Abstrak
Article Info Bentuk tindak pidana suap pengaturan skor tediri dari dua macam, yang
pertama ialah suap yang digunakan untuk tujuan kepentingan salah satu
Received : 14 Juli 2019 klub dan yang kedua suap digunakan untuk tujuan kepentingan pihak
Accepted : 25 Juli 2019 ketiga diluar para pihak yang terlibat dalam pertandingan yaitu para
Published : 10 November 2019 bandar judi untuk mendapat keuntungan dalam pasar taruhan yang ia
miliki. Bentuk penegakan hukum yang diterapkan saat ini yaitu hanya
dengan penegakan hukum oleh internal PSSI dengan hukuman
administratif saja sesuai dengan aturan-aturan yang terdapat dalam statuta
FIFA yang apabila digali dan diuraikan lagi penegakan hukum pidana juga
dapat diterapkan dalam penegakan tindak pidana suap pengaturan skor
ini.
Kata Kunci: Tindak Pidana Suap, Pengaturan Skor, Pertandingan Sepak
Bola
Abstract
Forms of bribery are set in two types, the first is bribery which is used for the purposes
of one of the clubs and the second is used for the purpose of third parties outside the
parties involved in the competition, namely bookies to profit in the betting market he
has. The current form of law enforcement is only by enforcing the law by internal PSSI
with administrative penalties in accordance with the rules contained in the FIFA
statute which if explored and elaborated again the enforcement of criminal law can also
be applied in the enforcement of bribery criminal acts in setting this score.
Key words: Crime, Bribery, Match Fixing, Football Match
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
46
Achmad Subandi, Tindak Pidana Suap Pengaturan Skor (Match Fixing) dalam Pertandingan Sepak Bola di Indonesia
47
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
Cetakan Keempat, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm. Sugeng Irianto, tanggal 26 April 2019 di Kantor PSSI
107 Jawa Timur
48
Achmad Subandi, Tindak Pidana Suap Pengaturan Skor (Match Fixing) dalam Pertandingan Sepak Bola di Indonesia
bersangkutan dalam suatu pertandingan. Jenis pertandingan atau suatu kompetisi berjalan
suap ini biasanya digunakan untuk dengan semestinya atau secara fair tapi malah
mensukseskan gambling match fixing. Dimana dijadikan ajang opera oleh oknum-oknum klub
pada gambling match fixing, pengaturan skor atau atau kesebelasan untuk menjadi juara dengan
manipulasi pertandingan dilakukan untuk cara yang tidak semestinya. Apabila dikaitkan
menguntungkan individu maupun kelompok dengan tindak pidana suap menurut hukum
tertentu diluar kedua kesebelasan yang akan pidana, kedua bentuk diatas memenuhi unsur-
bertanding. Jadi, tidak ada kepentingan dari unsur pidana yang dijelaskan dalam Undang-
kedua kesebelasan, suap ini murni untuk Undang No 11 Tahun 1980 Tentang Tindak
kepentingan dari pihak ketiga atau biasa disebut Pidana suap. Dimana kedua bentuk tindak
sebagai mafia bola, meskipun nantinya juga akan pidana diatas telah memenuhi unsur-unsur
menguntungkan salah satu klub atau kesebelasan pidana dalam pasal 2 dan pasal 3 Undang-
yang diharuskan menang oleh pihak ketiga Undang No 11 Tahun 1980. Berdasrkan
tersebut namun pada dasarnya bukan untuk unsur-unsur yang terkandung pada pasal 2 dan
menguntungkan salah satu klub atau kesebelasan pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980
tersebut. Apabila diuraikan lagi dari segi motif, apabila di uraikan dan dikaitkan terhadap bentuk
bentuk tindak pidana suap ini dilakukan untuk tindak pidana suap pengaturan skor (match fixing)
menguntungkan pihak ketiga yang dalam hal ini ialah sebagai berikut :
biasanya bermotif karena uang. Judi bola Pasal 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980
merupakan motif dasar dilakukannya bentuk Tentang Suap :
tindak pidana suap ini. Mafia bola tidak bisa Barang siapa : dapat dimaknai sebagai subyek
seenaknya terlibat secara langsung. Mereka hukum, siapa saja yang melakukan. Dalam kasus
butuh akses untuk bisa mengajak wasit, pemain, ini yang dimaksud ialah siapa saja baik baik
atau administrator kesebelasan . Maka dari itu pemilik klub, pengurus PSSI, pemain dan
mereka biasa memakai jasa perantara yang biasa masyarakat umum baik individu maupun
disebut runner atau agen yang biasanya kelompok
diperankan oleh mantan pemain atau mantan Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
pelatih maupun pengurus PSSI yang dianggap seseorang : dapat dimaknai sebagai suatu
tahu tentang kondisi di dalam sepak bola. perbuatan, memberikan atau akan memberikan
Karena runner adalah orang yang tahu siapa dengan menjanjikan baik berupa barang, uang
yang paling bisa “dipegang”, pihak yang bisa maupun hal lain yang berharga kepada orang
“dipegang” itu biasa disebut project manager. lain. Dalam kasus ini yang dimaksud ialah
Project manager adalah pihak yang memiliki memberikan atau menjanjikan baik berupa uang,
pengaruh langsung kepada para “pemain”. barang maupun wanita penghibur kepada
Project manager biasa diperankan oleh pemain seseorang atau orang lain
berpengaruh, pelatih, pemilik kesebelasan,
pejabat kesebelasan, atau pejabat federasi. Pada Dengan maksud untuk membujuk orang itu
bentuk tindak pidana suap ini memiliki untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
kronologi maupun subyek hukum yang lebih dalam tugasnya : dapat dimaknai sebagai
komplek karena pada bentuk tindak pidana suap tujuan atau niat pemberian tersebut agar orang
ini ada keterlibatan pihak ketiga diluar pihak- lain berbuat atau tidak berbuat dalam tugasnya
pihak yang bersangkutan dalam aktivitas sepak sesuai permintaan si pemberi. Dalam kasus ini
bola khususnya pada suatu pertandingan. Pihak yang dimaksud ialah pemberian uang atau
ketiga dalam hal ini merupakan pelaku utama barang tersebut dengan niat supaya orang lain
terjadinya bentuk tindak pidana suap ini. melakukan sesuai apa yang diinginkan yang itu
Namun apabila kedua bentuk tindak berhubungan dalam tugasnya misalnya
pidana suap pengaturan skor ( match fixing ) pemberian barang tersebut kepada wasit, agar
tersebut dilakukan maka kerugian akan dirasakan wasit tersebut melakukan tugasnya sebagai
oleh masyarakat umum penikmat dan pecinta hakim dalam suatu pertandingan sesuai dengan
sepak bola yang dimana ia menginginkan suatu keinginannya tentunya yang dapat
menguntungkan si pemberi
49
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
Yang berlawanan dengan kewenangan atau Pemberian sesuatu atau janji itu
kewajibannya : dapat diartikan perbuatan yang dimaksudkan supaya ia berbuat atau tidak
dilakukan oleh si penerima tersebut tidak sesuai berbuat sesuatu dalam tugasnya : dapat
dengan kewenangan dan kewajiban yang sudah dimaknai bahwa maksud dan tujuan pemberian
ditentukan oleh kode etik profesi atau yang tersebut agar ia melakukan sesuai dengan apa
ditentukan oleh organisasi masing-masing. yang diinginkan oleh si pemberi dalam tugasnya.
Dalam kasus ini yang dimaksud ialah si penerima Dalam kasus ini yang dimaksud ialah tujuan
melakukan tugasnya sesuai dengan keinginan si pemberian sesuatu tersebut untuk membuat si
pemberi tersebut telah bertentangan dengan penerima melakukan tugasnya sesuai
kewajiban sesuai dengan kode etik maupun keinginannya
disiplinnya. Misalmya pemberian barang tersebut Yang berlawanan dengan kewenangan atau
kepada pemain, dalam pelaksanaanya pemain kewajibannya : dapat diartikan perbuatan yang
tersebut yang seharusnya bermain untuk dilakukan oleh si penerima tersebut tidak sesuai
membela klubnya namun malah bermain untuk dengan kewenangan dan kewajiban yang sudah
membela tim lawan yang itu jelas bertentangan ditentukan oleh kode etik profesi atau yang
dengan kode etik dan disiplin PSSI ditentukan oleh organisasi masing-masing.
Yang menyangkut kepentingan umum : Dalam kasus ini yang dimaksud ialah si penerima
perbuatan yang dilakukan tersebut membawa melakukan tugasnya sesuai dengan keinginan si
dampak terhadap kepentingan umum. Dalam pemberi tersebut telah bertentangan dengan
kasus ini yang dimaksud ialah kerugian yang kewajiban sesuai dengan kode etik maupun
diterima masyarakat yang seharusnya dapat disiplinnya. Misalmya pemberian barang tersebut
menyaksikan pertandingan sepak bola yang fair kepada pemain, dalam pelaksanaanya pemain
namun yang terjadi dilapangan merupakan tersebut yang seharusnya bermain untuk
settingan dari oknum. membela klubnya namun malah bermain untuk
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 membela tim lawan yang itu jelas bertentangan
Tentang Suap : dengan kode etik dan disiplin PSSI
Barang siapa : dapat dimaknai sebagai subyek Yang menyangkut kepentingan umum :
hukum, siapa saja yang melakukan. Dalam kasus perbuatan yang dilakukan tersebut membawa
ini yang dimaksud ialah siapa saja baik baik dampak terhadap kepentingan umum. Dalam
pemilik klub, pengurus PSSI, pemain dan kasus ini yang dimaksud ialah kerugian yang
masyarakat umum baik individu maupun diterima masyarakat yang seharusnya dapat
kelompok menyaksikan pertandingan sepak bola yang fair
Menerima sesuatu atau janji : dapat dimaknai namun yang terjadi dilapangan merupakan
sebagai suatu perbuatan, menerima baik berupa settingan dari oknum
barang, uang maupun hal lain yang berharga dari Terkait penegakan hukumnya tindak
orang lain. Dalam kasus ini yang dimaksud ialah pidana suap pengaturan skor (match fixing)
menerima sesuatu baik berupa uang, barang merupakan suatu jenis kejahatan yang hidup atau
maupun wanita penghibur dari seseorang atau ada di dalam dunia persepak bolaan. Seperti
orang lain yang kita tahu, dunia sepak bola merupakan
Ia mengetahui atau patut dapat menduga : cabang olahraga yang berinduk pada suatu
dapat dimaknai bahwa perbuatan tersebut federasi dunia yaitu FIFA. Sepak bola tunduk
dilakukan dengan sadar akan tujuan yang dengan aturan yang dibuat oleh FIFA dan
diinginkan atau sudah dapat mengira-ngira akan aturan-aturan tersebut bersifat transnasional
tujuan yang diinginkan. Dalam kasus ini yang yang dapat menembus batas-batas suatu negara,
dimaksud ialah si penerima melakukan dengan begitupun pada kejahatan tindak pidana suap
sadar akan tujuan pemberian barang tersebut pengaturan skor (match fixing) ini karena
atau sudah dapat menduga apa yang di inginkan kejahatan ini merupakan bentuk kejahatan yang
si pemberi misalnya wasit yang menerima terjadi di dalam pelaksanaan pertandingan sepak
sesuatu tersebut sadar dan tahu akan apa yang bola, maka sesuai dengan pasal 13 huruf (i) dan
diinginkan si pemberi pasal 17 ayat (1) statuta FIFA yang berbunyi,
50
Achmad Subandi, Tindak Pidana Suap Pengaturan Skor (Match Fixing) dalam Pertandingan Sepak Bola di Indonesia
pasal 13 huruf (i) statuta FIFA menyatakan kelemahan dan kendala yang dihadapi, untuk
bahwa “Menyelesaikan segala permasalahan mengatasi kendala dan untuk mencapai tujuan
secara independen dan memastikan tidak ada penegakan hukum tersebut perlu dilakukannya
keterlibatan dari pihak ketiga“ dan pasal 17 ayat beberapa upaya yaitu
(1) statuta FIFA menyatakan bahwa “Setiap Upaya yang pertama ialah dengan saling
anggota FIFA harus menyelesaikan masalahnya bekerjasama antara komite disiplin dengan
sendiri tanpa ada pengaruh dari pihak ketiga” Kepolisian dimana komite disiplin yang dalam
Berdasarkan hal tersebut maka bentuk hal ini sebagai penegak hukum dari internal PSSI
penegakan hukumnya yaitu melalui penegakan yang pada prakteknya kesulitan untuk
hukum yang ada pada internal organisasi sepak mengumpulkan alat bukti dan keterangan karena
bola, dalam hal ini PSSI sebagai induk organisasi tidak dimilikinya upaya paksa dan tidak
sepak bola yang ada di Indonesia. Bentuk menjangkaunya untuk melakukan pemeriksaan
penegakan tersebut yaitu melalui komite disiplin terhadap pihak ketiga ( penjudi bola ) yang ada
yang telah dibuat oleh PSSI sesuai dengan pasal pada kasus ini, maka komite disiplin PSSI dapat
77 kode disiplin PSSI, Karena pada kejahatan meminta bantuan kepada Kepolisian untuk
suap pengaturan skor (match fixing) dianggap melakukan penyidikan dan penyelidikan dengan
melanggar dan memenuhi unsur yang terdapat daya paksa yang ia miliki yang kemudian akan
pada pasal 64 kode disiplin PSSI. Maka , diserahkan kembali kepada komite disiplin untuk
penegakan hukum kejahatan suap pengaturan menjalankan tugasnya dalam hal penegakan
skor (match fixing) dalam pertandingan sepak hukum dengan memberikan sanksi kepada para
bola diselesaikan atau diputus oleh ketua komite pihak yang melakukan kejahatan tersebut Bentuk
disiplin PSSI melalui sidang kode disiplin PSSI.5 kerjasama antara komite disiplin PSSI dan
Namun pada akhir tahun 2018, setelah Kepolisian Republik Indonesia ini harus
banyak muncul isu serta pengakuan dari oknum dibuatkan suatu kesepakatan bersama yang berisi
yang melakukan suap pengaturan skor dalam aturan-aturan untuk membatasi kewenangan-
sepak bola di Indonesia sehingga membuat kewenangan antara komite disiplin PSSI dan
masyarakat kecewa karena tidak adanya tindakan Kepolisian, sehingga untuk mengantisipasi
yang dilakukan oleh PSSI dan dirasa adanya terjadinya perselisihan pada kemudian hari.
suatu tindak pidana suap yang dilakukan dalam Upaya yang kedua ialah upaya penegakan
kasus tersebut maka, kepolisian membentuk hukum pidana juga dapat dilakukan dan
satgas anti mafia bola yang dipimpin langsung diterapkan dalam kasus suap pengaturan skor (
oleh Bapak Kapolri sebagai wujud penegakan match fixing ) yang terjadi di Indonesia. Suap
hukum dari pihak Kepolisian. Satgas anti mafia pengaturan skor ( match fixing ) selain
bola tersebut bertugas sekitar hampir 6 bulan memenuhi unsur yang terdapat pada kode
dan telah menetapkan 15 orang tersangka kasus disiplin PSSI, kejahatan tersebut juga memenuhi
suap pengaturan skor (match fixing) yang terdiri unsur-unsur yang ada pada Undang-Undang
dari pengurus PSSI, wasit, anggota klub, dan suap yang ada di Indonesia. Undang-Undang No
pemain. Namun sampai sekarang kasus-kasus 11 Tahun 1980 Tentang Suap, berdasarkan pasal
yang ditangani oleh satgas anti mafia bola belum 2 dan 3 undang-undang tersebut, tindak pidana
juga masuk dalam pengadilan suap pengaturan skor ( match fixing ) masuk
penegakan hukum terhadap suap dalam delik pidana yang diatur di dalamnya. Jadi,
pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola sudah seharusnya Negara Indonesia dalam hal
di Indonesia perlu adanya upaya penegakan ini sebagai negara yang berdaulat untuk
hukum yang harus dilakukan sebab pelaksanaan menegakkan hukum positif yang ada di
penegakan hukum yang saat ini diterapkan negaranya. Selain itu, apabila melihat dari asas
dianggap tidak maksimal dan tidak mencapai personalitas dan asas teritorial yang ada pada
tujuannya serta masih banyak terdapat sistem hukum pidana Indonesia sudah
seharusnya negara dalam hal ini menegakkan
5Wawancara dengan Amir Burhanudin pada hukum positif yaitu hukum pidananya. Selain itu
tanggal 26 April 2019 di Kantor PSSI Jawa Timur FIFA dalam beberapa berita dunia juga
51
Simposium Hukum Indonesia Volume 1 Nomor 1 Tahun 2019
mendukung dan mendorong pemerintah di fixing ) yang saat inii diterapkan atau
negara anggota FIFA untuk dapat ikut serta dan dilaksanakan hanyalah sebatas penegakan hukum
bahu membahu untuki memberantas kejahatan disiplin oleh internal PSSI dimana pada internal
sepak boal ini.6
PSSI pengakan hukum pada kasus ini sangat
sulit dalam pembuktiannya karean tidak
PENUTUP dimilikinya upaya paksa oleh PSSI untuk
Kesimpulan
mengumpulkan alat bukti dan keterangan.
Bentuk-bentuk tindak pidana suap
Disamping itu tidak menjangkaunya hukum
pengaturan skor ( match fixing ) dalam
internal PSSI untuk menjerat pihak ketiga (
pertandingan sepak bola yakni yang pertama
penjudi atau bandar judi ) yang terlibat dalam
bentuk tindak pidana suap yang bermotif murni
kasus ini. Kehadiran satgas anti mafia bola yang
karena strategi suatu klub untuk mendapat gelar
dibentuk oleh Kepolsian juga belum berjalan
juara dengan cara melakukan suap kepada
dengan optimal karena banyaknya isu bahwa
perangkat pertandingan, wasit, dan bahkan
kehadiran satgas anti mafia bola ini merupakan
pemain dari klub lawan yang akan dihadapi..
bentuk intervensi dari pemerintah yang jelas itu
Kemudian yang kedua bentuk tindak pidana
dilarang. Upaya penegakan hukum tersebut
suap yang bermotif karena uang. Dimana pada
yakni dengan dibuatnya kesepakatan bersama
bentuk tindak pidana suap ini dilakukan oleh
oleh PSSI dan Kepolisian dalam hal bekerja
pihak ketiga diluar para pihak yang terlibat
sama melakukan penegakan hukum pada kasus
dalam sepak bola yakni para penjudi dan bandar
ini. Kemudian upaya penegakan hukum juga
judi. Pada tindak pidana suap yang kedua ini
dilakukan oleh negara dalam hal ini penegakan
suap dilakukan lebih terstruktur dan kompleks
hukum pidana karena pada tindak pidana suap
karena melibatkan banyak pihak. kedua bentuk
pengaturan skor ini memenuhi pula unsur yang
tindak pidana tersebut dapat disimpulkan bahwa
terkandung dalam UU No 11 Tahun 1980
tindak pidana suap pengaturan skor merupakan
Tentang suap, sehingga apabila melihat asas
suatu delik pidana karena memenuhi unsur yang
personalitas dan asas teritorial negara berhak
terdapat pada pasal 2 dan 3 UU No 11 Tahun
melakukan penegakan terhadap hukum
1980 Tentang suap dan menimbulkan kerugian
positifnya. Selain itu FIFA dalam beberapa
bagi masyarakat umum karena dimana
berita dunia juga mendukung dan mendorong
semestinya masyarakat umum mendapatkan dan
pemerintah di negara anggota FIFA untuk dapat
menyaksikan pertandingan sepak bola yang fair,
ikut serta dan bahu membahu untuki
namun dengan adanya tindak pidana suap
memberantas kejahatan sepak boal ini.
tersebut pertandingan sepak bola menjadi
layaknya pertunjukan opera karena fair play telah
Rekomendasi
dicederai dengan adanya hal tersebut. Kehadiran satgas anti mafia bola yang dibentuk
Bentuk penegakan hukum terhadap oleh Kepolsian juga belum berjalan dengan
tindak pidana suap pengaturan skor ( match optimal karena banyaknya isu bahwa kehadiran
satgas anti mafia bola ini merupakan bentuk
intervensi dari pemerintah yang jelas itu dilarang.
6https://www.kompasiana.com/asharisetya
Upaya penegakan hukum tersebut yakni dengan
/54f83938a33311315e8b482a/bisakah-suap-dalam- dibuatnya kesepakatan bersama oleh PSSI dan
olahraga-masuk-dalam-hukum-pidana-mengingat-
adanya-lex-sportiva diakses pada tanggal 28 April
Kepolisian dalam hal bekerja sama melakukan
2019 penegakan hukum pada kasus ini. Kemudian
upaya penegakan hukum juga dilakukan oleh
52
Achmad Subandi, Tindak Pidana Suap Pengaturan Skor (Match Fixing) dalam Pertandingan Sepak Bola di Indonesia
53