jenis yang memang tidak Asia (Terpsiphone paradisi), Julang
ditangkap atau diburu untuk dapat Emas (Aceros undulatus), Kengkareng
memperoleh manfaatnya, tetapi jenis Perut-putih (Anthracoceros albirostris),
burung tersebut akan muncul ataupun Kucica Kampung (Copsychus saularis),
sengaja menampakkan dirinya sehingga Punai Kecil (Treron olax), dan Gagak
dapat dirasakan manfaat melalui suara, Hutan (Corvus enca).
penampakkan atau kemunculannya.

181
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

Pada kawasan pinggiran sungai kategori jenis dalam Appendix , 1 jenis


ditemukan 2, yaitu Udang punggung burung yaitu Rangkong gading
merah(Ceyx rufidorsa) dan Tiong emas (Rhinoplax vigil) termasuk kedalam
(Gracula religiosa). Appendix 1 yang berarti semua jenis yang
Pada daerah perkebunan ditemukan 1 terancam punah dan berdampak apabila
jenis yaitu Kareo padi (Amaurornis diperdagangkan. Perdagangan dapat
phoenicurus), di daerah pemukiman 1 diijinkan hanya dalam kondisi tertentu
jenis dijumpai yaitu Walet Sarang Hitam misalnya untuk riset ilmiah, 5 jenis
(Collocalia maximus), dan pada areal termasuk kedalam Appendix 2 (jenis
danau dijumpai 1 jenis yaitu Belibis yang statusnya belum terancam tetapi
kembang (Dendrocygna arcuata). akan terancam punah apabila dieksplotasi
berlebihan) yaitu Enggang klihingan
Status Konservasi Burung
(Anorrhinus galeritus), Kengkareng
Berdasarkan Daftar Burung
Perut-putih (Anthracoceros albirostris),
Indonesia dari 45 jenis burung yang
Julang emas (Aceros undulatus), Celepuk
memiliki nilai kearifan lokal, 18 jenis
reban (Otus lempiji) dan Serak bukit
burung termasuk dalam kategori
(Phodilus badius). Kemudian, 8 jenis
dilindungi menurut Undang-undang,
burung termasuk dalam status
CITES, dan IUCN .
perlindungan menurut IUCN diantaranya
Menurut UU No. 5/1990, PP No.
1 jenis Rangkong gading (Rhinoplax
7/1999 dan PP No. 8/1999, terdapat 15
vigil) berstatus CR = Critical Endangered,
jenis burung termasuk kedalam jenis
1 jenis Bangau storm (Ciconia stormi)
dilindungi yaitu Bangau Tong-tong
berstatus EN = Endangered (terancam
(Leptoptilos javanicus), Dara Laut Sayap-
punah), 1 jenis Bangau tong-tong
Putih (Chlidonias leucopterus), Udang
(Leptoptilos javanicus) berstatus VU =
Punggung Merah (Ceyx rufidorsa),
Vulnerable (terancam), 5 jenis berstatus
Enggang Klihingan (Anorrhinus
NT = Near Threatened (mendekati
galeritus), Kengkareng Perut-Putih
terancam) yaitu, Pecuk ular asia (Anhinga
(Anthracoceros albirostris), Julang Emas
melanogaster), Pelanduk dada putih
(Aceros undulatus), Rangkong Gading
(Trichastoma rostratum), Kuau raja
(Rhinoplax vigil), Pecuk Ular Asia
(Argusianus argus, Julang jambul hitam
(Anhinga melanogaster), Kuntul Kecil
(Aceros corrugatus), dan Enggang jambul
(Egretta garzeta), Pekaka Emas
(Aceros comatus).
(Pelargopsis capensis ), Bangau Storm
(Ciconia stormi), Kuau Raja (Argusianus Indeks Nilai Budaya (Index Culture
argus), Julang Jambul Hitam (Aceros Significance)
corrugatus), Enggang Jambul (Aceros Nilai Kepentingan Budaya Tertinggi
comatus), Tiong Emas (Gracula diperoleh dari jenis burung yang sudah
religiosa). menjadi jenis domestifikasi yang
Selanjutnya 6 jenis burung termasuk merupakan jenis Ayam kampung (Gallus
dalam status perlindungan menurut sp) dengan nilai 60 (enam puluh) yang
CITES yaitu mengelompokkan kategori- berarti memiliki skor Nilai ICS 3,
menggambarkan jenis burung ini

182
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

memiliki kegunaan paling beragam Nilai Indeks Budaya yang dihitung


dibandingkan jenis burung yang lain. dimaksudkan untuk mengetahui jenis
Untuk jenis burung yang memiliki nilai burung yang paling memiliki nilai peran
Indeks Kepentingan Budaya tertinggi budaya tertinggi dikehidupan sehari-hari
kedua ialah berasal dari jenis burung masyarakat. Jenis tersebut memang
Walet sarang hitam (Collocalia memiliki nilai budaya tertinggi karena
maximus), Walet sarang putih (Collocalia sulit dipisahkan perannya dalam
fuciphagus) Punai gading (Treron kehidupan masyarakat, sebab tanpa
vernans), dan Punai kecil (Treron olax) adanya jenis-jenis tersebut maka akan
dengan nilai 32 (Tiga puluh dua) yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan
berarti memiliki skor Nilai ICS 2, harian masyarakat diantaranya dalam
menggambarkan jenis burung ini perannya sebagai pemenuhan bahan
memiliki peran yang paling tinggi dalam pangan, perannya dalam mata
pola harian hidup setempat. Selanjutnya pencaharian, dan perannya dalam ritual
untuk jenis burung yang memiliki nilai adat yang tidak bisa digantikan dengan
Indeks Kepentingan Budaya tertinggi jenis lain empat).
ketiga ialah berasal dari jenis burung
PENUTUP
Belibis polos (Dendrocygna javanica), Kesimpulan
Belibis kembang (Dendrocygna arcuata), Diketahui jenis burung sebagai
Pergam hijau (Ducula aenea), Kangkok bentuk kearifan lokal di Desa Pematang
india (Cuculus micropterus), dan Kedasi Gadung Kabupaten Ketapang
hitam (Surnicurus lugubris) dengan nilai berdasarkan pengetahuan masyarakat
24 (dua puluh Sedangkan nilai didapati sebanyak 45 jenis yang tergolong
Kepentingan Budaya yang paling rendah kedalam 22 suku (Family), dengan 9 jenis
ialah jenis burung Bambangan merah nilai kearifan lokal yaitu sebagai
dengan nilai kepentingan budaya 0.25 pertanda/ mitos, kesenian, manfaat
(nol koma dua puluh lima) yang artinya ekonomi, makanan sekunder, ornament,
memiliki skor 1, dilihat dari jenis indikator alam, indikator pembasmi
manfaat penggunaan yang paling sedikit hama, obat tradisional, dan ritual adat.
dan jarang digunakan, karena burung Berdasarkan hasil analisis nilai ICS dari 3
jenis ini dalam kelompok penggunaannya kategori penilaian Kualitas, Intensitas,
dianggap sebagai sumber alternatif dan Eklusifitas secara keseluruhan, jenis
dengan ekslusifitas rendah, sehingga burung yang paling banyak dimanfaatkan
kehadirannya dalam peran budaya masyarakat dan memiliki nilai kearifan
tertentu sering kali diabaikan. lokal tertinggi adalah Ayam kampung
Penentuan skor Indeks Kepentingan (Gallus sp), Walet sarang hitam
Budaya diperoleh dengan cara melihat (Collocalia maximus), Walet sarang putih
nilai ICS tertinggi yaitu 60, kemudian (Collocalia fuciphagus), Punai gading
dibagi menjadi 3 tingkat penilaian yaitu (Treron vernans), dan Punai kecil (Treron
Skor 3 ; nilai ICS = 40-60; Skor 2 : nilai olax).
ICS = 19 – 39; dan Skor 1 : nilai ICS= -
0.25 – 18.

183
JURNAL HUTAN LESTARI (2016)
Vol. 4 (2) : 176–184

Saran Bungin Burhan. 2007. Penelitian


Beberapa jenis burung memang perlu Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
diburu atau ditangkap untuk dapat Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
memperoleh manfaatnya, untuk itu perlu Lainnya.. Kencana. Jakarta
Emzir. 2014. Metodologi Peneltian
dilakukan kegiatan pembudidayaan
Kualitatif Analisis Data
seperti pelatihan penangkaran demi ..Rajawali Pers. Depok. Jakarta.
kelestarian burung-burung di Desa
Ertapuri. 2011. Etnobiologi-ethnobiology.
Pematang Gadung. Perlu adanya upaya
[Akses 11 Feb 2015]
peningkatan kesadaran masyarakat dalam
upaya konservasi burung yang Nazir, Moh., 1988. Metode Penelitian.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
mempunyai nilai-nilai kearifan lokal
terutama yang statusnya saat ini sudah PP No. 8/1999. Pemanfaatan Jenis
mulai terancam. Tumbuhan dan Satwa Liar.
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA UU No. 5/1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan
Bernad, H. 2002. Research Methods in Ekosistemnya. Jakarta
Antropology: Qualitative and
Quantitative Methods, Third Ragaman Pertanian di Hutan Kalimantan
edition, Altamitra Press, Walnut Barat. Universitas Gadjahmada.
Creek, California Yogyakarta.

184

Anda mungkin juga menyukai