Anda di halaman 1dari 2

Melihat Situasi Jepang pada masa Penginjilan

Tanggapan atas film Silence

Film “Silence” yang disutradarai oleh Martin Scorsese menceritakan tentang bagaimana
bertumbuhnya kekristenan di Jepang, Nagasaki. Persitiwa yang terjadi di sana menceritakan
bagaimana orang-orang Kristen yang disiksa dan dianiaya oleh pemerintah Jepang dibawah
pemerintahan Penyelidik “Inoue Sama”. Tokoh pertama yang diceritakan di sana adalah Ferreira
yang mana dia adalah salah satu tokoh penginjil di Jepang sebagai seorang imam/padre.
Peristiwa yang terjadi di sana kira-kira tahun 1633. Dalam film ini menceritakan bahwa Feirrera
murtad terhadap Tuhan.
Kemudian ada dua orang murid Ferreira yang ingin mencarinya di Nagasaki, Jepang.
Mereka dituntun oleh Kichijiro. Desa pertama yang mereka temui adalah Tomogi, di mana orang
Kristen tunggal di sana dan pemimpinnya adalah Jisama. Jisama juga termasuk salah satu martir
di sana bersama dengan Mokichi. Untuk memastikan orang-orang Jepang kristen atau bukan,
amak pemerintah menyuruh rakyat untuk mmenginjak lukisan/patung Tuhan Yesus/Bunda Maria
dan meludahi salib Yesus. Bagi yang tidak mau murtad, mereka akan dibakar, disiram air panas,
dipotong kepalanya, ditenggelamkan ke laut, dan digantung terbalik.
Misi dari kedua murid Ferreira (Sebastian dan Graupe) diteruskan oleh Sebastian. Karena
Graupe kemungkinan mati bersama-sama dengan para petani umat kristiani. Kemudian Sebastian
bertemu dengan bapa Ferreira yang ternyata telah murtad dan memeluk agama buddha, dan telah
mengarang beberapa buku yang salah satunya adalah buku “Raja Giroc” tentang Era kekristenan
yang membenatah ajaran dan tentang Yesus. Hari-hari dari padre Sebastian ini selalu mengalami
ganguan psikologi karena setiap hari dia menyaksikan banyaknya orang kristen yang dianiaya
didepan matanya sendiri. Para petani kristen tidak akan disiksa lagi dengan syarat dia murtad dan
memeluk agama Buddha. Hingga akhirnya dia murtad dan dia membantu orang Jepang
memeriksa barang-barang kristen yang diseludupkan oleh para pedagang maupun orang asing.
Karena di Jepang pada waktu itu kekristenan dilarang masuk.
Sebastian akhrinya diganti namanya menjadi Okada Sanyemon, mendapatkan istri dan
anak. Ketika kematiannnya dikatakan bahwa dia tidak pernah lagi berdoa/berbicara tentang
Yesus. Kata terakhir dari dia yaitu “dalam keheningsn-Mu kudengar suara-Mu”. Dia mati dalam

1
agama buddha seperti yang pemerintah Jepang inginkan. Dia adalah imam terakhir yang
menyebarkan Injil di Jepang pada waktu itu.
Terlihat dari film “Silence” adalah bahwa agama kristen di Jepang sangat sulit untuk
berkembang, karena mereka dituntut untuk pergi ke kuil-kuil untuk melakukan penyembahan
terhadap dewa umat buddha. Pada tahun 1633 Kekristenan yang ada di Jepang selalu mengalami
penganiayaan oleh pemerintah setempat. Orang kristen dan para imam ditangkap lalu dianiaya.
Meskipun begitu tidak banyak yang menjadi murtad dan memilih disiksa. Namun hal yang
terjadi pada para imam menyiksa batin mereka karena mereka menyaksikan penyiksaan yang
dialami orang kristen. Sehingga akhirnya mereka murtad dan menjadi Shanto/masuk agama
buddha dengan menyembah dewa matahari. Imam yang murtad lebih dahulu adalah Ferreira
kemudian Sebastian yang kemudian diganti nama menjadi Okada Sanyemon yang adalah imam
terakhir yang bertahan pada waktu itu. Konsep orang Jepang adalah jika akarnya (para imam)
dipotong (dimusnahkan) maka kekristenan tentu akan sulit berkembang. Dahulu, tanah yang
hitam di Jepang terisi dengan ratapan dari begitu bayak orang Kristen.

Anda mungkin juga menyukai