Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tokoh dan Penokohan pada Novel Chinmoku karya Shusaku Endo

Tokoh dan penokohan pada novel Chinmoku dalam penelitan ini adalah tokoh Sebastian

Rodrigues sebagai tokoh utama, serta tokoh Kichijiro dan tokoh Bapa Ferreira sebagai tokoh

tambahan.

1.1.1 Sebastian Rodrigues / セバスチィン・ロドリゴ

Tokoh utama dalam novel Chinmoku adalah Sebastian Rodrigues, seorang pastor yang

lahir pada tahun 1610 dan memutuskan untuk masuk ke sekolah seminari pada usia 17 tahun.

Untuk mengetahui gambaran karakter Sebastian Rodrigues, diperlukan analisis terhadap tingkah

laku dan pemikiran tokoh yang ditunjukkan melalui narasi dan dialog dengan tokoh lain.

Karakter yang dimiliki tokoh Sebastian Rodrigues adalah sebagai berikut:

1. Optimis

Kutipan 4.1 Rodrigues tetap optimis menghadapi segala masalah.

今後の行先にはおそらく、あのアフリカからインド洋で味わった船旅など比べものにものなら
ぬ困難や危険が待ちうけていることでしょう。しかし「この町にて迫害せられなば、なお、他の

街に行くべし」そして私の心には、たえず黙示録の「主にてまします神よ」。(Chinmoku
1966:19)
Kongo no ikisaki niha osoraku, ano afurika kara indoyou de awatta funatabi nado
kurabe mononimo naranu konan ya kinen ga machi uketeiru koto deshou. Shikashi
“kono machi nite hakugaiserarenaba, nao, hoka no machi ni ikubeshi” Soshite
watashi no kokoro niha,taezu mokushiroku no “shu nite mashimasukamiyo”
Sekarang kami dihadapkan pada masa depan yang sudah pasti jauh lebih berbahaya
dan berat dibandingkan perjalanan laut memutari Afrika dan menyeberangi Samudra
Hindia. Tetapi “apabila mereka menganiaya kamu di dalam kota yang satu, larilah ke
kota yang lain” dan di dalam hatiku senantiasa terukir ayat-ayat dari kitab Wahyu
bahwa kehormatan dan kemuliaan dan kekuatan hanyalah milik Tuhan.

Lingkungan banyak berpengaruh dalam membentuk karakter Sebastian Rodrigues.

Keputusan untuk menjadi seorang pastor mengharuskannya untuk masuk ke sekolah teologi atau

seminari. Ajaran agama membuatnya menjadi pribadi yang tidak mudah patah arang. Terlihat

ketika Rodrigues dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan pergi ke tempat yang belum

pernah di kunjungi dan bahkan dapat membahayakan dirinya. Namun, Rodrigues percaya bahwa

tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena Tuhan akan terus memberikan kekuatan kepada

dirinya.

Kutipan 4.2 Rodrigues tetap optimis melakukan misi ke Jepang.

我々は毎日、彼の病気が一日も早く回復するよう祈っていますが、しかし病態は、はかば

かしくはありません。けれども神は、我々の智慧では洞察することのできぬもっとも善き運命
を人間たちにお与えになる筈です。出発はあと二週間後に迫っていますが、おそらく主はそ

の全能の奇跡によって、すべてを調和させて下さるでしょう。(Chinmoku 1966:26)

Wareware ha mainichi, kare no byouki ga ichinichi mo hayaku kaifukusuru you


inotteimasuga, shikashi byouki ha, hakabakashikuha arimasen. Keredomo kami ha,
warewareno chie deha dousatsusuru koto nodekinu mottomo yoki unmei wo
ningentachi ni otae ni naru hazu desu. Shuppatsu ha ato nishuukango ni
sematteimasuga, osoraku shu ha sono zennou no kiseki niyotte, subete wo
chouwasasete kudasarudeshou.

Setiap hari kami pun berdoa agar kesehatannya dipulihkan sesegera mungkin. Namun
kondisinya tidak juga membaik. Tapi apa yang ditetapkan Tuhan tentunya lebih baik
daripada yang bisa diberikan atau yang terpikir oleh manusia. Hari keberangkatan
kami semakin dekat. Tinggal dua minggu lagi. Barangkali Tuhan, dengan
kemahakuasaanNya, akan melancarkan semauanya secara ajaib.
Selama persiapannya menuju ke Jepang, Rodrigues banyak menghadapi situasi-situasi

yang kerap menggoyang niatnya untuk pergi melakukan misi. Seperti contoh, salah satu rekan

misi Rodrigues, Juan De Santa Marta mengalami sakit beberapa hari sebelum keberangkatan

mereka. Menyikapi hal itu Rodrigues tetap percaya bahwa Tuhan telah mengatur segala sesuatu

untuk maksud yang baik. Oleh karena itu dirinya memutuskan untuk tetap pergi ke Jepang.

1. Berani

Kutipan 4.3 Rodrigues siap menghadapi konsekuensi apapun.

彼等が警吏で、罠をかけたとしても、かまわぬと思いました。もし、信徒だったら、お前はどう

するのだと言う声のほうが心の中で強くひびいたからです。私は人々に奉仕するために生ま
れてきた司祭でした。その奉仕を肉体の臆病ゆえに怠けるのは恥でした。「よせ」ガルペがき

びしく私に言いました。
「馬鹿な。。。」「馬鹿でもいい。義務からではない」(Chinmoku 1996:57)

Karera ga keiri de, wana wo kakemashitemo, kamawanu toomoimashita. Moshi,


shinto dattara, omae ha dousuru noda toiu koe nohouga kokoro naka de
tsuyokuhibiitakaradesu. Watashi ha hitobito ni houshisuru tameni umaretekita shisai
deshita. Sono houshi wo nikutai no okubyou yueni namakerunoha haji deshita. “yose”
Garupe ga kibishiku watashi ni iimashita. “bakana…” “bakademoii.
Gimukaradehana”]

Andai pun ini perangkap, andai pun orang-orang itu ternyata para pengawal, biarlah.
“Kalau mereka orang Kristen, lalu kenapa?” kata sebuah suara yang berdebum-debum
liar di relung-relung hatiku. Aku seorang pastor, dan aku harus mengabdikan hidupku
untuk pelayanan kepada sesama manusia. Sungguh suatu aib kalau aku mengkhianati
panggilanku karena rasa takut dan pengecut.

“Stop!” seru Garrpe sengit. “Kau idiot!..”


“Aku bukan idiot! Ini sudah tugasku.”

Setibanya di Jepang, Rodrigues bersama rekannya Garrpe, bertemu dengan penganut

agama Kristen yang terus melakukan praktik Kekristenan secara bersembunyi atau biasa disebut

Kakure Kirishitan dan melakukan pelayanan di sana. Dalam melakukan pelayanan, mereka juga
sangat sadar aktivitas yang mereka lakukan amat riskan untuk diketahui pejabat-pejabat Jepang

yang melarang keras agama Kristen pada saat itu. Oleh karena itu, wajar jika mereka sangat

berhati-hati dalam menampakkan diri mereka di muka umum. Pada satu momen Rodrigues

membuat keputusan berani yang bisa saja dapat membahayakan dirinya dan Garrpe. Keputusan

beraninya ini didasari karena dia harus mendahului kepentingan penganut Kristen yang

membutuhkan pelayanan dia dibanding keamanan dan keselamatan pribadinya.

1.1.2 Kichijiro / キチジロー

Kichijiro memegang peran penting dalam perkembangan diri Rodrigues. Sejak awal

pertemuan dengan Rodrigues, Kichijiro dilukiskan sebagai individu yang mempunyai sifat

rendah diri. Sifatnya ini kerap membuat Rodrigues menjadi jengkel dan kerap menguji

integritasnya sebagai pastor. Karakter yang dimiliki oleh Kichijiro adalah sebagai berikut:

1. Licik

Kutipan 4.4 Kichijiro menipu mandornya agar bisa bermalas-malasan.

今のところ、我々にわかるのは、彼にはかなり、狡い性格があり、その狡さもこの男の弱さ
から生まれているということです。過日、私たちはこういう光景を偶然みてしまいました。支

那人の監督の眼が届く時はいかにも懸命に働いているように見せかけていたキチジローは、
監督が現場から離れるとすぐ怠けはじめ。(Chinmoku 1996:27)

Ima no tokoro, wareware ni wakaru noha, kare niha kanari, zurui seikaku ga ari,
sono zurusa mo kono otoko no yowasa kara umareteiru toiu koto desu. Kajitsu,
watashitachi ha kouiu koukei wo guuzen miteshimaimashita. Shinajin no kantoku no
manako ga todoku toki ha ikanimo kenmei ni hataraiteiru youni misekaketeita
Kichijiro ha, kantoku ga genba kara hanareru to sugu namakehajime.

Saat ini kami sudah menyadari betapa liciknya orang ini, dan kelicikannya itu
diakibatkan oleh karakternya yang lemah. Coba dengar apa yang terjadi kemarin.
Kalau sedang diawasi mandor Cina itu, dia pura-pura bekerja keras, tetapi kalau sang
mandor sudah pergi, segera saja dia mulai bermalas-malasan.
Sejak awal perjumpaan, Rodrigues memang menaruh sifat pesimis kepada Kichijiro

karena karakternya yang sarat dengan keburukan. Salah satunya adalah sifat licik Kichijiro yang

membuat Rodrigues muak. Terlihat ketika para misionaris sedang memperbaiki kapal yang akan

membawa mereka ke Jepang dengan dibantu orang Macau. Namun hanya Kichijiro yang tidak

terlihat bekerja serius. Dirinya hanya bekerja saat ada mandor kapal yang mengawasi, tetapi jika

tidak diperhatikan, segera Kichijiro langsung bermalas-malasan.

2. Pengkhianat

Kutipan 4.5 Kichijiro menjual Rodrigues kepada pejabat Jepang.

男たちの腕が私の体を摑み、地面から立たせました。その一人が幾つかの小さな銀を、ま

だ跪いているキチジローの鼻先に蔑むように投げつけました。乾いた道を私は時々、よろめき
ながら歩きだしました。一度うしろをふりむくと私を裏切ったキチジローの小さな顔が遠くに見

えました。(Chinmoku 1966:122)

Otokotachi no ude ga watashi no karada wo tsukami, jimen kara tatasemashita. Sono


hitori ga ikutsuka no chiisana gin wo, mada hizamazuiteiru Kichijiro no hanasaki ni
sagesumu you ni nagetsukimashita. Kawaita michi wo watashi ha tokidoki, yoromeki
nagara arukidashimashita. Ichido ushiro wo furimuku to watashi wo uragitta
Kichijiro no chiisana kao ga tooku ni miemashita.

Orang-orang itu mulai menangkapku dan menyeretku bangkit. Salah satu dari mereka,
dengan gerakan menghina, melemparkan ke wajah Kichijiro yang masih berlutut
sejumlah keping perak kecil. Dengan tersandung-sandung dan limbung mereka
mendorongku sepanjang jalan kering itu. Sekali aku menoleh ke belakang, namun
wajah orang yang mengkhianatiku sudah tak terlihat di kejauhan sana.

Momen lain kelicikan yang Kichijiro lakukan adalah ketika pengkhianatan yang

dilakukannya kepada Rodrigues. Dengan memanfaatkan keadaan Rodrigues yang sedang lemah,

Kichijiro pergi memanggil pejabat dan menjual Rodrigues kepada mereka.


3. Penakut

Kutipan 4.6 Kichijiro yang kerap ketakutan saat ditanya tentang keyakinannya.

「あなたは信徒ですか」同僚のガルペがそう訊ねると、この男は急に黙りこみました。話をし

ている間、私たちは妙なことに気がつきました。この身震いのするような光景を我々に呟き
ながら、キチジローは顔を歪めると、突然、口を噤んでしまったのです。 そしてまるで記憶の

中からあの怖ろしい思い出す追い払うように手をふりました。(Chinmoku 1966:22-23)

“Anata ha shinto desuka” douryou no Garupe ga sou tazuneruto, kono otoko ga kyuu
ni damarikomimashita. Hanashi wo shiteiru aida, watashitachi ha myouna koto ni ki
ga tsukimashita. Kono miburuino suruyouna koukei wo wareware ni tsubuyaki
nagara, Kichijiro ha kao wo yugameruto, totsuzen, kuchi wo tsugundeshimatta
nodesu. Soshite marude kioku no naka kara ano osoroshii omoidasu oiparau youni te
wo furimashita.

“Apakah kau orang Kristen” tanya Garrpe rekan seperjalananku. Tapi orang itu
mendadak bungkam seribu bahasa. Sementara percakapan kami berlanjut, kami
memerhatikan sesuatu yang aneh. Dia menggambarkan peristiwa itu sambal
bergumam seperti menggigil, wajahnya kemudian menjadi tegang, kemudian ia
mendadak diam. Lalu dia mengguncang-guncang tangannya, seolah olah ada
kenangan masa lalu yang buruk terus menghantuinya.

Karakter lemah yang dimiliki Kichijiro dimanifestasikan dalam berbagai macam tingkah

laku. Seperti rasa takut yang berlebihan menguasainya saat ia ditanya seputar nasib agama

Kristen di Jepang.

Kutipan 4.7 Rasa takut Kichijiro membuat dirinya suka menarik diri.

船荷の横でキチジローの苦しそうな声をききました。この弱虫は風の間、ほとんど水夫たちを
手伝うことさえせず、荷と荷との間に真倉になって震えていました。まわりには白い吐瀉物

が あ たりか ま わず散ら ば り、日本 語でな にか を し き り呟い てい るの です 。 (Chinmoku


1966:34)
Funani no yoko de Kichijiro no kurushisouna koe wo kikimashita. Kono yowamushi
ha kaze no aida, hotondo suifutachi wo tetsudau koto saesezu, ni to ni tono aida ni
matsusao ni natte furueteimashita. Mawari niha shiroi toshabutsu ga atari kamawazu
chirabari, nihongo de nanika wo shikiri ni tsubuyaiterunodesu.

Di samping barang-barang bawaan kapal itu aku bisa mendengar suara Kichijiro yang
menyedihkan. Selama badai berlangsung, ia tidak berusaha sedikit pun membantu
para pelaut, dan sekarang ia gemetaran tergeletak di antara barang-barang. Di
sekitarnya ada bekas muntahan yang putih, dan dia terus-menerus menggumamkan
sesuatu dalam bahasa Jepang.

Rasa takut yang berlebihan kembali ditunjukkan Kichijiro ketika dia sama sekali tidak

memberikan kontribusi kepada rekan-rekan seperjalanannya saat kapal tengah dihantam badai.

Tanpa diketahui sebabnya, dia lebih memilih mengasingkan diri dan meracau tidak jelas.

4. Sombong

Kutipan 4.8 Kesombongan membuat Kichijiro menjadi seperti pahlawan.

そして滑稽なことには、その中でキチジローが前とは違ってまるで英雄のように部落民からも
てはやされ得意そういう働きまわっているのです。(Chinmoku 1966:64)

Soshite kokkeina koto niha, sono naka de Kichijiro ga mae toha chigatte marude
eiyuu no youni burakumin kara motehayasare tokui souiu hatarakimawatteiru nodesu.

Tapi yang paling lucu adalah Kichijiro, dia berbeda dari dia yang dahulu. Ia suka
berjalan-jalan keliling kampung bak pahlawan dengan kepala tegak dan pongah.

Kehadiran Rodrigues di Jepang menjadi berkat bagi Kakure Kirishitan yang

membutuhkan pelayanan seorang pastor. Mereka lalu mengapresiasi Kichijiro karena dirinya

juga andil dalam mendatangkan Rodrigues ke Jepang. Hal ini membuat Kichijiro menjadi besar

kepala. Ditunjukkan dengan dirinya berjalan berkeliling kampungnya bak pahlawan yang berjasa

besar.
5. Pemabuk

Kutipan 4.9 Kichijiro yang pemabuk berat.

ただ一つ、困ったことは、彼がひどく酒のみなことなのです。一日の仕事のあと、監督からも

らう賃金のすべてを酒に使っているようです。その酔い方も話にならぬもので、まるでこの男
はある決定的な思い出が心の奥にあって、それを忘れるために酒を飲んでいるとしか思わ

れません。(Chinmoku 1966:29)

Tada hitotsu, komatta koto ha, kare ga hidoku sakenomina koto nanodesu. Ichinichi
no shigoto no ato, kantoku kara morau chingin no subete wo sake ni tsukatteiru you
desu. Sono yoikata mo hanashi ni naranumo node, marude kono otoko ha aru
ketteitekina omoide ga kokoro no oku ni atte, sore wo wasureru tameni sake wo
nandeiru to shika omowaremasen.

Hanya ada satu hal yang sangat mengganggu. Dia pemabuk berat. Setelah bekerja
seharian, setiap sen uang yang diterimanya dari mandor habis dibelikan sake.
Sepertinya dia diganggu suatu kenangan lama yang coba ia lupakan hanya dengan
minum sake.

Setiap kali mendapat upah dari bekerja memperbaiki kapal, Kichijiro segera

menghabiskan upahnya untuk membeli sake. Seakan sake tidak bisa dipisahkan dari

hidupnya. Kichijiro yang suka meminum sake membuat dirinya seringkali mabuk dan tidak

disukai oleh orang sekitarnya, termasuk Rodrigues. Kichijiro yang pemabuk membuat

Rodrigues berpikir bahwa mungkin ada pengalaman buruk yang dimiliki Kichijiro yang

hanya dapat dihapus dengan meminum sake.

1.1.3 Bapa Ferreira / フェレイラ

Selain Kichijiro, ada satu tokoh yang memegang peran untuk meyakinkan Rodrigues

untuk menginjak fumie (gambar Yesus) yaitu Christovao Ferreira atau Bapa Ferreira. Tokoh ini

merupakan mantan guru rohani Rodrigues di seminari dan telah meninggalkan keyakinannya
sejak ia ditugaskan bermisi ke Jepang. Setelah meninggalkan keyakinannya, Bapa Ferreira

menjalani tugasnya membantu Jepang dengan segala pengetahuan yang ia miliki. Karakter yang

dimiliki oleh Bapa Ferreira adalah pesimis seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Kutipan 4.10 Bapa Ferreira mengungkapkan keresahannya kepada Rodrigues.

フェレイラまるで吼えるような叫びをあげた。「わしが転んだのはな、いいか。聞きなさい。その

あとでここに入れられ耳にしたあの声に、神が何ひとつ、なさらなかったからだ。わしは必死
で神に祈ったが、神は何もしなかったからだ」(Chinmoku 1966:262)

Ferreira marude hoeru youna sakebi wo ageta. “Washi ga koronda noha na, iika.
Kikinasai. Sono atode koko ni hairare mimi ni shita ano koe ni, kami ga hitotsu,
nasaranakatta karada. Washi ha hisshi de kami ni inotta ga, kami ha nani mo
shinakatta karada”

Suara Ferreira tampak seperti meninggi. “Sebabnya aku meninggalkan keyakinanku?


Baiklah, dengarkan. Aku ditempatkan di sini dan aku mendengar suara orang-orang
itu dan Tuhan tidak berbuat apa-apa. Aku sudah berdoa dengan sepenuh kekuatanku.
Tapi Tuhan tidak berbuat apa-apa.”

Salah satu alasan Bapa Ferreira meninggalkan imannya adalah dirinya merasa Tuhan

tidak bekerja untuk menegakkan kasih di tengah penderitaan masyarakat Jepang. Ratapan dan

seruan kepada Tuhan yang diucapkan Bapa Ferreira seperti sia-sia. Kenyataan bahwa doanya

tidak dijawab membuat Bapa Ferreira putus harapan dan pada akhirnya melakukan praktik fumie.

Berdasarkan uraian tokoh & penokohan yang telah dijabarkan sebelumnya maka relasi

antara Sebastian Rodrigues, Kichijiro, dan Bapa Ferreira dapat dijelaskan dalam diagram

berikut :
Sebastian 1 Kichijiro
Rodrigues

2 3

Bapa Ferreira Garrpe

Gambar 4.1 Diagram Penokohan Novel Chinmoku

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa :

1. Kichijro merupakan orang Jepang yang Rodrigues temui di Macau dan menjadi rekan

seperjalanan menuju ke Jepang. Karakter Kichijiro yang sarat akan pribadi yang negatif

membantu Rodrigues untuk mengenali ketidakmampuannya.

2. Kabar Bapa Ferreira telah meninggalkan imannya menjadi salah satu alasan Rodrigues pergi

ke Jepang. Setelah mereka bertemu, dialog yang dibangun penuh dengan debat yang lahir

dari karakter pesimis Bapa Ferreira tentang negara Jepang yang tidak dapat menerima

Kekristenan. Dan kepesimisannya itu diungkapkan kepada Rodrigues yang saat itu juga

sedang mengalami kebimbangan akan imannya.

3. Rodrigues dan Garrpe adalah misionaris muda sekaligus rekan seperjalanan misi ke Jepang

yang. Mereka berasal dari sekolah seminari yang sama dan murid dari Christovao Ferreira.

4.2 Perilaku Inferioritas dan Superioritas pada Tokoh Sebastian Rodrigues dalam Novel
Chinmoku
Sebagai individu yang terus berkembang, manusia tidak hanya mengandalkan faktor

hereditas saja, tetapi faktor lingkungan juga ikut berperan. Oleh karena itu, Alfred Adler

berpendapat bahwa manusia membutuhkan orang lain untuk mengembangkan diri dari inferior

menjadi superior (Adler, 1964, dalam Feist&Feist, 2008:62). Dari 6 konsep psikologi individual

yang dipaparkan oleh Alfred Adler, ditemukan ada 4 konsep psikologi individual pada tokoh

Sebastian Rodrigues, yaitu inferioritas, superioritas, finalisme semu, dan gaya hidup. Namun,

karena konsep gaya hidup saling berkaitan dengan konsep finalisme semu, konsep gaya hidup

akan melebur ke dalam konsep finalisme semu, maka dalam penelitian ini ditemukan ada 3

konsep psikologi individual, yaitu:

4.2.1 Inferioritas

Menurut Alfred Adler (1939, dalam Hidayat 2011:61) menjadi manusia berarti membawa

satu hal yang mau tak mau harus dibawa oleh manusia tersebut, yaitu kekurangan atau inferior

dimana perasaan inferior itulah yang menjadi dorongan atau motivasi untuk menjadi superior.

Berikut adalah 2 poin kelemahan dalam diri Rodrigues yang menjadikan dirinya inferior, yaitu:

1. Ketidakmampuan Memahami Kuasa Tuhan

Rodrigues seorang pastor muda yang diutus untuk menjadi misionaris ke Jepang. Ajaran-

ajaran yang didapat saat di seminari banyak berpengaruh membentuk karakter, perilaku dan

pemikirannya. Salah satunya gambaran ideal Yesus dibentuk selama Rodrigues duduk di bangku

seminari.

Kutipan 4.11 Rodrigues kagum akan kasih yang dimiliki Yesus.

それから東方の文化が、長い鼻、縮れた髪、黒い髭をもった幾分、東洋的な基督の顔を
つくりあげ、更に王者たる威厳にみちた顔が多くの中世の画家たちによって描かれました。
私はその顔に愛を感じます。男がその恋人の顔に引きつけられるように、私は基督の顔に
いつも引きつけられるのです。(Chinmoku 1966:31)
Sorekara higashigata no bunka ga, nagai hana, chijireta kami, kuroi hige wo motta
ikubun, touyoutekina kirisuto no kao wo tsukuriage, sarani oushataru igen ni michita
kao ga ooku no chuusei no gakatachi niyotte kakaremashita. Watashi ha sono kao ni
ai wo kanjimasu. Otoko ga sono koibito no kao ni hikitsukerareruyouni, watashi ha
kirisuto no kao ni itsumo hikitsukerareru nodesu.

Lalu di Gereja timur orang menggambarkan Dia memiliki hidung mancung, rambut
ikal, janggut hitam. Kristus yang berwajah Timur. Sedangkan para seniman zaman
abad pertengahan banyak melukis wajah Kristus yang memancarkan kekuasaan
seperti seorang raja. Aku merasakan kasih yang amat besar terhadap wajah itu. Aku
selalu terpesona pada wajah Kristus, seperti laki-laki yang terpesona pada wajah
perempuan yang dicintainya.

Perspektif tentang Yesus yang dibayangkan oleh Rodrigues adalah sosok yang penuh

kharisma, kuasa dan kasih. Yesus yang memiliki kuasa seperti raja yang dapat mengatur segala

umatNya membuat Rodrigues selalu terkagum tiap kali membayangkan sosokNya. Namun, saat

Rodrigues memulai pelayanannya di Jepang, dan melihat serta mengalami banyak kejadian pedih

terhadap Kakure Kirishitan, dirinya semakin mempertanyakan kekuasaan Tuhan. Segala

perspektif yang Rodrigues bayangkan tentang Yesus semakin hari kian sirna, seperti terlihat pada

kutipan sebagai berikut:

Kutipan 4.12 Kesedihan Rodrigues melihat Kakure Kirishitan yang menderita.

なにを言いたいのでしょう。自分でもよくわかりませぬ。ただ私にはモキチやイチゾウが主の栄

光のために呻き、苦しみ、死んだ今日も、海が暗く、単調な音をたてて浜辺を嚙んでいるこ
とが耐えられぬのです。この海の不気味な静かさのうしろに私は神の沈黙を--- 神が人々の

歎きの声に腕をこまぬいたまま、黙っていられるような気がして。(Chinmoku 1966:93)

Nani wo iitai nodeshou. Jibun demo yoku wakarimasene. Tada watashi niha mokichi
ya ichizou ga shu no eikou no tameni umeki, kurushimi, shinda kyoumo, umi ga
kuraku, tanchouna oto wo tatete hamabe wo kandeiru koto ga taerarenu nodesu.
Kono umi no fugimina shizukasa no ushiro ni watashiha kami no chinmoku wo----
kami ga hitobito no nageki no koe ni ude wo komanuitamama, damatte irareru youna
ki ga shite.

Apa sebenarnya yang ingin kusampaikan ? Aku sendiri tidak mengerti. Hanya bahwa
hari ini, Mokichi dan Ichizo telah menderita dan mati demi keagungan Tuhan, aku tak
sanggup menahan suara monoton debur ombak hitam yang memecah di pantai. Di
balik keheningan menyesakkan laut ini ada keheningan Tuhan… banyak manusia
yang berseru-seru dalam penderitaan mereka kepadaNya, tetapi Tuhan tetap diam
dengan kedua lengan terlipat.

Rodrigues memandang bahwa Tuhan tetap bungkam melihat ada banyak siksaan dan

nyawa manusia yang melayang sia-sia karena terus mempertahankan iman Kristen mereka.

Warga Jepang yang bernama Mokichi dan Ichizo harus meregang nyawa disiksa oleh pejabat

Jepang dengan cara tubuh mereka terikat disebuah kayu yang menyerupai salib dan

diletakkan di bibir pantai. Mokichi dan Ichizo yang gigih tetap mempertahankan iman

mereka meninggal karena fisik mereka tidak kuat menahan siksaan.

Insiden kematian Mokichi dan Ichizo semakin membuat iman Rodrigues goyah dan

meragukan sosok Tuhan yang Maha Kuasa. Bahkan penderitaan yang semakin banyak terjadi

membuat Rodrigues semakin bertanya tentang kuasa Tuhan dan meratap dalam bentuk doa.

Kutipan 4.13 Kesedihan Rodrigues diungkapkan dalam bentuk doa.

村は焼かれ、それまで住んでいた者たちはすべて追い払われたというのである。舟に彼が鈍
い音をたててぶつかったほかは海も陸も、死んだように黙っていた。あなたは何故、すべてを

放っておかれたのですかと司祭は弱々しい声で言った。我々があなたのために作った村さえ、
あなたは焼かれるまま放っておいたのか。人々が追い払われるときも、あなたは彼等に勇気

を与えず、この闇のようにただ黙っておられたのですか。なぜ。そのなぜかという理由だけでも、
教えてください。(Chinmoku 1966:151)
Mura ha yakare, soremade sundeita monotachi ha subete oiparawareta to iu no
dearu. Fune ni kare ga noroi oto wo tatete butsukatta hoka ha umi mo oka mo, shinda
youni damatte ita. Anata ha naze, subete wo hotte okareta no desuka to shisai ha
yowayowashii koe de itta. Hitobito ga oiparawareru toki mo, anata ha karera ni
yuuki wo ataezu, kono yami no youni tada damatte orareta nodesuka. Naze. Sono
naze ka to iu riyuu dake demo, oshiete kudasai.

Desa itu sudah terbakar, para penduduknya tercerai berai. Laut dan daratan hening
seperti mati, hanya suara monoton ombak-ombak berkecipak di badan perahu
memecahkan keheningan malam. Mengapa Engkau meninggalkan kami sebatang
kara ? Dia berdoa dengan suara lemah. Desa itu dibangun untukMu, dan Kau
membiarkannya dibakar menjadi abu ? Ketika orang-orang itu diusir dari kediaman
mereka, tidakkah Engkau memberi mereka keberanian ? Apakah Engkau hanya
bungkam seperti kegelapan yang mengelilingiku ? Kenapa ? Setidaknya jelaskan
kepadaku alasannya, kenapa ?

Rodrigues semakin sedih melihat penderitaan Kakure Kirishitan, salah satunya desa

yang menjadi tempat tinggal mereka sudah habis dibakar oleh pejabat Jepang. Keresahannya

ini diungkapkan Rodrigues dalam bentuk doa kepada Tuhan. Dirinya terus berdoa agar Tuhan

bekerja menegakkan keadilan kepada warga Kristen Jepang yang menderita. Doanya sarat

akan seruan yang meminta penjelasan atas segala hal pahit yang dialami Kakure Kirishitan.

Inferioritas pertama Rodrigues ditunjukkan dengan ketidakmampuannya dalam

memahami kuasa Tuhan. Rodrigues menganggap dengan rasa kasih dan adil Tuhan, seharusnya

masyarakat Kakure Kirishitan dapat hidup dengan aman dan damai. Namun pada kenyataannya,

dirinya justru melihat penderitaan yang dialami Kakure Kirishitan karena menanggung iman

Kristen mereka. Hal ini membuat Rodrigues sempat meragukan keberadaan Tuhan. Sebab

Rodrigues berpikir bahwa Tuhan tidak menunjukkan kuasaNya untuk menyelamatkan Kakure

Kirishitan. Ketidakmampuannya ini merupakan bentuk inferioritas yang kemudian menimbulkan

usaha untuk terus berjuang memahami kuasa Tuhan dengan berdoa dan meratap.

2. Ketidakmampuan mengampuni Kichijiro


Salah satu peran pastor adalah memberikan pelayanan pengakuan dan pengampunan dosa

dari orang lain. Tetapi, Rodrigues tidak mampu memberikan pelayanan itu secara tulus kepada

Kichijiro karena pengkhianatan yang dilakukannya kepada Rodrigues, seperti terlihat pada

kutipan berikut:

Kutipan 4.14 Kichijiro yang menjual Rodrigues kepada pejabat Jepang.

男たちの腕が私の体を摑み、地面から立たせました。その一人が幾つかの小さな銀を、ま
だ跪いているキチジローの鼻先に蔑むように投げつけました。乾いた道を私は時々、よろめき

ながら歩きだしました。一度うしろをふりむくと私を裏切ったキチジローの小さな顔が遠くに見
えました。(Chinmoku 1966:122)

Otokotachi no ude ga watashi no karada wo tsukami, jimen kara tatasemashita. Sono


hitori ga ikutsuka no chiisana gin wo, mada hizamazuiteiru Kichijiro no hanasaki ni
sagesumu you ni nagetsukimashita. Kawaita michi wo watashi ha tokidoki, yoromeki
nagara arukidashimashita. Ichido ushiro wo furimuku to watashi wo uragitta
Kichijiro no chiisana kao ga tooku ni miemashita.

Orang-orang itu mulai menangkapku dan menyeretku bangkit. Salah satu dari mereka,
dengan gerakan menghina, melemparkan ke wajah Kichijiro yang masih berlutut
sejumlah keping perak kecil. Dengan tersandung-sandung dan limbung mereka
mendorongku sepanjang jalan kering itu. Sekali aku menoleh ke belakang, namun
wajah orang yang mengkhianatiku sudah tak terlihat di kejauhan sana.

Kutipan di atas menjelaskan tentang perbuatan buruk Kichijiro terhadap Rodrigues

dengan cara menjualnya kepada pejabat Jepang. Rodrigues yang merasa tenggorokannya

gatal karena ikan asin pemberian Kichijiro meminta Kichijiro untuk mencarikannya air untuk

bisa diminum. Namun ketika kembali Rodrigues terkejut karena Kichijiro datang bersama

pejabat Jepang. Setelah menangkap Rodrigues, pejabat Jepang melemparkan beberapa koin

kepada Kichijiro sebagai imbalan atas tindakannya. Hal ini membuat Rodrigues sakit hati,

marah dan kecewa kepada pribadi Kichijiro. Oleh karena itu, perilaku buruk Kichijiro ini
juga menjadi momen untuk menguji integritas Rodrigues sebagai pastor untuk memberi

pengampunan secara tulus.

Kutipan 4.15 Perilaku buruk Kichijiro membuat Rodrigues muak.

司祭は窓から顔を離し、その声に耳をふさぐ。干魚の味とそしてあの時の咽喉の焼けつくよ
うな渇きとを彼は忘れることはできない。心では、この男を許そうとしても、恨みと怒りとは

記憶から消えてはおらぬ。(Chinmoku 1966:178)

Shisai ha mado kara kao wo hanashi, sono koe ni mimi wo fusagu. Hoshiuo no aji to
soshite ano toki no inkou no yaketsuku youna kawaka to wo kare ha wasureru koto ha
dekinai. Kokoro deha, kono otoko wo yurusou toshitemo, urami to okori toha kioku
kara kiete ha oranu.

Sang pastor mundur dari jendela dan berusaha menulikan telinga dari suara itu. Mana
mungkin dia melupakan ikan kering itu, dan rasa haus yang membakar di
tenggorokannya. Andai pun dia mencoba memaafkan orang itu, dia tak bisa
mengenyahkan dari ingatannya rasa benci dan amarah yang bercokol di sana.

Sadar bahwa telah berbuat salah kepada Rodrigues membuat Kichijiro terus mencari

Rodrigues yang telah ditahan pejabat Jepang untuk meminta pengampunan. Ketika mereka

bertemu, Rodrigues enggan bertemu dengan sosok Kichijiro, bahkan mendengar suaranya pun

membuat dirinya muak. Rodrigues terus terbayang kelicikan Kichijiro memanfaatkan

kelengahannya, saat dirinya haus karena ikan kering pemberian Kichijiro. Sebagai pastor,

Rodrigues sadar sudah menjadi kewajiban dirinya memberikan pelayanan kepada orang lain.

Tetapi khusus kepada Kichijiro, Rodrigues tidak bisa memberikan pengampunan secara tulus

seperti pada umumnya.

Kutipan 4.16 Sakit hati Rodrigues membuat dirinya tidak memberikan pengampunan
tulus kepada Kichijiro.

「許しの秘蹟は与えるけれども、私はあなたを信じたわけではない。 今更なぜ、ここに戻って

きたのかそのわけも私にはわからない」(Chinmoku 1966:181)
“Yurushi no hiseki ha ataeru keredomo, watashi ha anata wo shinjita wakedewanai.
Imasara naze, kokoni modottekita noka sono wakemo watashi niha wakaranai”

“Meskipun aku akan memberikan sakramen pengampunan kepadamu, aku tidak


percaya kepadamu. Aku tidak mengerti, kenapa kau datang kemari.”

Sebagai pastor yang mempunyai kewajiban memberikan pengampunan membuat

Rodrigues tidak punya pilihan lain selain memberikan pengampunan kepada Kichijiro walau

dengan hati yang tidak tulus. Namun, ajaran teologi yang didapat selama di seminari serta

profesinya sebagai pastor mendorong Rodrigues untuk terus berusaha mengampuni Kichijiro.

Kutipan 4.17 Ajaran teologi mendorong Rodrigues untuk mampu memaafkan


Kichijiro.
いいや、主は襤褸のようにうす汚い人間しか探し求められなかった。床に横になりながら司

祭はそう思った。聖書のなかに出てくる人間たちのうち基督が探し歩いたのはカファルナウム
の長血を患った女や、人々に石を投げられた娼婦のように魅力もなく、美しくもない存在

だった。(Chinmoku 1966:182)
Iiya, shu ha ranru no youni usugitanai ningen shika sagashimotomerarenakatta. Toko
ni yoko ni narinagara shisai ha sou omotta. Seisho no naka ni detekuru ningen tachi
no uchi kirisuto ga sagashi aruita noha kafarunaumu no nagachi wo wazuratta onna
ya, hitobito ni ishi wo nagerareta shoufu no youni miryoku mo naku, utsukushiku mo
nai sonzai datta.

Tidak, Tuhan telah mencari orang-orang yang kotor dan compang-camping. Demikian
sang pastor merenung sambil berbaring di tempat tidurnya. Di antara orang-orang
dalam kisah Alkitab, yang dicari Kristus adalah perempuan yang sakit pendarahan di
Kapernaum, juga perempuan pezinah yang hendak dirajam oleh orang-orang. Dan
mereka adalah makhluk yang tidak memiliki daya tarik atau keindahan.

Rodrigues terdorong untuk bisa lebih mengasihi orang seperti Kichijro karena Tuhan

Yesus telah datang ke dunia untuk orang-orang yang dipandang rendah oleh masyarakat.

Pemikiran inilah yang membuat Rodrigues terus berusaha semakin baik dalam memberikan

pelayanannya seperti Yesus telah memberikan teladan untuk mengasihi orang-orang yang rendah
dan lemah seperti Kichijiro. Adanya ketidakmampuan dalam memberikan pengampunan tidak

membuat Rodrigues lepas dari tanggung jawabnya, justru ia tetap setia dalam profesinya dan

berusaha untuk semakin baik melayani Kakure Kirishitan.

Inferioritas kedua Rodrigues ditunjukkan dengan ketidakmampuan dirinya untuk

mengampuni Kichijiro secara tulus. Hal ini disebabkan karena perilaku buruk Kichijiro yang

telah menjualnya kepada pemerintah Jepang. Walaupun tugasnya sebagai pastor adalah

memberikan pengampunan, namun dendam yang masih tersimpan dalam hati Rodrigues kepada

Kichijiro membuat pengampunan yang diberikan tidak keluar dari hati yang ikhlas dan tulus.

Ketidakmampuannya ini tidak membuat Rodrigues menolak Kichijro, justru dirinya terus

berusaha mencoba memberikan pengampunan karena Tuhan mengajarkan untuk mengasihi

siapapun tanpa terkecuali.

4.2.2 Superioritas

Jika inferioritas adalah sumber dari motivasi untuk berjuang, superioritas adalah upaya

untuk mengatasi perasaan inferioritas agar diubah menjadi keunggulan. Menurut Adler dalam

Hidayat (2011:63) menjadi superior adalah usaha untuk menyempurnakan diri sendiri agar

menjadi pribadi yang dapat menaklukan kekurangan. Tujuan akhir yang dikemukakan oleh Adler

(1956, dalam Feist&Feist (2008:65) juga subyektif atau masih bersifat fiksi. Goal atau tujuan

akhir akan jelas dan bermakna penting jika seorang manusia sanggup menyatukan kepribadian

dan menjadikan semua perilaku bisa dipahami.

Ada satu momen yang menunjukkan usaha Rodrigues untuk berjuang menjadi pribadi

yang dapat menaklukan kekurangannya, seperti ketidakmampuan memahami kuasa Tuhan dan
ketidakmampuan mengampuni Kichijiro. Usaha Rodrigues dalam menaklukan perilaku

inferioritasnya yaitu:

1. Melakukan praktik fumie

Momen ketika Rodrigues melakukan fumie adalah momen sentral dalam perkembangan

dirinya. Pada zaman Edo, agama Kristen dilarang oleh pemerintah Jepang, sehingga Kakure

Kirishitan akan dihukum karena dianggap melawan pemerintah. Maka pemerintah mengadakan

praktik fumie untuk mengetahui penganut agama Kristen dan bukan. Walaupun pejabat Jepang

menekankan kepada Rodrigues bahwa ritual ini hanya semacam formalitas, tetapi melakukan hal

ini tidak semudah membalikkan telapak tangan karena dirinya tidak tega menginjak pribadi yang

begitu dikaguminya. Rodrigues berpikir lama untuk memutuskan menginjak fumie atau tidak,

dan pada akhirnya Rodrigues memutuskan menginjak gambar Yesus. Keputusan menginjak

fumie sebagai bentuk protes Rodrigues kepada Tuhan karena terus diam ketika banyak terjadi

penderitaan dan penindasan. Saat itu Rodrigues sempat berpikir ragu akan keadilan, kasih dan

keberadaan Tuhan, tetapi pada momen itu ia benar-benar merasa bahwa Tuhan sedang berbicara

jelas. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Kutipan 4.18 Rodrigues melakukan fumie.


司祭は足をあげた。足に鈍い重い痛みを感じた。それは形だけのことではなかった。自分は

今、自分の生涯の中で最も美しいと思ってきたもの、最も聖らかと信じたもの、最も人間の
理想と夢にみたされたものを踏む。この足の痛み。その時、踏むがいいと銅版のあの人は
司祭にむかって言った。踏むがいい。お前の足の痛さをこの私が一番よく知っている。踏む

がいい。私はお前たちに踏まれるため、この世に生れ、お前たちの痛さを分つため十字架を
背負ったのだ。こうして司祭が踏絵に足をかけた時、朝が来た。鶏が遠くで鳴いた。
(Chinmoku 1966:268)
Shisai ha ashi wo ageta. Ashi ni noroi omoi itami wi kanjita. Sore ha nari dake no
koto dewanakatta. Jibun ha ima, jibun no shougai no naka de mottomo utsukushii to
omotte kita mono, mottomo kiyoraka to shinjita mono, mottomo ningen no risou to
yume ni mitasareta mono wo fumu. Kono ashi no itami. Sono toki, fumu ga ii to
douban no ano hito ha shisai ni mukatte itta. Fumu ga ii, omae no ashi no itasa wo
kono watashi ga ichiban yoku shitteiru. Fumu ga ii. Watashi ha omaetachi ni
fumareru tame, kono yo ni nare, omaetachi no itasa wo wakatsu tame juujika wo
seotta noda. Koushite shisai ga fumie ni ashi wo kaketa toki, asa ga kita. Niwatori ga
tooku de naita.

Sang pastor mengangkat satu kakinya. Ada kepedihan hebat dan berat di kakinya. Ini
bukan sekadar formalitas. Dia akan menginjak sesuatu yang selama ini dianggapnya
hal yang paling indah dalam hidupnya, hal yang diyakininya paling suci, paling
sempurna yang diharapkan manusia. Betapa sakit kakinya terasa! Dan kemudian
wajah Kristus dari perunggu itu berbicara kepada sang pastor. ”Injaklah, Aku lebih
tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu. Injaklah, Aku lahir ke dunia
memang untuk diinjak-injak manusia dan untuk menanggung penderitaan manusialah
aku memanggul salibku.” Sang pastor menempatkan satu kakinya di atas fumie itu.
Fajar merekah. Dan di kejauhan sana terdengar ayam berkokok.

Keputusan untuk melakukan fumie membuat Rodrigues merasa bahwa Tuhan berbicara

padanya untuk menyelamatkan Kakure Kirishitan yang saat itu sedang tersiksa digantung dalam

sebuah lubang. Tindakan Rodrigues melakukan fumie merupakan manifestasi kasih sayang dan

berkorban Yesus terhadap umatNya. Dengan melakukan fumie, Rodrigues tahu konsekuensi atas

tindakannya, bahwa akan dicap sebagai pengkhianat oleh Gereja asalnya, kemudian juga akan

mengkhianati sosok yang telah menjadi idola selama hidupnya. Tetapi demi menyelamatkan

orang Jepang yang sedang tersiksa digantung karena iman mereka, Rodrigues rela mengorbankan

imannya untuk menyelamatkan penganut agama Kristen di Jepang. Sama seperti yang dilakukan

Yesus dengan menanggung dosa demi menyelamatkan umatNya. Semua ini sudah didiskusikan

dengan Bapa Ferreira sebelum Rodrigues menyangkal keyakinannya.


Kutipan 4.19 Kakure Kirishitan yang sedang tersiksa menjadi alasan Rodrigues untuk
melakukan fumie.

「お前が転ぶと言えばあの人たちは穴から引き揚げられる。苦しみから救われる。それなの
にお前は転ぼうとはせね。お前は彼等のために教会を裏切ることが怖ろしいからだ。このわ

たしのように教会の汚点となるのが怖ろしいからだ」(Chinmoku 1966:265)

“Omae ga korobu to ieba ano hitotachi ha ana kara hikiagerareru. Kurushimi kara
sukuwareru. Sorenanoni omae ha korobou toha sene. Omae ha karera no tameni
kyoukai wo uragiru koto ga osoroshii karada. Kono watashi no youni kyoukai no oten
to naru noga osoroshii karada”.

“Kalau kau mau meninggalkan keyakinanmu, orang-orang itu akan dikeluarkan dari
dalam lubang. Mereka akan diselamatkan dari penderitaan mereka. Tapi kau menolak
berbuat begitu. Ini karena kau takut mengkhianati Gereja. Kau takut menjadi
sampahnya Gereja seperti aku”.

Alasan utama Rodrigues melakukan fumie adalah kesedihan dirinya melihat Kakure

Kirishitan yang sedang digantung dalam lubang oleh pejabat Jepang. Bapa Ferreira yang berada

di pihak pejabat Jepang menantang Rodrigues untuk menguji integritasnya sebagai pastor yang

mengasihi jemaatnya. Jika memang Rodrigues mengasihi Kakure Kirishitan dan mau

menyelamatkan mereka, maka dirinya harus melakukan fumie. Namun jika Rodrigues tetap keras

kepala tidak mau melakukan fumie maka Kakure Kirishitan yang disiksa akan segera meregang

nyawa. Pada akhirnya dengan berat hati, Rodrigues melakukan fumie agar Kakure Kirishitan

yang sedang tersiksa bisa selamat. Praktik fumie yang dilakukan Rodrigues membawa pengaruh

besar khususnya kepada dirinya. Salah satunya adalah ia mampu untuk melihat siapa dirinya

yang sesungguhnya. Dengan melakukan fumie, Rodrigues telah sadar bahwa ia tidak lebih dari

seorang pengecut seperti Kichijiro yang juga pernah melakukan hal yang sama, yaitu menginjak

gambar Yesus.
Melakukan praktik fumie merupakan bentuk superioritas Rodrigues untuk menaklukan

ketidakmampuannya. Dengan melakukan fumie, Rodrigues sadar bahwa dirinya tidak lebih dari

Kichijiro yang penakut, dan lemah. Rodrigues juga dapat merasakan hal yang tidak pernah

dirinya alami sebelumnya, yaitu merasakan Tuhan sedang berbicara jelas kepadanya.

2. Pengampunan Tulus kepada Kichijiro

Momen penginjakan fumie membawa Rodrigues kepada tujuan akhir pertamanya, yaitu

dirinya mampu memberikan pengampunan tulus kepada Kichijiro. Dengan menginjak fumie,

Rodrigues telah meninggalkan idealismenya sebagai pastor yang harus mempertahankan

keyakinannya apapun yang terjadi. Rodrigues juga dapat melakukan hal yang selama ini tidak

mampu dilakukakannya, yaitu berdialog dengan Tuhan, seperti yang terdapat dalam kutipan

berikut:

Kutipan 4.20 Dalam perenungan, Rodrigues merasa Tuhan berbicara kepadanya.

その踏絵に私も足をかけた。あの時、この足は凹んだあの人の顔の上にあった。その顔は今、

踏絵の木のなかで摩滅し凹み、哀しそうな眼をしてこちらを向いている。「踏むがいい」と哀
しそうな眼差しは私に言った。「踏むがいい。お前の足は今、痛いだろう。今日まで私の顔

を踏んだ人間たちと同じように痛むだろう。だがその足の痛さだけでもう充分だ。私はお前た

ちのその痛さと苦しみをわかちあう。そのために私はいるのだから」。(Chinmoku 1966:293)
Sono fumie ni watashi mo ashi wo kaketa. Ano toki, kono ashi ha hekonda ano hito no
ue ni atta. Sono kao ha ima, fumie no ki no naka de mametsushi hekomi,
kanashisouna manako wo shite kochira wo muiteiru. “fumu ga ii” to kanashisouna
manako sashi ha watashi ni itta. “fumu ga ii. Omae no ashi ha ima, itai darou. Kyou
made watashi no kao wo funda ningen tachi to onaji youni itamu darou. Daga sono
ashi no itasa dake de mou juubun da. Watashi ha omae tachi no sono itasa to
kurushimi wo wakachiau. Sono tameni watashi ha iru nodakara”.

Aku juga telah menginjak gambar suci itu. Kaki ini pernah menapak di wajahNya
sesaat. Bahkan sampai sekarang pun wajah itu masih terus menatapku dengan sorot
mata iba dari lempeng kayu yang telah pipih diinjak-injak begitu banyak kaki.
“Injaklah” kata sepasang mata penuh iba itu. “Injaklah. Kakimu pasti pedih karena
menderita. Sekarang kakimu pasti ikut mengalami kepedihan bersama kaki-kaki yang
telah menginjak lempeng kayu ini. Tetapi cukuplah kepedihan yang sedang kau
rasakan saat ini. Karena Aku mengerti kepedihan serta penderitaanmu dan juga orang-
orang yang telah menderita karena Aku. Untuk itulah Aku ada di sini.

Setelah melakukan fumie, Rodrigues banyak merenungkan tindakannya. Rodrigues

sadar bahwa dengan menginjak fumie membuktikan bahwa dirinya juga dapat berbuat hal

buruk seperti Kichijiro. Dalam masa perenungannya, Rodrigues merasa Tuhan sedang

mengajak dirinya bercakap-cakap. Lewat percakapan itu Rodrigues sadar bahwa Tuhan

mengerti kepedihan dirinya dan segala umatNya.. Menyadari hal ini, Rodrigues dapat secara

tulus mengampuni Kichijiro.

Kutipan 4.21 Rodrigues mampu memberikan pengampunan yang tulus kepada


Kichijiro.

「この国にはもう、お前の告悔をきくパードレがいないなら、この私が唱えよう。すべての告悔
の終りに言うを。。。安心して行きなさい」。(Chinmoku 1966:295)

“Kono kuni ni mou, omae no kokkai wo kiku padore ga inai nara, kono watashi ga
tonaeyou. Subete no kokkai no owari ni iu wo….anshinshite ikinasai”.

“Karena sekarang di negeri ini tidak ada pastor lain yang bisa mendengarkan
pengakuan dosamu, aku akan melakukannya. Ucapkan doa-doa setelah
pengakuan…Pergilah dalam damai.”

Kichijiro terus mencari Rodrigues untuk meminta pengampunan. Namun ada hal yang

berbeda ketika mereka bertemu. Rodrigues tahu bahwa dirinya adalah pastor terakhir di

Jepang yang bertugas untuk memberikan pengampunan kepada jemaatnya, tetapi dengan

melakukan fumie Rodrigues merasa telah menanggalkan statusnya sebagai pastor yang harus
tetap memegang teguh imannya. Oleh karena itu, Rodrigues tidak lagi memandang dirinya

adalah pastor, tetapi hanya manusia biasa yang lemah seperti Kichijiro. Melalui kenyataan

bahwa dirinya tetap dikasihi Tuhan walau telah berbuat hal buruk membuat Rodrigues

mampu memberikan pengampunan yang tulus kepada Kichijiro, yang dibuktikan dengan

perubahan dalam pemikiran Kichijiro.

Kutipan 4.22 Pengampunan tulus membawa perubahan dalam diri Kichijiro.

岡田三衛門召連れ候中間吉次郎へも、違ひ胡乱なる儀ども故、牢舎申し候、囲番所

にて吉次郎懐中の道具穿鑿仕り候処、首に懸け候守り袋の内より、切支丹の尊み申し
候本尊みいませ。。。一ツ橋又兵、吉次郎と常々入魂仕り候へば、宗門の儀も胡乱に

候間。(Chinmoku 1966:298)

Okada San’emon meshitsuresourou chuugen Kichijiro hemo, tagahi uron naru gi


domo yuru, rousha moushisourou, ibanjo nite Kichijiro kaichuu no dougu sensaku
tsukamatsurisou tokoro, kubi ni kakesourou mamori bukuro no uchi yori, kirishitan
no toutomi moushisourou honzon mi imase... Hitotsubashi Matabe, Kichijiro to
tsunedzune juukon tsukamatsurisourou heba, shuumon no gi mo uron nite sourou
aida.

Kichijiro, pelayan Okada San’emon, dikirim ke penjara karena tingkah lakunya yang
mencurigakan. Ketika digeledah di sebuah pos, petugas menemukan kotak jimat yang
dia kalungkan di lehernya yang berisi gambar-gambar orang yang dihormati orang
Kristen… Ada yang mencurigakan tentang keyakinan Hitotsubashi Matabe yang
selama ini cukup akrab dengan Kichijiro.

Beberapa waktu kemudian, Kichijiro ditangkap oleh pejabat Jepang karena dicurigai

menyimpan gambar-gambar tokoh Kristen seperti Paulus dan Petrus. Kichijiro juga

diinterogasi tentang kehidupan pribadinya dan relasi dengan kerabat-kerabatnya. Pejabat


Jepang menemukan ada salah satu teman Kichijiro yang bernama Hitotsubashi Matabe

beragama Kristen seperti Kichijiro. Diduga agama Kristen yang dianut Hitotsubashi

diperoleh dari Kichijiro yang telah menyebarkan ajaran Kristen padanya.

Melalui fumie, Rodrigues mampu menaklukan ketidakmampuannya dalam hal

mengampuni Kichijiro. Dalam masa perenungannya, Rodrigues menyadari bahwa dirinya tidak

lebih dari Kichijiro yang penakut dan sarat akan kelemahan. Rodrigues juga merasa sedih dan

berdosa karena dirinya telah melakukan fumie. Namun, kenyataan bahwa tetap dikasihi Tuhan,

membuat Rodrigues mampu mencapai superioritas pertamanya, yaitu memberikan pengampunan

tulus kepada Kichijiro.

3. Memahami Kuasa Tuhan

Momen penginjakan fumie juga membawa Rodrigues kepada tujuan akhir keduanya,

yaitu dirinya mampu memahami kuasa Tuhan. Menurut Adler (1956, dalam Feist&Feist,

2011:63) dalam proses menuju superior, tujuan akhir masih bersifat subjektif. Tujuan akhir akan

memiliki makna penting jika suatu individu dapat memahami semua upaya yang telah ia lalui.

Rodrigues telah sadar bahwa segala penderitaan yang ia lalui termasuk momen ketika harus

menyangkal keyakinannya harus ia hadapi untuk menjadi pribadi yang matang dan utuh.

Kutipan 4.23 Rodrigues mampu memahami kuasa Tuhan.


聖職者たちはこの冒瀆の行為を烈しく責めるだろうが、自分は彼等を裏切ってもあの人を
決して裏切ってはいない。今までとはもっと違った形であの人を愛している。私がその愛を知

るためには、今日までのすべてが必要だったのだ。「私はこの国で今でも最後の切支丹司

祭なのだ。そしてあの人は沈黙していたのではなかった」。(Chinmoku 1966:295)

Seishokushatachi ha kono boutoku no koui wo hageshiku semerudarouka. Jibun ha


karera wo uragittemo ano hito wo kesshite uragitte ha inai. Ima made toha motto
chigatta katachi de ano hito wo aishiteiru. Watashi gas ono ai wo shiru tameniha,
konnichi made no subete ga hitsuyou data noda. “Watashi ha kono kuni de ima demo
saigo no Kirishitan shisai nanoda. Soshite ano hito ha chinmokushiteita nodeha
nakatta”.

Sudah pasti rekan-rekannya sesama Pastor akan mengutuk tindakannya ini sebagai
penodaan. Akan tetapi andai pun dia dianggap mengkhianati mereka, dia tidak
mengkhianati Tuhannya. Dia mengasihi Tuhannya kini secara berbeda. Segala sesuatu
yang telah terjadi sampai saat ini memang harus terjadi untuk membawanya kepada
kasih yang seperti ini. ”Sekarang aku pastor terakhir di negeri ini. Tetapi Tuhan kita
tidak bungkam.”

Perenungan Rodrigues juga membuat dirinya sadar bahwa Tuhan bekerja menggunakan

kuasanya dengan cara yang berbeda. Rodrigues yang sempat berpikir bahwa Tuhan tidak

mempunyai rasa adil dan cenderung bungkam melihat banyaknya penderitaan yang terjadi, telah

sadar bahwa Tuhan tetap bekerja dibalik layar. Tuhan menggunakan kejadian demi kejadian

pahit dalam kehidupan Rodrigues untuk membawa perubahan positif dalam dirinya. Kenyataan

bahwa Tuhan tetap mengasihi, walau Rodrigues sadar sebagai manusia biasa ia kerap berbuat hal

yang buruk membuatnya semakin utuh mengasihi Tuhannya.

Melalui fumie, Rodrigues juga dapat mencapai tujuan akhirnya yang kedua, yaitu

memahami kuasa Tuhan. Dalam masa perenungannya setelah melakukan fumie, dirinya sadar

bahwa Tuhan ikut menderita bersama dirinya dan warga Kristen Jepang lainnya. Kuasa Tuhan

bekerja melalui kejadian-kejadian pahit seperti siksaan, penderitaan termasuk praktik fumie

untuk membawa Rodrigues menjadi pribadi yang superior, yaitu pribadi yang sanggup

mengampuni Kichijiro dan memahami kuasa Tuhan berbeda.

4.2.3 Finalisme Semu


Menurut Adler (1956, dalam Feist&Feist, 2011:66), kebiasaan atau gaya hidup saat ini

termotivasi oleh tujuan akhir. Terlepas obyektif atau subyektif, tujuan akhir akan menjadi

sumber motivasi seseorang untuk bergerak menuju tujuan itu.

Untuk menaklukan ketidakmampuannya, Rodrigues terus menerus meminta Tuhan untuk

bertindak melakukan sesuatu untuk dirinya dan warga Jepang yang terus menderita. Oleh karena

itu, Rodrigues berdoa dengan sungguh-sungguh memohon bukti keadilan dan kasih Tuhan.

1. Berdoa

Kutipan 4.24 Rodrigues berdoa meminta keadilan Tuhan.


「よしてくれ。よしてくれ。主よ、あなたは今こそ沈黙を破るべきだ。もう黙っていてはいけぬ。
あなたが正であり、善きものであり、愛の存在であることを証明し、あなたが厳としているこ

とを、この地上と人間たちに明示するためにも何かを言わねばいけない 」。(Chinmoku
1966:262)

“Yoshitekure. Yoshitekure. Shu yo, anata ga ima koso chinmoku wo yaburu beki da.
Mou damatteite ha ikenu. Anata ga sei de ari, yoki mono de ari, ai no sonzai de aru to
shoumei shi, anata ga gen toshite iru koto wo, kono chijou to ningen tachi ni
meijisuru tameni mo nanika wo iwaneba ikenai”.

“Hentikan! Hentikan! Tuhan, sekaranglah kau harus menghentikan keheninganmu.


Kau tidak boleh tetap bungkam. Buktikan kau adil, Maha Baik, penuh kasih. Kau
harus membuka suara, untuk menunjukkan pada dunia bahwa kau Maha Kuasa”.

Keinginan Rodrigues untuk melihat Tuhan bertindak membuat dirinya terus melakukan

teriakan dalam bentuk doa agar keadilan dan kasih dapat ditegakkan kepada Kakure Kirishitan.

Dirinya juga sempat meragukan eksistensi Tuhan disebabkan banyaknya penderitaan yang

dialami warga Jepang karena terus gigih mempertahankan iman Kristen mereka. Hal ini

membuat hati Rodrigues pedih dan sedikit demi sedikit mengikis harapannya kepada Tuhan.
Kutipan 4.25 Erangan Kakure Kirishitan dan hasutan Bapa Ferreira membuat
Rodrigues tertekan.

司祭は狂ったように首をふり、両耳に指をいれた。しかしフェレイラの声、信徒の呻き声はそ

の耳から容赦なく伝わってきた。「よしてくれ。よしてくれ。主よ、あなたは今こそ沈黙を破る
べきだ。もう黙っていてはいけぬ。あなたが正であり、善きものであり、愛の存在であることを

証明し、あなたが厳としていることを、この地上と人間たちに明示するためにも何かを言わ

ねばいけない」。(Chinmoku 1966:262)

Shisai ha kurutta youni kubi wo furi, ryoumimi ni yubi wo ireta. Shikashi Fereira no
koe, shinto no umeki koe ha sono mimi kara youshanaku tsutawattekita. “Yoshitekure.
Yoshitekure. Shu yo, anata ga ima koso chinmoku wo yaburu beki da. Mou damatteite
ha ikenu. Anata ga sei de ari, yoki mono de ari, ai no sonzai de aru to shoumei shi,
anata ga gen toshite iru koto wo, kono chijou to ningen tachi ni meijisuru tameni mo
nanika wo iwaneba ikenai”.

Sang pastor menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan menyumbat telinganya dengan


jari-jari tangannya. Akan tetapi suara Ferreira dan erangan minta tolong orang-orang
Kristen itu tetap masuk ke dalam pendengarannya. “Hentikan! Hentikan! Tuhan,
sekaranglah kau harus menghentikan keheninganmu. Kau tidak boleh tetap bungkam.
Buktikan kau adil, Maha Baik, penuh kasih.. Kau harus membuka suara, untuk
menunjukkan pada dunia bahwa kau mahakuasa”.

Rodrigues pernah mengalami tekanan batin ketika Bapa Ferreira terus menghasut

Rodrigues untuk melakukan fumie dan erangan Kakure Kirishitan yang sedang disiksa dalam

lubang. Rasa tertekan itu ditunjukkan dengan seruan meminta kepada Tuhan untuk bertindak

melakukan sesuatu.

Dalam prosesnya untuk memahami kuasa Tuhan, Rodrigues pernah sampai pada titik

dirinya meragukan keberadaan Tuhan. Berdoa dan meratap menjadi cara Rodrigues untuk

berjuang menuju tujuan akhirnya, yaitu memahami kuasa Tuhan.

2. Kemampuan dalam Memberi Pengampunan kepada Kichijiro


Rodrigues pernah mengalami ketidakmampuan dalam mengampuni Kichijiro, yaitu

ketika Rodrigues dijual kepada pejabat Jepang. Namun Kichijiro terus mencari keberadaan

Rodrigues untuk meminta ampun atas perbuatan buruknya. Hingga pada satu momen mereka

dapat bertemu dan Kichijiro memohon ampun kepada Rodrigues. Akan tetapi, rasa dendam dan

benci yang masih tersimpan dalam hati Rodrigues membuat pengampunan yang diberikannya

tidak benar-benar tulus.

Kutipan 4.26 Rasa dendam dan kecewa membuat Rodrigues gagal dalam
mengampuni Kichijiro.

自分は先程キチジローのため許しの祈りを呟いたが、あの祈りは心の底から出たものではな

かったと思う。あれは司祭としての義務から唱えたものだった。だから苦い食物の糟のように
この舌の先にまだ残っている。キチジローにたいする恨みはもう消えてはいても、自分を売る

ためにあの男が食べさせた干魚の臭いや、焼きつくような渇きの思い出は記憶の中にふか
く刻みこまれている。怒りや憎しみの感情は持っていないが軽蔑の気持はどうしても拭い去

ることはできない。(Chinmoku 1966:255)

Jibun ha sakihodo Kichijiro no tame yurushi no inori wo tsubuyaita ga, ano inori ha
kokoro no soko kara deta mono dewanakatta to omou. Are ha shisai toshite no gimu
kara tonaeta mono datta. Dakara nigai tabemono no kasu no youni kono shita no saki
ni mada nokotteiru. Kichijiro ni taisuru urami ha mou kiete haitemo, jibun wo uru
tameni ano otoko ga tabesaseta hoshiuo no nioi ya, yakitsuku youna kawaka no
omoidasu ha kioku no naka ni fukaku kizami komareteiru. Okori ya nikushimi no
kanjou ha motteinai ga keibetsu no kimochi ha doushitemo nuguisaru koto ha dekinai.

Sang pastor baru saja membisikkan doa pengampunan bagi Kichijiro, namun doa itu
tidak keluar dari relung hatinya yang paling dalam. Dia sekadar mengucapkan doa itu
karena perasaan kewajiban sebagai pastor. Itu sebabnya kata-kata itu terasa berat di
bibirnya, bagaikan sisa-sisa makanan yang pahit. Memang, rasa bencinya kepada
Kichijiro sudah lenyap, tetapi jauh dalam pikirannya dia masih menyimpan ingatan
tentang pengkhianatan orang itu, bau ikan kering yang diberikan, dan rasa haus
membakar yang timbul sesudahnya. Meski sang pastor tidak lagi memendam perasaan
benci dan amarah, perasaan muak terhadap Kichijiro tidak bisa dihapuskan dari
ingatannya.
Kutipan di atas merupakan kali kedua Rodrigues mencoba mengampuni Kichijiro. Jika

sebelumnya dirinya pernah gagal memberikan pengampunan secara tulus karena masih

menyimpan dendam kepada Kichijiro. Di kesempatan kali ini Rodrigues merasa rasa kecewa

dalam hatinya sudah sedikit memudar, tetapi tindakan licik Kichijiro masih terbayang-bayang

dalam benak Rodrigues. Sehingga pengampunan yang diberikannya kembali tidak keluar dari

hati yang tulus.

Perilaku berdoa dan kemampuan Rodrigues dalam memberikan pengampunan pada

Kichijiro mengarah kepada tujuan akhir, yaitu pribadi yang dapat memahami kuasa Tuhan serta

memaafkan orang yang telah berbuat buruk kepadanya. Untuk memahami kuasa Tuhan dan

memaafkan Kichijiro secara tulus, Rodrigues sempat mengalami kegagalan. Namun, tujuan

akhir menjadi motivasi untuk Rodrigues dapat menaklukan ketidakmampuannya, sehingga

dirinya bisa mencapai perilaku superioritas.

Anda mungkin juga menyukai