Anda di halaman 1dari 4

I.

Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang membuat sebuah media informasi kini
beralih ke dalam media virtual. Dalam definisi yang sebenarnya, virtual memiliki arti
(secara) nyata. Dapat dipahami bahwa makna dari kata virtual berarti maya atau
seolah-olah nyata. Kemunculan teknologi terbaharukan yang dibuat computer
menjadikan penggunanya seolah-olah terlibat langsung secara fisik dalam lingkungan
tersebut.

Berangkat dari fenomena keterbatasan otak manusia dalam menyimpan memori dan
kemunculan teknologi sebagai alat bantu manusia dalam menyimpan memori. Bentuk
sederhana yang dekat dengan kita seperti, notes, reminder, photos, dan lain
sebagainya yang berada dalam gawai kita saat ini.

Hal ini menjadi fenomena menarik untuk diangkat sebagai karya seri fotografi seni
dengan tajuk “Imported on March 11, 2020. 10 Items”.

II. Referensi Seniman

Seperti yang diungkapkan Cecile B. Evans, seorang seniman media baru, dalam
wawancaranya, “I just don’t believe in the word ‘virtual’”. Cecile berpendapat dalam
kehidupan sosial masa kini kita tidak lagi mampu membedakan realitas yang
sesungguhnya dan virtual. Dalam karya ini, penulis sepakat dengan pandangan
Cecile terkait manusia, seni dan teknologi. Proses penciptaan karya menggunakan
pendekatan yang dilakukan seperti Richard Prince dalam karyanya yang
mengapropriasi foto dalam media sosial.

III. Konsep Karya

Berangkat dari fenomena keterbatasan otak manusia dalam menyimpan memori.


Kemunculan teknologi membantu manusia dalam memprogram memorinya dalam
‘menyimpan’ memori. Bentuk sederhananya seperti, notes, reminder, photos, dan lain
sebagainya yang berada dalam gawai kita saat ini.

Dalam karya bertajuk “Imported on March 1, 2020. 10 Items”, penulis mengkeructkan


peran teknologi sebagai alat bantu manusia dalam menyimpan memori dalam bentuk
visual tangkap layar yang terdapat dalam album foto di gawai.

Ketertarikan penulis terdapat pada kemampuan gawai dalam mengkategorikan


memori-memori yang disimpan gawai dalam bentuk foto. Program yang dimiliki gawai
tersebut otomatis mengelompokkan memori sesuai dengan waktu, tempat, objek dan
suasana yang terdeteksi dalam foto yang tersimpan.

Bantuan fitur tersebut membantu manusia dalam menyimpan memorinya secara


tertata. Sehingga, dimasa kini upaya manusia untuk menyimpan memorinya tidak lagi
bergantung pada otak saja, melainkan diaplikasikan dalam bentuk menangkap image
suasana, objek, maupun tulisan.

IV. Konsep Visual

Sejatinya, manusia terbentuk akibat dari perkawinan yang terjadi antara seni dan teknologi.
Maka di zaman kebaharuan seperti ini, kita dapat melihat manusia sangat bergantung pada
piranti (device) yang dapat menghubungkan satu manusia dengan manusia lain. Perihal
perubahan zaman itu sendiri menjadi konteks yang selalu menarik untuk diamati. Kita dapat
melihat bagaimana suatu perubahan itu dapat terjadi dan membawa pengaruh-pengaruh kecil
hingga besar. Dalam konteks pembahasan seni dan teknologi, seni tidak lagi dipandang
sebatas karya seni saja, melainkan sebagai aspek hidup manusia yang meliputi ranah
kebudayaan.

Seni dan teknologi yang kini berkembang di zaman Kontemporer justru saling bahu membahu.
Kini, teknologi menjadi partner bagi manusia dengan keramahan mesin-mesin yang mampu
membantu manusia. Dengan demikian, teknologi telah mencapai pada masa akhirnya dalam
pemahaman modern, dimana mesin dikontrol oleh manusia untuk memenuhi tujuannya.
Relasi yang terjadi antara seni dan teknologi telah melahirkan berbagai jenis pengalaman
kemanusiaan yang berbeda-beda, hingga akhirnya mempengaruhi cara kita berbicara
mengenai perubahan dalam kehidupan. Pada dasarnya, keberadaan seni dan teknologi tidak
dapat terpisah dan saling melengkapi. Analogi uang cukup dapat menggambarkan posisi seni
dan teknologi itu sendiri. Dimana dapat kita ketahui bahwa dua sisi mata uang memiliki posisi
yang sama dan saling terkait.

Fotografi secara harfiah memiliki arti proses penangkapan image menggunakan media
cahaya. Apabila berbicara soal fotografi, tidaklah terlepas dari alat bantu berupa kamera.
Dalam karya ini, penulis menghadirkan bentuk lain dari peangkapan image fotografi. Bentuk
lain tersebut dihasilkan menggunakan fitur tangkap layar (screenshoot) pada gawai.

Kehadiran fitur tangkap layar digarisbawahi sebagai pendekatan yang dilakukan oleh penulis
dalam proses penciptaan karya fotografi seni kali ini. Dalam fotografi terdapat aspek-aspek
formal seperti fokus, framing, lighting, yang terdapat pula pada fitur tangkap layar.

“Imported on March 1, 2020. 10 Items” merupakan hasil tangkapan layar berupa komposisi
dari aspek-aspek formal fotografi. Pendekatan lain yang dilakukan oleh penulis juga dilakukan
dengan cara rephotography. Rephotography adalah teknik penangkapan image kembali.

V. Presentasi Karya

Presentasi berupa pameran dengan menggunakan gawai sebagai media penampil


karya “Imported on March 11, 2020. 10 Items”.

Anda mungkin juga menyukai