Anda di halaman 1dari 6

ESTETIKA DESAIN DALAM BIDANG TEKNOLOGI

Muhammad Fairuz Kamil 1912649024

Segala hal apapun yang ada pada dunia ini memiliki konteks baik itu yang
berbentuk maupun yang abstrak, konteks-konteks ini saling berkaitan dengan
konsep pemahaman. Sekian banyak cabang pemahaman yang paling banyak ditemui
pada seluruh objektivitas adalah estetika, sebab segala sesuatu pasti terkandung
makna estetika didalamnya dan estetika mampu menyesuaikan.

“Hal tersebut dilandasi pemikiran bahwa estetika tidak sebatas yang


tampak, namun juga yang tidak tampak (wacana). Maka itu, estetika
sebaiknya tidak sebatas dipahami sebagai bentuk-bentuk yang indah,
harmoni, tertata, rapih, dsb. Estetika perlu dicari yang berada di
luar bentuk-bentuk tersebut.” (FX, 2011)

Manusia diberi anugerah untuk mampu berpikir dan mengkaji apa yang ia
temui dan rasakan, maka dari itu estetika sering dijumpai dan kerap dirasakan ketika
kita melihat, menyentuh, dan merasakan sesuatu. Estetika sendiri selalu
dihubungkan dengan hal-hal yang berbau seni, padahal kenyataannya estetika tidak
se-simpel itu dan jauh lebih luas dan kompleks. Estetika diiringi dengan desain
karena erat dan dekat kedudukannya,

Desain bersifat konseptual dan berstruktur serta melewati proses-proses


kreatif, berbeda dengan seni yang terfokus pada visual. Desain masa kini tak bisa
dipungkiri merupakan campur tangan dan buah hasil dari teknologi, campur tangan
teknologi ini bukan berarti menghilangkan unsur estetika dalam desain tersebut.
Yang menjadi pertanyaan di benak pribadi adalah apakah estetika desain dalam
teknologi mampu menandingi estetika desain dalam karya manusia meskipun sama-
sama estetika buatan. Bagi kebanyakan orang teknologi merupakan penyelamat
umat manusia dari kesulitan dan keterpurukan namun disisi lain teknologi mulai
menyisihkan beberapa profesi yang seharusnya bisa mengurangi angka
pengangguran tetapi mulai tergantikan oleh mesin. Desain dengan teknologi
memang secara luar terlihat serupa karena kebanyakan desain saat ini berformat
digital, namun jika ditelusuri lebih dalam desain dan teknologi adalah dua hal yang
berbeda. Singkatnya teknologi hanyalah alat yang membantu untuk merancang
sebuah desain karena desain berangkat dari buah pikir manusia yang di olah
melewati banyak tahapan.

“Desain adalah soal perenungan, kontemplasi ke arah batin manusia


itu sendiri, setelah bersinggungan dengan kenyataan di luar dirinya.
Sementara teknologi merupakan observasi, pengamatan yang berjarak
antara subyek (manusia) dengan obyeknya (hasil karya). Desain
mengandung sesuatu yang transenden, sedang teknologi selalu
berurusan dengan hal-hal yang bersifat nyata. Desain lebih bersifat
rasa, teknologi lebih bersifat material, keduniawian.”(Wisnu, 2014)

Jika ditanya apakah didalam teknologi terdapat estetika, jawabannya tentu


ada. Pada teknologi bukan berarti tak memiliki estetika karena pada hakikatnya
hal apapun pasti memiliki estetika. Apabila jika dikaitkan dengan apa yang telah
disampaikan pada perkuliahan oleh Pak Sumbo Tinarbuko adalah estetika desain
terbagi menjadi dua yakni estetika natural, dan estetika buatan. Estetika dalam
teknologi termasuk ke dalam estetika buatan karena tidak dibuat secara langsung
oleh tuhan melainkan melalui manusia. Alat-alat teknologi yang sering dijumpai
tentunya sudah melewati proses desain oleh sang desainer agar produk teknologi
tersebut terlihat menarik dan fungsional. Seperti salah satu contohnya pada
perusahaan teknologi raksasa Apple yang memiliki desain yang sangat khas
untuk produknya, lebih-lebih desainnya kerap kali ditiru oleh kompetitor. Jika
bicara mengenai persoalan tersebut, manusia masih memegang mayoritas dalam
proses desain produk Apple, namun lain hal jika membicarakan yang akhir-akhir
ini tengah hangat mengenai fenomena aplikasi AI.

Beberapa waktu lalu jagat sosial media tengah diramaikan dengan


fenomena penggunaan aplikasi artificial intelligence untuk membuat foto diri
menjadi berbagai macam karakter dan gaya. Tak hanya masyarakat melainkan
banyak public figure yang turut meramaikan fenomena ini baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.

Sumber : instagram.com/folkative

Pada fenomena ini dapat dikategorikan teknologi yang membuat dan


menghadirkan estetika pada karya tersebut, orang-orang berlomba-lomba untuk
membuat karya sama dengan aplikasi tersebut karena cara yang dilalui sangat
mudah. Serta banyak pro kontra mengenai hadirnya aplikasi AI tersebut. Agar
tulisan tidak terlalu luas, tulisan dibatasi dalam ranah estetika desain saja.
Apabila dilihat dari perspektif sejarah, seniman dan desainer terdahulu tidak
memiliki tekanan untuk bisa menyelesaikan karya yang ia buat dalam kurun
waktu tertentu, sedangkan saat ini baik seniman maupun desainer dituntut untuk
menyelesaikan karya yang dibuat untuk kepuasan serta kepentingan klien.
Berangkat dari titik ini lah teknologi AI dalam bidang seni dirancang dan
diciptakan. Estetika dalam teknologi AI ini jelas ada dan nyaris sama dengan
estetika yang dibuat langsung oleh manusia, lalu untuk bisa menjawab
pertanyaaan yang ditanyakan sebelumnya perlu melihat dari perspektif kritis.

Sumber: instagram.com Sumber: instagram.com/artofconway

Tagar #supporthumanartists ramai dipakai guna untuk mendukung


seniman serta desainer yang karyanya hasil buah pikiran mereka tanpa
menggunakan teknologi AI. Pada kolom komentar mayoritas lebih memilih
karya seni yang merupakan murni hasil dari kreatornya tanpa sentuhan dari
teknologi AI namun mereka tidak menolak dengan hadirnya AI ini karena mau
tidak mau fenomena ini akan terjadi. 3 tahapan yang digagas oleh Ki Hajar
Dewantara yaitu nontoni, niteni, nambahi lalu diteruskan oleh proses maca,
aksara, dan wicara merupakan tahapan untuk memahami estetika desain secara
dalam (Tinarbuko, 2022). Melalui tahapan-tahapan ini akan terlihat jelas
perbandingan estetika desain pada karya yang dihasilkan oleh AI dengan karya
manusia.

Pada karya AI, karakteristik karyanya cenderung terlihat sama semua


dengan karya AI yang lainnya dari segi shading, tekstur, kualitas gambar, dll.
Sehingga karya AI terkesan tidak memiliki unsur spesialis yang membedakan
karya yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan karya manusia lebih variatif
dan subjektif sesuai karakteristik dari sang kreatornya, dan unsur estetika
desainnya terkesan lebih kaya ketimbang AI karena sang kreator mampu
menuangkan pesan atau apapun yang ada dibenaknya dalam sebuah satu karya
sekaligus mencakup 5 sila estetika desain. Kesederhanaan, masa depan, tanda
simbol, tata nilai peradaban, feminitas dan maskulinitas sesuai sebagaimana 5
sila estetika desain. (Tinarbuko,2022)
DAFTAR PUSTAKA

Adikusuma, Wisnu. 2014. Estetika Desain.

Tinarbuko, Sumbo. 2022

Widyatmoko, FX. 2011. Estetika dalam Desain. Diakses pada 17 Desember 2022
dari http://dgi.or.id/dgi-archive/estetika-dalam-desain

Anda mungkin juga menyukai