Yang kami muliakan para dewan juri, dan hadirin yang dirahmati
Allah.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur alhamdulilahirobbil
alamin, kepada Allah swt yang telah memberikan taufiq, hidayah,
serta inayahnya sehingga kita dapat berkumpul pada kesempatan yang
baik ini dalam keadaan sehat wal afiat dan tanpa suatu halangan
apapun
Sholawat serta salam, tetap tercurahkan pada nabi besar Muhammad
saw. karna beliau lah suri tauladan yang terbaik bagi umatnya.
Ya, saudara-saudara, satu pondok pesantren al amin, satu
kaleidoskop kebaikan dan keburukan, satu gending bindri kemajuan
dan kemunduran, gending bindri kepatriotikan dan kebodohan.. Ya,
benar. Orang boleh berkata: itulah Revolusi!
Ada banyak harapan atau cita-cita yang belum terwujud di usia
Indonesia yang sudah menginjak remaja. Yang terjadi, justru
melemahnya jiwa nasional bangsa Indonesia: tidak percaya kepada
kemampuan diri sendiri, mudah meniru bangsa lain, serta lekas mau
enak dan cari gampangnya saja.
Akibatnya? Segala sesuatu lepas dari buminya, segala sesuatu lepas
dari relnya! Segala sesuatu lantas rontok. Segala sesuatu peringisan,
karena mukanya bukan lagi muka yang ia bawa tatkala ia keluar dari
gua garba Ibu Pertiwi.
Kita sekarang ini berada dalam tingkatan kedua daripada Revolusi,
yaitu tingkatan nation-building. Tingkatan pertama daripada Revolusi
kita ialah tingkatan memecahkan belenggu, tingkatan pemerdekaan,
tingkatan liberation.
Nation-building membutuhkan bantuannya Revolusi Negeri! Karena
itu, adakanlah Revolusi Negeri! Bangkitlah! Ya! Bangkitlah, bangkit
dan geraklah ke arah pemulihan jiwa.. menyadari kembali cita-cita
nasional, menyadari kembali cita-cita sosial, menjadi santri” yang taat.
Sebenarnya tiap-tiap Revolusi yang betul-betul Revolusi adalah
Revolusi Negeri. Atau lebih tegas lagi: bersyarat Revolusi Negeri
bersama santri.
Seluruh jiwa kita harus kita permudakan kembali, harus kita cuci
kembali, harus kita sikat kembali. Seluruh jiwa kita harus kita tempa
kembali, harus kita gembleng kembali.. Gerakan Hidup Baru tidak
hanya dengan revolusi negeri tapi juga berisi Revolusi Mental, yaitu
perombakan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, yang merintangi
kemajuan.
Marilah kita semua santriwan santriwati satu-persatu mencoba
menjadi besar. Angkatkanlah diri kita di atas segala tetek-bengek yang
kecil-kecil!
Apabila ada salah kata saya mohon maaf yang sebesar besarnya.
Selamat Hari Santri! Merdeka!
Uusikum wanafsii…
Hadrotil mukarromin, para alim ulama’ wal umaro
ingkang kita mulyakaken para dewan juri, lan hadirin ingkang dirahmati
allah.
sholawat saha salam, tetep tercurahkan ing nabi ageng muhammad saw.
keranten kiyambake lah suri tauladan ingkang paling sae kangge umate .
nggih, sadherek-sadherek, setunggal pondok pesantren al amin, setunggal
kaleidoskop kesaenan lan keburukan, setunggal gending bindri kemajengan
lan kemunduran, gending bindri kepatriotikan lan kebodohan.. nggih, leres.
tiyang angsal wicanten: niku lah revolusi!
kita saniki wonten lebet tingkatan kaping kalih daripada revolusi, inggih
menika tingkatan nation-building. tingkatan pertami daripada revolusi kita
inggih menika tingkatan mecahaken belenggu, tingkatan pemerdekaan,
tingkatan liberation.
nation-building mbetahaken rencangane revolusi nagari! keranten niku,
wontenaken lah revolusi nagari! bangkitlah! nggih! bangkitlah, bangkit lan
geraklah teng arah pemulihan jiwa.. rumaosi wangsul gegayuhan nasional,
rumaosi wangsul gegayuhan sosial, dados santri” ingkang taat.
Uusikum wanafsii…