Anda di halaman 1dari 7

Nama: Medianti Prisilia Rambi

NIM : 220203005

Kekristenan di Jepang

Keadaan Negara Jepang

Jepang adalah sebuah negara yang dikenal bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai
negara maju. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar. Negara Jepang yang
dikenal dengan sebutan “Negara Matahari Terbit” memiliki produk-produk antara lain konsumsi
(rumah makan), bahkan elektronik, transformasi, pakaian, dan bahan baku lainnya bahkan atom dan
nuklir.

Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas. Namun Jepang sudah mampu mengalahkan negara-
negara Asia lainnya. Luasnya hanya mencapai ±378.000 km2 atau 1/25 luas dari negara Amerika

Keadaan geografis Negara Jepang dibagi menjadi 9 kawasan dari 47 prefektur. Kesembilan wilayah itu
adalah Hokkaido, Tohoku, Kanto, Kinki, Chubu, Chugoku, Shikoku, dan Kyushu.

Jepang memiliki 4 musim yaitu:

Musim semi (Maret-Mei).

Musim panas (Juni-Agustus)

Musim dingin (September-November)

Musim gugur (Desember-Februari)

Meski Jepang memiliki perubahan-perubahan iklim ternyata Jepang sangat rawan terjadi gempa bumi
dan bencana alam akibat letak geografinya yang dipenuhi dengan pegunungan dan bukit-bukit.

Keadaan Negara Jepang

Jepang adalah sebuah negara yang dikenal bukan lagi sebagai negara berkembang melainkan sebagai
negara maju. Hal ini dibuktikan dengan merajalelanya produk-produk yang beredar. Negara Jepang yang
dikenal dengan sebutan “Negara Matahari Terbit” memiliki produk-produk antara lain konsumsi
(rumah makan), bahkan elektronik, transformasi, pakaian, dan bahan baku lainnya bahkan atom dan
nuklir.

Negara Jepang adalah negara yang tidak begitu luas. Namun Jepang sudah mampu
Qmengalahkan negara-negara Asia lainnya. Luasnya hanya mencapai ±378.000 km2 atau 1/25 luas dari
negara Amerika.

Keadaan geografis Negara Jepang dibagi menjadi 9 kawasan dari 47 prefektur. Kesembilan wilayah itu
adalah Hokkaido, Tohoku, Kanto, Kinki, Chubu, Chugoku, Shikoku, dan Kyushu.

Jepang memiliki 4 musim yaitu:

Musim semi (Maret-Mei).

Musim panas (Juni-Agustus)

Musim dingin (September-November)

Musim gugur (Desember-Februari)

Meski Jepang memiliki perubahan-perubahan iklim ternyata Jepang sangat rawan terjadi gempa bumi
dan bencana alam akibat letak geografinya yang dipenuhi dengan pegunungan dan bukit-bukit.

Penghuni Jepang sendiri berasal dari beberapa negara yang bersinggah dan melakukan jual beli. Banyak
pihak yang beranggapan bahwa masyarakat awam cenderung berasal dari suku Ainu. Namun pendapat
lain menyebutkan bahwa penduduk asli Jepang adalah berasal dari daratan Asia yang tinggal dan
menamakan dirinya sebagai Kikajin dan juga menyebutkan bahwa nenek moyang Jepang berasal dari
Asia Tenggara seperti Tibet, Taiwan, dan Kepulauan Pasifik Barat Daya dan juga menyebutkan bahwa
nenek moyang Jepang berasal dari pusat daratan Asia seprti Mogol, Siberia, Turki. Dalam perputaran
zaman selanjutnya, Jepang mengalami perubahan kebudayaan. Perubahan yang paling besar adalah saat
terjadinya “Restorasi Meiji”. Pada saat itu Jepang dipaksa membuka diri untuk negara luar.

Sejarah masuknya kekristenan di Jepang

Katolik Roma

Fransiscus Xaverius adalah seorang misionaris katolik dari Spanyol yang berasal dari ordo Yesuit Dia
adalah seorang yang memperkenalkan agama kristen di Jepang. Pada tahun 1549 dia tiba di Jepang
bersama Yayiro. Yayiro adalah seorang Jepang yang melarikan diri ke Malaka karena dituduh telah
melakukan pembunuhan. Pada tahun 1550 Fransiscus dan Yayiro tiba di kota Nagasaki, Kyusu. Di situ ia
melakukan penyesuaian diri dengan kebudayaan setempat sebisa-bisanya. Dia menerjemahkan istilah-
istilah Jepang untuk konsep-konsepn kristen, misalnya kata “Dainichi“ (matahari besar Budha)
diterjemahkan untuk nama Allah, kata “jodo“ (tanah suci Budhisme Jepang) diterjemahkan untuk
sorga.

Di Jepang Xaverius bertekad mendekati Daimyo yang dianggap strategis untuk melakukan pekabaran
injil. Salah seorang Daimyo yang terbesar yang dikunjunginya bernama Ouchi Yoshika dari Yamaguchi. Ia
datang dengan memakai pakaian sutra dan membawa kenang-kenangan yang menarik. Ia diberi izin
berkhotbah dan menjawab pertanyaan tentang Astronomi, Geografi dan kekristenan. Hasilnya dalam
waktu 2 bulan dia membaptis 200 orang di Yamaguchi. Selain itu Xaverius juga melayani di pulau Honshu
dan mengunjungi ibukota Kyoko, di sana ia melayani selama 15 bulan dan membaptis 900 orang Jepang
dan dengan demikian berdirilah Gereja Katolik Roma di Jepang.

Xaverius dan misi ordo Yesuit mengalami keberhasilan sehingga pada tahun 1580 sudah ada 200.000
orang jemaat, dan sudah ada usaha untuk mendidik Klerus Jepang, Namun terjadi perubahan politik di
Jepang sejak awal tahun 80-an di abad ke-16 wakil kaisar yang memerintah atas Jepang yaitu Toyotomi
Hideyoshi. Ia pada awalnya mendukung orang kristen namun tiba-tiba ia mulai curiga dan menganggap
orang kristen sebagai kaki tangan orang Portugal, sehingga menentang pengaruh agama kristen. Pada
tahun 1587 ia mengeluarkan surat keputusan yang isinya mengusir semua misionaris. Akan tetapi surat
keputusan itu tidak diberlakukan secara langsung karena para Daimyo banyak masuk kristen dan
mendukung misi kekristenan di Jepang. Sehingga pada tahun 1588 didirikan Keuskupan Katolik Roma di
jepang di Funai.

Pada tahun 1593 ordo Fransiskan memulai pelayanan misinya di Jepang dan hal ini menyebabkan
persaingan 2 ordo yaitu ordo Yesuit yang berasal dari Portugal dengan ordo Fransiskan yang berasal dari
Spanyol yang memiliki misi yang berbeda. Akhirnya di kedua ordo itu terjadi perselisihan yang hebat, di
mana ordo Fransiskan menginginkan pekabaran injil disesuaikan dengan kesederhanaan Yesus dan para
rasul sedangkan ordo Yesuit melakukan pekabaran injil itu kepada orang-orang terpandang dan
terkemuka, karna menurut mereka orang-orang terpandang itu akan mempengaruhi masyarakat Jepang
untuk masuk kristen. Pada masa perselisihan di antara kedua ordo maka pada tahun 1597 surat
keputusan dari Hideyoshi di berlakukan sehingga terjadi penganiayaan terhadap orang kristen di mana
20 dari 26 orang kristen Jepang mati syahid di kota Nagasaki. Walaupun terjadi pengahambatan namun
penghamabatan namun kekristenan masih berkembang di mana pada tahun 1600 oarang kristen di
Jepang mencapai 750.000 orang dari penduduk Jepang, dan pada tahun 1601 Pastur Jepang yang
pertama di tahbiskan.

Pada tahun 1603 terjadi perubahan politik di Jepang, di mana diciptakan jabatan Shogun yang
memerintah dengan kewibawaan yang mutlak atas seluruh jepang. Shogun pertama, Tokugawa Ieyasu
sangat menentang kekristenan, karna dia takut pada pengaruh kekristenan yang dapat membawa
kekuasaan Eropa ke Jepang. Sehingga terjadi penganiayaan yang hebat terhadap orang Jepang. Antara
tahun 1614-1636 hampir seluruh gereja Katolik Roma di Jepang dihancurkan. Ribuan orang kristen mati
syahid. Pada tahun 1639 Jepang "Bawah Tanah" bertahan diam-diam selama 2 abad.

Kristen Protestan

Misi Katolik Roma pertama itba Jepang pada abad ke-16 pada saat yang tepat, ketika bangsa jepang
terbuka tehadap kekristenan. Pada saat itu Gereja Katolik Roma cepat sekali berkembang di Jepang,
namun periode perkembangan tesebut disusul periode penghambatan yang sangat dahsyat. Pada abad
ke-17 semua orang asing dilarang masuk di Jepang dam memeluk agam kristen berarti melanggar
peraturan negara, sehingga kurang lebih dua abad bangsa Jepang menutup diri terhadap pengaruh
barat.
Pada pertengahan abad ke-19 kebijakan Jepang menjauhkan diri dari negara-negara lain mulai diubah.
Pada tahun 1853 kapal-kapal Amerika dipimpin Commodore Matthew Perry, tiba di teluk Tokyo pada
tahun 1853, memohon pembukaan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Jepang. Pada
tahun1857 dan 1858 perjanjian-perjanjian disusun dan ditandatangani, yang memberi izin kepada orang
Amerika untuk berdagang ke Jepang. Persetujuan-persetujuan perdagangan tersebut dipergunakan oleh
lembaga misi untuk mengutus para tenaga injil ke Jepang. Sejak tahun 1858 pekabaran injil Amerika
diutus ke Jepang Gerja Episkopal, Gereja Presbiterian, Gereja-gereja Baptis dan Gereja Kongregasional.

Di Jepang pada saat itu terjadi perubahan politik sejak mereka membuka diri dengan negara-negara
barat, sehingga pada tahun 1868 kaisar Meiji memaksa shogun mengundurkan diri. Ia menyatakan
dimulainya ’Restorasi Meiji’, yaitu pengembalian kekuasaan kepada kaisar, Pada saat itu juga
golongan samurai bercita-cita memodernkan negara Jepang melalui pendidikan barat, hal itu membuka
jalan bagi penyebaran iman kristen.

Pada tahun 1869 Anglikan di Inggris mulai mulai mengutus para penginjil. Pada mulanya hasilnya sedikit
tetapi pada tahun 1866 Guido Verbeck, utusan Gereja Baptis ‘Refomed’ membaptis orang percaya
yang pertama. Pada tahun 1871 baru 10 orang yang dibapatis oleh pekabar injil Protestan. Pada awalnya
para pekabar injil berdiam di kota pelabuhan. Mereka belajar bebahasa Jepang, berusaha
menerjemahkan alkitab serta bergaul dengan masyarakat setempat.

Dr. James Hepburn (1815-1911), utusan gereja Presbiterian, tiba di jepang pada tahun 1859, sesudah
melayani di Singapura dan di Amoy. Dia tingagl di kota Kanagawa, kemudian pindah ke Yokohama.
James menyusun kamus bahasa Jepang –Inggris dan menerjemahkan beberapa bagian alkitab ke
dalam bahasa Jepang. James juga membuka praktek medis di kota Yokohama, dan ia merawat ±10.000
pasien pertahun. Selain itu istrinya juga membuka sekolah utunuk anak-anak putri yang menjadi dasar
bagi pekembangan pendidikan wanita di Jepang.

Pada tahun 1872 diadakan kebaktian khusus di Yokohama berkaitan dengan pekan doa sedunia, diatur
oleh persekutuan Evangelikal sedunia. Beberapa mahasiswa Jepang ikut kebaktian tersebut. Mereka
begitu semangat sehingga pertemuan diperpanjang dan 9 orang pemuda dibaptis. Akibat pertemuan-
pertemuan tersebut gereja protestan pertam didirikan di Jepang. Gereja baru tersebut diberima nama
Nihon Kirisuto Kokai (Gereja Kristen Jepang). Pendeta pertama adalah utusan Gereja Reformed dari
Amerika. Dalam gereja ini pengakuan iman sederhana disusun yang didasarkan pada pengakuan
persekutuan iman Evangelikal. Kepemimpinan gereja dipercayakan kepada pendeta, dan ketua majelis
dengan persetujuan anggota-anggota jemaat.

Gereja Protestan di Jepang berhasil di golongan militer yaitu Samurai yang tertarik pada konsep
permuridan dan pengabdian. Sehingga orang beranggapan bahwa pendidikan dan ilmu pengetahuan
dari barat, sebagai kunci kemajuan dan pembangunan negara. Akhirnya pemerintah Jepang membuka
sekolah perguruan tinggi dan mengangkat orang Kristen sebagai staf pengajar. Para pengajar asing pada
masa itu yaitu Guido Verbek. Ia tiba di Nagasaki pada tahun 1858 dan mulai mengajar bahasa Inggris.
Murid-murid Verbek berasal dari golongan samurai dan menadapt jabatan tinggi dalam rezim baru
sesudah tahun 1868. Mereka sering bertemu dengan Verbek, minta nasihat dan bimbingan dalam usaha
menyusun hukum-hukum baru serta struktur pemerintahan baru. Sehingga Verbek sangat
mempengaruhi perkembangan politik Jepang pada masa pembangunan itu. Pada tahun1871 Captain LL
Janes (1871) menjadi kepala sekolah di kota Kumamoto, Jepang barat. Sifat disiplinnya yang menarik
perhatian para murid, sehingga 40 orang berkumpul di puncak gunung pada tahun 1876, memberikan
janji setia kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat bangsa Jepang.

Selain pengajar seorang Jepang bernama Neesima (1843-1900) yang berasal dari keluarga samurai yang
belajar teologi dari Amerika mendirikan beberapa jemaat di Jepang dan mendirikan sekolah Doshisha di
Kyoto. Akhirnya sekolah Doshiha ditingkatkan menjadi universitas bahkan menjadi universitas tertua di
Jepang. Banyak murid dari kota Komamoto yang bersekolah di universitas Doshiha menjadi pendeta.
Neesima berusaha mempergunakan tradisi-tradisi samurai untuk mengembangkan ajarn Kristen Jepang.
Namun Ia menegaskan perbedaan tajam antara kebebasan iman Kristen dan pelayanan Kristen dengan
perintah kejam yang mewarnai kewajiban anak terhadap orangtua dan kewajiban taat kepada penguasa,
sebagaimana diajarkan oleh Kong Hu Cu. Di Hokaido juga terbentuk paguyuban Sapporo oleh
Dr.W.s.Clark pada tahun 1876, sebelum ia pergi semua angkatan mahasiswa yang pertama berjumlah 15
orang dan sudah beralih menjadi agama Kristen.

Selain sebagai pengajar maka para pekabar injil ini juga berperan dalam perluasan gereja. Badan- badan
misi Protestan bekerja sama dalam menerjemahkan alkitab dalam bahasa Jepang. Buku-buku kristen
diterjemahkan oleh Jepang, ditambah lagi beberapa orang jepang mengarang buku kristen.

Pertumbuhan gereja di Jepang

Beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan gereja di Jepang berkembang cepat adalah:

Dilaksanakannya kebangunan rohani yang meluas di seluruh gereja Kristen Protestan.

Pada tahun 1883 diadakan konferensi misionaris oikumenis yang dihadiri oleh orang Kristen Jepang
sekaligus Konferensi Kristen Nasional. Konferensi inilah yang menyadarkan para peserta bahwa Tuhan
benar-benar hadir di tengah-tengah mereka.

Di universitas Doshiha kembali diadakan kebangunan rohani yang akhirnya banyak mahasiswa menjadi
percaya kepada Yesus Kristus.

Diadakan pertemuan-pertemuan umum di sekolah-sekolah, di aula dan di ruang terbuka.

Para pendeta dan mahasiswa mengadakan penginjilan dari tempat yang satu ke tempat yang lain.

Tantangan kekristenan di Jepang

Ada beberapa tantangan yang dihadapi para penginjil Kristen di Jepang yaitu:

Tingginya nasionalis di Jepang yang tidak terlepas dari pengaruh religius agama Shinto. Agama Shinto
adalah pencampuran praktik-praktik keagamaan berdasarkan kepercayaan “kami” yaitu: kuasa roh
atau dewa dewi yang berdiam di alam seperti gunung, pohon dan sungai. Kaisar mempunyai peranan
dalam agama Shinto. Kaisar diakui sebagai keturunan matahari, upacara tahunan menyembah dewi
Amaterasu di kuil Ise sebagai puncak ibadah Shinto dan kaisar itu ilahi bangsa Jepang. Dan inilah
pergumulan besar bagi orang Kristen.

Sebagian besar penduduk Jepang beragama Kristen tetapi tampaknya menyerupai sekte agama Budha
yang baru yang mana terdapat kesamaan dalam ritual, penyembahan patung-patung, prosesi-prosesi
bahkan ajaran-ajaran. Dan kaum ordo Yesuit berpakaian seperti biksu zen.

Ajaran Kristen dianggap melemahkan atau membahayakan posisi para shogun atau pemerintah yang
lebih memerintah dan lebih mementingkan dan memuntut pengabdian serta kesetiaan tanpa syarat dari
rakyatnya.

Pemberontakakan Shimabara di provinsi Nagasaki (1637-1638) yang di lakukan oleh rakyat yang
mayoritas kristen, seakan-akan membenarkan pendapat itu seperti yang membuat penyebaran agama
baru dan ini selalu dikengkang dan di curigai.

Di Jepang belum ada kebebasan beragama sehingga berlaku ancaman hukum mati terhadap setiap
orang yang akan berpindah ke agam Kristen yang dikeluarkan pada abad ke-17 dan agama Jepang
mempertahankan kebudayaan seperti memuja kaisar sebagai dewa.

Tokoh-tokoh kekristenan di Jepang

Uchimura Kanzo (1861-1930)

Uchimura berasal dari paguyuban Sapporo yang beralih menjadi agama Kristen sebagai hasil pelayanan
Dr.W.S Clark. Uchimura memimpin gerakan nir-gereja. Dia mencukupi kebutuhan sehari-harinya melalui
menulis artikel untuk majalah-majalah umum, akhirnya dia terkenal sebagai wartawan. Dia menerbitkan
dua majalah Kristen yaitu Seisho no Kenkyu (penelitian lakitabiah), Japan Christian Intelligencer.

Dalam ajaran Uchimura berusaha menciptakan kekristenan asli Jepang yaitu menekanan kehidupan
yang sesuai dengan kehidupan para misionaris di Jepang.

Toyohiko Kagawa (1888-1960)

Kagawa menerima pendidikan di sekolah misi di kota. Dia tinggal di rumah pendeta Presbiterian yang
bernama Dr.Harry Myers. Dia tinggal di rumah pendeta tersebut karena di keluarganya dia tidak
merasakan cinta kasih.

Kagawa mendasarkan hidupnya dengan khotbah Yesus di bukit. Ia merasa yakin akan panggilan Tuhan
untuk melayani orang miskin. Di Tokyo ketika ia meneruskan studinya ia mengalami penyakit paru-paru
sehingga ia dipaksa keluar. Akhirnya ia tinggal di desa di tepi di laut sambil melayani para nelayan.

Pada tahun 1909 Kagawa kuliah di Presbiterian di Kobe. Ia tinggal di daerah kumuh Singkawa. Beberapa
buku yang dikarangnya antara lain: Penelitian Mengenai Psikologi Kemiskinan dan menyeberang garis
batasan maut. Kagawa terkenal sebagai pemikir sosial dan sebagai pekabar injil. Pada tahun 1960 dia
wafat dan dianugrahkan tanda penghargaan tertinggi oleh kaisar Jepang karena perannya yang begitu
penting di dalam masyarakat Jepang.
Kekristenan di Jepang saat ini

Situasi negara Jepang saat ini tentu saja tidak sama dengan Jepang ratusan tahun yang lalu yang masih
primitive. Semua kecurigaan dan pembunuhan hanya tinggal sejarah kelam yang hampir tidak terjadi
sampai sekarang. Agama Kristen di beri kebebasan penuh untuk berkembang dan negara tidak lagi ikut
campur tangan di dalamnya.

Saat ini wilayah yang paling banyak komunitas kekristenannya adalah pulau Kyusu di Jepang tengah atau
tepatnya di kota Nagasaki. Di kota Nagasaki hal ini terjadi karena kota Nagasaki merupakan kota yang
pertama sekali bersentuhan langsung dengan kebudayaan Eropa. Di wilayah ini puluhan bahkan ratusan
gedung gereja. Agama Kristen di Jepang ini bisa di katakan hidup damai berdampingan tanpa konflik
apapun. Tempat ibadah, pelayanan, sosial, pendidikan, kesehatan yang dikelola oleh orang Kristen
tumbuh marak hampir di seluruh pelosok Jepang.

Kesimpulan

Kekristenan di Jepang pertama kali dibawa oleh Katolik Roma kemudian disusul oleh Kristen Protestan.
Di Jepang Katolik Roma tidak berkembang karena berbagai faktor yang menghambatnya. Namun Kristen
Protestanlah yang berkembang melalui golongan militer Samurai yang tertarik pada konsep permuridan
dan pengabdian. Dan sampai saat ini agama Kristen di Jepang dapat hidup dengan damai tanpa konflik
apapun.

Anda mungkin juga menyukai