Trend Berbusana Dan Citra Diri
Trend Berbusana Dan Citra Diri
ABSTRAK
Pada awalnya manusia mengenakan busana sebagai suatu benda fungsional. Namun,
lambat laun berbusana telah menjadi suatu cara manusia untuk berkomunikasi, bersosial, dan
juga mengekspresikan diri dengan satu sama lainnya. Dengan trend berbusana yang banyak
sekali kontras dengan norma dan budaya menimbulkan berbagai macam permasalahan.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memberikan solusi atas suatu konflik tentang
trend berbusana. Penelitian yang kami lakukan menggunakan metode paradigma konstruktivis,
Dengan menggunakan pendekatan secara kualitatif. Riset ini merupakan jenis penelitian studi
kasus, teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi secara langsung dari kasus
berbusana yang tengah terjadi pada mahasiswa UPDM (B). Lalu juga menggunakan teknik
wawancara terbuka dengan dua narasumber mahasiswa UPDM (B) yang berkonflik dan juga
menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara studi literatur. Trend berbusana dapat saja
menimbulkan berbagai macam hambatan dalam. Hambatan-hambatan tersebut dapat berupa
komunikasi, kurangnya pemahaman akan norma, dst. Oleh karena itu setiap orang wajib
memahami norma yang berlaku dalam sebuah masyarakat serta memahami cara berbusana
yang benar dan juga cara berkomunikasi yang baik dan benar agar dapat diterima oleh
khalayak.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia pasti akan saling berinteraksi dengan manusia lainnya.
Interaksi yang dilakukan oleh sesama manusia tersebut bertujuan untuk bertahan hidup dan
juga bersosial dengan manusia lainnya. Interaksi-interaksi yang terjalin menunjukkan bahwa
manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan baik secara biologis
maupun emosional. (Amelia, 2014) Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 (dua) harkat,
yakni: Pertama, adalah keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi dalam hal pangan dan lain sebagainya. Manusia sebagai makhluk sosial
cenderung berkeinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Manusia mencoba untuk
memahami bagaimana suatu sumber daya alam dapat menghasilkan suatu produk untuk
memenuhi kelangsungan hidup manusia tersebut, sehingga dalam proses inilah diperlukannya
suatu bentuk interaksi dengan alam sekitar. Kedua adalah keinginan untuk bersatu dengan
manusia lainnya (masyarakat). Keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya
(bermasyarakat), pada dasarnya adalah karena manusia adalah mahluk “Zoon Politicon”
artinya manusia selalu bersama manusia lainnya dalam pergaulan hidup dan kemudian
bermasyarakat.
Konflik yang ditimbulkan oleh misscommunication akan berakibat fatal bagi kedua
belah pihak. Dampak dari misscommunication dapat berupa hilangnya kepercayaan seseorang,
rusaknya hubungan dengan pasangan, kesalahan dalam menilai seseorang, nyawa seseorang
terancam, dan masih banyak lagi. Salah satu konflik komunikasi yang telah penulis dapatkan
adalah cara penampilan seseorang yang tidak dapat diterima oleh semua orang.
Dari penilitian yang kami jalankan, kami mendapatkan bahwa penampilan merupakan
salah satu bentuk komunikasi non-verbal atau lebih tepatnya artifaktual dimana manusia dapat
bersosial dengan sesama mamusia lainnya serta memperlihatkan status sosial, dan merupakan
sesuatu yang dapat dinilai oleh manusia. Namun, tidak semua orang dapat menerima apa yang
orang lain kenakan. Faktor yang menyebabkan tidak terimanya seseorang dengan cara
berpakaian dari orang lain adalah faktor budaya, faktor norma dan etika, bahkan baju yang
dikenakan yang memiliki simbol atau kata-kata tertentu tidak dapat diterima oleh semua
kalangan dan dapat menimbulkan misscommunication. Dari kasus yang kami ambil adalah
Sepasang teman bernama Layla dan Angel yang dimana Layla berpenampilan style “modern”
dinilai tidak baik oleh Angel.
Penyebab dari Layla yang berpenampilan mengikuti style “modern” dipengaruhi oleh
platform media sosial yang ada sekarang seperti Instagram, TikTok, Youtube, Pinterest dan
lain-lain melalui influencer-influencer fashion. Perkembangan zaman yang begitu pesat
menyebabkan orang-orang melihat dan mengikuti gaya-gaya dari internet. Akibat terinspirasi
dari influencer tersebut akhirnya Layla mengikuti style yang ada dan mempublikasikan
penampilan yang sedang ia kenakan di platform media sosial yang dapat dilihat oleh Angel.
Layla sering sekali menggunakan style tersebut apabila sedang bersama teman atau pacarnya
dan biasa dipamerkan dibeberapa platform media sosial seperti Instagram. Angel menilai apa
yang dipakai Layla terlalu terbuka sehingga dapat menimbulkan omongan dari masyarakat
yang melihat pakaian tersebut dan menganggapnya tidak sesuai dengan budaya berpakaian
yang ada di Indonesia. Tanpa disadari oleh Layla, ia telah menyebabkan hambatan komunikasi
dengan temannya yaitu misscommunication dimana Angel telah menilai Layla sebagai orang
yang tidak etis sedangkan Layla berpenampilan seperti itu sebagai cara bersosialisasi degan
temannya. Menurut Angel, Layla harus memperhatikan norma dan etis yang ada dilingkungan
supaya tidak dinilai jelek atau menjadi bahan pembicaraan orang-orang disekitar.
METODOLOGI
1. Komunikator (who) : Setiap komunikasi pasti memiliki sumber untuk membawa pesan,
dan dalam hal ini komunikator atau who di sini menggunakan analisis kontrol, dimana
analisis kontrol adalah bentuk individu atau kelompok yang mengatur jalannya pada
komunikasi.
2. Isi pesan (says what) : Says menjelaskan apa yang akan disampaikan atau
dikomunikasikan kepada komunikan (penerima), dari komunikator (sumber) atau isi
informasi.
3. Media atau saluran (in which channel) : Artinya saluran atau media apa yang akan
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada
komunikan, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak (lewat media elektronik
atau media cetak).
4. Komunikan (to whom) : Saat akan mengirim pesan, komunikator harus menentukan pihak
penerima (komunikan) pesan atau informasi tersebut. To Whom sendiri dapat juga disebut
dengan destination, listener, audience dan decoder.
5. Dampak (with what effect) : adalah hasil yang terjadi ketika komunikator atau
komunikan mengirimkan pesan dan kemudian komunikan menerimanya. Efek yang
didapatkan bisa menjadi positif dan bisa juga menjadi negatif. Pengaruh positifnya
biasanya berupa, komunikan mendapatkan informasi yang lebih luas dan wawasan
yang lebih banyak, namun dampak negatifnya biasanya adalah terjadinya perselisihan
pendapat dan lain-lain.
Dari teori yang dijelaskan di atas, kami meniliti bahwsanya topik yang kami bahas
berhubungan dengan teori Laswell tersebut. Topik yang kami bahas adalah konflik pada
mahasiswa yang memiliki perbedaan pendapat budaya tentang trend berbusana dan citra diri.
Konflik ini sendiri terjadi pada dua mahasiswa dalam lingkungan UPDM (B). Konflik ini
sendiri terjadi karaena setiap mahasiswa memiliki perbedaan akan trend berbusana dan
mengekspresikan citra diri mereka. Dikarenakan perbedaan pendapat di antara kedua
mahasiswa tersebut, maka terjadilah pro dan kontra terhadap kedua mahasiswa UPDM (B)
tersebut.
Untuk mengumpulkan data yang kami perlukan, maka dari itu kami melakukan
sebuah observasi terhadap kedua mahasiswa UPDM (B) yang mempunyai pemikiran dan
pendapat mereka masing-masing tentang trend berbusana sebagai citra diri. Narasumber yang
kami wawancara bernama Naura dan Ayu. Dari observasi yang kami lakukan, kami
mendapatkan bahwa konflik ini berawal dari cara mereka berbusana untuk menjalankan
kesehariannya. Pada hari Selasa tanggal 19 September 2022 di Universitas Prof. Dr. Moestopo
(Beragama), Naura dan Ayu saling bertemu di kelas dengan menggunakan busana yang sangat
berbanding terbalik. Pada saat bertemu, kami melihat dan mendengar Ayu menyambut
kedatangan Naura dengan ekspresi yang terlihat bingung. Naura membalas sambutan Ayu dan
menanyakan seperti marah “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. Mendengar pertanyaan dari
Naura, Ayu menjawab dengan nada dan intonasi yang tinggi “ya lo yang bener aja masa pake
baju modelan kayak gitu ke kampus, ga sopan gila”. Dari potongan percakapan mereka yang
kami observasi, bisa dilihat bahwa busana yang dikenakan oleh Naura dinilai tidak pantas oleh
Ayu untuk dikenakan di lingkungan kampus. Sedangkan Naura menganggap busana yang ia
kenakan tidak menimbulkan masalah apapun. Observasi berlanjut dengan Naura yang
membalas tanggapan Ayu terhadap busananya, “emang masalah apa gue pake baju kayak gini?
ini kan baju yang lagi hits anjir!”. Ekspresi Naura saat menjawab tanggapan yang disampaikan
Ayu terhadap busana yang dikenakan oleh Naura terlihat sangat kesal.
Dengan informasi yang kita kumpulkan berdasarkan observasi yang kita lakukan
dalam kasus komunikasi ini dapat kita hubungkan dengan unsur model komunikasi lasswell
sebagai berikut: 1.) Unsur pertama yaitu who atau siapa, dari informasi diatas dapat kita lihat
bahwa Naura adalah komunikator dalam komunikasi ini. Sedangkan Ayu adalah komunikan.
2.) Lalu pada unsur kedua yaitu says what atau pesan, pada percakapan antara Naura dan Ayu,
Naura memulai dengan menanyakan ekspresi Ayu yaitu “kenapa lo ngeliat gue kok gitu?”. 3.)
Unsur ketiga yaitu in which channel atau media yang digunakan untuk mengantarkan pesan,
Naura dan Ayu melakukan media secara langsung karena mereka berbicara tatap muka dengan
satu sama lain. 4.) unsur keempat adalah to whom atau kepada siapa pesan ini ditujukan, dalam
kasus ini Naura memberikan pesan kepada Ayu. 5.) Unsur terakhir yaitu with what effect atau
dampak. Dampak yang timbul dari pesan adalah respon dari Ayu dengan intonasi yang tinggi,
“ya lo yang bener aja masa pake baju modelan kayak gitu ke kampus”. Dari kelima unsur
tersebut apabila kita analisis awal mula terjadinya konflik adalah karena unsur kedua atau says
what, pesan yang disampaikan oleh Naura yang seperti marah kepada Ayu. Dibalas oleh Ayu
yang menilai busana yang dikenakan oleh Naura tidak pantas untuk dipakai dikampus.
Selain observasi kami juga melakukan sebuah wawancara dengan mereka untuk
mengumpulkan lebih banyak data dan membuat pandangan yang lebih objektif terhadap
konflik yang terjadi dengan dua teman ini. Kamu menanyakan beberapa pertanyaan kepada
mereka seperti berikut:
(1) Apa yang memicu kalian bertengkar?
“Gue juga gatau soalnya gua kan baru dateng ke kampus terus juga gaada masalah
apa-apa sih, si Ayu nyambut gue cuman ngeliat gue kayak gasuka gitu. Mangkanya itu gue
nanya ke dia cuman ya nada gua agak kesel tadi”. Jawab Naura.
` Bisa kita tarik dari jawaban Naura bahwa ia kesal dengan cara Ayu menatapnya.
Karena menurutnya ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Karena itu, Naura kesal kepada
Ayu yang menanyakan pertanyaan dengan nada kesal. Sedangkan jawaban dari Ayu
memberikan perspektif yang berbeda.
“Pas gua liat dia dateng tuh sebenernya rada shock sih karena pakaian yang dia pake
tuh ga etis aja menurut gua, terlalu ngikutin trend sih. Nah dari itu gue abis manggil Naura, gue
sebenernya bukan gasuka tapi lebih shock aja soalnya dia tuh temen gue. Terus gue juga tambah
kaget tuh Naura kayak kesel sama gue, gue juga jadi kesel lah” Jawab Ayu
Ekspresi yang diberikan kepada Ayu merupakan ekspresi seseorang yang terkejut
karena melihat temannya yang mengenakan busana yang menurutnya tidak semestinya
dikenakan di kampus karena alasannya tidak etis dan terlalu mengikuti trend busana yang ada
yang tidak mengikuti norma dan ketentuan yang berlaku. Kekesalan yang ditunjukkan oleh
Naura akhirnya menyulut emosi dari Ayu.
(2) Bagaimana pendapat kalian tentang trend berbusana sekarang ini?
Ayu menjawab terlebih dahulu, “Menurut gue ya, mengikuti trend itu gamasalah
asalkan tau tempat dan norma yang berlaku. Jadi sebenernya juga gue ga akan menyalahkan
Naura yang menggunakan busana yang ngikutin trend sekarang kalo berada di tempat yang
benar dan punya norma yang berbeda akan hal itu gituloh. Kalo misal salah tempat aja bisa-
bisa kan Naura malah kena masalah atau apalah. Bebas aja lo mau ekspresiin diri tapi inget
tempatnya.”
Menurut ayu, mengetahui tempat dan ketentuan norma yang berlaku merupakan hal
yang penting. Ia berpandangan bahwa busana yang mengikuti trend yang dilakukan oleh Naura
bisa saja mengakibatkan masalah karena berbeda tempat berbeda pula norma yang berlaku.
Jadi disimpulkan dari jawaban tersebut, seseorang bisa mengekspresikan dirinya melalui cara
berbusana sebagai citra diri mereka tetapi harus mengingat kembali kalau norma yang berlaku
akan berbeda di setiap tempat jadi kita harus berhati-hati untuk menghormati daerah atau
tempat tersebut.
Sedangkan Naura berpendapat, “Gue mau pake busana apapun itu terserah gue
seharusnya, gue ngikutin trend juga karena bagi gue itu mencerminkan diri gue, jadi gue
berbusana kayak gini itu untuk mengekspresikan diri gue.”
Jawaban dari Naura dapat kita analisis bahwa berbusana sesuai keinginan diri
merupakan sebuah hak. Naura juga lebih meperlihatkan citra dirinya melalui busana yang ia
kenakan. Sehingga ia mengikuti trend berbusana yang menurutnya sangat mencerminkan
kepribadiannya.
KESIMPULAN
Hambatan-hambatan yang muncul dari kasus yang kami teliti adalah masalah
penggunaan style pakaian, kurangnya pemahaman akan norma yang ada di masyarakat, dan
munculnya permasalahan komunikasi antar teman karena permasalahan berbusana. Dalam
berbusana, banyak orang memiliki cara berbusana yang berbeda-beda. Dalam kasus ini kita
mendapatkan bahwa alasan seseorang memiliki busana yang berbeda dengan yang lain adalah
karena berbusana merupakan suatu cara untuk mengekspresikan diri mereka kepada khalayak.
Namun, seperti kasus yang kita teliti, cara berbusana yang kurang baik dapat menimbulkan
sebuah permasalahan. Solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah-masalah diatas adalah
untuk memahami, menghormati, menghargai dan menjalankan norma yang berlaku di
masyarakat. Kita tetap dapat mengespresikan diri kita dengan cara berbusana dengan metode
modifikasi busana yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat dan budaya yang ada.
Sehingga, kita tetap mematuhi norma dan dapat mengekspresikan diri kita secara terbuka tanpa
mengakibatkan adanya pelanggaran suatu norma yang berlaku. Dalam berkomunikasi kita juga
harus memahami cara berkomunikasi yang baik dan benar dalam konteks ini pesan yang akan
kita sampaikan sebaiknya dipikir kembali supaya tidak memunculkan kesalahpahaman dengan
lawan bicara. Komunikasi yang baik dan benar yaitu berbicara dengan jelas, sopan, ramah, dan
tidak emosi.
Daftar Pustaka
Amelia. (2014). Disharmoni Pengaturan Pemberian Izin dan Dispensasi. Rechtidee Jurnal Hukum, Vol.
9. No. 1.
Kurniati, D. P. (2016). KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL. Univ Udayana Fak Kedokt.
Sudaryono. (2017). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Mix Method. Depok:
RajaGrafindo Persada.