Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Iman Rodrigues yang Tercermin Lewat Alur

Novel ‘Silence’

Iman merupakan perkembangan dalam cerita yang diangkat oleh Shusaku Endo
dalam Novel ‘Silence’. Rodrigues sebagai salah satu tokoh utama di dalam novel ini
menunjukkan perkembangan iman yang besar dari awal sampai akhir cerita.
Perkembangan iman Rodrigues adalah salah satu yang besar. Novel drama ini berhasil
membuktikan iman Rodrigues yang berubah seiring berjalannya alur di dalam Novel
Silence.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) iman yang berarti kepercayaan
yang berkenaan dengan agama; keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab,
dan sebagainya. Faktor penting untuk menentukan keyakikan dan kepercayaan adalah
dari imannya. Novel Silence berlatar di Jepang pada abad 16, pada saat itu Jepang
mengisolasikan dirinya dari negara-negara lain dan memiliki adat istiadat yang sangat
kental dan semua penduduk Jepang harus tunduk kepada pemerintah setempat. Oleh
karena itu, tokoh Rodrigues akan berkembang seiring alur dari Novel ‘Silence’ berjalan,
dilihat dari segi kepercayaannya terhadap Agama Kristen, dari ia awal datang di
Jepang, kemudian melihat penyiksaan para martir, ketika ia ditangkap oleh para tentara
dan ketika ia disuruh untuk menginjak fumie.

Perkembangan iman di dalam Novel “Silence” adalah tumbuhnya kepercayaan


pada tokoh Rodrigues. Tumbuhnya kepercayaan yang diberikan akan tercermin pada
pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap imannya (Temukan Pengertian. 2014).
Dalam novel ini perkembangan iman yang berkembang melalui alur Novel “Silence”
seperti Baba.

Alur yang berarti struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang
disusun secara kronologis (N, Sora. 2015). Novel “Silence” memiliki alur yang
berstruktur dan seiring berjalannya alur itu bisa membantu perkembangan tokoh-tokoh
di dalam novel ini secara besar terutama Rodrigues, dari awal cerita yaitu ketika
Rodrigues sampai di Jepang, kemudian Rodrigues menyaksikan betapa kejam para
tentara Jepang dan ia mulai meragukan imannya dan bertanya-tanya mengapa Tuhan
meninggalkan para pengikutNya,ketika ia ditangkap oleh para tentara dan sampai
ketika ia disuruh untuk menginjak fumie. Oleh karena itu perkembangan iman berubah
seiring berjalannya waktu di dalam Novel “Silence”.
Rodrigues adalah sosok yang sangat beriman, dan memiliki kepercayaan yang
sangat kental terhadap Agama Kristen. Sebagai orang Yesuit, ia memiliki satu misi yaitu
untuk menyebarkan agamanya ke seluruh penjuru dunia. Iman ini bisa dilihat ketika
Rodrigues menyebarkan Agama Kristen di Jepang pada abad 16.

Rodrigues: “Tuhan kami telah mempercayakan dirinya pada siapa pun-karena


Dia mengasihi semua manusia. Sementara aku justru menyimpan perasaan tak
percaya pada satu orang ini, Kichijiro.”

(Endo, 2017:59)

Dalam kutipan ini, Rodrigues berbicara dalam hati dan seolah-olah menuliskan
kata-kata ini di dalam surat-suratnya. Ia percaya bahwa Tuhan telah mempercayai
Kichijiro untuk membawa dia dan Padre Garrpe ke tempat tujuan mereka yaitu Jepang,
ia sendiri mengatakan bahwa Tuhan mengasihi semua umat manusia. Dalam sisi lain
Rodrigues meskipun yang bisa dikatakan sebagai pastor yaitu seharusnya mengikuti
semua aspek dari Yesus Kristus yang seharusnya berpikir positif dan mengandalkan
Tuhan dalam segala hal, ia tidak sepenuhnya mempercayai Kichijiro karena kelicikan
yang ia lihat selama bersama dia.

“Kematian mereka bukannya tak berarti. Kematian mereka adalah sebutir batu yang
pada waktunya nanti akan menjadi fondasi Gereja; dan Tuhan tidak pernah
memberikan pencobaan melebihi yang sanggup kita atasi. Mokichi dan Ichizo sudah
bersama Tuhan. Seperti banyak martir Jepang yang telah mendahului mereka,
sekarang mereka menikmati kebahagiaan abadi.”
(Endo, 2017:108)

Mokichi dan Ichizo adalah penganut agama Kristen, keduanya menjamu


Rodrigues ketika beristirahat di desa mereka yang bernama Tomogi. Ketika tentara
Jepang datang, mereka ditangkap dan iman mereka diuji. Melihat ini Rodrigues merasa
bahwa Tuhan akan selalu berada disisi kita dan tidak mungkin meninggalkan para
pengikutNya.

Dari kutipan ini, setelah Mokichi dan Ichizo ditangkap, mereka dihukum mati,
yaitu dengan cara disalibkan di pesisir pantai agar ombak laut menghantam kepala
mereka ke kayu salib. Melihat ini, Rodrigues percaya bahwa kematian mereka ini
sangat berarti, iman Rodrigues yang masih tetap kuat, ketika ia membicarakan dalam
suratnya, bahwa kematian Mokichi dan Ichizo bagaikan fondasi Gereja. Rodrigues
masih percaya bahwa Tuhan memberikan pengikutNya harapan. Ia juga mengatakan
bahwa kematian mereka tidak sia-sia, dan mereka sekarang bersama dengan Tuhan.

“Tidak, tidak! Kugeleng-gelengkan kepalaku. Kalau Tuhan tidak ada, bagaimana


mungkin manusia bisa menahankan kemonotonan laut dan ketiadaan emosinya yang
kejam? (Tapi andaikan… tentu saja ini sekedar berandai-andai, maksudku.) Dari lubuk
hatiku yang paling dalam sebuah suara muncul membisikkan: Seandainya Tuhan tidak
ada…”
(Endo, 2017:120)

Dalam kutipan ini, Rodrigues berkata-kata dalam hatinya, ia bertanya, berpikir,


dan merefleksikan dalam-dalam tentang perkara yang baru ia saksikan yaitu
penghukuman terhadap Mokichi dan Ichizo. Ia mendapatkan pikiran bahwa Tuhan itu
tidak ada. Betapa ironis, seorang pastor yang tugasnya adalah menyebarkan
kebenaran Tuhan, melainkan berpikir bahwa Tuhan sendiri itu tidak ada. Ini bisa dilihat,
bahwa iman Rodrigues sedikit terguncang karena berpikir mengapa Tuhan tidak
menolong mereka yang sengsara dan lebih memilih untuk berdiam untuk menyaksikan
para pengikutnya disiksa.

Monica: “Bruder Ishida pernah bilang kalau kami masuk Surga, kami akan
menemukan kedamaian dan kebahagiaan abadi. Di sana kami tidak perlu bayar pajak
setiap tahun, tidak perlu takut kelaparan dan sakit. Tidak bakal ada kerja keras di sana.
Di dunia ini kami selalu saja kena masalah, jadi kami mesti kerja keras. Bapa benarkah
tidak ada kesakitan lagi di surga?”

Rodrigues: “Ya, di sana tidak ada yang bisa dicuri dari kita.”

Kutipan ini adalah ketika Rodrigues ditangkap oleh para tentara Jepang, ia
bertemu dengan para pengikut Kristen lainnya yang telah ditangkap. Salah satunya
yaitu Monica, seorang perempuan muda yang sudah merelakan kehidupannya
direnggut darinya.

Dalam kutipan ini adalah perbincangan antara Monica dan Rodrigues, mereka
membicarakan tentang kehidupan di Surga, Monica mengungkapkan bahwa Surga
adalah adalah tempat yang damai dan abadi dan kita tidak perlu membayar pajak dan
tidak ada kelaparan dan kesakitan dan tidak perlu untuk bekerja keras. Rodrigues
menanggapi ini dengan menjawab “ya”. Menunjukkan bahwa Rodrigues sebagai Padre
menyetujui apa yang dikatakan oleh Monica.

Iman Rodrigues disini sudah terlihat lebih terguncang, bahwa ia sudah tidak
tahan dari sebelumnya, bahwa penderitaan ini sudah terlalu lama. Melihat peristiwa dan
mendengarkan cerita seperti ini, imannya sudah tidak lagi kuat dan lebih memilih untuk
dibunuh dan disiksa, bisa dikatakan keadaan iman Rodrigues sangat pasrah.

“Injaklah! Injak! Aku lebih tahu daripada siapa pun tentang kepedihan di kakimu.
Injaklah! Aku lahir ke dunia memang untuk kepedihan di kakimu. Injaklah! Aku lahir ke
dunia memang untuk diinjak-injak manusia. Untuk menanggung penderitaan
manusialah aku memanggul salibku.” Sang pastor menempatkan satu kakinya di atas
fumie itu. Dan di kejauhan sana terdengar ayam berkokok.”

Dalam kutipan ini, Rodrigues yang akhirnya disuruh untuk menginjak fumie di
depan para tentara Jepang dan orang-orang. Ia mendengarkan suara Tuhan yang
hanya ia dengar di dalam hatinya. Rodrigues yang sebelumnya terus bertanya tentang
eksistensi Tuhan, sekarang telah membuktikannya sendiri, bahwa ternyata Tuhan
Yesus Kristus telah bersama dengan dia selama ini. Dan kehadiran Tuhan di dunia ini
memang untuk menyelamatkan umatnya. Kokokan ayam ini mengingat kembali
kejadian di Alkitab dimana Petrus (murid Yesus) juga menyangkal Tuhan seperti yang
dilakukan oleh Rodrigues di dalam Novel “Silence”.

Secara singkat, Rodrigues dalam Novel “Silence” mencerminkan perkembangan


iman melalui alur dari awal ia hadir di Jepang, penyiksaan para martir Jepang, ketika ia
ditangkap dan dimana ia disuruh untuk menginjak fumie. Shusaku Endo
menggambarkan Rodrigues sebagai orang yang polos dan berjuang dalam imannya.
Pengarang ingin memberitahukan bahwa Rodrigues adalah karakter yang pembaca
merefleksikan diri masing-masing. Karena perjuangan yang ia lakukan semasa ia di
Jepang. Kita sebagai pembaca kadang berpikir bahwa Tuhan tidak membantu kita di
waktu yang susah dan marah karena ia telah meninggalkan kita, tetapi sebenarnya
Tuhan tidak pernah meninggalkan pengikutNya dan ia akan selalu menemani mereka
untuk menanggung penderitaan manusia.

Daftar Pustaka:

- Endo, Shusaku. 2017. Silence. Jakarta: Gramedia


- Setiawan, E. (2019). Arti kata iman - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online. [online] Kbbi.web.id. Available at: https://kbbi.web.id/iman [Accessed 7
May 2019].
\

Anda mungkin juga menyukai