1. Pengantar.
Idola tokoh politik tertentu sebenarnya sudah ada sejak lama.
Misalnya; bagaimana Muh. Yamin mengapresiasi Soekarno
tentang lahirnya Pancasila. Hal yang sama terjadi hingga kini di
era reformasi. Namun perbedaannya, di masa awal kemerdekaan
Indonesia, idola tokoh didasarkan pada pemikiran, sikap, dan
kinerja yang dihasilkan oleh tokoh tersebut untuk kemajuan
bersama. Sedangkan di era reformasi, memiliki kecenderungan
untuk idola tokoh didasarkan pada kesamaan prinsip. Oleh sebab
itu saat ini, kepentingan politik praktis lebih kuat dalam
masyarakat. Bahkan kepentingan negara hanya menjadi alasan
yang semu. Dalam dunia perpolitikan, hal ini memang dianggap
wajar. Namun dalam konteks negara, kita memiliki etika hidup
bernegara dan berwarganegara.
Politik Praktis di Zaman Modern
2. Pemikiran Soekarno.
Dalam pidato Soekarno dalam siding BPUPKI, ketika menyampaikan konsep
mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan mengatakan Indonesia
bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan,
tetapi negara untuk semua. Maka Soekarno menekankan prinsip
permusyawaratan, perwakilan. Prinsip perwakilan teraplikasi dalam sebuah
lembaga yang disebutnya Badan Perwakilan Rakyat. Disinilah perwakilan
golongan Islam ada, golongan Kristen, dan agama lainnya juga demikian, tetapi
harus bekerja sekuat tenaga. Sehingga ketika perwakilan dari golongan agama
tersebut bekerja sekuat tenaga untuk rakyat, maka perwakilan dari golongan
agama tersebut dapat hidup di dalam jiwa rakyat. Menurut Soekarno, negara
akan hidup ketika ada perjuangan, termasuk perjuangan melalui adanya suatu
usaha atau tindakan yakni bekerja.
Politik Praktis di Zaman Modern