Anda di halaman 1dari 14

PERJANJIAN KERJA ANTARA ATLET SEPAKBOLA

PROFESIONAL DENGAN KLUB SEPAKBOLA

Oleh :

Yola Zulva Janika*, Mashudi**


*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gresik
**Dosen Fakultas Hukum Universitas Gresik

Email:
Mashudiunigres@gmail.com
yolazulvajanika@yahoo.com

ABSTRAK

Dalam klausul kontrak pemain sepakbola profesional dengan klub sepakbola


secara eksplisit mencantumkan bahwa kontrak pemain sepakbola bersifat khusus
dan tidak tunduk pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dan atlet sepakbola profesional mempunyai hukum yang khusus
yaitu Lex sportiva.Kontrak kerja pemain sepakbola profesional tunduk pada
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional
merupakan Lex Specialis dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dalam ketentuan FIFA penyelesaian sengketa yang terjadi
antara atlet sepakbola profesional dengan klub dapat di selesaikan melalui
Arbitrase yang telah disediakan oleh induk organisasi sepakbola tersebut.

Kata kunci : Hukum Olahraga (Lex Sportiva); Ketenagakerjaan; Mekanisme


Penyelesaian Sengketa; Perjanjian.

ABSTRACT
A number of legal experts argued that the Act No. 13 year 2003 about the
Employment contract applicable to professionalhu athletes because of the
professional athlete is the workers/labourers and applies the provisions of the Act
such. However, in the professional soccer player contract clause with the football
club to explicitly specify that the special nature of player contracts and are not
subject to law No. 13 Year 2003 about the employment and soccer athletes
professionals have special laws i.e. Lex sportiva. Professional soccer player
employment contract subject to the provisions of Act No. 3 Year 2005 about
National Sport System. Act No. 3 of the year 2005 of the national Sport System is
Lex Specialists of law No. 13 Year 2003 concerning Employment. In terms of the
FIFA dispute that took place between professional athletes with the Club can
resolve through arbitration that has been provided by the parent organization of
the football.
Keywords : Sports Law( Lex Sportiva); Employment; The Dispute Settlement
Mechanism; Contract.

262
A. PENDAHULUAN pemahaman atlet terhadap hak-haknya
Saat ini, olahraga bukan yang terdapat dalam kontrak kerja.
sekedar menggerakkan badan, tetapi Peran hukum disini sangat penting
juga mampu menggerakkan roda karena berkaitan dengan terjaminnya
ekonomi. “Perkembangan olahraga di hak-hak yang dimiliki oleh pemain
indonesia, akan jauh lebih efektif, bila sepakbola profesional.
mendapat sentuhan dari sisi pemasaran Kemudian mengenai forum
kepada masyarakat dan dunia industri. penyelesaian sengketa hubungan kerja
Secara ekonomi perputaran uang di antara atlet dengan klub profesional
dalam industri keolahragaan cukup juga bermasalah dan sedikit unik. Jika
besar terutama kepada setiap atlet-atlet kita merujuk pada Undang-Undang
yang memiliki prestasi di bidang Nomor 22 Tahun 2004 tentang
olahraganya masing-masing”. 1 penyelesaian perselisihan hubungan
Seorang atlet harus bisa industrial, maka permasalahan gaji
memahami dalam beraudiensi dengan buruh yang tertunggak di selesaikan di
pihak manajemen klub ataupun induk Pengadilan Hubungan Indrustrial
organisasi olahraga yang menginginkan sedangkan jika diselesaikan melalui
mereka bermain atas nama klub arbitrase tidak semua sengketa dapat
ataupun atas nama negara. Hal yang diselesaikan melalui arbitrasi, hanya
harus dipahami terutama mengenai hak perselisihan antara serikat
dan kewajiban yang harus sama-sama pekerja/serikat buruh dalam satu
dipahami oleh para atlet dan pihak klub. perusahaan yang dapat diselesaikan
Seperti dalam hal telatnya atau melalui jalur arbitrase.
menunggakya gaji pemain. Sebenarnya Berdasarkan latar belakang diatas maka
dalam hal ini para pemain bisa penulis tertarik untuk membahas
mengadukan masalahnya ke pihak mengeni “Perjanjian Kerja Antara Atlet
kepolisian atau pihak pengadilan untuk sepakbola profesional Dengan Klub
mendapatkan haknya. sepakbola”.
Seperti contohnya pemasalahan B. METODE PENELITIAN
sistem kontrak pemain sepakbola di Didalam penelitian ini penulis
tanah air saat ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
sistem kekeluargaan. Jadi pembayaran yuridis normatif yaitu dilakukan
gaji kepada para atletpun dilakukan dengan cara menelaah teori-teori
dengan kekeluargaan. Maka untuk hukum, konsep-konsep hukum, asas-
mampu menjadi atlet profesional dan asas hukum serta mengkaji peraturan
berprestasi atlet tersebut harus pandai perundang-undangan yang
memahami kontrak kerja yang dia berhubungan dengan pokok
sepakati dan mampu bersikap tegas. permasalahan yang telah dirumuskan
Hal mendasar sering terjadinya dalam penelitian ini. Untuk mencari
permasalahan kontrak kerja antara atlet jawaban atas pokok permasalahan
sepakbola profesional adalah dalam penelitian ini, penulis
kurangnya perlindungan hukum menggunakan tiga pendekatan masalah
terhadap atlet sepakbola dan kurangnya yaitu Pendekatan Perundang-undangan
(Statute Approach), Pendekatan
1
Memet Muhammad, Momon Konseptual (Conceptual Approach),
Sudarman, . dan Ujang Sudrajat. sport
marketing, Yogyakarta, 2016, h.18.

263
Pendekatan Perbandingan merekrut pemain profesional dapat
(Comparative Approach). melalui pemain itu sendiri atau agen
dengan klub. Maka langkah selanjutnya
C. PEMBAHASAN adalah para pihak menjalin sebuah
1. Atlet Sepakbola Profesional kerja sama dalam bentuk kontrak/
Dalam sepakbola yang terus perjanjian kerja. Pemain profesional
melalui perbaikan pengembangan, yang terikat perjanjian kerja dengan
sepakbola di era masa kini tidak hanya pihak klub profesional berkewajiban
menjadikan olahraga ini sebagai hobi, mengikuti aturan yang diberlakukan
olahraga ini telah menjadi sebuah dari awal kesepakatan pelaksanaan
hiburan tontonan atau lahan industri di sampai dengan berakhirnya kontrak
dunia olahraga yang menjadikan oleh kedua pihak tersebut.
pemain sepakbola sebagai profesi atau 2. Perjanjian Kerja Atlet
tenaga kerja pada klub yang melalui Sepakbola Profesional dengan
perekrutan hingga perjanjian kontrak Klub Sepakbola
kerja. Berdasarkan Pasal 1 angka 14
Setiap orang dapat menjadi Undang-Undang Ketenagakerjaan,
olahragawan profesional setelah perjanjian kerja adalah “perjanjian
memenuhi persyaratan diantaranya antara pekerja/buruh dan pengusaha
yaitu pernah menjadi olahragawan atau pemberi kerja yang membuat
amatir yang mengikuti kompetisi syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
secara periodik, memenuhi ketentuan kedua belah pihak”. 2 Menurut Imam
ketenagakerjaan yang dipersyaratkan, Soepomo bahwa, “perjanjian kerja
menuhi ketentuan medis yang adalah suatu perjanjian dimana pihak
dipersyaratkan, dan memperoleh kesatu (buruh), mengikatkan diri untuk
pernyataan tertulis tentang pelepasan bekerja dengan menerima upah dari
status dari olahragawan amatir menjadi pihak kedua yakni majikan dan
olahragawan profesional yang majikan mengikatkan diri untuk
diketahui oleh induk organisasi cabang memperkerjakan buruh dengan
olahraga yang bersangkutan. membayar upah”. Perjanjian kerja
3

Dalam klub sepakbola perekrutan pemain sepakbola profesional dengan


pemain adalah hal yang paling penting klub sepakbola di Indonesia tentunya
guna mendapatkan pemain yang harus memperhatikan buku III
dibutuhkan untuk tujuan atau target KUHPerdata, sebagai dasar dalam
klub. Adapun ketentuan FIFA yang membuat suatu perjanjian. Perjanjian
tertuang dalam FIFA Ragulation for atau “overeekomst” merupakan “salah
the Status and transfer of player, PSSI satu sumber perikatan (selain Undang-
berhak membuat dan memiliki sistem Undang) karena para pihak mempunyai
status, alih status, dan perekrutan kebebasan untuk mengadakan segala
pemain.
FIFA atau PSSI berwenang dalam 2
Lalu Husni, Pengantar Hukum
tata cara perekrutan yang dilakukan Ketenagakerjaan Indonesia, Grafindo, Jakarta
oleh setiap klub. Rekruitmen 2006, h 54.
3
dilaksanakan dengan dasar aturan atau Zaeni Asyhadie,Hukum Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan
tata cara yang telah ditetapkan FIFA
Kerja, Raja Grafindo Pustaka, Jakarta, 2007,
atau PSSI. Pihak klub yang akan
h.53.

264
jenis perjanjian sepanjang tidak jangka waktu perjanjian atau kontrak
bertentangan dengan Undang-Undang, kerja yang telah disepakati. Kedua,
kesusilaan, dan ketertiban umum”. 4 kecakapan untuk membuat suatu
Pasal 1313 KUHPerdata perikatan. Dari rumusan ini tentu
membahas mengenai definisi perjanjian dipahami bahwa setiap pemain
yakni “perjanjian adalah suatu sepakbola profesional harus cakap
perbuatan dimana satu orang atau lebih untuk membuat suatu perjanjian kerja
mengikatkan diri terhadap satu orang dengan klub sepakbola. Biasanya,
atau lebih”. 5 Artiya, dalam perjanjian pemain sepakbola diwakili oleh
tersebut terdapat hak dan kewajiban seorang agen untuk bernegosiasi
dari para pihak untuk melaksanakan dengan klub dan hal tersebut tentunya
kegiatan sebagaimana yang telah tidak menjadi masalah selama agen
disepakati dan tertera dalam perjanjian tersebut telah diberikan mandat oleh
yang biasanya dirumuskan dalam satu pemain tersebut. Ketiga suatu hal
kontrak. tertentu. Rumusan ini sudah jelas
Berdasarkan pemahaman diatas bahwa perjanjian kerja harus memuat
menandakan bahwa perjanjian kerja hal-hal tertentu, dalam perjanjian kerja
atlet sepakbola profesional dengan klub pemain sepakbola profesional dengan
sepakbola di Indonesia mengacu dan klub sepakbola unsur ketiga ialah
memenuhi ketentuan Pasal 1320 berkaitan dengan jasa, yakni keahlian
KUHPerdata tentang syarat sahnya pemain sepakbola untuk bertanding dan
suatu perjanjian. Pertama, sepakat bagi membawa klub yang mengontraknya
mereka yang mengikatkan dirinya. menjadi juara dikompetisi yang mereka
Artinya pemain sepakbola profesional ikuti. Keempat, sebab yang halal.
dan klub sepakbola tersebut telah Artinya, perjanjian yang dibuat pemain
sepakat mengenai hak dan kewajiban sepakbola profesional dengan klub
yang muncul dalam perjanjian kerja sepakbola di Indonesia tidak boleh
tersebut, seperti jumlah gaji pemain, bertentangan dengan Undang-Undang,
jangka waktu kontrak kerja tersebut, kesusilaan , dan ketertiban umum.
bonus loyalty, bonus penampilan, Ketentuan lain yang harus
bonus lainnya (apabila klub tersebut dipahami adalah “mengenai asas-asas
mendapatkan gelar juara), sanksi dalam pembentukan perjanjian,
apabila pemain melanggar kontrak, terutama asas kebebasan berkontrak
pilihan hukum akan dilanjutkan ke yang berhubungan dengan isi
pengadilan apabila timbul sengketa perjanjian, yaitu kebebasan
diantara para pihak (keterlambatan gaji, menentukan “apa” dan dengan “siapa”
tindakan wanprestasi dari salah satu perjanjian itu diadakan”. 6 Asas ini
pihak) dan lain-lain tentunya unsur tercantum pada Pasal 1338 ayat (1)
yang pertama ini penting untuk KUHPerdata yang menyatakan bahwa,
dipahami oleh kesua belah pihak “Semua perjajian yang dibuat secara
karena menyangkut hak dan kewajiban sah berlaku sebagai Undang-Undang
diantara kedua belah pihak dalam bagi mereka yang membuatnya.” Asas
kebebasan berkontrak meliputi
4
Djaja S. Melialala, Hukum Perdata
Dalam Perspektif BW, Bandung, Nuasa Aulia,
6
2012, h. 159. Subekti, Hukum Perjanjian,
5
Ibid. Jakarta, 2005, h. 15.

265
kebebasan setiap orang untuk sepakbola profesional dan klub
memutuskan apakah membuat profesional untuk tunduk pada
perjanjian atau tidak membuat ketentuan suatu hukum tertentu karena
perjanjian, kebebasab para pihak untuk perjanjian tersebut berlaku sebagai
memilih dengan siapa akan membuat Undang-Undang bagi mereka yang
perjanjian, kebebasan para ihak untuk membuatnya.
menentukan bentuk perjanjian, Hal ini berkaitan dengan pilihan
kebebasan para pihan untuk hukum (choise of law/rechtswahli) dari
menentukan isi perjanjian, dan para pihak untuk dapat memilih sendiri
kebebasan para pihak untuk hukum yang harus dipakai untuk
menentukan cara pembuatan perjanjian perjanjian dengan pembatasan, yaitu
termasuk dalam perjanjian standar yang sepanjang tidak melanggar ketertiban
cara pembuatannya telah ditentukan umum dan tidak boleh menjelma
oleh salah satu pihak. menjadi penyeludupan hukum.
Selain itu, dalam asas ini meliputi 3. Hukum Olahraga (Lex Sportiva)
juga kesepakatan para pihak dalam Lex Sportiva pada awalnya mulai
suatu perjanjian untuk memilih di bicarakan pada sekitar tahun 2000.
yurisdiksinya dan pilihan hukum yang Lex Sportiva adalah sebuah istilah baru
berlaku sebagaimana dimaksud dalam yang menjadi perdebatan di kalangan
Pasal 1338 KUHPerdata. Hikmahanto akademisi, bahkan di Indonesia. Lex
Juana, selaku pakar hukum internasinal Sportiva sampai saat ini masih terus
berpendapat bahwa, “dalam berkembang seiring dengan
implementasi dari asas kebebasan pertumbuhan olahraga itu sendiri. Lex
berkontrak yang sifatnya universal Sportiva dipahami sebagai “sebuah
dalam suatu perjanjian juga tergantung sistem hukum yang tidak berada dalam
pada posisi tawar menawar (bargaining sistem hukum Internasional, tetapi
power) diantara para pihak disuatu memasuki wilayah sistem hukum
8
perjanjan untuk menentukan keduahal transnasional”.
tersebut diatas”. 7 Asas kebebasan Hukum transnasional merupakan
berkontrak ini menjadi dasar bahwa isi “hukum yang terbentuk oleh komunitas
perjanjian kerja antara pemain internasional dan sebagai konsekuensi
sepakbola profesional dengan klub sebagai lahirnya a global society yang
sepakbola tergantung pada negosiasi menghilangkan batas-batas
dan kesepakatan kedua belah pihak administratif suatu negara dan
berkaitan dengan menentukan isi kemudian melahirkan kesepakatan dan
perjanjian mengenai hak dan kewajiban perjanjian kerja sama internasional
yang muncul dalam perjanjian kerja dalam segala bidang termasuk olahraga,
sebagaimana yang telah disebutkan khususnnya kompetisi sepakbola
9
sebelumnya dibagian syarat sahnya profesional”. Ken Foster menjelaskan
suatu perjanjian, yakni sepakat bagi bahwa:
mereka yang mengikatkan dirinya.
Asas kebebasan berkontrak juga 8
Hinca panjaitan, kedaulatan
memberikan kebebasan bagi pemain negara VS Kedaulatan FIFA dalam kompetensi
sepakbola profesional untuk memajukan
7
Albert Aries, “menentukan pilihan kesejahteraan umum, (Jakarta; Gramedia
hukum saat perjanjian”, 7 Mai 2018, Pustaka Utama, 2011), h, 135.
9
Hukumonline.com, 6 Juli 2019, h. 1. Ibid, h. 79.

266
“Global sports law, by contrast, may membuktikan bahwa “adanya para
provisionally be defined as a subjek hukum non negara yang
transnational autonomous legal order memiliki jangkauan pemberlakuan
created by the private global internasional dan diikuti secara
institutions that govern international internasional pula
sport”. It is a sui generis set of Lex sportiva adalah hukum yang
principles creted from transnational khusus mengatur tentang olahraga yang
legal norms generated by the rules, and dibentuk oleh institusi komunitas itu
the interpretation threof, of sendiri yang bersifat internasional,
international sporting federations. This misalnya “federasi sepakbola
is a saparate legal order that is profesional FIFA dan berlaku serta
globally autonomous. This implies that ditegakkan oleh lembaga olahraga itu
international sporting federation sendiri tanpa intervensi dari hukum
cannot be regulated by national courts positif suatu negara dan tanpa
or gevorments. They can only be self- intervensi dari hukum internasioal”. 10
regulation by their own internal Ken Foster merumuskan bahwa Lex
institution or by external institution Sportiva as a Global Sport Law adalah
created or validated by them. sebagai aturan hukum otonom dan
Otherwise, they enjoy a diplomatic- independent, yang melintasi wilayah
type immunity from legal regulation. hukum negara, yang diciptakan oleh
lembaga-lembaga swasta global, yang
Dari pemaparan tersebut, diketahi mengatur olahraga secara internasional.
bahwa lex sportiva adalah peraturan Karaktristik utama bahwa hukum
yang dibuat oleh induk organisasi olahraga global merupakan peraturan
olahraga, yakni setiap anggota kontraktual dengan kekuatan
organisasi tersebut harus tunduk mengikatnya didasarkan pada
terhadap statuta organisasi dan aturan perjanjian untuk menyerahkan
lex sportiva memiliki kekuatan kekusaan dan hak kepada otoritas dan
mengikat dan memaksa oleh otoritas yuridiksi federasi olahraga
olahraga dan mereka tidak pernah interrnasional tersebut. Selain itu Lex
membutuhkan tindakan resmi negara Sportiva as a Global Sport Law tidak
berdaulat. diatur oleh sistem hukum nasional. Lex
Contoh yang kongkret adalah Sportiva diberlakukan ketentuan
FIFA, sebagai satu-satunya federasi legislasi dan konstitusional yang dibuat
sepakbola internasional yang menaungi oleh federasi-federasi olahraga
asosiasi-asosiasi sepakbola negara- internasional.
negara seluruh dunia, FIFA memiliki “Lex Sportiva memiliki dasar
kekuatan untuk menegakkan hukumnya kontraktual formal dan legitimasinya
sendiri. Misal, tim nasional dijatuhi datang dari kesepakatan yang dibuat
sanksi dilarang tampil di kandang secara sukarela atau pengakuan kepada
sendiri. Maka, negara tidak bisa masuk yuridiksi dari federasi-federasi
kedalamnya dan ikut campur untuk olahraga itu sendiri dan dari para atlet
membatalkan sanksi tersebut, karena dan pihak lain yang berada dibawah
FIFA memiliki kekuatan tersendiri
untuk menegakkan aturannya tanpa
intervensi dari negara. Ini 10
Ibid, h.72.

267
yuridiksinya”. 11 Konsep Lex Sportiva dipertandingkan. Seperti perizinan
ini menjadi menarik karena 4 alasan keamanan, ketentuan pajak, ketentan
utama, yaitu (i) Lex Sportiva pembentukan badan hukum bagi
merupakan suatu sistem hukum yang asosiasi dan klub, dan lain-lain.
global dan transnasinal serta 4. Sikap FIFA terhadap Undang-
melampaui batas-batas negara, (ii) Lex Undang Ketenagakerjaan Suatu
Sportiva merupakan contoh utama Negara
sebagai global legal pluralis, (iii) Lex FIFA merupakan komunitas
Sportiva sebagai a pluralis contractual internasional yang melahirkan Lex
order dan karenanya mempunyai Spportiva sebagai hukum
tingkat otonomi yang tinggi, dan (iv) transnasioanal yang hidup dan berlaku
Lex Sportiva merupakan varian dari secara terus menerus dan diikuti oleh
model penyelesaian sengketa olahraga anggota-anggotanya, termasuk PSSI.
sebagai a part of a wider FIFA sebagai salah satu federasi
“privatization” of sport law which sepakbola internasional yang menaungi
takes issues away from national courts asosiasi-asosiasi sepakbola negara-
by reference to contractual negara seluruh dunia, FIFA memiliki
agreement. 12 kekuatan untuk menegakkan hukumnya
Dari uraian tersebut dapat dilihat sendiri. Misal, tim nasional indonesia
bahwa federasi olahraga terutama FIFA dijatuh sanksi dilarang tampil di negara
mempunyai sistem hukum sendiri yang sendiri. Maka, negara tidak bisa ikut
otonomi dan independen. Bahkan campur untuk membatalkan sanksi
negara sekalipun tidak bisa ikut campur tersebut. Karena FIFA memiliki
didalamnya. Meskipun harus diakui kekuatan tersendiri untuk menegakkan
hukum negara tetap berlaku dan aturannya tanpa intervensi dari negara.
bersinambungan, karena aktivitas Ini membuktikan bahwa adanya para
olahraga berlangsung dalam wilayah subjek hukum non negara yang
suatu negara. PSSI harus mengikuti tata memiliki jangkauan pemberlakuan
cara seperti pengamanan pertandingan, internasional dan diikuti secara
perizinan penggunaan stadion, interrnasional pula.
pembentukan klub sepakbola, dan Lex Sportiva FIFAmengenai
pembentukan asosiasi sepakbola. perjanjian kontrak antara pemain
Tetapi, perlu ditekankan bahwa dunia sepakbola profesional dengan klub dan
hukum bidang olahraga tersebut tidak kaitannya dengan hukum nasional
membentuk suatu dunia yang benar- suaatu negara, FIFA sendiri sebenarnya
benar terpisah dari negara. tidak menolak hukum ketenagakerjaan
Sebab, bagaimanapun juga jika suatu negara, tetapi yang menjadi
aturan yang mengatur olahraga tersebut masalah adalah bagaimana jika hukum
dibuat oleh organisasi-organisasi suatu negara bertentangan dengan
olahraga privat internasional, Statuta FIFA dan peraturan-peraturan
namunolahraga tetap saja tidak bisa yang dibuat FIFA. Karena bagi
menghindar dari penerapan hukum “Football family” kekuatan hukum
negara dimana olahraga tersebut FIFA bisa lebih daripada hukum
nasional.
Hal ini menjadi perhatian lebih
11
Ibid, h. 175. lanjut berkaitan dengan perjanjian
12
Ibid, h.178.

268
antara kontrak kerja antara pemain Players, Official, and other
sepakbola profesional dengan klub di Association Official to ordinary
berbagai negara, terutama di Indonesia. court of law, unless the FIFA
Karena itu karekteristik utama bahwa regulation or binding legal
Lex Sportiva merupakan peraturan provisions specifically provide for
kontraktual dengan kekuatan or stipulaterecourse to ordinary
mengikatnya didasarkan pada courts of law. Instead of recaurse to
perjanjian untuk menyerahkan ordnary courts of law, the
kekuasaan dan hak kepada otoritas dan provisions shall be made for
yuridiksi federasi olahraga arbitration. Such disputes shall be
internasional tersebut. Selain itu, “Lex taken to an independent and duly
Sportiva as a Global Sport Law tidak constituted arbitration tribunal
di atur oleh sistem hukum nasional”.13 recognized under therules of the
Dampak dari adanya Lex Sportiva Association or Confederation or to
FIFA mengenai perjanjian kerja ini CAS. The Associations shall also
terhadap perjanjian atau pemain ensure that this stipulation is
sepakbola profesional dengan klub implemented in the Association, if
ialah adanya lembaga penyelesaian necessary by imposng a binding
sengketa tersendiri yang tidak tunduk obligation on its members. The
pada ketentuan hukum nasional. Pasal Association shall impose sanctions
68 Statuta FIFA 2011 menjelaskan on any party that fails to respect this
bahwa: obligation and ensure that any
1 The Confederation, Member, and appeal against such sunctions shall
Leagues shall agree to recognize likewise be strictly submitetted to
CAS as an independent judical arbitration, and not to ordinary
authority and to ensure that their courts of law.
members, affiliated Players, and
Official comply whit he decisions Berdasarkan rumusan pasal
passed by CAS. The same obligation tersebut, dapat dijelaskan bahwa FIFA
shall apply to licensed macth and telah menyatakan bahwa setiap anggota
players’ agents. tidak diperkenankan menyelesaikan
2 Recourse to ordinary courts of law sengketa melalui forum penyelesaian
is prohibited unless specifically sengketa yang telah disediakan dalam
provided for in the FIFA regulation. statuta tersebut, seperti National
Recourse to ordinary courts of law Dispute Resolution Chamber, Dispute
for all types of provisional measures Resolution Chamber hingga yang
is also prohibited. paling tertinggi adalah Court of
3 The Associations shall insert a clase Arbitration for Sport yang
in their statues or regulations, berkedudukan di Swiss.
stipulating that it is prohibited to Disini keberlakuan Undang-
take disputes in the Associations or Undang Ketenagakerjaan tetap harus
disputes affecting Leagues,member mempertimbangkan prinsip-prinsip
of Leagues, clubs, member of clubs, khusus dalam hubungan kontrak
pemain sepakbola yang disebutkan
dalam RSTP tersebut dan peraturan
13
Ken Foster, oktober 2013,“is there a global yang lain.
sport law”, 16 oktober 2018, h.156.

269
5. Penyelesaian Sengketa Atlet dipergunakan. Para pihak di negara lain
Sepakbola Profesional tentu akan kesulitan untuk menentukan
Pemilihan forum penyelesaian bahasa dan prosedur di negara tersebut
sengketa atlet sepakbola profesional kerugian tersebut dapat dihindari
harus sesuai dengan kebutuhan para dihadapan CAS.
atlet dimana mereka menginginkan Kedua, CAS didesain secara
forum penyelesaian sengketa yang khusus untuk memfasilitasi
murah dan cepat yang tidak memakan penyelesaian sengketa yang
waktu persidangan yang lama dan berhubungan degan olahraga. sengketa
panjang. Dalam penyelesaian yang berhubungan dengan
perselisihan antara atlet sepakbola olahragaserigkali bersifat kompleks
dengan klub sepakbola, penulis akan dan membuthkan pengetahuan hukum
menjelaskan beberapa forum secara khusus yang hakim pada
penyelesaian sengketa untuk umumnya tidak akan memilikinya.
mengatasi permasalahan yang terjadi Para arbiter di CAS dipilih dari “daftar
pada atlet sepakbola profesional. arbiter yang ditunjuk karena
Untuk menghormati apa yang ada kompetensinya dbidang hukum dan
dalam statuta FIFA dan statuta PSSI pengetahuan tentang permasalahan
untuk mengindari penyelesaian melalui yang berkaitan dengan aktivitas
pengadilan dan menyelesaikan melalui olahraga”. 14
lembaga arbitrase yang disediakan Ketiga, CAS bersifat sederhana
dalam statuta. forum penyelesaian dan fleksibel, prosedur didisain unruk
sengketa olahraga dalam hal ini menghundari hal-hal yang berlebihan.
sepakbola profesional di Indonesia Para pihak dapat ke CAS yang artinya
adalah CAS, Arbitrase PSSI dan pemohon membuat pernyartaan alasan
Komisi Status Pemain PSSI. secara singkat (Ordinary Procedure)
1. Court of Arbitrase for Sport (CAS) atau melalui pernyataan sederhana
Arbitrase olahraga Internasional mengenai banding (Appeal Prosedure).
(CAS merupakan salah satu bentuk dari Pihak lawan kemudian menjelaskan
arbitrase institusional. CAS dibentuk posisinya dalam jawaban tertulis.
dalam rangka untuk memfasilitasi Pertukaran tertulis kedua dapat di
menyelesaikan sengketa bisnis perintahkan kemudian. Pada akhirnya,
keolahragaan yang melingkupi klub, para pihak dipanggil untuk proses
atlet-atlet, lembaga penyiaran, dan hearing untuk pembuktian
segala hal yang juga semua aktivitas (mendengarkan saksi, keterangan ahli,
yang berhubungan dengan olahraga. dan lain-lain) dan untuk pembelaan
Ada beberapa keuntungan dari lisan. Para pihak dapat secara bebas
CAS. memilih para arbiternya melalui daftar
Pertama, cocok untuk sengketa yang dipublikasikan oleh CAS. Bahasa
Internasional, ketika para pihak yang yang digunakan CAS adalah bahasa
bersengketa tidak berdomisili di negara inggris dan prancis, yang keduanya
yang sama, akan timbul banyak sering digunakan dalam dunia olahraga.
masalah. Pertanyaan pertama yang Bagaimanapun, para pihak
harus dijawab adalah pengadilan mana
yang berkopeten untuk memeriksa dan
14
memutus, kemudian hukum mana yang Court Of Arbitration for Sport
Guide to Arbitration.

270
dimungkinkan dapat menyetujui untuk anggota di dunia keolahragaan suatu
menggunakan bahasa lain selama instrumen untuk menyelesaikan
proses. Para pihak dapat hadir sendiri sengketa yang tidak hanya cepat tapi
dihadapan CAS atau dapat diwakilkan juga murah”. 15 Dalam prosedur
oleh wakilnya yang merupakan lawyer arbitrase biasa, para pihak membayar
ataupun bukan. biaya untuk arbiter, pembagian biaya
Keempat, yaitu cepat,dalam CAS, biaya saksi, ahli dan penerjemah.
bidang olahraga dibanding dengan Disisi lain, dalam prosedur banding,
bidang lainnya, penyelesaian sengketa biaya untuk arbiter dan CAS dibayar
harus segera diselesaikan. Karir atlet oleh CAS.
relatif singkat. Dia harus mampu Prinsip dasar di CAS yaitu
mendapatkan keputusan dalam waktu prinsip kebebasan menentukan pilihan
yang singkat dalam sengketa dengan forum arbitrase, para pihak memiliki
federasinya. Diwaktu yang bersamaan, kebebasan dalam melakukan pilihan
federasi harus mampu untuk forum (choice of forum)“Pilihan forum
mengetahui seberapa cepat sengketa yang dimaksud semata-mata hanya
dapat diselesaikan. Jika perlu tanpa menyangkut tentang pilihan bentuk
penundaan. arbitrase melaikan juga menyangkut
Kelima, disiapkan dalam Rangka tempat sidang arbitrase
Penyelesaian Tunggal. Lembaga dilakukan”. 16 Prinsip kebebasan
peradilan umumnya mempunyai menentukan pilihan hukum, para pihak
beberapa jenjang peradilan. (Peradilan yanfg tunduk pada hukum yang
Negri, Pengadilan Tinggi hingga berbeda dalam membuat perjanjian
Mahkamah Agung). Para pihak bisnis dibidang olahraga memiliki
memiliki pilihan ke pengadilan lain kebebasan dalam melakukan pilihan
jika mereka tidak setuju dengan hukum.
putusan pengadilan ditingkat awal. Jika para pihak tidak menentukan
Sedangkan saat CAS menyatakan hukum yang dipakai, berdasarkan pasal
putusan hal itu bersifat final dan dapat R 45 Statute and Regulation of
ditegakkan. Meskipun terdapat hal-hal Arbitration of The Court of Arbitration
tertentu yang terbatas yang for Sport. Majelis atau panel akan
memungkinkan para pihak untuk menggunakan hukum Swiss.Kebebasan
banding. Menentukan Arbitor ,d alam hal ini
Keenam, bersifat RahasiaTidak para pihak yang bersengketa memiliki
seperti prosedur pada umumnya, ekonomi yang luas untuk memilih
prosedur di CAS bersifat privat tanpa siapa yang diangkat sebagai arbiter.
publik dan media mengetahuinya. Pada Sudah barang tentu, arbiter dipilih
prinsipnya, proses hearing tidak terutama didasarkan pada pengetahuan
diperbolehkan untuk publik dan media dan keahlian yang dimilikinya sesuai
megetahuinya dan hanya para pihak dengan substasi sengketa sehingga
yang menerima salinan putusan menurut keyakinan pihak yang
arbitrase. Kerahasiaan ini membantu berperkara bahwa arbiter tersebut
untuk membentuk suasana yang tenang nantinya akan mampu menyelesaikan
bagi penggugat, tergugat dan arbiter.
Ketujuh, salah satu tujuan CAS
15
adalah menyediakan untuk para Adli, Loc.cit, h.64.
16
Ibid, h. 50.

271
sengketa dengan sebaik- yang berkepentingan yang tidak diatur
baiknya.Prinsip sidang arbitrase dalam kode disiplin PSSI, kode etik
bersifattertutup justru menegaskan sifat PSSI dan Badan Yudisial ad-hoc PSSI
kerahasiaan penyelesaian sengketa harus dibawa terlebih dahulu ke
secara arbitrase dan hal ini sesuai arbitrase PSSI. Penyelesaian sengketa
kehendak para pihak yang berperkara melalui badan arbitrase PSSI
“Proses arbitrase hanya dapat dihadiri menghilangkan hak para pihak yang
oleh pihak-pihakyang berperkara atau bersengketa untuk menyelesaikan
kasusnya, dan saksi-saksi”.17 Mengenai perkara melalui Pengadilan Negeri dan
prinsip kerahasiaan ini atau merupakan instansi pertama yang
Confidentialy diatur dalam pasal R43 berwenang mengadili sengketa
Statute and Regulation of Arbitration sebagaimana dimaksud dalam pasal
of The Court of Arbitration for Sport. sebagaimana dimaksud Pasal 1 dan
2. Badan Arbitrase PSSI menimbulkan kewajiban untuk
Badan arbitrase PSSI merupakan melaksanakan setiap putusan yang
badan arbitrase yang dibentuk sendiri diambil oleh majelis Arbitrase
oleh PSSI berdasarkan surat Keputusan berdasarkan peraturan prosedur PSSI,
Nomor: SKEP/87/JAH/XI/2013 hal tersebut diatur dalam Pasal 2
tentang Pembentukan Badan Arbitrase Regulasi Badan Arbitrase PSSI tentang
PSSI dan juga berdasarkan Pasal 69 peraturan dan Acara Arbitrase.
statuta PSSI. Yurdiksi badan arbitrase 3. Komosi Statuta Pemain PSSI
PSSI di atur dalam Pasal 1 Regulasi Kewenangan KomisiStatus
Badan Arbitrase PSSI tentang pemain PSSI ini ada berdasarkan Pasal
peraturan dan acara arbitrase yang 23 Regulasi Status dan Transfer
menyebutkan bahwa arbitrase PSSI Pemain. Komisi status pemain
mempunyai wewenang untuk mengadili kasus yang diuraikan dalam
menangani sengketa antar anggota Pasal 22 dan juga sengketa lain yang
PSSI, pemain, pelatih, agen pemain timbul karena penerapan peraturan ini
dan/atau agen pertandingan ataupun berdasarkan Pasal 24. Pasal 22
pihak ketiga yang berkepentingan yang disebutkan bahwa, “Tanpa mengurangi
tidak diatur dalam kode disiplin PSSI, hak tiap pemain atau klub untuk
kode etik PSSI dan badan yudisial ad- mengupayakan pada Pengadilan
hoc PSSI maka para pihak wajib Hubungan Industrial, PSSI berwenang
membawa sengketa yang timbul untuk mengadili: Sengketa antara klub
diantara mereka diantara arbitrase dan pemain terkait dengan pelaksanaan
dihadapan badan arbitrase PSSI.dari dan implementasi kontrak (Pasal 13-18)
pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang mana telah ada permohonan ITC
segala sengketa yang diatur dalam dan gugatan dari pihak yang
kode disiplin PSSI . berkepentingan terkait permohonan
Dari pasal tersebut dapat ITC tersebut, kususnya mengenai
disimpulkan bahwa segala sengketa masalah ITC, sanksi olahraga atau
antar anggota PSSI, pemain, pelatih, kompensasi untuk pelanggaran kontrak;
agen pemain dan atau agen Sengketa hubungan industrial
pertandingan maupun pihak ketiga antara klub dan pemain dalam lingkup
nasional dengan melakukan proses
17
pemeriksaan yang adil dan menjunjung
Ibid.

272
prinsip persamaan keterwakilan pemain yang dibutuhkan pemain karena
dan klub; pemain dikejar dengan masa
Sengketa hubungan industrial berakhirnya jeda kompetisi yang hanya
antara klub atau asosiasi dan pelatih sekitar 2-3 bulan saja.
dalam lingkup nasional”. Pada Pasal 21 mengenai
Kemudian Pasal 23 menyebutkan Arbitrase, disebutkan bahwa apabila
bahwa, “Komosi status pemain terjadi perselisihan maka para pihak
mengadili kasus yang diuraikan dalam menyelesaikan sengketa secara
Pasal 22 dan juga sengketa lain yang musyawarah mufakat dalam jangka
tmbul karena penerapan peraturan ini, waktu 30 hari. Jika gagal, maka para
berdasarkan Pasal 24. Komosi status pihak memilih BAKI sebagai lembaga
pemain mengadili dengan dihasiri penyeleaian sengketa. Untuk pemain
paling sedikit tiga anggota, termasuk asing, jika terjadi segketa dapat
ketua atau wakil ketua, kecuali kasus menyelesaikan melalui Komite Alih
tersebut pada dasarnya dapat diadili Status dan Transfer PSSI dan/atau
oleh hakim tunggal. Perkara yang dapat BAKI dapat mengajukan peninjauan
diadili oleh hakim tunggal adalah kepada DRC FIFA dan jika tidak puas
perkara dalam hal terdapat hal yang dengan keputusan DRC FIFA dapat
mendesak atau tidak terdapat isu mengajuan peninjauan kembali kepada
hukum atau fakta yang sulit, dan untuk CAS. Pemilihan BAKI dalam
keputusan terhadap pendaftaran penyelesaian sengketa kontrak pemain
sementara pemain sehubungan dengan tersebut cukup beralasan karena pada
izin Internasional sesuai dengan, pasal8, saat itu belum terdapat lembaga
ketua atau orang yang ditunjuk olehnya, arbitrase lain yang berkompeten
yang harus merpakan anggota komodi, menyelesaikan sengketa pemain lokal
dapat mengadili sebagai hakim tunggal. ditingkat nasional.
Setiap pihak wajib didengar Jika pemain nekat menyelesaikan
minimal satu kali dalam sengketa melalui Pengadilan Hubungan
pemeriksaandenan menjunjung tinggi Industrial, kemungkinan juga akan
asas impersonal dan impersial. Dari ditolak karena para pihak dalam
beberapa lembaga peyelesaian sengketa kontraknya sudah terdapat klausul
yang tersedia, pemain sepakbola dapat arbitrase dengan memilih BAKI
menyelesaikan sengketa melalui sebagai forum penyelesaian sengketa.
arbitrase yang disediakan oleh FIFA Maka, diharapkan dengan adanya
dan PSSI berdasarkan kewenangan dan arbitrase PSSI saat ini dapat menjawab
yuridiksi masing-masing forum problematika tersebut, karena dengan
penyelesaian sengketa,. Karena membentuk penyelesaian sengketa
dibanding dengan Pengadilan yang cepat, sederhana dan murah
Hubungan Industrial, penyelesaian adalah kewajiban PSSI untuk
sengketa lewat arbitrase yang melindungi anggotanya dan
disediakan mensejahterakan pemain dan klub dan
Oleh FIFA maupun PSSI dapat juga majunya prestasi oahraga
selesai lebih cepat, lebih paham Indonesia.
sekaligus mempunyai pengetahuan Sehingga, pemilihan forum
lebih untuk meyelesaikan sengketa penyelesaian sengketa pemain dan klub
dibanding keolahragaan. Cepat inilah sepakbola kembali lagi pada isi klausul

273
penyelesaian sengketa dalam masing- Meskipun secara legal-formal tetap
masing kontraknya. Apakah memilih tunduk pada Undang-Undang
Pengadilan Hubungan Industrial Ketenagakerjaan, sebenarnya tidak ada
ataukah memilih forum penyelesaian masalah, karena perlindungan pemain
sengketa yang disediakan oleh FIFA sepakbola telah diatur dalam berbagai
maupun asoaiasi sepakbola masing- peraturan FIFA dan PSSI. Dan forum
masing negara. penyelesaian sengketa antara pemain
D. KESIMPULAN sepakbola profesional dengan klub
Pemain sepakbola tunduk pada sepakbola dan juga berdasarkan Pasal
Ketentuan FIFA dan Undang-Undang 88 ayat 3 Undang-Undang Sistem
Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional tentang
Keolahragaan Nasional. Undang- penyelesaian sengketa melalui badan
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang arbitrase yang telah di tentukan oleh
Sistem Keolahragaan Nasional organisasi olahraga yang bersangkutan
merupakan Lex Specialis dari Undang- (FIFA atau PSSI).
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang E. DAFTAR BACAAN
Ketenagakerjaan. Maka, ketentuan
yang mengatur hubungan kerja antara Buku-Buku
pemain sepakbola dengan klub
sepakbola profesional di Indonesia Asyhadie, Zaeni.Hukum Kerja Hukum
adalah hukum olahraga Lex Sortiva. Ketenagakerjaan Bidang
Terdapat kelemahan jika Hubungan Kerja, cet. 3. Jakarta;
memberlakukan Undang-Undang PT. RajaGrafindoPersada. 2013.
Ketenagakerjaan semata tanpa Mahmud, Memet, Momon Sudarman
memperhatikan dan mengakui dan Ujang Sudrajat. Sport
peraturan FIFA dan PSSI. Karena akan Marketing. Bandung; laksitas –
terdapat kekosongan hukum dimana Graha Ilmu. 2010.
tidak ada hal-hal yang diatur baik Melialala, Djaja, S. Hukum Perdata
didalam Undang-Undang Dalam Perspektif BW, Bandung,
Ketenagakerjaan dan konflik norma NuasaAulia, 2012.
antara sistem hukum nasional dengan Subekti. Hukum Perjanjian. cet. 12.
sistem hukum olahraga (Lex Sportiva). Jakarta; PT. Intermasa. 1987.
Seperti, hubungan hak dan kewajiban Panjaitan, Ip Hinca, Kedaulatan Negara
antara PSSI, klub dan pemain VS Kedaulatan FIFA. Jakarta;
sepakbola dalam hal pemanggilan Gramedia Pustaka Utama. 2011.
pemain ke tim nasional, waktu kerja
pemain sepakbola profesinal, hukum Perundang-undangan
nasional tidak dapat menjatuhkan Court Of Arbitration for Sport Guide to
sanksi olahraga (Sport Sanction) Arbitration.
terhadap klub, ketentuan mengenai Undang-undang Dasar Negara
Training compensation dan solidarity Republik Indonesia Tahun 1945
mechanism dan hukum yang dipakai Subekti, R dan R. Tjitrosudibio. Kitab
jika menyelesaikan sengketa pemain Undang-Undang Hukum
sepakbola dengan klub melalui Perdata.cet. 37. Jakarta: PT
Pengadilan Hubungan Industrial. Prajaya Pramita.
Dengan berbagai kekurangan tersebut

274
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional. LN No.89 tahun 2005.
TLN No. 4535
Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Media
Center
FIFA, Regulation on the Status and
Transfer of Players.
Regulasi Statuta PSSI

Skripsi-Skripsi
Rahmasari, Dita, “Analisis Yuridis
Perpindahan Pemain Sepakbola
Berdasarkan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata dan
Peraturan Keolahragaan Lainnya”
Program Studi Pascasarjana
Universitas Indonesia, Depok,
Juni 2011.
Parulian Aruan, Hotman Bintang,
“ Berlakunya Statuta Federation
Internationale de Football
Association(FIFA) Terhadap
Kedaulatan Negara Studi Kasus
Dualisme Persatuan Sepakbola
Seluruh Indonesia (PSSI)”.
Program Studi Pascasarjana
Universitas Sumatera Urtara,
Medan, Januari 2014.
Firdandhi Lutfi Putra, Abdul Salam,
Togi Pangaribuan, “Perlindungan
Hukum Bagi Pemain Sepakbola
Atas Permasalahan Perjanjian
Kerja Dengan Klub Sepakbola
Profesional” Program Studi
Pascasarjana Universitas
Indonesia, Jakarta, 2014
Adli, Ashari Setya Marwah, “Kontrak
Kerja Pemain Sepakbola
Profesional dengan Klub
Sepakbola Di Indonesia”
Program Studi Pascasarjana
Universitas Airlangga, Surabaya,
2015.

275

Anda mungkin juga menyukai