Stage 4 - Novel Silence
Stage 4 - Novel Silence
Novel ‘Silence’
Iman merupakan perkembangan dalam cerita yang diangkat oleh Shusaku Endo
dalam Novel ‘Silence’. Rodrigues sebagai salah satu tokoh utama di dalam novel ini
menunjukkan perkembangan iman yang besar dari awal sampai akhir cerita.
Perkembangan iman Rodrigues adalah salah satu yang besar. Novel drama ini berhasil
membuktikan iman Rodrigues yang berubah seiring berjalannya alur di dalam Novel
Silence.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) iman yang berarti kepercayaan
yang berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab,
dan sebagainya. Faktor penting untuk menentukan keyakikan dan kepercayaan adalah
dari imannya. Novel Silence berlatar di Jepang pada abad 16, pada saat itu Jepang
mengisolasikan dirinya dari negara-negara lain dan memiliki adat istiadat yang sangat
kental dan semua penduduk Jepang harus tunduk kepada pemerintah setempat. Oleh
karena itu, tokoh Rodrigues akan berkembang seiring alur dari Novel ‘Silence’ berjalan,
dilihat dari segi kepercayaannya terhadap Agama Kristen, dari ia awal datang di
Jepang, kemudian melihat penyiksaan para martir, ketika ia ditangkap oleh para tentara
dan ketika ia disuruh untuk menginjak fumie.
Alur yang berarti struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang
disusun secara kronologis (N, Sora. 2015). Novel “Silence” memiliki alur yang
berstruktur dan seiring berjalannya alur itu bisa membantu perkembangan tokoh-tokoh
di dalam novel ini secara besar terutama Rodrigues, dari awal cerita yaitu ketika
Rodrigues sampai di Jepang, kemudian Rodrigues menyaksikan betapa kejam para
tentara Jepang dan ia mulai meragukan imannya dan bertanya-tanya mengapa Tuhan
meninggalkan para pengikutNya,ketika ia ditangkap oleh para tentara dan sampai
ketika ia disuruh untuk menginjak fumie. Oleh karena itu perkembangan iman berubah
seiring berjalannya waktu di dalam Novel “Silence”.
Rodrigues adalah sosok yang sangat beriman, dan memiliki kepercayaan yang
sangat kental terhadap Agama Kristen. Sebagai orang Yesuit, ia memiliki satu misi yaitu
untuk menyebarkan agamanya ke seluruh penjuru dunia. Iman ini bisa dilihat ketika
Rodrigues menyebarkan Agama Kristen di Jepang pada abad 16.
(Endo, 2017:59)
Dalam kutipan ini, Rodrigues berbicara dalam hati dan seolah-olah menuliskan
kata-kata ini di dalam surat-suratnya. Ia percaya bahwa Tuhan telah mempercayai
Kichijiro untuk membawa dia dan Padre Garrpe ke tempat tujuan mereka yaitu Jepang,
ia sendiri mengatakan bahwa Tuhan mengasihi semua umat manusia. Dalam sisi lain
Rodrigues meskipun yang bisa dikatakan sebagai pastor yaitu seharusnya mengikuti
semua aspek dari Yesus Kristus yang seharusnya berpikir positif dan mengandalkan
Tuhan dalam segala hal, ia tidak sepenuhnya mempercayai Kichijiro karena kelicikan
yang ia lihat selama bersama dia.
“Kematian mereka bukannya tak berarti. Kematian mereka adalah sebutir batu yang
pada waktunya nanti akan menjadi fondasi Gereja; dan Tuhan tidak pernah
memberikan pencobaan melebihi yang sanggup kita atasi. Mokichi dan Ichizo sudah
bersama Tuhan. Seperti banyak martir Jepang yang telah mendahului mereka,
sekarang mereka menikmati kebahagiaan abadi.”
(Endo, 2017:108)
Dari kutipan ini, setelah Mokichi dan Ichizo ditangkap, mereka dihukum mati,
yaitu dengan cara disalibkan di pesisir pantai agar ombak laut menghantam kepala
mereka ke kayu salib. Melihat ini, Rodrigues percaya bahwa kematian mereka ini
sangat berarti, iman Rodrigues yang masih tetap kuat, ketika ia membicarakan dalam
suratnya, bahwa kematian Mokichi dan Ichizo bagaikan fondasi Gereja. Rodrigues
masih percaya bahwa Tuhan memberikan pengikutNya harapan. Ia juga mengatakan
bahwa kematian mereka tidak sia-sia, dan mereka sekarang bersama dengan Tuhan.
Monica: “Bruder Ishida pernah bilang kalau kami masuk Surga, kami akan
menemukan kedamaian dan kebahagiaan abadi. Di sana kami tidak perlu bayar pajak
setiap tahun, tidak perlu takut kelaparan dan sakit. Tidak bakal ada kerja keras di sana.
Di dunia ini kami selalu saja kena masalah, jadi kami mesti kerja keras. Bapa benarkah
tidak ada kesakitan lagi di surga?”
Rodrigues: “Ya, di sana tidak ada yang bisa dicuri dari kita.”
Kutipan ini adalah ketika Rodrigues ditangkap oleh para tentara Jepang, ia
bertemu dengan para pengikut Kristen lainnya yang telah ditangkap. Salah satunya
yaitu Monica, seorang perempuan muda yang sudah merelakan kehidupannya
direnggut darinya.
Dalam kutipan ini adalah perbincangan antara Monica dan Rodrigues, mereka
membicarakan tentang kehidupan di Surga, Monica mengungkapkan bahwa Surga
adalah adalah tempat yang damai dan abadi dan kita tidak perlu membayar pajak dan
tidak ada kelaparan dan kesakitan dan tidak perlu untuk bekerja keras. Rodrigues
menanggapi ini dengan menjawab “ya”. Menunjukkan bahwa Rodrigues sebagai Padre
menyetujui apa yang dikatakan oleh Monica.
Iman Rodrigues disini sudah terlihat lebih terguncang, bahwa ia sudah tidak
tahan dari sebelumnya, bahwa penderitaan ini sudah terlalu lama. Melihat peristiwa dan
mendengarkan cerita seperti ini, imannya sudah tidak lagi kuat dan lebih memilih untuk
dibunuh dan disiksa, bisa dikatakan keadaan iman Rodrigues sangat pasrah.
“Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu.
Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke
dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan
manusialah aku memanggul salibku.” Sang pastor menempatkan satu kakinya di atas
fumie itu. Dan di kejauhan sana terdengar ayam berkokok.”
Dalam kutipan ini, Rodrigues yang akhirnya disuruh untuk menginjak fumie di
depan para tentara Jepang dan orang-orang. Ia mendengarkan suara Tuhan yang
hanya ia dengar di dalam hatinya. Rodrigues yang sebelumnya terus bertanya tentang
eksistensi Tuhan, sekarang telah membuktikannya sendiri, bahwa ternyata Tuhan
Yesus Kristus telah bersama dengan dia selama ini. Dan kehadiran Tuhan di dunia ini
memang untuk menyelamatkan umatnya. Kokokan ayam ini mengingat kembali
kejadian di Alkitab dimana Petrus (murid Yesus) juga menyangkal Tuhan seperti yang
dilakukan oleh Rodrigues di dalam Novel “Silence”.
Daftar Pustaka: