Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN TUMBUHAN UNTUK BEBERAPA UPACARA ADAT OLEH

MASYARAKAT DESA PANGANDARAN KECAMATAN PANGANDARAN


KABUPATEN PANGANDARAN

Asep Zainal Mutaqin1, Windi Astriani2, Teguh Husodo3, Ruhyat Partasasmita4


Program Studi Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran
Korespondensi: asep.zainal.mutaqin@unpad.ac.id

Abstract
The study was conducted to determine the types of plants that are used in some traditional ceremonies are still
carried out by the community in the Pangandaran Village, Pangandaran sub district, Pangandaran District .
The research method used a qualitative method. Techniques of data retrieval is done by semi structured
interview. The selection of informants was done by snowball sampling . The results showed there are several
types of ceremonies are still performed by villagers in Pangandaran like the intent of the sea, four months, seven
months, marriage, and the intent of the earth ceremony. Plants used in traditional ceremonies consist of 21
species, i.e. banana (Musa acuminate x balbisiana), banana (Musa paradisiaca) var. Sapientum (L.) Kunt,
golden banana (Musa acuminata), coconut (Cocos nucifera L.), red roses (Rosa hybrida), white roses (Rosa
hybrida), jasmine (Jasminum sambac Ait.), magnolia (Michelia champaca L.), ylang flower (Canangium
odoratum Baill.), tuberose (Epiphyllum oxipetalum), bamboo (Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl. var
vulgaris), a paper flower (Bougainvillea spectabilis Willd.), yam (Pachyrhizus erosus Urban.), rose apple
(Eugenia aquea Burm. f.), papaya (Carica papaya L.), cassava (Manihot esculenta Crantz.), ambarella
(Spondias pinnata Kurtz.), sweet potato (Ipomoea batatas Lamk.), taro (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott.),
canna (Canna edulis Ker.), and rice (Oryza sativa L.). Plants are obtained by people from around the grounds,
gardens, paddy, and some are bought in the market.
Keywords: Pangandaran, Plant, Traditional Ceremony

PENDAHULUAN berupa pandangan hidup, nilai, norma, dan


Indonesia dikenal sebagai salah satu aturan yang berlaku dalam komunitas sosialnya
negara dengan keragaman suku bangsa yang sehingga membentuk pola-pola perilaku yang
sangat besar di dunia. Ada sekitar 555 suku khas dalam komunitas tersebut dalam
bangsa yang menempati wilayah geografi memperlakukan lingkungannya (Iskandar,
Indonesia (Budhisantoso, 2006). Keragaman 2014). Contoh pola perilaku yang khas adalah
suku bangsa melahirkan perbedaan corak adanya perbedaan dalam pemanfaatan
kebudayaan. Sementara itu, kebudayaan tumbuhan baik dalam bidang ekonomi,
merupakan keseluruhan sistem gagasan, spiritual, nilai-nilai budaya, kesehatan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam kecantikan, dan pengobatan penyakit
kehidupan. Kebudayaan terdiri dari tujuh unsur, (Prananingrum, 2007).
yaitu bahasa, sistem pengetahuan, organisasi Indonesia adalah salah satu negara
sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, berkembang yang memiliki ciri budaya
sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, masyarakatnya masih dominan adanya unsur-
serta kesenian (Koentjaraningrat, 1990). unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari.
Keragaman suku juga dapat melahirkan Keadaan ini didukung oleh keanekaragaman
keragaman pola interaksi dengan lingkungan hayati di lingkungan sekitarnya, sehingga
sekitarnya yang bersifat unik. Keunikan budaya membentuk corak budaya tertentu sesuai
dalam berinteraksi dengan lingkungannya dapat dengan karakter atau kondisi lingkungannya

496
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

tersebut. Hubungan antara manusia dengan Indonesia memiliki banyak kebudayaan


lingkungannya ditentukan oleh kebudayaan tradisional. Salah satu unsur kebudayaan
setempat sebagai pengetahuan yang diyakini tradisional yang bersifat universal adalah unsur
serta menjadi sumber sistem nilai. Sistem yang berkenaan dengan upacara adat pada suatu
pengetahuan yang dimiliki masyarakat secara daerah. Tiap daerah tersebut memiliki berbagai
tradisional merupakan salah satu bagian dari macam acara ataupun ritual-ritual dalam
kebudayaan suku bangsa asli dan petani kebudayaan mereka masing-masing. Sementara
pedesaan. itu upacara adat adalah perayaan yang diadakan
Adanya perkembangan ilmu sehubungan dengan adat atau kebiasaan suatu
pengetahuan, teknologi, dan globalisasi masyarakat (KBBI, 2016). Upacara adat
ekonomi di Indonesia, mengakibatkan sebagai bagian dari produk budaya manusia
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, dalam tataran praktisnya tidak terlepas dari
termasuk budaya. Nash (2000) menyebutkan pemanfaatan sumberdaya, seperti tumbuhan,
bahwa globalisasi yang meliputi aspek yang ada di lingkungan sekitarnya. Hubungan
ekonomi, budaya, dan lingkungan berpengaruh antara manusia dengan lingkungannya sangat
penting terhadap suatu negara atau bangsa. erat dan sudah berlangsung sejak lama (Hakim,
Perubahan ini mengakibatkan segi lama 2014). Banyak tumbuhan yang digunakan
ditinggalkan dan segi yang baru akan tumbuh. dalam upacara adat yang dilakukan masyarakat
Sebagai contoh adalah adanya urbanisasi yang seperti padi (Oryza sativa L.), singkong
menyebar ke desa-desa yang menyebabkan cara (Manihot esculenta Crantz.), pinang (Areca
pandang dan perilaku masyarakat menjadi cathecu L.), bawang putih (Allium sativum L. ),
berubah (Darpan et al., 2013). Contoh yang lain kencur (Kaempferia galanga L.), pepaya
adalah generasi muda bangsa Indonesia secara (Carica papaya L.), kelapa (Cocos nucifera L.),
umum banyak yang tidak lagi tertarik pada seni, kunyit (Curcuma longa L.), dan aren (Arenga
pengetahuan, atau budaya tradisional secara pinnata Merr.) (Supriatna, 2014). Tumbuhan
umum. Pengetahuan tradisional sudah yang digunakan dalam upacara adat mempunyai
dianggap tidak sesuai lagi dengan fungsi utama terkait dengan makna simbolik
perkembangan jaman. Perkembangan teknologi (Iskandar dan Iskandar, 2017). Sebagai contoh
dan pesatnya pendidikan masyarakat dengan daun sirih (Piper betle L.) melambangkan
corak modern, cenderung menjadikan generasi kerukunan, beras (Oryza sativa L.)
muda Indonesia memandang kebudayaan melambangkan kecukupan pangan, dan bunga-
leluhur sebagai ciri dari masyarakat yang bungaan melambangkan keharuman (Supinah,
terbelakang, sehingga cenderung 2006).
meninggalkannya dan lebih tertarik pada Upacara adat yang dilakukan oleh
produk budaya dari luar. masyarakat semakin terkikis oleh arus
modernisasi. Terkait dengan penggunaan

497
ISSN e-journal 2579-7557
Asep Zainal Mutaqin, dkk: Pemanfaatan Tumbuhan untuk Beberapa Upacara Adat oleh Masyarakat Desa
Pangandaran Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

tumbuhan dalam upacara adat, pengetahuan dan arus urbanisasi dan alih fungsi lahan yang
penggunaan tumbuhan oleh masyarakat masif, sehingga semakin sulit untuk menanam
semakin berkurang, sehingga keberadaannya tumbuhan, terutama yang digunakan untuk
tidak diperhatikan. Terlebih dokumentasi terkait upacara adat.
dengan pemanfaatan tumbuhan yang digunakan METODE PENELITIAN
dalam upacara adat masih tergolong sedikit dan Metode yang digunakan pada penelitian
transfer pengetahuan dari generasi ke generasi ini bersifat kualitatif. Pengambilan data
banyak dilakukan secara lisan (Surata et al, dilakukan dengan cara wawancara semi
2015). Di sisi lain Iskandar dan Iskandar (2017) terstuktur. Pemilihan informan dalam
menyebutkan bahwa kepercayaan dan wawancara ini dilakukan dengan teknik
pengetahuan pengelolaan lingkungan secara snowball sampling, yaitu teknik pemilihan
tradisional sangat penting terkait konservasi informan kunci berdasarkan rekomendasi
keanekaragaman hayati. informan sebelumnya (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan beberapa hal di atas, Informan yang dimaksud adalah masyarakat
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis yang memiliki pengetahuan lebih atau
tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di kompeten terkait upacara adat dan tumbuhan
Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran yang digunakannya. Analisis data dilakukan
Kabupaten Pangandaran untuk upacara adat. secara deskriptif dengan dukungan studi
Hal ini terutama terkait dengan sedikitnya pustaka.
dokumentasi mengenai pengetahuan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
penggunaan tumbuhan dalam prosesi upacara Berikut adalah gambaran lokasi
adat yang masih dilakukan oleh masyarakat. penelitian di Desa Pangandaran, Kecamatan
Terlebih budaya masyarakat banyak terimbas Pangandaran Kabupaten Pangandaran.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian di Desa Pangandaran

498
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di bulanan, pernikahan dan hajat bumi. Berkaitan
Desa Pangandaran Kecamatan Pangandaran dengan upacara adat-upacara adat tersebut,
Kabupaten Pangandaran terdapat lima jenis terdapat 21 jenis tumbuhan yang digunakan
upacara adat yang masih dilakukan, yaitu dalam proses kegiatannya yang secara lebih
upacara adat hajat laut, empat bulanan, tujuh jelas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Tumbuhan yang digunakan dalam beberapa upacara adat masyarakat Pangandaran

Bagian yang Simbol


No. Nama Tumbuhan Sumber
digunakan
Pisang raja
1. Buah Berbeda tapi satu tujuan Pekarangan
(Musa acuminate x balbisiana)

Pisang ambon (Musa paradisiaca) var.


2. Buah Berbeda tapi satu tujuan Pekarangan
Sapientum (L.) Kunt

3. Pisang emas (Musa acuminata) Buah Berbeda tapi satu tujuan Pekarangan

4. Kelapa (Cocos nucifera L.) Buah dan daun Tunas harapan bangsa Kebun

5. Mawar merah (Rosa hibrida) Bunga Keberanian Pekarangan

6. Mawar putih (Rosa hibrida) Bunga Kejayaan Pekarangan

7. Melati (Jasminum sambac Ait.) Bunga Kesucian Pekarangan

8. Kantil (Michelia champaca L.) Bunga Kejayaan Pasar

9. Kenanga (Canangium odoratum Baill.) Bunga Keharuman Pasar

10. Sedap malem (Epiphyllum oxipetalum) Bunga Kebaikan Pekarangan

Bambu (Bambusa vulgaris Schrad. Ex.


11. Batang Keselamatan Kebun
Wndl. var vulgaris)

Bunga Kertas
12. Bunga Kebaikan Pekarangan
(Bougainvillea spectabilis Willd.)

13. Ubi (Ipomoea batatas Lamk.) Bunga Saling berbagi Kebun

14. Singkong (Manihot esculenta Crantz.) Bunga Saling berbagi Kebun

Talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Saling berbagi


15. Bunga Kebun
Schott.)

16. Ganyong (Canna edulis Ker.) Bunga Saling berbagi Kebun

17. Padi (Oryza sativa L.) Bulir Saling berbagi Sawah

Bengkuang Saling berbagi, banyak


18. Umbi Kebun
(Pachyrhizus erosus Urban.) anak banyak rezeki

Saling berbagi, banyak


19. Jambu air (Eugenia aquea Burm. f.) Buah Kebun
anak banyak rezeki

Saling berbagi, banyak


20. Pepaya (Carica papaya L.) Buah Pekarangan
anak banyak rezeki
Saling berbagi, banyak
21. Kedondong (Spondias pinnata Kurtz.) Buah Kebun
anak banyak rezeki

499
ISSN e-journal 2579-7557
Asep Zainal Mutaqin, dkk: Pemanfaatan Tumbuhan untuk Beberapa Upacara Adat oleh Masyarakat Desa
Pangandaran Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

Bagian tumbuhan yang digunakan dalam (Michelia champaca L.), kenanga (Canangium
upacara adat-upacara adat tersebut di antaranya odoratum Baill.), sedap malem (Epiphyllum
adalah buah, bunga, dan umbi.Sementara itu oxipetalum), kertas (Bougainvillea spectabilis
Rahyuni et al. (2013) menyebutkan bahwa Willd.), dan bunga mawar putih (Rosa hibrida).
bagian tumbuhan yang digunakan dalam Penggunaan pisang raja (Musa acuminate
upacara adat adalah akar, batang, daun, buah, x balbisiana), pisang ambon(Musa paradisiaca)
bunga, biji, umbi, dan pelepah. Penggunaan var. Sapientum (L.) Kunt, pisang emas(Musa
bagian tumbuhan tersebut di antaranya dengan acuminata) dalam upacara Hajat Laut menurut
cara dihancurkan, direndam, dikeruk, masyarakat setempat dikarenakan pisang
digantung, dan lain-lain. memiliki simbol atau nilai walaupun berbeda
Berikut adalah deskripsi pemanfaatan beda tetapi tetap satu tujuan. Simbol ini
tumbuhan yang digunakan pada beberapa tercermin dari buah pisang tersisir. Nilai sosial
upacara adat yang masih dilakukan oleh ini merupakan salah satu nilai yang ada di
masyarakat Desa Pangandaran Kecamatan masyarakat Desa Pangandaran. Kusmintayu
Pangandaran Kabupaten Pangandaran: (2014) menyebutkan bahwa dalam upacara adat
1. Upacara Adat Hajat Laut Sedekah Laut yang dilakukan masyarakat di
Hajat laut dilakukkan rutin satu tahun Kabupaten Cilacap, yang filosofis dan
sekali setiap hari Jum’at Kliwon di awal bulan pelaksanaannya seperti Hajat Laut, penggunaan
Sura sebagai rasa syukur atas hasil laut yang pisang (bahasa Jawa: Gedang) mempunyai
didapatkan di sekitar perairan laut makna “gesang ora mun madhang” artinya
Pangadaran.Upacara adat ini merupakan sebuah hidup tidak hanya untuk makan. Sebenarnya
ritual yang dipimpin oleh beberapa sesepuh adat pisang yang digunakan dalam upacara adat ini
yang dipercaya dan dianggap mempunyai dikenal dengan pisang telon, yang terdiri dari
kemampuan lebih oleh masyarakat dengan pisang raja, pisang mas, dan pisang hijau
rangkaian utama kegiatannya adalah membuat (biasanya pisang ambon). Pisang raja
keranda “Dongdang” sebagai tempat mempunyai makna “didaya mukti lan mulya”
menyimpan berbagai macam sesaji, ijab artinya jadilah orang yang sukses baik status
dongdang, kemintan dongdang, dan larung sosial maupun hartanya. Pisang mas
dongdang. mempunyai makna “cilik barange, ala rupane,
Upacara adat Hajat Laut menggunakan nanging duwe rega” artinya kecil dan jelek
11 jenis tumbuhan, yaitu pisang raja (Musa bentuknya, tetapi rasanya enak dan harganya
acuminate x balbisiana), pisang ambon (Musa tinggi. Pisang hijau mempunyai makna “gawe
paradisiaca) var. Sapientum (L.) Kunt, pisang seneng anak bojo” artinya membahagiakan
emas (Musa acuminata), kelapa (Cocos anak dan istri. Selain itu penggunaan bunga
nucifera L.), mawar merah (Rosa hibrida), atau lebih dikenal dengan kembang telon, yaitu
melati (Jasminum sambac Ait.), kantil mawar, kenanga, dan kanthil mempunyai

500
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

makna “urip aja ninggal telung perkara: Ada 7 jenis tumbuhan yang digunakan
naluri, agami, nagari”artinya hidup jangan dalam upacara adat Hajat Bumi ini, yaitu ubi
meninggalkan tiga permasalahan, yaitu naluri, (Ipomoea batatas Lamk.), singkong (Manihot
agama, dan negara. esculenta Crantz.), talas (Xanthosoma
Penggunaan mawar merah (Rosa sagittifolium (L.) Schott.), ganyong (Canna
hibrida), melati (Jasminum sambac Ait.), kantil edulis Ker.), kelapa (Cocos nucifera L.), kantil
(Michelia champaca L.), kenanga (Canangium (Michelia champaca L.), dan padi (Oryza sativa
odoratum Baill.), sedap malem (Epiphyllum L.). Tumbuhan tersebut memiliki simbol saling
oxipetalum), kertas (Bougainvillea spectabilis berbagi. Secara lebih khusus, Pujihartini (2007)
Willd.) dan bunga mawar putih (Rosa hibrida) menyebutkan bahwa kelapa (Cocos nucifera)
dalam upacara adat ini karena menurut yang digunakan dalam upacara adat mempunyai
masyarakat bunga tersebut memiliki simbol simbol kembali ke kesucian. Biasanya setelah
keharuman. Hal ini sejalan dengan pernyataan selesai hajat bumi tumbuhan-tumbuhan tersebut
Supinah (2006) bahwa bunga-bungaan yang dibagikan kepada masyarakat untuk makanan.
digunakan dalam upacara adat melambangkan 3. Upacara Adat Empat Bulanan
keharuman. Bunga-bunga pada umumnya Upacara adat empat bulanan merupakan
memiliki kandungan minyak atsiri (minyak suatu upacara adat atau bentuk doa yang
eteris atau minyak terbang) yang bersifat mudah dilakukan oleh masyarakat. Upacara adat ini
menguap (volatile) dan mempunyai rasa getir. dilakukkan oleh masyarakat ketika ada seorang
Minyak atsiri biasanya berasal dari bagian- perempuan yang sedang mengandung anak
bagian tumbuhan seperti daun, buah, biji, umur empat bulan. Upacara adat ini dilakukan
bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan karena dianggap pada waktu empat bulan janin
seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri mulai terbentuk dan roh manusia mulai ada
mempunyai peranan penting terkait dengan cita dalam jasad fisik janin tersebut. Mustapa (2010)
rasa dan baunya (Robinson, 1995). menyebutkan bahwa usia kandungan yang
2. Upacara Adat Hajat Bumi melebihi tiga bulan sudah tidak disebut ngidam,
Hajat bumi merupakan suatu rangkaian tapi dikatakan mengandung atau hamil.
upacara syukuran atas hasil bumi. Upacara adat Tumbuhan yang sering digunakan dalam
ini biasanya dilakukan oleh masyarakat pada upacara adat ini antara lain adalah mawar
bulan Muharam. Rangkaian upacara adat ini merah (Rosa hibrida), melati (Jasminum
diantaranya adalah pembukaan, prakata panitia, sambac Ait.), kantil (Michelia champaca L.),
sanduk-sanduk, dan makan bersama. Asas yang kenanga (Canangium odoratum Baill.), sedap
dianut adalah egaliterianisme“kita yang malam (Epiphyllum oxipetalum), bunga kertas
mengolah, kita yang mengelola, dan kita yang (Bougainvillea spectabilis Willd.), dan bunga
memanfaatkan”. mawar putih (Rosa hibrida). Penggunaan
beberapa jenis bunga dalam upacara adat ini

501
ISSN e-journal 2579-7557
Asep Zainal Mutaqin, dkk: Pemanfaatan Tumbuhan untuk Beberapa Upacara Adat oleh Masyarakat Desa
Pangandaran Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

mengandung makna sifat panca indra manusia erosus Urban.), ubi (Ipomoea batatas Lamk.),
dan harum atau budi pekerti yang baik jambu air (Eugenia aquea Burm. f.), papaya
(Pujihartini, 2007). Bunga tumbuhan (Carica papaya L.), singkong (Manihot
mengandung minyak atsiri. Zat ini merupakan esculenta Crantz.), dan kedondong (Spondias
penyebab wangi, bau, atau harum yang khas pinnata Kurtz.). Sementara itu, Mustapa (2010)
pada banyak tumbuhan. Minyak atsiri banyak menyebutkn bahwa pada upacara adat tujuh
terdapat pada beberapa tumbuhan seperti bulanan atau tingkeban harus menyediakan
Myrtaceae, Rutaceae, dan Rosaceae (Harborne, bunga tujuh macam, bunga pinang (Areca
1996). cathecu L.), kelapa muda (Cocos nucifera L.),
4. Upacara Adat Tujuh Bulanan dan lalaban seperti mentimun (Cucumis sativus
Upacara adat tujuh bulanan merupakan L.). Secara lebih khusus, penggunaan tujuh
suatu upacara adat atau bentuk doa yang macam bunga dalam upacara adat Sunda adalah
dilakukan oleh masyarakat. Upacara ini sebagai simbol 7 sifat manusia, yaitu hidup,
dilakukan oleh masyarakat ketika ada seorang kekuatan, penglihatan, pendengaran, perkataan,
perempuan yang sedang mengandung anak perasaan, dan kemauan (Suganda, 1964;
sudah berumur tujuh bulan. Kebiasaan atau ciri Iskandar et al, 2011).
khas pada upacara adat tujuh bulanan ini adalah Pembuatan rujak dalam upacara tujuh
digambarnya Arjuna dan Srikandi pada kelapa bulanan ini menggunakan beberapa jenis
muda dengan harapan kelak anaknya memiliki tumbuhan, yaitu bengkuang (Pachyrhizus
wajah, sifat cantik, dan tampan seperti Arjuna erosus Urban.), ubi (Ipomoea batatas Lamk.),
dan Srikandi. Selain itu ciri khas dari upacara jambu air (Eugenia aquea Burm. f.), papaya
adat ini adalah dibuatnya rujak yang kemudian (Carica papaya L.), singkong (Manihot
dibagikan kepada masyarakat dengan cara esculenta Crantz.),dan kedondong (Spondias
ditukar dengan genting berbentuk bulat sebagai pinnata Kurtz.) yang memiliki simbol saling
simbol harapan bahwa suatu saat nanti akan berbagi. Hal ini senada dengan yang
dimudahkan dan dilancarkan dalam kegitan jual dikemukakan Pujihartini (2007) bahwa
beli. rurujakan yang digunakan dalam upacara adat
Upacara adat tujuh bulanan mengandung makna saling peduli atau
menggunakan 13 jenis tumbuhan, yaitu mawar mengingatkan.
merah (Rosa hibrida), melati (Jasminum 5. Upacara Adat Pernikahan
sambac Ait.), kantil (Michelia champaca L.), Upacara pernikahan di Desa Pangandaran
kenanga (Canangium odoratum Baill.), sedap Kecamatan Pangandaran Kabupaten
malam (Epiphyllum oxipetalum), bunga kertas Pangandaran pada umumnya menggunakan
(Bougainvillea spectabilis Willd.), bunga upacara adat budaya Sunda, karena Desa
mawar putih, (Rosa hibrida), kelapa hijau Pangandaran merupakan tanah Sunda yang ada
(Cocos nucifera L.), bengkuang (Pachyrhizus di Provinsi Jawa Barat. Rangkaian adat

502
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

pernikahan dalam budaya Sunda di antaranya resepsi pernikahan dengan maksud kelak
meliputi neundeun omong (melamar), dalam kehidupan yang baru ini selalu
seserahan, ngeuyeuk seureuh, midadaren, akad dilancarkan rezekinya (An’amillah, 2015).
nikah, sawer, buka pintu, huap lingkung Suryani (2011) secara spesifik
(pengantin saling menyuapi), dan numbas menyebutkan bahwa dalam acara ngeuyeuk
(Suryani, 2011). seureuh, sebagai bagian dari rangkaian upacara
Ada 8 jenis tumbuhan yang digunakan adat pernikahan, terdapat beberapa tumbuhan
dalam rangkaian upacara adat pernikahan ini, yang digunakan di antaranya adalah sirih (Piper
yaitu mawar merah (Rosa hibrida), melati betle L.), pinang (Areca cathecu L.), gambir
(Jasminum sambac Ait.), kantil (Michelia (Uncaria gambir Roxb.), kunyit (Curcuma
champaca L.), kenanga (Canangium odoratum longa L.), padi (Oryza sativa), kelapa (Cocos
Baill.), sedap malam (Epiphyllum oxipetalum), nucifera L.), jawer kotok (Coleus scutellaroides
bunga kertas (Bougainvillea spectabilis Willd.), Bth.), dan bangle (Zingiber cassumunnar
bunga mawar putih (Rosa hibrida), dan bambu Roxb.). Secara lebih khusus, gambir (Uncaria
(Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl. var gambir Roxb.) yang digunakan dalam upacara
vulgaris). Penggunaan bunga dalam upacara adat mempunyai makna keseimbangan
adat pernikahan ini, yang dipakai ketika calon (Pujihartini, 2007).
mempelai wanita dimandikan, memiliki simbol Upacara adat yang masih dilakukan oleh
kesucian, kewangian, dan kecantikan seperti masyarakat, jika ditinjau dari sudut konservasi,
bidadari. Sementara itu, penggunaan bambu secara langsung atau tidak langsung dapat
(Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl. var memelihara sumberdaya genetik, terutama
vulgaris) dalam upacara adat ini memiliki terkait dengan penggunaan tumbuhan dalam
simbol keselamatan hidup. Selanjutnya, dalam suatu upacara adat. Selama upacara adat itu ada,
prosesinya, makna digunakanya bambu yang maka jenis-jenis tumbuhannya juga harus ada.
diletakan telur ditengahnya memiliki simbol Pengadaan tumbuhan yang digunakan dalam
doa agar selama menjalakan kehidupan bersama upacara adat tersebut salah satunya melalui
dapat hidup rukun, bekerja sama, saling penanaman di pekarangan atau di lahan lainnya.
mengerti satu sama lain, dibebaskan dari Sebagai contoh adalah upaya konservasi
gangguan yang dapat merusak hubungan rumah tumbuhan yang dilakukan masyarakat Tengger
tangga, dan dapat melalui segala cobaan atau dengan cara menanam tumbuhan di ladang,
rintangan yang ada. Prosesi sawer, satu dari pekarangan, dan jalan-jalan sekitar desa
rangkaian upacara adat pernikahan yang (Pramita et al., 2013). Bahkan masyarakat
menggunakan bunga, sebagai simbol dari Kampung Naga di Kabupaten Tasikmalaya
pernikahan agar memiliki keberkahan. Selain dalam melestarikan tumbuhan yang digunakan
itu juga sebagai tanda syukur dari kedua pada upacara adat dilakukan dalam bentuk
mempelai karena telah melaksanakannya kearifan lokal berupa nilai, norma, etika,

503
ISSN e-journal 2579-7557
Asep Zainal Mutaqin, dkk: Pemanfaatan Tumbuhan untuk Beberapa Upacara Adat oleh Masyarakat Desa
Pangandaran Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

kepercayaan, hukum adat, dan aturan-aturan hibrida), mawar putih (Rosa hibrida), melati
khusus (Supriatna, 2014). (Jasminum sambac Ait.), kantil (Michelia
KESIMPULAN champaca L.), kenanga (Canangium odoratum
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat Baill.), sedap malam (Epiphyllum oxipetalum),
disimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis Bambu (Bambusa vulgaris Schrad. Ex. Wndl.
upacara adat yang masih dilakukan oleh var vulgaris), bunga kertas (Bougainvillea
masyarakat di Desa Pangandaran Kecamatan spectabilis Willd.), bengkuang (Pachyrhizus
Pangandaran Kabupaten Pangadaran. Upacara- erosus Urban.), jambu air (Eugenia aquea
upacara adat tersebut antara lain adalah Hajat Burm. f.), papaya (Carica papaya L.), singkong
Laut, Hajat Bumi, Empat Bulanan, Tujuh (Manihot esculenta Crantz.), kedondong
Bulanan, dan Pernikahan. Tumbuhan yang (Spondias pinnata Kurtz.), ubi (Ipomoea
digunakan dalam berbagai upacara adat-upacara batatas Lamk.), talas (Xanthosoma
adat tersebut terdiri dari 21 jenis, yaitu pisang sagittifolium (L.) Schott.), ganyong (Canna
raja (Musa acuminate x balbisiana), pisang edulis Ker.), dan padi (Oryza sativa L.).
ambon (Musa paradisiaca) var. Sapientum (L.) Tumbuhan tersebut didapatkan oleh masyarakat
Kunt, pisang emas (Musa acuminata), kelapa dari sekitar pekarangan, kebun, sawah, dan ada
(Cocos nucifera L.), mawar merah (Rosa juga yang dibeli di pasar.

DAFTAR PUSTAKA

An’amillah A. 2015. Skripsi Sarjana. Program Iskandar J. 2014. Manusia dan Lingkungan
Studi Biologi, FMIPA. Universitas dengan Berbagai Perubahannya. Graha
Padjadjaran. Sumedang. Ilmu. Yogyakarta.
Budhisantoso S. 2006. Kemajemukan Iskandar J dan BS. Iskandar. 2017. Various
Masyarakat dan Keragaman Kebudayaan di Plants of Traditional Rituals:
Indonesia. Dalam: Bunga Rampai Kearifan Ethnobotanical Research among the Baduy
Lingkungan. Kementerian Negara Community. Biosaintifika, 9 (1): 114-125.
Lingkungan Hidup. Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2016.
Darpan., Abdurachman A., Soepandi D., http://kbbi.web.id/upacara
Muanas dan Y. Rusyana. 2013. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
Kompendium Istilah Sistem Pertanian Antropologi, Cetakan ke-8. PT Rineka
Tradisional Sunda. Cetakan ke-1. PT Dunia Cipta. Jakarta.
Pustaka Jaya kerja sama dengan Universitas Kusmintayu N. 2014. Tesis. Program Studi
Padjadjaran. Bandung. Magister Pendidikan Bahasa Indonesia.
Hakim L. 2014. Etnobotani dan Manajemen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Kebun-Pekarangan Rumah: Ketahanan Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Pangan, Kesehatan, dan Agrowisata. Mustapa H. 2010. Adat Istiadat Sunda, Edisi
Selaras. Malang. ke tiga, Cetakan ke-1. PT Alumni.
Harborne JB. 1996. Metode Fitokimia: Bandung.
Penuntun Cara Modern Menganalisis Nash K. 2000. Contemporary Political
Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Sociology: Globalization, Politics, and
Iskandar J., AZ. Mutaqin dan H. Pujihartini. Power. Balckwell Publisher. Massachusetts.
2011. Prosiding Seminar Nasional Hari Pujihartini H. 2007. Laporan Kerja Praktek.
Lingkungan Hidup. Purwokerto. p57-63. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
504
ISSN e-journal 2579-7557
Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 1, Maret 2018

Pramita NH., S. Indriyani dan L. Hakim. Sugiyono 2007. Memahami Penelitian


Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Tengger di Desa Ngadas Kecamatan Supinah P. 2006. Sawer: Komunikasi Simbolik
Poncokusumo Kabupaten Malang. Journal pada Adat Tradisi Suku Sunda dalam
Indonesian of Tourism and Development Upacara setelah Perkawinan. Mediator, 7
Studies, 1 (2): 52 (1): 85-94.
Prananingrum. 2007. Skripsi. Jurusan Biologi, Supriatna P. 2014. Skripsi. Fakultas Biologi.
Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Universitas Jenderal Soedirman.
Islam Negeri Malang. Malang. Purwokerto.
Rahyuni E., Yniati dan R. Pitopang. 2013. Surata IK., IW. Gata dan IM. Sudiana. 2015.
Kajian Etnobotani Tumbuhan Ritual Suku Studi Etnobotanik Tanaman Upacara Hindu
Tajio di Desa Kasimbar Kabupaten Parigi Bali sebagai Upaya Pelestarian Kearifan
Moutong. Jurnal of Natural Science, 2 (2): Lokal. Jurnal Kajian Bali, 5 (02): 265-284.
46-53. Suryani E. 2011. Ragam Pesona Budaya
Robinson T. 1995. Kandungan Organik Sunda. Ghalia Indonesia. Bogor.
Tumbuhan Tinggi. Penerbit ITB. Bandung.

505
ISSN e-journal 2579-7557

Anda mungkin juga menyukai