Anda di halaman 1dari 5

Nama : Noel Kunthoro Aji

NIM : 202105016
Kode film : 255
Mata kuliah : Konsep Desain Interior

Kantin Sekolah Tanpa Cahaya

1. Latar Belakang
Terdapat sebuah sekolah Bernama Osaka Shinai-ai Jogakun di distrik Joto,
Osaka, Jepang, yang di khususkan untuk anak perempuan. Sekolah ini memiliki
sebuah kantin yang terletak di bawah gedung auditorium. Kantin ini selalu ramai
dikerubungi oleh para siswinya saat jam istirahat, namun para siswi tidak
menikmati suasana pada kantin tersebut karena beberapa hal yang membuat
kurang nyaman. Hal-hal yang membuat tidak nyaman inilah yang menjadi sebuah
permasalahan yang harus dihadapi oleh seorang desainer Bernama Nishihama
Koji. Nishihama Koji diminta untuk membuat suasana kantin menjadi nyaman dan
efektif dengan diberi dana sekitar 30 juta Yen.

2. Masalah
Rincian masalah yang terdapat pada kantin sekolah ini adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan pada pencahayaan. Pencahayaan pada kantin sekolah ini
amat sangat minim sehingga membuat suasana kantin menjadi suram dan
gelap. Posisi kantin yang jauh dari jangkauan sinar matahari karena terletak
di bagian tengah gedung juga menambah suasana gelap dan suram karena
kantin tidak mendapatkan pencahayaan secara alami. Ditambah adanya
toko kecil yang terletak di bagian pintu masuk gedung membuat cahaya
matahari terhalang masuk.

b. Permasalahan pada penghawaan. Pada musim dingin suasana kantin


menjadi sangat dingin karena pintu tidak bisa tertutup rapat sehingga
udara dari luar dapat masuk. Hal tersebut disebabkan karena buruknya
aliran udara yang menuju ke dapur, sehingga dapur menjadi sebuah
‘penyedot udara’ dan mengakibatkan aliran udara dingin dari luar masuk
ke kantin.

c. Permasalahan pada sirkulasi civitas. Organisasi ruang yang buruk pada


kantin sekolah ini menyebabkan sirkulasi civitas yang berantakan.
Penumpukan civitas pada area pintu masuk disebabkan karena banyaknya
siswi yang mengantre pada sisi dekat pintu masuk. Penempatan toko kecil
pada bagian dekat pintu masuk juga mengakibatkan terhambatnya sirkulasi
keluar-masuk para civitas.

3. Solusi Penyelesaian
a. Setelah mengosongkan dan membersihkan ruang kantin tersebut.
Nishihama Koji melakukan pembongkaran pada bagian plafon dan
menemukan keunikan motif pada langit-langit dari beton. Ia memilih untuk
mempertahankan keunikan tersebut.

b. Setelah itu ia mengambil ide dari sebuah pergola dimana ia memberi papan
balok memanjang yang berjajar sehingga menyerupai atap dari pergola.
Pada bagian balok memanjang tersebut diberi lampu LED terang sebagai
salah satu cara untuk mengatasi masalah pencahayaan pada ruang kantin
tersebut. Pada ruang sisa di antara langit-langit beton dan juga balok
memanjang, ditambahkan kayu dengan potongan motif awan sehingga
menambahkan kesan sedang berada pada sebuah pergola. Awan tersebut
juga membantu pencahayaan dengan memantulkan cahaya. Sebagai sarana
pemantulan cahaya juga diberikan cermin pada bagian sudut langit-langit
sehingga cahaya yang ada pada ruangan ini dapat maksimal dan
menghilangkan kesan suramnya. Penggunaan bahan kayu juga
menambahkan kesan hangat pada ruang kantin tersebut. Adanya
perpaduan pencahayaan lampu dan pantulan dari kayu menimbulkan
kesan estetik pada ruang kantin ini.
Gambar 1. Plafon

c. Untuk menyelesaikan masalah penghawaan, ia memutuskan untuk


memberi kisi-kisi kayu sebagai penyekat antar ruang. Dengan begitu udara
yang ada pada ruangan tetap segar dan membuat nyaman, selain itu juga
membuat ruangan menjadi terkesan lebih luas.

Gambar 2. Kisi-kisi

d. Untuk masalah penghawaan pada dapur. Nishihama membuatkan aliran


udara yang dapat digerakkan sesuai dengan kebutuhan para pegawai di
dapur. Dengan begitu masalah penghawaan di dapur sudah terselesaikan.

e. Permasalahan sirkulasi civitas diselesaikan oleh Nishihama dengan


mengatur ulang penempatan toko dan juga membuat sebuah ‘lorong’ agar
sirkulasi antrean lebih teratur dan keramaian tidak tertumpuk pada salah
satu titik ruang saja. Ia juga memindahkan mesin air panas dan juga
wastafel agar tidak terjadi penumpukan civitas pada suatu titik.

f. Selain itu, Nishihama juga membuatkan ruang-ruang makan yang tidak


membosankan dengan membuatkan ruang makan pada bagian sudut
kantin dan juga pada bagian luar kantin. Nishihama juga membuat elevasi
pada beberapa titik ruang makan agar terkesan seperti perbedaan ruangan
outdoor dan indoor.

g. Demi penyempurnaan pada desainnya, Nishihama menyediakan sebuah


dinding kosong yang akan dihias oleh para siswi dari pecahan botol kaca.
Pada dinding tersebut dibuatlah pecahan kaca menjadi motif matahari
sebagai aksen keindahan pada ruangan kantin tersebut.

Gambar 3. matahari dari pecahan kaca

4. Kesimpulan
Kesimpulan pada permasalahan kasus ruang kantin ini adalah sang desainer
yaitu Nishihama Koji berusaha untuk membuat suasana kantin yang terang,
nyaman, dan juga hangat. Sang desainer menerapkan efisiensi ruang dan juga
pemanfaatan ruang. Sang desainer membuat konsep ruang kantin ini menjadi
outdoor dengan cara membuatnya seperti pergola, menggunakan material-
material kayu, menambahkan aksen pohon dan tumbuhan sebagai pendukung,
serta memberikan bentuk awan pada langit-langitnya. Demi menimbulkan kesan
nyaman, sang desainer merancang ruang kantin ini dengan gaya seperti tropis dan
juga rustic karena mengekspos bahan kayu. Dengan diciptakannya konsep outdoor
oleh sang desainer ini, suasana kantin yang tadinya suram dan gelap sekarang
menjadi cerah, nyaman, dan juga hangat sehingga membuat para siswinya betah
dan nyaman berada di kantin untuk makan dan beristirahat serta bersosialisasi
dengan teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai