Anda di halaman 1dari 5

prosiding

seminarnasionalarsitekturunindra 2018 ISSN 0000-0000 (Print) | ISSN 0000-0000

PENERAPAN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR PADA MUSEUM BATIK


BETAWI DI KAWASAN SETU BABAKAN JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

Mukhlis1
1
Dosen Pembimbing Materi: Karya Widywati, M. T
1
Dosen Pembimbing Teknik: Ratu Arum, ST, M. Ars
1
Universitas Indraprasta PGRI, Program Studi Arsitektur
muklishm1983@gmail.com

Abstract: Betawi Batik as one of the Betawi traditional clothes has now been removed, it is caused
by the lack of information about the traditional clothing. Initially Betawi batik was used by the
mothers of the bride and groom as kebaya subordinates at the Betawi traditional wedding. The
museum building can be an icon for the region, being one of the public facilities that can be utilized
for community activities, it will also stimulate the improvement of the city's infrastructure as befits
other tourist attractions and attractions. Neo-Vernacular Architecture Approach is used to get
architectural compositions that refer to local languages by taking physical and non-physical
elements, such as culture, thought patterns, beliefs / views on space, philosophical values, and
religion, into design concepts and criteria into contemporary form (Sumalyo, 1997: 452).
Key Words: Architecture, Neo-Vernacular Architecture, Museum, Betawi Batik Museum

Abstrak: Batik Betawi sebagai salah satu pakaian adat suku Betawi saat ini sudah tersingkirkan,
hal itu disebabkan oleh kurangnya informasi tentang pakaian adat tersebut. Awalnya batik Betawi
digunakan oleh para ibu dari mempelai sebagai bawahan kebaya pada acara pernikahan adat
Betawi. Bangunan museum dapat merupakan ikon bagi kawasan, menjadi salah satu fasilitas
publik yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan komunitas, juga akan merangsang perbaikan
infrastruktur kota sebagaimana layaknya objek dan daya tarik wisata lain. Pendekatan Arsitektur
Neo-Vernakular digunakan untuk mendapatkan gubahan arsitektur yang mengacu pada bahasa
setempat dengan mengambil elemen-elemen fisik maupun non fisik, seperti budaya, pola pikir,
kepercayaan/pandangan terhadap ruang, nilai filosofi, dan religi, menjadi konsep dan kriteria
perancangan ke dalam bentuk kontemporer (Sumalyo, 1997: 452).
Kata Kunci: Arsitektur, Arsitektur Neo-Vernakular, Museum, Museum Batik Betawi

PENDAHULUAN diharapkan dapat memberikan informasi


Indonesia memiliki keanekaragaman tentang Batik Betawi kepada generasi ke
seni dan budaya yang merupakan warisan dari generasi sebagai penerus melestarikan
nenek moyang yang harus kita lestarikan . kebudayaan Indonesia.
Keanekaragaman seni dan budaya yang
dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa . METODOLOGI
Salah satu seni budaya asli di indonesia Wilayah Jakarta merupakan kota modern
adalah kerajinan batik yang selain memiliki yang memiliki budaya asli yaitu Budaya
nilai ekonomi yang tinggi juga memiliki nilai Betawi. Nilai neo-vernakular diambil sebagai
historis dan filosofis sebagai salah satu aset metode pendekatan dalam merancang
dan seni budaya nasional yang patut di jaga Museum Batik Betawi di Kawasan Setu
dan dilestarikan. Babakan Jagakarsa.
Kawasan wisata Setu babakan
berfungsi sebagai paru-paru hijau kota Jakarta Karakteristik Neo-vernakular:
khususnya Jakarta Selatan. Tempat ini 1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya,
berfungsi sebagai penyangga kawasan hijau lingkungan termasuk iklim setempat
penyeimbang polusi udara Jakarta. Danau luas diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural
yang menampung aliran air dari sungai (tata letak denah, detail, struktur dan
Ciliwung, berfungsi sebagai sumber air ornamen).
resapan kawasan dan sekitarnya. Perancangan 2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan
Museum Batik Betawi dengan Pendekatan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen
Arsitektur Neo-Vernakular di Kawasan ini, non-fisik yaitu budaya pola pikir,

1
Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Museum Batik Betawi Di Kawasan Setu Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Mukhlis
kepercayaan, tata letak yang mengacu pada gejogan dibersihkan setiap hari
makro kosmos dan lainnya menjadi konsep untuk menghormati tamu yang
dan kriteria perancangan. datang.
3. Produk pada bangunan ini tidak murni b. Kamar tamu atau paseban digunakan
menerapkan prinsip-prinsip bangunan untuk tempat tidur bagi tamu yang
vernakular melainkan karya baru menginap atau bermalam di rumah
(mengutamakan penampilan visualnya). tersebut. Saudara atau rekan yang
berkunjung akan dipersilakan
Karakteristik Arsitektur Budaya Betawi: menginap di kamar ini. Jika tidak
1. Kontruksi rumah ada yang menginap, paseban akan
digunakan sebagai tempat sholat.
a. Pondasi rumah terbuat dari susunan
batu alam yang dibentuk c. Ruang keluarga atau pangkeng
menyerupai umpak. Pondasi ini sebagai tempat berkumpul keluarga
menyangga tiang-tiang rumah yang di malam hari.
mengokohkan berdirinya bangunan. d. Ruang tidur umumnya berjumlah
b. Atap umumnya terbuat dari material kurang lebih 4 ruang. Ruang tidur
genteng atau anyaman daun kirai, utama berukuran lebih besar khusus
dibentuk seperti pelana dengan untuk pemilik rumah.
kemiringan bagian depan yang e. Dapur atau srondoyan terletak di
sangat rendah. bagian belakang rumah, biasanya
c. Pendopo atau teras dibuat cukup ruang makan bersatu dengan
luas dilengkapi meja kursi. Bagian ruangan dapur ini.
teras dan luar rumah dipisahkan
dengan susunan pagar kayu yang
berbentuk segitiga simetris.
d. Konstruksi gording dan kuda-kuda
terbuat dari material kayu gowok
dan kayu kecapi, sedangkan balok
tepi terbuat dari kayu nangka.
e. Kaso dan reng yang digunakan
sebagai dudukan atap terbuat dari Gambar 1. Struktur Rumah Etnik Betawi
bamboo tali. Kaso berupa bambu
utuh, sedangkan reng berupa bambu HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dibelah 4.
Kegiatan Museum Batik Betawi di Kawasan
f. Dinding terbuat dari material kayu Setu Babakan dibagi menjadi 4 yaitu:
nangka yang dicat menggunakan 1) Kegiatan Utama
warna cerah, sepeti kuning atau 2) Kegiatan Pengelola
hijau. 3) Kegiatan Penunjang
g. Ada kalanya diding juga terbuat dari 4) Kegiatan Pelayanan
anyaman bambu sepenuhnya, atau
anyaman bambu yang dipadukan Hubungan dari keempat kelompok
dengan dinding semen separuhnya. kegiatan tersebut terlihat pada diagram di
h. Daun pintu dan jendela dibuat bawah ini :
berukuran lebar dengan lubang
udara yang tersusun secara
horizontal. Pintu semacam ini juga
Kegiatan
dikenal dengan istilah pintu jalusi. Kegiatan
Pengelola
Penunjang
Kegiatan
Utama
2. Pembagian ruang
a. Teras depan dilengkapi dengan kursi
jati atau amben sebagai tempat Kegiatan
menerima tamu. Lantai teras atau Pelayanan

2
prosiding| seminar nasionalarsitekturunindra 2018|
Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Museum Batik Betawi Di Kawasan Setu Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Mukhlis

Diagram 1 Hubungan Ruang Antar Kelompok


Kegiatan

ANALISA TAPAK
Lokasi

Gambar 3. Analisa Kondisi di sekitar site

Gambar 2. Lokasi Tapak

Luas : 2,0 hektar


a. Batasan :
1) Utara : Jl. Mohammad Kahfi 2
2) Timur : Jalan setapak dan rumah penduduk
lokal
3) Selatan : Jl. Setu Babakan dan danau setu
babakan
4) Barat : Jalan setapak dan rumah penduduk
lokal Gambar 4. Analisa Kondisi Lalu lintas
Dari sebelah Tenggara terdapat
Perkampungan Budaya Betawi. Berdasarkan analisa diatas, maka
Perkampungan itu merupakan cagar budaya posisi penempatan entrance bangunan berada
yang dirancang Pemerintah DKI Jakarta untuk pada sisi sebelah Barat.
menyelenggarakan kesenian Betawi setiap
hari.

Existing

Gambar 5. Analisa Solusi Penempatan Entrance


Bangunan

3
prosiding| seminar nasionalarsitekturunindra 2018|
Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Museum Batik Betawi Di Kawasan Setu Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Mukhlis

Gambar 8. Transformasi Bukaan Jendela dan Kisi-


kisi
Gambar 6. Analisa Topografi

Berdasarkan data topografi di atas,


massa bangunan utama diletakkan pada tanah
yang yang lebih tinggi. Massa bangunan
untuk pengelola ditempatkan pada tanah yang
rendah dari ketinggian tanah massa bangunan
utama. Solusi ini diharapkan bangunan utama
dapat memiliki view yang baik.

Gambar 9. Transformasi Bentuk Atap

Gambar 7. Analisa Bentuk Massa

Faktor citra kebudayaan betawi:

1. Konfigurasi massa ruang bangunan didesain


dari hasil eksplorasi ruang bangunan
tradisional khas Betawi
2. Pengulangan bentuk atap pelana yang
merupakan ciri khas Bangunan Tradisional
Betawi terutama pada Rumah Kebaya
3. Citra visual melengkung yang merupakan Gambar 10. Penzoningan dan Bentuk Massa
simbol untuk bebas dikunjungi oleh siapapun.
4. Transformasi elemen Gigi Balang yang
merupakan ciri khas dari ornamen pada
lispang Bangunan Tradisional Betawi
5. Penggunaan material teknologi modern.

Gambar 11. Tampak Depan

4
prosiding| seminar nasionalarsitekturunindra 2018|
Penerapan Arsitektur Neo-Vernakular Pada Museum Batik Betawi Di Kawasan Setu Babakan Jagakarsa Jakarta
Selatan
Mukhlis
Konsep Neo-vernakular salah satu
Gambar 12. Tampak Belakang
upaya untuk mendapatkan kenyamanan
termal di dalam ruang bangunan. Konsep
dalam perancangan ini meliputi atap dan
bukaan. Masih banyak konsep arsitektur
yang dapat menjadi ide dari seorang
arsitek untuk mendapatkan hasil desain
yang tepat guna.
Proses dalam suatu perancangan
memerlukan penelitian yang mendalam
terutama konsep yang akan digunakan
Gambar 13. Perspektif Barat
dalam suatu perancangan. Diskusi dan
masukan dari pihak-pihak yang terkait
sangat diperlukan agar konsep yang
digunakan dapat ditemukan. Kondisi
lingkungan sangat berpengaruh dalam
perancangan. Maka dari itu kita sebagai
calon arsitek harus dapat mengerti,
memahami dan menguasai dalam ide
suatu konsep agar bangunan perancangan
dapat mendapatkan konsep yang tepat.
Gambar 13. Perspaktif Utara
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
Pendekatan Arsitektur Neo- Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, 2000.
Vernakular dalam merancang Museum Pedoman pendirian Museum,. Jakarta:
Batik Betawi di kawasan Setu Babakan Proyek Pembinaan Permuseuman Direktorat
Jagakarsa Jakarta Selatan ini memerlukan Permuseuman Dirjen Kebudayaan Depdiknas
ide dari bentuk dan konsep bangunan Neufert, Ernst. 1993. Data Arsitek I. Jakarta :
kearifan lokal. Konsep Neo-Vernakular Erlangga
digunakan agar dapat diterima oleh Erdiono. Deddy. 2011. Arsitektur ‘Modern’
(Neo) Vernacular di Indonesia,
penduduk lokal maupun masyarakat luar.
Vol. 3, No.3:32-39. Diunduh dari https:
Rumah Kebaya sebagai salah satu //ejournal.unsrat.ac.id/index.php/SABUA/articl
e /download/251/197
penekanan bentuk dalam konsep
Nugroho, Bayucatur. 2014. Guide to APA
perancangan ini. Dengan pendekatan format. Ornamen, Bentuk, Betawi, Simbol,
tersebut, Museum Batik Betawi dapat Kebudayaan, Diunduh 13 November 2014
memenuhi fungsi museum sebagai dari http://alumni.unikom.ac.id
bangunan yang dapat melindungi, Sukada, Budi. 1988. Analisis Komposisi
menyimpan, dan merawat benda koleksi Formal Arsitektur Post-Modern. Jakarta:
batik, juga mengandung nilai filosofi batik Seminar FTUI Depok.
dan Nilai Budaya Betawi. Sumalyo, Yulianto. 1997. Arsitektur
Modern Abad XIX-XX. Yogyakarta:
SARAN UGM Press.

5
prosiding| seminar nasionalarsitekturunindra 2018|

Anda mungkin juga menyukai