Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PLL

(Phase Locked Loop)

Disusun oleh :

M. RIFKY FIRNANDA
2B TRJT
42221029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA JARINGAN


TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Phase Locked Loop &
Penerapannya” yang merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
memenuhi tugas mata kuliah elektronika telekomunikasi. Dalam penulisan
makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak
lupa juga penulis mengucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 3

BAB 2 PLL SECARA UMUM

2.1 Phase Locked Loop (PLL)................................................................................................. 4

2.2 Analisa Phase Locked Loop............................................................................................. 5

2.3 Aplikasi Phase Locked Loop (PLL)............................................................................... 6

BAB III PENERAPAN PLL (FILTER TRACKING)

BAB IV KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dunia Elektronika dan Telekomunikasi saat ini terus berkembang dari
waktu ke waktu. segi kreatif masing masing individu menghasilkan
sebuah Ide untuk memajukan Ilmu Pengetahuan contoh pada Bidang
Elektronika Telekomunikasi. Setiap individu biasanya menuangkan
idenya dalam berupa tulisan atau artikel ilmiah seperti ada Tulisan
makalah ini yang membahas mengenai Phase Locked Loop dan
Aplikasinya dimana pada tulisan ini membahas tentang teori Phase
Locked Loop dan beberpa penerapan dalam ilmu Elektronika
Telekomunikasi. Phase Locked Loop merupakan sistem kontrol loop
tertutup yang memanfaatkan sesitifitas deteksi fasa antara dua buah
sinyal input (frekuensi), sistem PLL dapat di terapkan pada pembuatan
sebuah alat dan beberapa Aplikasi pada sistem elektronika.

1.2 Rumusan masalah


 Apa itu Phase Lockep Loop ?
 Aplikasi PLL yang diterapkan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Membantu dan mengetahui Phase Locked Loop dan beberapa
Aplikasinya.
BAB II PLL SECARA UMUM

2.1 Phase Locked Loop (PLL)

PLL (Phase Locked Loop). Suatu sistem yang memungkinkan suatu


sinyal tertentu mengendalikan frekuensi sebuah osilator dalam sebuah
Lingkar yang terkunci. Frekuensi osilator dapat sama besar atau
kelipatannya dari frekuensi sinyal tersebut (selanjutnya disebut
frekuensi- referensi). Kalau frekuensi sinyal berasal dari sebuah osilator
kristal maka frekuensi yang lainnya dapat dijabarkan mempunyai
stabilitas yang sama dengan frekuensi kristal. Inilah yang dijadikan dasar
dari pesintesis frekuensi atau Frequency Synthesizer. Jika sinyal referensi
mempunyai frekuensi yang berubah-ubah (seperti dalam gelombang
termodulasi- frekuensi); frekuensi oscilator loop akan “mengikuti jejak”
frrekuensi input tersebut; prinsip ini digunakan dalam demodulator FM
dan FSK, filter-filter “tracking”, dan instrumentasi RF.

Gambar 1 Cricuit Diagram PLL


phase-locked yang pertama kali adalah pada tahun 1932 untuk
mendeteksi sinyal-sinyal radio secara sinkron, tetapi pemakaiannya
masih sedikit hingga akhir 1960. Di akhir tahun ini PLL atau bagian-
bagiannya telah tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu (IC).

Rangkaian PLL yang paling sederhana yaitu terdiri dari sebuah


VCO (Voltage Control Oscillator), detektor fasa (Phase detector), dan
crystal oscillator. Sebuah frekuensi f1 yang dihasilkan oleh crystal
oscillator kemudian diumpankan ke rangkaian phase detector untuk
dibandingkan dengan frekuensi f2 dari VCO. Phase detector akan
membandingkan frekuensi f1 dan f2, pada kondisi awal f1 ? f2 karena
frekuensi dari VCO = 0 Hz. Karena ada perbedaan frekuensi antara f1 dan
f2, maka rangkaian phase detector akan menghasilkan tegangan Vdc yang
mencatu VCO. Tegangan Vdc ini menyebabkan rangkaian VCO berosilasi
dan menghasilkan sebuah frekuensi f2.

Rangkaian VCO akan terus berosilasi menghasilkan frekuensi f2


sampai f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc keluaran rangkaian
phase detector = 0 dan ini menyebabkan rangkaian VCO berhenti
berosilasi (locked). Karena rangkaian loop ini akan mengunci (Locked)
saat frekuensi dan fasa dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini
disebut dengan Phase- Locked Loop.

Menunjukkan komponen-komponen dari suatu PLL. Dengan


anggapan bahwa loop tersebut dalam keadaan “terkunci”, frekuensi dari
sinyal input dan oscillator VCO adalah sama (fi = fc) dan perbedaan phase
relatifnya 𝜃𝑖 − 𝜃𝑜 Ditentukan oleh karakteristik detector phase dan oleh
defiasi fi dari “frec tunning frekuency” fp VCO (ditetapkan dengan
mengatur Vd = 0). Jika sinyal input mempunyai frekuensi fi - ft maka tidak
diperlukan tegangan pengatur terhadap VCO, karenanya output detector
phase yang diperlukan adalah nol.
Phase VCO 𝜃𝑜 mengatur dirinya sendiri untuk menghasilkan
perbedaan phase 𝜃𝑑 = 𝜃𝑖 − 𝜃𝑜 yang akan menghasilkan output nol dari
detector phase. Sudut 𝜃𝑑 mungkin 𝜋/2 atau 𝜋 tergantung pada jenis
rangkaian detektor phasenya. Apabila frekuensi input berubah sehingga fi
= ft, maka perbedaan phase 𝜃𝑑 harus berubah cukup besar agar
menghasilkan tegangan pengatur Vd yang akan menggeser frekuensi VCO
ke fo=ft. Suatu pembagi frekuensi yang bisa dipilih menurut selera
perancang, bisa disisipkan pada loop tersebut di antara titik a dan b pada
gambar 1. Apabila ratio pembagi adalah n, frekuensi VCO adalah fo= nfi,
tetapi tegangan yang diumpankan kembali ke detector phase mempunyai
frekuensi fi. Hal ini berarti VCO bisa membangkitkan suatu kelipatan dari
frekuensi input dengan phase yang tepat sama di antara kedua
tegangannya.

Gamabar 2 Komponen Dasar Phase Locked Loop


2.2 Analisa Phase Locked Loop

Gambar 3 Blok Diagram Phase Locked Loop dalam menganalisa

Phase Locked Loop (PLL) ialah suatu sistem kendali umpan balik
negatif, PLL secara otomatis akan menyesuaikan fasa dari suatu sinyal
yang dibangkitkan di sisi keluaran dengan suatu sinyal dari luar di sisi
masukannya [1], dengan kata lain, PLL akan menghasilkan sinyal
keluaran dengan frekuensi yang sama dengan sinyal masukan [2]. Blok
diagram dasar dari suatu PLL ditunjukkan pada Gambar diatas.

Pada prinsipnya Phase Lock Loop adalah suatu feedback control


System yang rangkaiannya terdiri atas bagian•bagian pokok sebagai berik
ut : Phase Detector, Loop Filter, Voltage Controlled Oscillator (VCO).

1. Phase Detector

Peran utama dalam PLL dipegang oleh phase detector yang


bertugas membandingkan phase input signal dari VCO dengan suatu sign
al refe-rence dan sebagai outputnya adalah beda phase. Adanya beda
phase akan memberikan perbedaan voltage yang selanjutnya perbedaan
voltage tersebut difilter oleh loop filter dan di terapkan ke VCO

Pada keadaan loop terkunci, output dari detector phase adalah suatu
tegangan dc yang merupakan fungsi dari perbedaan phase Vd = 𝜃𝑖 − 𝜃𝑜.
Jika frekuensi input fi sama dengan frekuensi “free-running” VCO fi, maka
tegangan pengatur Vd ke VCO harus 0; karenanya Ve harus nol. Dalam
detector-detektor phase yang biasa digunakan, Ve adalah fungsi
sinusoidal, triangular (segitiga) atau sawtoothed (gigi gergaji) dari 𝜃𝑑
dengan Ve sama dengan nol apabila 𝜃𝑑 sama dengan 𝜋/2 untuk jenis
sinusoidal dan triangular dan 𝜋 untuk jenis sawtooth..

Gambar 4 Karakteristik Phase Detector

2. Loop Filter
Loop FIlter digunakan untuk menghilangkan komponen ac dari
detector phase yang mana mengandung komponen ac dan dc. Filter
loop adalah lowpass filter, biasanya orde pertama, tetapi orde yang
lebih tinggi digunakan jika diinginkan penekanan terhadap
komponen- komponen ac dari output detector phase. dari lowpass
filter, berfungsi untuk meredam sinyal frekuensi tinggi keluaran dari
PD sehingga memberikan tegangan control dc yang bagus ke bagian
VCO. LF bias saja tidak dipakai dalam suatu PLL, ini akan
menghasilkan yang disebut PLL orde 1, namun secara konsep LF
biasanya LF akan dimasukkan karena PLL akan bekerja dengan baik
akibat adanya proses lowpass
filter didalamnya. Pemilihan LF akan mempengaruhi dinamika dari
PLL.

3. Voltage-Controlled Oscilator (VCO)


Voltage Controlled Oscillator (VCO), merupakan unit non-linear
yang akan membangkitkan suatu sinyal dimana frekuensinya
ditentukan oleh besarnya tegangan control di masukan VCO.
Control voltage pada VCO mengubah frekuensi ke arah
memperkecil perbedaan antara signal reference dengan signal
feedback dari VCO. Bila loop menjadi locked, maka control voltage
berada pada posisi dimana frekuensi rata•rata signal feedback tepat
sama dengan frekuensi reference. Rangkaian VCO akan terus berosilasi
menghasilkan frekuensi f2 sampai f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc
keluaran rangkaian phase detector = 0 dan ini menyebabkan rangkaian VCO
berhenti berosilasi (locked). Karena rangkaian loop ini akan mengunci
(Locked) saat frekuensi dan fasa dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini
disebut dengan Phase-Locked Loop.
Ketika berdiri sendiri, frekuensi output VCO sangat tidak stabil. Hal
ini disebabkan karena kapasitansi varaktor dan kapasitansi intrinsik di
dalam transistor yang digunakan, sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Bila suhu berubah maka frekuensi VCO akan berubah, sehingga dinyatakan
bahwa frekuensi VCO tidak stabil. Ketidak-stabilan frekuensi VCO ini
kemudian diatasi dengan sistem PLL.
Perubahan suhu lingkungan umumnya berlangsung sangat lambat.
Ordenya bisa detik, menit atau jam. Perubahan yang lambat ini cukup mudah
diikuti oleh Low Pass Filter (LPF) di dalam PLL. Sebab time response dari
LPF ini telah sengaja dibuat lambat. Nah ketika frekuensi VCO berubah
sedemikian cepat maka LPF tidak mampu lagi mengikuti.
2.3 Aplikasi Phase Locked Loop (PLL)

Beberapa contoh Aplikasi pada Phase Locked Loop :

1. Aplikasi PLL TC9122 3.5MHZ

Gambar 5 Skema PLL TC9122 3MHZ-4MHZ

Cara Kerja Rangkaian Utama PLL Lihat rangkaian utama PLL


disamping, secara umum terdiri dari 4 buah blok unit utama, yaitu:1.
VCO (Variable Controlled Oscillator)2. Programabled Divider
(TC9122)3. Clock Reference Divider (TC5082)4. Phase Comparator
(TC5081) Secara umum cara kerja PLL adalah sebagai berikut:

Kita akan memulai siklus dari VCO. Misal VCO diharapkan beresonansi
pada frekuensi 10MHz, maka keluaran VCO ini yang berada pada
kisaran 10MHz akan dibagi dengan Programabled Divider TC9122
(misal dengan step 10KHz) sebesar 1000 (cara perhitungan 10MHz :
10KHz = 10.000.000), maka akan diperoleh keluaran berupa sinyal
dengan frekuensi sebesar 10KHz.
Clock Reference Divider TC5082 berfungsi untuk membagi
clock referensi dari frekuensi sebesar 10.240MHz menjadi 3 macam
keluaran, yaitu 2.5KHz, 5KHz dan 10KHz. Keluaran ini identik dengan
step up/down dari PLL kita.
Selanjutnya, sinyal keluaran dari TC9122 diatas sebesar
dibandingkan dengan sinyal keluaran dari TC5082 yang stepnya
harus matched dengan hasil pembagian diatas, yaitu step 10KHz.
Kedua sinyal ini selanjutnya phasenya dibandingkan oleh sebuah
Phase Detector TC5081. Bila kedua sinyal memiliki frekuensi yang
sama persis, berarti mereka tidak memiliki perbedaan phase atau
disebut dengan kondisi locked, maka TC5081 akan memberikan
output berupa tegangan DC sebesar 0 volt. Sebaliknya, bila kedua
sinyal memiliki frekuensi yang berbeda, maka mereka otomatis
memiliki perbedaan phase, sehingga TC5081 akan memberikan
output tegangan DC lebih besar dari 0 volt (maksimum 5 volt).
Tegangan DC ini kemudian diumpankan pada VCO melalui
sebuah diode varactor, yaitu diode yang memiliki kapasitansi dalam
berubah-ubah sesuai dengan besarnya tegangan mundur yang
diumpankan dari TC5081 tersebut, yaitu memiliki range antara 0-5
volt DC. Dengan demikian, kita harus membuat VCO mampu bekerja
pada band yang kita inginkan dengan masukan tegangan pada
varactor antara 0-5 volt.
Demikian seterusnya, siklus ini berjalan secara
berkesinambungan, sehingga frekuensi sinyal keluaran PLL terus
dikoreksi oleh phase detector, sehingga akan diperoleh kestabilan. Ini
yang kita inginkan. Menentukan Up/Down Step PLL dan
Programabled Divider Karena kenaikan (up) dan penurunan (down)
dari PLL adalah diskrit, maka kita perlu menentukan langkah/step
up/down dari PLL yang akan kita buat. ,
Penentuan step ini sangat bergantung kepada beberapa batasan
berikut: Pembagi Maksimum TC9122, yaitu pembagi antara 1-3999
Frekuensi Kerja VCO, diusahakan tidak lebih dari 14MHz, namun saya
coba sampai hampir 30MHz masih OK, Pemilihan Pin Step pada
TC5082, Step 2.5KHz pin 4, step 5KHz pin 6 dan step 10KHz pin 7,
terhubung ke pin 8 dari TC5081TC5082 Pin 4 <–> TC5081 Pin 8, maka
Step 2.5 KHzTC5082 Pin 6 <–> TC5081 Pin 8, maka Step 5.0
KHzTC5082 Pin 7 <–> TC5081 Pin 8, maka Step 10 KHZ Untuk
memperkecil step, misal 1KHz dapat anda tambahkan divider 10 kali,
sehingga output clock referensi adalah 1 KHz dengan menggunakan
IC, misal TC4017. Namun, hal ini tidak kita bahas disini. Membuat VCO
. Catatan, tiap jenis diode varactor memiliki defleksi capacitancy yang
berbeda-beda, untuk itu penggantian tipe varactor akan memberikan
range kerja VCO yang berbeda. Anda dapat bereksperimen dengan
memparalel 2 atau lebih diode varactor, paralel dan serial beberapa
diode varactor untuk mendapatkan range frekuensi yang
dikehendaki.Beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan untuk
memperoleh VCO yang cukup stabil, yaitu mengusahakan pemilihan
jenis capacitor pada tank circuit dengan menggunakan capacitor
kertas (biasanya disebut feeder) atau jenis NPO, yaitu capacitor yang
nilai kapasitansinya tidak drifted terhadap perubahan suhu
disekitarnya. Selain itu, penggunaan FET (Field Effect Transistor)
diharapkanlebih stabil dibandingkan dengan menggunakan BJT
(Bipolar Junction Transistor).Lain waktu akan saya ulas mengenai trik
dalam pembuatan VCO yang stabil, namun bila anda tidak sabar untuk
mengetahuinya, silakan untuk mencari melalui om google dengan
beberapa kombinasi keyword sbb (Istilah VCO adalah identik dengan
VFO, Variable Frequency Oscillator) Membuat Programabled Divider
(TC9122) Angka pembagi pada IC TC9122 ini adalah dikodekan
dengan BCD (Binary Coded Desimal), atau artinya bilangan desimal
yang dikodekan
menjadi 4 digit bilangan binary, Angka Satuan diwakili oleh pin 3 s/d
6, Angka Puluhan diwakili oleh pin 7 s/d 10, Angka Ratusan diwakili
oleh pin 11 s/d 14, Angka Ribuan diwakili oleh pin 15 s/d 16, Contoh,
untuk mendapatkan angka pembagi 1250, maka setting yang
dilakukan adalah:Ribuan = 1 [Pin16=0, Pin15=1]Ratusan = 2
[Pin14=0, Pin13=0,
Pin12=1, Pin11=0]Puluhan = 5 [Pin10=0, Pin9=1, Pin8=0,
Pin7=1]Satuan = 8 [Pin6=1, Pin5=0, Pin4=0, Pin3=0]
Susun rangkaian yang komponen utamanya adalah IC TC9122 ini,
untuk sementara sambungkan pin 3 s/d pin 16 dengan DIP Switch,
dimana nantinya DIP Switch ini akan digantikan dengan rangkaian
logik controller (akan dijelaskan pada bahasan lain). Jangan lupa
catuan maksimum untuk rangkaian PLL ini adalah 5 volt.
Pengetesan rangkaian dilakukan dengan hubungkan pin 2
TC9122 via coupling capacitor ke output VCO, ambil contoh output
VCO adalah sebesar 10MHz, kemudian pencacah/divider kita set
1000, dengan frekuensi counter pada pin 17 harus mendapatkan
pembacaan sebesar 10MHz : 1000 = 10KHz. Lakukan percobaan
untuk nilai pembagi yang lain. Namun ingat, karena PLL belum
terintegrasi semuannya, maka pembacaan ini kemungkinan belum
stabil. Membuat Clock Reference Divider (TC5082) Fungsi TC5082
disini yaitu untuk mencacah/membagi clock referensi yang
dibangkitkan oleh kristal 10.240MHz menjadi 2.5KHz (pin 4), 5KHz
(pin 6) atau 10KHz (pin 7). Anda bisa melakukan adjustment terhadap
clock referensi ini dengan memutar trimpot capacitor di kaki kristal,
atau ada juga yang menggunakan diode varactor untuk keperluan ini,
silakan menyesuaikan sesuai kondisinya.
Dengan semua komponen terpasang, lakukan pengukuran
frekuensi pada beberapa pin berikut:- Pin 4 = 2.5KHz- Pin 6 = 5 KHz-
Pin7=10KHz.
Tips :
1. Usahakan membuat VCO sestabil mungkin melalui pemilihan bahan
kapasitor dan transistor, merangkainya dengan hubungan sependek
mungkin, membungkus VCO dalam box metal tertutup untuk
menghindari interferensi serta perubahan suhu yang ekstrim dari
luar, tegangan DC stabil/regulated, Bila kondisi ini tercapai, maka
keluaran PLL kita akan memiliki noise yang cukup kecil, efeknya bisa
anda rasakan langsung pada saat receive maupun transmit, sinyal
anda akan linear dan bersih.

2. Perlu anda ketahui, proses pada seluruh bagian PLL akan


memberikan kontribusi noise terhadap keluaran PLL. Jadi bila
dibandingkan dengan keluaran VCO tanpa PLL, maka VCO memiliki
keluaran yang lebih “bebas noise”, efeknya bila digunakan pada RX
atau TX akan memiliki kualitas suara yang lebih bulat dan jernih.
Sayang saya tidak memiliki spectrum analyzer, sehingga tidak dapat
menampilkan untuk anda. Namun, tujuan kita disini adalah, sinyal
dengan kestabilan frekuensi, nah kalau masalah ini PLL lebih baik
dibanding VCO biasa.
2. Aplikatif sebuah PLL Klasik yang bekerja pada FM-II 100-MHz

Gambar 6 Blok Diagram PLL klasik bekerja pada FM-II 100MHz

Bila dilihat dari fungsi masing-masing bagian diatas dapat


digambarkan bahwa frekuensi yang berada dalam “lingkar” tersebut
sangatlah stabil menyamai kestabilan frekuensi referensi dari osilator
kristal. Yang paling menentukan dari kualitas sebuah PLL adalah
Respone Time dari LPF dan Devider dan lebar bidang kerja dari VCO
pada taraf tegangan yang mengendalikannya.

Perancangan dari nilai komponen pembangun LPF sangat


menentukan terhadap keluaran PLL (VCO) secara langsung. Ketidak
tepatan akan menyebabkan Locking Time berlangsung cukup lama dan
ini merupakan indikasi unjuk kerja PLL yang kurang baik. Disamping
juga bisa menyebabkan terjadinya side-tone yang cukup mengganggu
karena akan ikut terbawa bersama gelombang pemodulasi pada
Penerapan FM.
Devider biasanya diawali dengan sebuah pre-scaller
karena kebanyakan n-devider tidak mampu bekerja pada pita FM-II.
Dengan demikian akan ada beberapa tahap devider sebelum sampai
pada Phase Detector dan ini dapat diatasi dengan pemakaian IC TTL
karena kecepatan kerjanya tidak diragukan lagi. Pada jenis PLL
tertentu penentuan frekuensi keluaran yang dikehendaki digunakan
dua cara yaitu melalui n-devider dan perubahan pada frekuensi
referensi. Perubahan pada frekuensi referensi tidak bisa sebebas n-
devider mengingat Q-factory yang sangat tinggi dari kristal kuarsa yang
hanya memungkinkan pergeseran selebar 2% dari frekuensi
fundamental- nya. Cara ini biasa dan umum diterapkan pada AM-SSB
Transceiver dengan memasang Variable Capasitor secara serial dengan
kristal untuk melakukan Fine-Tuning.

Pemakaian kristal kuarsa sebagai osilator sudah sejak lama


dipakai mengingat Q-factory yang mencapai lebih dari 3000 dan
kestabilannya yang mengagumkan. Sebagai gambaran apabila
digunakan jam/arloji yang sumber detaknya terbuat dari kristal
kuarsa maka untuk terlambat atau lebih cepat 1 detik dibutuhkan
waktu 300 tahun.

3. Aplikasi PLL dengan IC MC145151

Dalam IC ini sudah built-in Phase Detector, Oscillator Reference,


dan N Programmable Divider, sehingga dengan menambahkan sebuah
kristal, lowpass filter, dan VCO maka kita sudah dapat membangun
frequency synthesizer dengan PLL.
Gambar 7 Skematik IC MC145151

Kelebihan IC ini adalah kita dapat mengeset bilangan pembagi


untuk frekuensi kristal pada Oscillator Reference, dengan
kemungkinan 8 angka pembagian. Mari kita lihat susunan pin IC ini:
Fin : Frekuensi Input ( Pin 1 ). Frekuensi Output dari VCO diumpankan
ke pin No. 1 ini. RA0 – RA2 ( pin 5, 6, 7 ). Dari tiga pin ini kita bisa
mengeset berapa nilai pembagi ( 8 pilihan ) yang membagi frekuensi
kristal Osilator referensi.
Gambar 8 Frekuensi Kristal Osilator Referensi

N0 – N11 (
pin 11 – 20
dan pin 22
– 25 )
N

Programmable Divider, dari ini kita mengeset berapa nilai N. Perlu


dipasang resistor pull-up agar tercapai kondisi yang pasti pada logika 1.
OSCin – OSCout (pin 27 dan 26 ). Pada pin ini kita pasang kristal yang
akan menetukan berapa besar frekuensi Osilator Referensi setelah
dibagi oleh kombinasi tegangan pada RA0 – RA2.
PDout ( pin 4 )
Phase Detector out, dari pin ini keluar tegangan error yang
digunakan mengontrol frekuensi VCO setelah melalui Low Pass Filter.
LD ( pin 28 )
Lock detector, akan bernilai High jika terjadi ”Lock ” dan Low
jika PLL tidak terkunci. VDD ( pin 3 ). Tegangan Positip power supply 3
– 9 Volt. VSS ( pin 2 )Dihubungkan dengan Ground.

Gambar 8 Typical Apllications

Cara kerjanya sebagai berikut: Frekuensi Kristal 2,048 MHz


dibagi bilangan 2048 ( lihat setting tegangan RA0 –RA2 ),
menghasilkan frekuensi referensi 1 KHz. C trimmer pada kristal untuk
memastikan frekuensi osilator referensi tepat I KHz. Sirkuit R dan C
pada keluaran PDout adalah merupakan Low Pass Filter. Untuk
mendapatkan frekuensi output VCO lock pada frekuensi 5 MHz ( 5000
KHz ), kita harus mengeset kombinasi saklar N Programmable Divider
pada bilangan 5000. Angka N = 5000 ini didapat dari 5000KHz dibagi
1KHz.

Kesimpulannya:
Frekuensi Output VCO = Frekuensi Osilator referensi dikalai
dengan N. Pada contoh gambar untuk mendapatkan frekuensi out
sebesar 5 MHz kita harus mengeset saklar programmable divider
dengan posisi: 01110001000, darimana mendapatkan ? . posisi saklar
pada gambar di atas ( perhatikan betul-betul gambar... ) adalah
merupakan representasi bilangan Biner dari bilangan desimal 5000
( nilai N ). Untuk mengubah frekuensi out VCO kita tinggal mengubah
besarnya nilai N pada Programmable divider.

4. Aplikasi Pengendali Kecepatan Putaran Motor Dc Berbasis


Phase Locked Loop

Pembuatan alat ini bertujuan untuk mengendalikan kecepatan


putaran motor DC Dengan memanfaatkan sistem kendali phase locked
loop. Alat ini terdiri dari 5 empat blok rangkaian yaitu: Blok pengatur
frekuensi referensi menggunakan IC 4060, Blok pengendali PPL
menggunakan IC 4046, Blok multivibrator monostabil menggunakan
IC 4538, ekuivalen VCO dan Blok pembagi terprogram menggunakan
IC TC9122P. Blok kendali PLL terdiri dari detektor fasa, low pass
filter, dan VOC.

a. sistem lingkar fasa terkunci (phase locked loop)


Sistem lingkar fasa terkunci (phase locked loop) adalah suatu
rangkaian yang memberikan kemukinan sinyal acuan (referensi) luar
mengendalikan frekuensi dan fasa suatu osilator dalam dalam suatu
lingkar. Konsep dari sebuah phase locked loop adalah sebuah loop
feedback yang VCO secara otomatis tersinkronisasi (terkunci) ke
periodic input sinyal. Pengucian dari sistem PLL telah dipakai dalam
aplikasi sistem telekomunikasi (seperti frekuensi, amplitude, analog
atau digital), clock, dan pengontrol kecepatan motor. Konsep dari PLL
itu sendiri mempunyai 3 komponon yang terkait dalam feedback-loop,
seperti gambar diagram dibawah ini.
VOC adalah sebuah osilator, yang mempunyai frekuensi (Fosc),
output VOC (Vosc), dan sebuah signal masukan (Vi) adalah masukan
fasa detektor. Saat loop terkunci disignal masukan (Vi), frekuensi
(Fosc) dari keluaran VOC adalah tepet ke frekuansi (Fi) dari signal
periodic,
Fosc=Fi
Hal tersebut dapat disebut denagan keadaan terkunci, di dalam
fasa detektor dapat dibandingkan beda fasa antara kedua input signal.
Keluaran dari fasa detektor terdapat sebuah filter pelewat bawah.
Loop tersebut ditutup dengan menghubungkan keluaran filter pelewat
bawah ke masukan VOC, yang berarti tegangan keluaran dari filter
yang menggerakan VOC.
Hal yang paling mendasar dalam system PPL ini adalah system
ini tetap mempertahankan frekuensi yang telah terkunci (Fosc=Fi)
antara Vosc dan Vi walaupun frekuensi Fi masukan signal dipengaruhi
oleh waktu.

b. Motor DC
Motor DC merupakan mesin listrik arus searah yang merubah
energi listrik menjadi energi mekanik. Prinsip kerjanya didasarkan
pada hukum Lorentz, yang berbunyi: ’jika sepotong kawat berarus
berada didalam medan magnet homogen, maka kawat tersebut akan
mengelami gaya tolak yang arahnya ditentukan dengan aturan tangan
kiri’
Aturan tangan kiri yang dimadsukan berbunyi: jika tangan kiri
kita terbuka dengan ibu jari tegak lurus dengan jari-jari yang lain
ditempatkan didilam medan magnet sedemikian rupa sehingga ggm
(gaya gerak magnet) menembus telapak tangan, ibu jari merupakan
arah gaya sedangkan jari-jari yang lain menunjukan arah arus listrik
dalam kawat.
Prinsip kerja dari motor membutuhkan adanya garis-garis gaya
medan magnet (fluks), antara kutub yang berada di stator; penghantar
yang dialiri arus ditempatkan pada jangkar yang berada dalam medan
magnet tadi; lalu pada penghantar timbul gaya yang menghasilkan
torsi. Gaya yang dihasilkan oleh arus pada penghantar yang
ditempatkan dalam suatu medan magnet tergantung dari hal-hal
berikut: kekuatan dari medan magnet, harga dari arus melalui
penghantar, dan panjang kawat yang membawa arus.
Didalam motor DC terdapat dua kumparan. Satu kelompok
terdapat diarmatur, bagian mesin listrik yang berputar. Koneksi listrik
dihubungkan ke armatur dengan konduktor lunak disebut sikat-sikat
(brushes) yang kontak dengan konduktor tembaga axial pada batangan
armatur disebut komutator. Bagian kelompok lain disebut kumparan
medan yang tetap dan menghasilkan medan magnet yang berinteraksi
dengan magnet yang dihasilkan oleh kumparan armatur.
Jenis motorDC ini da yang berpenguatan sendiri ini pun
bermacam-macam, yaitu: shunt, seri, dan kompon (panjang atau
pendek). Torsi yang dibangkitkan oleh motor DC yang memutar
jangkarnya tergantung pada fluks yang dihasilkan oleh kutub utama,
dan arus yang mengalir pada belitan jangkar (Ia). Kecepatan pada
motor DC dapat dikendalikan dengan:

1. penggendalian resistansi medan, yang akan merubah besar arus ke


kumparan kutubnya sehingga gluks yang dihasilkan bervarisi,
2. pengendalian resistansi jangkar, yaitu menyisipkan rheostat pada
untai jangkar,
3. pengendali tegangan masuk jangkar.
Motor DC yang digunakan pada pembuatan alat ini mempunyai
spesifikasi sebagai berikut :
1. jenis motor DC yang digunakan adalah jenis motor DC minertia.
2. rentang kecepatan motor DC ini 3000 rpm.
3. tegangan masukan motor DC ini berkisar pada angka 14.8 V.
4. daya masukan motor DC 25.9 W.
Motor DC ini memiliki Rotary Encoder didalamnya, Rotary Encoder
berfungsi sebagai pengubah putaran menjadi sebuah putaran pulsa
yang dapat diolah, pulsa yang keluar dari Rotary Encoder adalah pulsa
digital yang cukup stabil.

c. Kerangka Berpikir
Pengendali kecepatan motor DC Berbasis phase locked loop, ini
terdiri dari perancangan rangkaian frekuensi referensi menggunakan
IC 4060, rangkain fasa detektor,low pass filter, dan VOC yang termuat
dalam sebuah chip IC 4046, multivibrator monostabil menggunakan IC
4538, dan rangkaian pembagi terprogram menggunakan IC TC9122P,
tampilan lengkap dari rancangan ini dapat dilihat pada lampiran 1.
Detektor Fasa
Detektor fasa terdapat pada IC 4046 tersusun dari 2 buah fasa
komparator, VOC, pengikut sumber, dan sebuah dioda zener.
Komparator tersebut memiliki dua buah sinyal input Pca dan PCb
input Pca dapat langsung digunakan dengan cara, dikopel ke sinyal
tegangan besar atau secara tidak langsung dikopel dengan rangkaian
kapasitor untuk sinyal tegangan kecil. Fasa komperator 1 (gerbang
EXOR) menghasikan sinyal error digital PC 1out, dan mempertahankan
fasa 90 bergantian diantara frekuensi antara Pca dan PCb (disaat duty
cycle 50%) fasa komparator 2 menghasilkan sinyal digital error,
PC2out dan LD ( load data), dan mempertahankan fasa 0 pergantian
diantara Pca dan PCb. Linier VOC menghasilkan sinyal keluaran
(VOCout) yang frekuensinya ditentukan oleh tegangan dari masukan
VOCin, kapasitor dan resistor dihubungkan ke pin CIa,Cib,R1 dan R2.
Keluaran pengikut sember (SFout) dengan tambahan resistor
digunakan pada saat dihubungkan sinyal VOCin tetapi tidak
berpengaruh pada prose lainnya. Masukan INHIBIT (INH) saat bernilai
1, VOC tidak berfungsi dan pengikut sumber pengecil konsumsi daya
yang dipakai. Dioda zener dapat digunakan untuk menstabilkan
tegangan sumber.
Pada keluara komparator fasa 1, jarak dari frekuensi yang PLL
tangkap tergantung dari jangkaun low pass filter dan jangkauan dapat
dibuat sebesar jarak tangkapanya.
Pembanding fasa 2 adalah sebuah pengontrol-tepian digital
memory. Berisi 4 buah flip-flop, pengontrol gerbang dan sebuah 3 state
outputnya yang berisikan tipe n dan p. Saat tipe n atau tipe p on maka
ia akan pull up ke VDD atau VSS dengan sendirinya.
Jika sinyal masukan frekuensi lebih besar dari komparator sinyal
masukan, maka keluaran tipe p akan on setiap waktu, kedua driver
tipe p dan n (3 state) off sesuai dengan waktu yang telah diatur jaka
sinyal masukan referensi lebih rendah maka, keluaran tipe n akan on,
kedua driver tipe p dan n off(3 state) off sesuai dengan waktu yang
telah diatur. Jika sinyal masukan frekuansi sama dengan komparator
sinyal masukan, tetapi posisi sinyal masukan lebih dahulu dari pada
masukan sinyal komparator dalam satu fasa. Jika bentuk siyal masukan
komparator lebih dhulu dari pada masukan pada satu fasa, maka
keluaran tipe p on untuk sesuai dengan beda fasa.
Detektor fasa adalah sebuah alat yang membandingkan dua buah
frekuensi input, menghasilkan keluarn yang dapat mengukur beda
fasa. Jika Fin tidk sama dengan Fvoc sinyal fasa error, setelah disaring
dan dikuatkan, menyebabkaan frekuensi VOC menyimpang dari Fin
jika kondisi sesuai, maka VOC akan cepat tersinkronisasi (lock) menuju
Fin dan tetap dengan sinyal input.
Pada keluaran (setelah disaring) detektor fasa berupa sinyal DC
dan kontrol masukan VOC adalah ukuran dari frekuensi masukan,
dapat diaplikasikan dalam pembuatan dekode sinyal dan deteksi FM
keluaran VOC biasanya memiliki nilai yang sama dengan Fin, yang
menghasilkan tiruan yang bersih dari Fin, namun tiruanya itu dapat
menghasilkan noise. Detektor fasa memiliki penguatan (Kp) sebesar
0,293 V/rad.
Filter Pelewat Bawah (Low Pass Filter)
Rangkaian Low Pass Filter digunakan untuk menapis osilasi yang
terjadi saat mengalami over shoot dan over down, selain itu berfungsi
untuk meratakan kebisingan keluaran dari rangkain detektor atau
komparator fasa jenis IC CMOS 4046 adalah suatu sinyal DC yang
besarnya sebanding dengan selisih fasa antara sinyal referensi Fr dan
keluaran pembagi terprogram Fo/N. Rangkaian Low Pass Filter.
Osilator Terkemudi Tegangan (Voltage Control Oscillator)
VOC membutuhkan sebuah kapasitor tambahan (CI) dan satu atau
dua buah resistor tambahan (R1 dan R2) resistor R1 dan kapasitor C1
menunjukan rentang frekuensi dan VOC mendapatkan frekuensi off set
jika dibutuhkan.
Jika terdapat input hi-z pada input berasal dari low pass filter pada
pin 10 tersedia pengikut sumber jika digunakan maka diberikan
resistor menujukan VSS, jika tidak tersedia / digunakan maka
diambang. Output VOC (pin 4) , dapat langsung dihubungkan
kekomparator input (pin 3) atau kepembagi frekuensi. Logika low (0)
pada inhibit (pin 5) mengatifkan VOC dan pengikut sumber ,
sementara logika high (1) mengnonaktifkan keduanya.
Rangkaian osilator terkemudian tegangan (VOC) IC PLL CMOS
4046. frekuensi masukan pada low pass filter akan diloloskan hanya
yang mempunyai impendasi rendah , dilanjutkan ke VOCin yang akan
melewati proses osilasi pulsa sehingga keluaran dipin 4 diatur agar
sama dengan frekuensi referensi.
Keluaran pada low pass filter akan menggerakan VOC rentang
frekuensi pada keluaran VOC tergantung pada tegangan low pass filter.
Source Follower
Source follower (pengikut sumber) digunakan sebagai masukan
untuk VOC jika tidak adanya input lain dari low pass filter.

d. Blok rangkaian frekuesi referensi


Blok rangkaian pada alat penegendali motor DC berbasis digital,
akan menghasilkan frekuensi referinsi sebesar 200Hz. Frekuensi ini
dihasilkan dari pembagian nilai kristal yang digunakan yaitu sebesar
3,2768 MHz dengan nilai bagi 2n pada IC 4060 dengan satuan Hz.

e. Blok multivibrator monostabil


Multivibrator monostabil digunakan untuk mendapatkan sebuah
keluaran dengan nilai duty cycle yang berbeda, namun frekuensi yang
sama. Keluaran frekuaensi yang diinginkan harus tetap tetapi Ton
hingga mendekati logika high.input dari multivibrator monostabil
dihubungkan langsung dengan output VCO.
BAB III PENERAPAN PLL (FILTER TRACKING)

Penerapan teknik “phase-locked” yang pertama kali adalah pada


tahun 1932 untuk mendeteksi sinyal-sinyal radio secara sinkron, tetapi
pemakaiannya masih sedikit hingga akhir 1960. Di akhir tahun ini PLL
atau bagian-bagiannya telah tersedia dalam bentuk rangkaian terpadu
(IC).

Rangkaian PLL yang paling sederhana yaitu terdiri dari sebuah


VCO (Voltage Control Oscillator), detektor fasa (Phase detector), dan
crystal oscillator. Sebuah frekuensi f1 yang dihasilkan oleh crystal
oscillator kemudian diumpankan ke rangkaian phase detector untuk
dibandingkan dengan frekuensi f2 dari VCO. Phase detector akan
membandingkan frekuensi f1 dan f2, pada kondisi awal f1 ? f2 karena
frekuensi dari VCO = 0 Hz. Karena ada perbedaan frekuensi antara f1 dan
f2, maka rangkaian phase detector akan menghasilkan tegangan Vdc yang
mencatu VCO. Tegangan Vdc ini menyebabkan rangkaian VCO berosilasi
dan menghasilkan sebuah frekuensi f2.

Rangkaian VCO akan terus berosilasi menghasilkan frekuensi f2


sampai f2 = f1. Ketika f2 = f1, maka tegangan Vdc keluaran rangkaian
phase detector = 0 dan ini menyebabkan rangkaian VCO berhenti
berosilasi (locked). Karena rangkaian loop ini akan mengunci (Locked)
saat frekuensi dan fasa dari kedua sinyal sama, maka rangkaian ini
disebut dengan Phase- Locked Loop.

Menunjukkan komponen-komponen dari suatu PLL. Dengan


anggapan bahwa loop tersebut dalam keadaan “terkunci”, frekuensi dari
sinyal input dan oscillator VCO adalah sama (fi = fc) dan perbedaan phase
relatifnya 𝜃𝑖 − 𝜃𝑜 Ditentukan oleh karakteristik detector phase dan oleh
defiasi fi dari “frec tunning frekuency” fp VCO (ditetapkan dengan
mengatur Vd = 0). Jika sinyal input mempunyai frekuensi fi - ft maka tidak
diperlukan
tegangan pengatur terhadap VCO, karenanya output detector phase yang
diperlukan adalah nol.
BAB IV KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan :


 Sistem Phase Locked Loop, kontrol loop tertutup yang memanfaatkan
sesitifitas deteksi fasa antara dua buah sinyal input (frekuensi),
 Jika sinyal referensi mempunyai frekuensi yang berubah-ubah
(seperti dalam gelombang termodulasi-frekuensi); frekuensi oscilator
loop akan “mengikuti jejak” frrekuensi input tersebut; prinsip ini
digunakan dalam demodulator FM dan FSK, filter-filter “tracking”, dan
instrumentasi RF.
 Sistem Phase locked Loop dapat di terapakan berbagai aplikasi
rangkaian Elektronika
 PPL terdiri dari Phase Detektor, Loop Filter, Voltage Controlled Osilator
 Loop Filter (LF), umumnya adalah lowpass filter, berfungsi untuk
meredam sinyal frekuensi tinggi keluaran dari PD sehingga
memberikan tegangan control dc yang bagus ke bagian VCO.
DAFTAR PUSTAKA

putaran motor. 2010. pengendali kecepatan dc berbasis phase locked loop,


(http://elreg-02.blogspot.com/2009/10/pertama_05.html, diakses 2
Desember 2022).

Bambang Sutaman. 2009. PLL TC9122 3.5MHZ


(http://sutaman.blogspot.com/2009/07/pll-tc9122-35mhz.html, diakses 2
Desember 2022).

Purwanto.2009.CarakerjaPLL(http://elektronika.web.id/elkav2/index.php?topic=9
36.0, diakses 2 Desember 2022).

Arwindra Rizqiawan. 2009. Phase-Locked loop,


(http://konversi.wordpress.com/2009/08/17/phase-locked-loop/, diakses 2
Desember 2022)

Oprek Zone. 2010. PLL – Phase Locked Loop, Teori dan Aplikasi,
(http://oprekzone.com/pll-phase-locked-loop-teori-dan-aplikasi/, diakses 2
Desember 2022)

Telkom Poltek Malang. 2010. PLL – APLIKASI PLL dengan IC MC145151,


(http://elkakom.blogspot.com/2010/07/aplikasi-pll-dengan-ic-
mc145151.htmldiakses 2 Desember 2022)

Anda mungkin juga menyukai