Anda di halaman 1dari 14

SEMINAR NASIONAL

LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Lifestyle Tradisional Betawi dan Pengembangan Permukiman yang


Mengakomodasikan Pariwisata di Setu Babakan

Ahmad Nur Sheha G1, Ghoustanjiwani A.P.2


1
Jurusan Arsitektur , SAPPK, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 1 Bandung 57102
2
Jurusan Arsitektur , SAPPK, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 1 Bandung 57102
Email: ch_arch01@yahoo.com

ABSTRAK
Setu Babakan adalah salah satu kawasan permukiman etnis Betawi di Kota Jakarta Selatan yang
dijadikan daerah konservasi budaya Betawi, konsekuensi dari pengembangan permukiman budaya
Betawi di Setu Babakan menyebabkan semua bangunan yang ada terutama rumah tinggal harus
menampilkan karakteristik atau ciri rumah berarsitektur khas Betawi. Yang menjadi permasalahan
adalah bagaimana membawa karakteristik atau ciri rumah berarsitektur tradisional Betawi tersebut ke
dalam rumah modern sehingga tidak menjadi sekedar tempelan atau hiasan semata. Beberapa
rumah hunian di Setu Babakan Jakarta Selatan menunjukkan usaha untuk menampilkan secara
visual ciri khas atau karakteristik arsitektur Betawi dalam bentuk elemen detail dan sebagian lainnya
berusaha menampilkan dalam bentuk desain lain.

Dari observasi dan penelitian awal yang dilakukan dilokasi ditemukan beberapa rumah di Setu
Babakan berusaha mengadopsi elemen-elemen yang menjadi ciri khas atau karakteristik rumah
tradisional Betawi seperti lisplank dengan motif gigi balang, ukiran bunga matahari, desain pintu dan
jendela. Selain melestarikan arsitektur tradisional Betawi tujuannya agar arsitektur tradisional Betawi
menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Setu Babakan. Tetapi hal ini berkesan tidak sesuai
dengan desain rumah secara keseluruhan.

Perlu terobosan baru dalam mengaplikasikan nilai-nilai arsitektur Betawi baik secara non visual
maupun visual yang bukan sekedar hanya menempelkan ornamen detail pada bangunan. Sehingga
makna dan nilai-nilai filosofi arsitektur tradisional dapat tercermin dan menjadi sebuah gaya hidup
tersendiri dalam upaya melestarikan arsitektur tradisional dari kepunahan serta menjadi daya tarik
tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain.

Kata Kunci: situ babakan, arsitektur tradisional betawi, visual, elemen detail, gaya hidup,
pariwisata.

1. PENDAHULUAN

Latar belakang.

Setu Babakan adalah kawasan hunian di Kota Jakarta yang memiliki ciri khas budaya
betawi. Seiring perubahan Sosial kemasyarakatan akibat terjadinya pertambahan penduduk
dan perluasan hunian pada kawasan Setu Babakan mengakibatkan ciri khas rumah adat
Betawi terancam punah.

Faktor sosial kemasyarakatan dan pertambahan penduduk yang dimaksud adalah


seperti: tren/style, kurang praktis karena dimensi yang besar dan kebutuhan lahan yang
luas, memerlukan perawatan yang ekstra dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menjaga kelestarian bangunan rumah tradisional ini adalah dengan

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 227


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

mempelajari dan mendokumentasikannya agar generasi selanjutnya dapat menikmati hasil


kebudayaan nenek moyang kita.

Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah guna melestarikan budaya Betawi
umumnya dan arsitektur bangunan Betawi khususnya adalah dengan menetapkan kawasan
Setu Babakan sebagai Perkampungan Betawi melalui SK Gubernur No. 92 Tahun 2000
tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng
Sawah Kecamatan Jagakarsan Kotamadya Jakatrta Selatan dan Peraturan Daerah (Perda)
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.3 tahun 2005 tentang Penetapan
Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Kotamadya Jakarta Selatan ditetapkan upaya pelestarian rumah tradisional Betawi dan
budaya oleh pemerintah dalam bentuk Program Perkampungan Budaya Betawi. Mencakup
diantaranya Kawasan Situ Babakan. Salah satu anadalan programnya adalah memperbaiki
rumah warga yang tidak bercirikan Betawi menjadi rumah yang bercirikan Betawi dengan
maksud dan tujuan dari program ini berusaha mensinergikan atau mentransformasikan
elemen-elemen rumah tradisional Betawi kepada rumah-rumah yang ada saat ini.

Ciri khas arsitektur rumah tradisional Betawi menjadi salah satu icon pariwisata
dikawasan Setu Babakan dan menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi penikmat
romantisme suasana Betawi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
membawa karakteristik atau ciri rumah berarsitektur tradisional Betawi tersebut ke dalam
rumah modern sehingga tidak menjadi sekedar tempelan atau hiasan semata. Beberapa
rumah hunian di Setu Babakan Jakarta Selatan menunjukkan usaha untuk menampilkan
secara visual ciri khas atau karakteristik arsitektur Betawi dalam bentuk elemen detail dan
sebagian lainnya berusaha menampilkan dalam bentuk desain lain.

Tujuan

Menemukan terobosan baru dalam mengaplikasikan nilai-nilai arsitektur Betawi baik


secara non visual maupun visual yang bukan sekedar hanya menempelkan ornamen detail
pada bangunan. Sehingga makna dan nilai-nilai filosofi arsitektur tradisional dapat tercermin
dan menjadi sebuah gaya hidup tersendiri dalam upaya melestarikan arsitektur tradisional
dari kepunahan serta menjadi daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki daerah lain.

Batasan penelitian.

Batasan penelitian hanya terhadap studi kasus rumah berarsitektur Betawi pada
kawasan konservasi perkampungan budaya betawi di Setu Babakan. Secara geografis,
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) terletak pada 106°49’50”BT dan 6°20’23”LS. Daerah
penelitian secara administratif dimasukkan ke dalam Kampung Setu Babakan, Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Luas keseluruhan
PBB 165 hektar, dengan luas Situ Babakan sekitar 35 hektar. (Lemtek FTUI dan Dinas Tata
Kota DKI Jakarta, 2001).

2. KAJIAN PUSTAKA.

Konservasi daerah Setu Babakan.

Pada mulanya kawasan situ babakan adalah daerah perkampungan di pinggiran kota
Jakarta, Dalam kehidupan sosial di kawasan situ babakan yang dihuni oleh etnis betawi
kurang lebih 85% masih diterapkan beragam tata cara budaya Betawi dalam kesehariannya,
baik fisik maupun non fisik baik untuk kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 228


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

bermasyarakat. Adanya peran pemerintah pada era tahun 90an dalam pemanfaatan
kawasan menyebabkan area ini mengalami kemajuan, munculnya rumah-rumah baru yang
meninggalkan atau bahkan menghilangkan unsure ke-Betawi-an. Tetapi karena suku
Betawi merupakan suku dominan yang tinggal di area tersebut, tidak menyebabkan budaya
setempat langsung hilang. Program Kawasan Perkampungan Budaya Betawi yang
diintegrasikan dengan pariwisata diharapkan mampu menjaga ke khasan suku Betawi baik
sosial maupun budaya. Meski telah ditetapkan Pemprov DKI sebagai daerah wisata sesuai
Perda No 2 tahun 2005.

Tipologi dan karakteristik hunian Setu Babakan.


Ada tiga tipe rumah tradisional betawi di situ babakan yaitu Joglo, Gudang, dan
Bapang.Jenis dibedakan oleh atap dan lebarnya rumah (Syafwandi et Al, 1996).

a. Rumah Gudang

Gambar 4 - 12: Rumah Gudang (Harun, 1991)


Rumah Gudang memiliki atap berbentuk pelana atau perisai. Struktur atap rumah gudang
tersusun dari kerangka kuda-kuda, yaitu perisai ditambah satu elemen struktur atap, yaitu
jure Struktur kuda-kuda yang terdapat pada rumah Gudang sudah mulai tercapatnya
batang- tekan miring (dua buah) yang saling bertemu pada sebuah batang tank tegak yamg
pada rumah Betawi lazim disebut wider. Sistem seperti ini tidak dikenal pada rumah-rumah
tradisional lainnya di Indonesia. Sistem ini merupakan sistem atap yang digunakan oleh
orang Belanda di dalam membangun rumah. Pada bagian depan rumah Gudang terdapat
sepengaal atap miring yang disebut juga topi atau dak atau markis yang berfungsi menahan
cahaya matahari atau tampias hujan pada ruang depan yang selalu terbuka itu. Dak ini
ditopang oleh sekor-sekor, baik yang terbuat dari kayu atau besi.

b. Rumah Joglo

Gambar 4 - 13: Rumah Joglo (Harun, 1991)

Rumah Joglo ini merupakan hasil pengaruh langsung dari arsitektur atau kebudayaan
Jawa pada arsitektur rumah Betawi. Pada rumah Joglo Jawa, "integrasi" antara denah,
tiang-tiang penopang struktur atap dan struktur atapnya sendiri, sedangkan pada rumah
Joglo Betawi unsur ini tidak beaitu nyata. Selain itu pada rumah Joglo Jawa struktur bagian
Joglo dari amp disusun oleh sistem struktur temu gelang atau payung, sedangkan pada
rumah Joglo Betawi disusun oleh kuda-kuda. Sistem kada-kuda pada rumah Joglo Betawi

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 229


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

yakni kuda-kuda "Timur yang tidak mengenal batang-batana diagonal seperti yang terdapat
pada sistem kuda-kuda Barat yang diperkenalkan oleh Belanda.

a. Rumah Bapang atau Kebaya

Gambar 4 - 14: Rumah Bapang atau Kebaya (Hamm. 1991)

Pada prinsipnya atap rumah Bapang adalah bentuk pelana. Tetapi berbeda dengan
atap rumah Gudang, bentuk pelana rumah Bapang, tidak penuh. Kedua sisi luar dari atap
rumah Bapang sebenarnya dibeniuk oleh terusan (sorondoy) dari atap pelana tadi yang
terletak di bagian tengahnya. Dengan demikian, maka yang berstruktur kuda-kuda adalah
bagian atap pelana yang berada di tengah ini. Dalam hal ini, sistem struktur atap yang
dipakai adalah sistem kuda-kuda Timur.

Visual Elemen detail khas Setu Babakan.


1. Pintu

Irwan Sjafi'ie menyatakan bahwa pada rumah Betawi pintu utama memiliki dua daun
pintu. Pintu ini memiliki satu lapis namun demi alasan keamanan pintu ini memiliki
beragam lapis pintu. Pada pintu yang berlapis, lapisan terluar merupakan pintu utama,
lapisan dalam merupakan pintu pengaman. Pintu pengaman ini memiliki beragam bentuk
tergantung pada kondisi keuangan individu.
Selain itu, pintu utama pada rumah Betawi ada dua macam arah bukaannya yakni:
a. Satu Arah Bukaan Pintu
Satu arah bukaan yakni satu daun pintu keseluruhannya terbuka bersamaan
b. Dua Arah Bukaan Pintu
Dua arah bukaan yakni satu bagian daun pintu dibagi menjadi dua yakni atas dan
bawah. Cara bekerja kedua bagian ini adalah bila kita mengintip siapa yang datang
maka bagian atasnya dapat dibuka dan bawahnya tertutup, kita membuka pintu maka
atas dan bawah dibuka bersama.

Gambar 4 - 16:
a. pintu rumah Betawi - pintu satu lapis dan satu arah bukaan pintu
b. pintu rumah Betawi - pintu dua lapis dan satu arah bukaan pintu

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 230


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Selain pintu utama, pintu lainnya pada rumah Betawi rnemiliki satu daun pintu dan satu arah
bukaan, sehinaga pintu lainnya ini pembuatannya tidak sekompleks pintu utama. Umumnya,
bahan yang dipakai yakni kusen pintu bagian atas menggunakan kayu cempaka hal ini agar
pemilik rumah selalu dihormati dan disenangi tetangga, sedangkan kayu nangka pantang
untuk digunakan pada bagian bawah kusen pintu (drompol). Hal ini didasarkan pada
anggapan bahwa karena kayu nangka berwarna kuning, maka jika kayu ini dilangkahi akan
rnengakibatkan sakit kuning (Yayasan Tunas Banasa, 2003).

2. Jendela
Pada rumah Betawi ada dua jenis jendela yakni jendela dan jendela bujang. Jendela
bujang merupakan suatu alat yang menjembatani komunikasi antara anak gadis penghuni
rumah dengan prig bujang.

Jendela Bujang
Gambar 4 - 17: Jendela Bujang (Harun, 1991)

Jendela rumah Betawi umurnnya memiliki satu lapis saja., namun demi alasan keamanan,
jendela merniliki beragam lapisan jendela yakni jendela berlapis dua dan berlapis tiga.
Jendela lapis dua yakni jendela terluar merupakan jendela berjalusi, jendela dalam
merupakan jeruji. Bagi individu yang mampu jeruji ini terbuat dari besi, namun bagi individu
yang tidak mampu, jerujinya terbuat dari kayu. Jendela lapis tiga yakni jendela terluar
merupakan jendela berjalusi, jendela dalam merupakan jeruji dan jendela terdalam
merupakan jendela berkaca.

a b c d e

Gambar 4 - 18 :
a. jendela rumah Betawi – jendela satu lapis
b. jendela rumah Betawi – jendela dua lapis
c. jendela rumah Betawi – jendela tiga lapis
d. jendela rumah Betawi – jendela satu arah bukaan
e. jendela rumah Betawi – jendela dua arah bukaan

Selain itu, jendela rumah Betawi terbagi dalam dua arah bukaan yakni:
a. jendela satu arah bukaan
Satu arah bukaan yakni satu daun jendela keseluruhannya terbuka bersamaan
b. jendela dua arah bukaan.
Dua arah bukaan yakni satu daun jendela dibagi dua yakni atas dan bawah. Kedua
bagian ini Cara bekerjanya yakni bila kita mengintip siapa yang datang maka bagian

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 231


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

atasnya dapat dibuka dan bawahnya tertutup, bila kita membuka jendela, maka atas
dan bawah dibuka bersama.

3. Ventilasi
Ventilasi pada rumah Betawi memiliki beragam bentuk dengan beragam bentuk hiasan yang
digunakan. Umumnya keragaman ini tergantung pada tingkat kemampuan individu di dalam
menonjolkan ragam hiasan pada rumah tinggalnya. Ragam hias yang biasa digunakan
yakni:
a. Ragam hias berbentuk wajik

a b
Gambar 4 - 19: a. ragam hias wajik di rumah Betawi di Mampang Prapatan. Jakarta b. ragam hias
wajik di rumah Betawi dokumentasi Harun. 1991

Ragam hias berbentuk beragam flora didasari pada pandangan bahwa bunga tertentu, juga
mempunyai rnakna tertentu.
1) Bunga matahari
Bunga matahari, misalnya, dianggap niemberi kesadaran tentang waktu. Artinya, bahwa
manusia bekerja sesuai matahari yang ada batas waktunya. Perjalanan hidup manusia
juga ada batas akhirnya.
2) Bunga cempaka
Bunga cempaka dianggap memberi kesadaran tentang pentingnya bekerja keras untuk
urusan duniawi dan urusan akhirat (urusan dunia dan urusan akhirat sama pentingnya).
3) Bunga melati
Bunga melati karena warnanya yang putih dan bunga yang harum dianggap sebagai
simbol bahwa manusia harus berhati suci. (Safitri, Dina, 2003)

Gambar 4 - 20: Ragam bias flora (Harun, 1991)

4. Langkan
Langkan merupakan pembatas yang berada di ruang depan (teras) yang terbuat dari
kayu setinggi kurang lebih 70 cm. Langkan ini memiliki beragam bentuk.

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 232


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Gambar 4 - 22: a. iangkan pada rumah si Pitung


b. Langkan pada rumah Betawi (Harun, 1991)

5. Gigi Balang
Gigi balang merupakan hiasan yang terdapat di listplank. Gigi balang terbuat dari
kayu. Gigi balang ini memiliki beragam bentuk, dari yang sederhana sampai bentuk
yang kompleks, dan penggunaan bentuk tersebut tergantung pada keinginan dan
keadaan ekonomi individu. Semakin kompleks bentuk gigi balang yang digunakan,
semakin pula penghasilan indiyidu. Penggunaan gigi balang tidak mutlak harus ada
pada rumah Betawi bahkan bagi individu yamg tidak mampu, mereka tidak
menggunakan gigi balang pada bagian listplank rumah tinggalnya.

Gigi Balang

a b

Gambar 4 - 23 : a. rumah Betawi tanpa gigi balang di rumah si Pitung b. rumah Betawi tanpa gigi
baling dokumentasi Yahyah

Gambar 4 - 24: Gigi Balang (Harun, 1991)

6. Ampok atau hiasan atap


Bagi masyarakat Betawi pinggiran khususnya masyarakat Betawi Setu Babakan,
hiasan atap ini disebut juga dengan ampok. Ampok ini dihiasi oleh beragam jenis

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 233


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

bentuk seperti hiasan bunga matahari, cempaka, melati dan lain-lainnya. Penentuan
penggunaan hiasan ini tergantung pada keinginan dan kemampuan ekonomi
individunya. Ampok ini tidak mutlak harus ada pada rumah Betawi.

a b

Gambar 4 - 25: a. rumah Betawi tanpa ampok di Mampang Prapatan. Jakarta b rumah Betawi tanpa
ampok dokumentasi Yahyah

7. Sekor atau Angkur


Sekor atau angkur merupakan penahan dak atau markis dan struktur overstek atau
penanggap. Untuk sekor penahan dak, selain yang terbuat dari kavu, terdapat pula
yang dari logam yang inenunjukkan pengaruh Eropa. Selain dilihat dari variasi
penggunaan bahannva. dikenal pula adanya pengaruh Cina karena terdapatnva
konstruksi Toa-Kung pada banyak rumah Betawi khususnya di daerah Angke.
Kesemua bentuk sekor ini tergantung pula pada keinginan dan keadaan ekonomi
indiyidu di dalam menampilkan sekor pada rumah tinggalnya.

Sekor Kayu

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 234


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

3. METODOLOGI

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif, ada 4 cara
mengumpulkan data yang kemudian data dari keempat metode tersebut dibandingkan dan
dikonfirmasi ulang guna mengkonfirmasi kebenaran data. 4 (empat) metode tersebut
berupa wawancara, observasi lapangan dan wawancara kepada pemilik atau penghuni
rumah tinggal sebagai narasumber sehingga data hasil pengamatan dapat di konfirmasi
silang dengan keterangan pemilik atau penghuni rumah guna menadapatkan akurasi data
yang akurat, survey, kajian literutatur.

1) metode wawancara dengan tokoh masyarakat Betawi yang dituakan dan dianggap
mengetahui tentang arsitektur rumah tradisional Betawi,
2) metode observasi dilakukan dengan mengamati beberapa rumah asli tradisional
Betawi yang masih ada Setu Babakan kota Jakarta.
3) metode survey berupa kunjungan langsung dirumah tradisional Betawi di Setu
Babakan dan wawancara langsung terhadap penghuni dan masyarakat setempat
guna mendapatkan informasi tentang upaya pelestarian rumah tradisional Betawi di
Setu Babakan.
4) metode kajian literatur digunakan dalam menemukan data awal sebagai pijakan
penelitian,data kawasan Setu Babakan.
dari keempat data tersebut di bandingkan dan dikonfirmasi ulang guna menemukan data
yang akurat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN.

Perubahan sosial kemasyarakatan terkait lifestyle Betawi dan pariwisata

Perubahan Sosial Kemasyarakatan Setu Babakan terjadi karena bertambahnya


penduduk dan perluasan hunian pada kawasan Setu Babakan, tingginya kebutuhan Hunian
hingga adanya pendatang baru pada kawasan Setu Babakan merupakan salah satu faktor
penyebab dari perubahan sosial kemasyarakatan kawasan ini, lifestyle Betawi sedikit
kehilangan keaslianya dengan banyaknya hunian-hunian baru yang terakomodasi oleh
pariwisata, setelah di berlakukanya Pemprov DKI sebagai daerah wisata sesuai Perda No 2
tahun 2005, banyak hunian yang berubah baik dari tipologi bangunan, fungsi maupun ciri
visual dari lifestyle Betawi.

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 235


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Perubahan tipologi dan karakteristik hunian.

Perubahan tipologi dan karakteristik dari hunian dilihat dari perubahan fisik hunian betawi
dimana berberapa hunian betawi situ babakan di analisa secara faktual dan dijelaskan
secara deskriptif sejauh mana tipologi hunian betawi tersebut berubah, data berupa persepsi
responden terhadap perubahan hunian mereka terkait dengan lifestyle Betawi yang
diberlakukan pemerintah daerah Jakarta Selatan. Dari berberapa responden di pilih tiga
hunian betawi yang paling tradisional dan mendekati keaslian dari tipologi betawi asli dan
tiga hunian Betawi yang mengalami perubahan dan penyesuaian yang terkait dengan
lifestyle Betawi.

Tipologi Hunian Betawi Tipologi Hunian Betawi paling Tipologi Hunian Betawi paling
asli tradisonal berubah dan tidak sesuai

Tipe Joglo

Hunian Betawi tipe Joglo pada rumah ini tidak banyak berubah Rumah tipe joglo paling berubah
dari ketentuan betawi asli, hal ini terlihat dari bentuk atap rumah dan tidak sesuai dengan tipologi
dan dengan penyangga kolom-kolom kayu di teras rumah. Tipe betawi joglo, tiang dengan beton
joglo merupakan tipe paling mewah dan paling besar dengan dengan atap yang diganti
ketinggian teras dan rumah yang lebih tinggi dari halaman depan. dengan asbes, penambahan
Lifestyle Betawi tidak mempengaruhi perubahan dari nilai ruang sebagai kamar pada teras
kebetawian hunian karena hunian ini sudah ada sebelum dan serambi depan, penghuni
diberlakukanya kebijakan penggunaan elemen karakteristik kurang begitu tanggap terhadap
budaya Betawi oleh pemerintah, artinya sudah dari dulu penghuni kebijakan pemerintah mengenai
ber lifestyle Betawi. penggunaan ciri Betawi.

Tipe Gudang/Kandang

Tipe gudang/kandang, atap pelana merupakan salah satu ciri dari Tipe gudang/kandang yang
tipe ini dimana lebar atap yang relatif lebih pendek dari tipe joglo paling berubah secara fisik,
dan kebaya, ruang depan sebagai ruang publik dan ruang tamu, fungsi tambahan dari toko yang
level lantai teras dengan halaman depan tidak memiliki perbedaan semula rumah tinggal hingga
yang besar seperti tipe kabaya dan joglo, pada rumah ini merubah fungsi sebagian rumah
merupakan rumah dengan tipe gudang yang tidak banyak karena lifestyle Betawi yang
mengalami perubahan bentuk dari ketentuan betawi hal ini berubah karena akomodasi
dikarenakan lifestyle dari pemilik rumah yang tidak terpengaruh pariwisata. Penambahan toko
dengan adanya pengaruh kebijakan pemerintah . berfungsi menambah
pendapatan

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 236


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Tipe Bapang/Kebaya

tuntutan lifestyle betawi dari


Tipe kabaya, ciri ini ada pada lebar atap yang lebih lebar dari tipe pemerintah yang menjadikan
rumah bapang/kandang. Berbeda dengan tipe kandang rumah Setu Babakan sebagai salah
tipe kabaya memiliki level ketinggian lantai teras dengan halaman satu cagar-budaya betawi rumah
depan yang berbeda. Pada rumah ini tidak banyak berubah dari dengan tipe awal kabaya dan
tipologi maupun bentukan secara fisik berberapa nilai kebetawian seiring kebutuhan hunian yang
meningkat penghuni menambah
justru ditingkatkan dengan berberapa furniture dan benda
fungsi kamar di teras depan
pajangan di serambi depan rumah, pariwisata tidak merubah dengan menambah hunian baru
fungsi dan bentuk bangunan melainkan justru menambah nilai disamping rumah utama.
kebetawian dari rumah ini.

Perubahan Visual Elemen detail khas Setu Babakan.

Elemen karakteristik dalam penilaian ini adalah penerapan dan analisa data lantai pintu
jendela ventilasi, langkan , gigi balang, ampok atau hiasan atap, sekor atau angkur. Sejauh
mana visual karakteristik hunian Setu Babakan berubah dipengaruhi lifestyle dari Betawi,
pengumpulan data dengan pengamatan secara faktual dan dengan wawancara dan
recording terhadap berberapa responden berupa masyarakat setu babakan dengan hunian
betawi yang memiliki Visual Elemen detail khas Setu Babakan yang paling tradisonal dan
berberapa responden hunian betawi yang memiliki perubahan dan ketidak sesuain Visual
Elemen detail khas Setu babakan yang berubah karena Lifestyle Betawi.
NO VISUAL BETAWI ASLI VISUAL BETAWI PALING VISUAL BETAWI PALING BERUBAH
TRADISONAL KARENA LIFESTYLE BETAWI
Pintu

Ada empat jenis Pintu yang menjadi Visual karakteristik Betawi asli yaitu empat pintu dengan
pola dan ventilasi yang berbeda, biasanya pada daun pintu bermotif grid horisontal yang
terdiri dari dua daun pintu, berberapa hunian yang terpilih dan melalui proses wawancara
terdapat banyak sekali pintu yang sesuai dengan Visual betawi asli di Setu babakan, akan
tetapi berberapa hunian baru dengan fungsi ganda sebagai butik juga ada yang memiliki pola
ketidak sesuaian terhadap ketetapan betawi asli, bisa dikatakan berberapa hunian dengan
pintu yang tidak sesuai dengan ketetapan betawi asli terpengaruh dari lifestyle Betawi yang
berlaku di Setu babakan dimana lifestyle betawi yang dipengaruhi pengembangan pariwisata
menjadikankan Visual berupa pintu terganti menjadi pintu kaca.

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 237


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Jendela

Ada empat jenis Jendela pada ketentuan tradisional Setu Babakan, dimana elemen visual
jendela merupakan salah satu keharusan dan ketentuan dari pemerintah dalam mencirikan
2
tradisional Betawi, jendela merupakan salah satu hibah dari pemerintah, berberapa hunian di
Setu Babakan memang hampir semua menggunakan jendela khas lifestyle Betawi, tetapi
berberapa hunian yang dibangun baru justru mengindahkan anjuran pemerintah setempat
dalam penggunaan jendela sebagai ciri visual Betawi, tetapi baik warna maupun kusen masih
sedikit bercirikan Betawi.
Gigi Balang

Gigi balang merupakan elemen visual yang paling dominan ada di tiap hunian betawi di setu
babakan, hampir seluruh hunian di setu babakan menggunakan gigi balang sebagai ciri dari
hunian betawi, berberapa hunian asli di setu babakan yang telah berdiri mengunakan
ketentuan gigi balang tetapi berberapa diantarnya juga hanya menambah visual gigi balang
tidak dengan material kayu sesuai ketentuan pada umumnya melainkan dengan list berbahan
beton, hal ini disebabkan perubahan lifestyle betawi, dimana bangunan baru berusaha
menyeimbangkan dengan lifestyle betawi setempat tetapi dengan cara yang kurang tepat.

Langkan

4 Langkan merupakan pembatas yang berada di ruang depan (teras) yang terbuat dari kayu
setinggi kurang lebih 70 cm. Berberapa hunian di situ babakan mengunakan lakan untuk
pembatas teras/serambi depan sebagai salah satu bentuk lifestyle betawi, namun berberapa
hunian juga nampak mengindahkan ketentuan tersebut dengan merubah penggunaan lakan,
dan pembatas yang digunakan adalah pembatas pada umumnya sehingga karakteristik
betawi menjadi hilang.

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 238


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Sekor atau
angkur

Sekor atau angkur merupakan struktur over stek dari kayu atau terbuat dari logam,
pengunaan sekor atau angkur tidak begitu diwajibkan bagi oleh pemerintah daerah jakarta
selatan karena ketentuan wajib karakteristik betawi yang ditampilakan adalah dari bentuk
jendela dan pintu juga gigi balang, tetapi lifestyle betawi mempengaruhi berberapa
masyarakat betawi untuk menampilakan visual dari sekor atau angkur ini dimana sekor dan
angkur juga menandakan tingkat ekonomi penghuni.

5. KESIMPULAN

Dari uraian penelitian diatas pada akhirnya arsitektur rumah tradisional Betawi akanb
mengalami trnasformasi desain dalam menyesuaikan dengan perkembangan dan
tuntutan masyarakat yang ada. Akibatnya tidak mustahil bila mana yang tersisa nantinya
adalah ornamen-ornamen atau detail-detail hiasan. Detail yang dimaksud meliputi: daun
jendela, daun pintu, langkang dan gigi baling. Empat elemn ini yang pada akhirnya nanti
bisa bertahan karena proses seleksi yang masih bias diterapkan dalam bangunan masa
kini. Meski mengalami gubahan bentuk

6. DAFTAR PUSTAKA

Alexander, Christopher; 1987; A New Theory of Urban Design; New York.

Altman, Irwin, & Chemers, Martin M.; 1980; Cultural Aspects Of Environmental-Behavior
Relationships; In H. C. Triandis& R.W. Brislin (Eds.), Handbook of cross-cultural
psychology (Vol. 5); Boston: Allyn & Bacon.

Aritonang, Emmy Ria; 2002; Perubahan Fungsi dan Tata Ruang pada Kampung dan Rumah
Tinggal di Huta Siallagan, Samosir; FTSP ITB Bandung.

Bagus, I Gusti Ngr.; 1979; Prasejarah dan Klasik di Bali; Balai Pustaka Denpasar.

Bochner, S.; 1975; The House Form As A Cornerstone Of Culture; In R.W. Brislin (Ed.),
Topics in culture learning (Vol. 3); Honolulu, HI: East-West Centre.

BPS Pemkab Bangli; 2001; Kecamatan Kintamani dalam Angka Tahun 2001.

DiMaggio, P.; 1997; Culture and Cognition; Annual Review of Sociology, 23(1).

Jabareen, Yosef; 2005; Culture And Housing Preferences In A Developing City; Environment
and Behavior; Sage Publications; http://eab.sagepub.com/cgi/content/abstract/37/1/134

Linton, R.; 1945; The Cultural Background of Personality; NewYork: Appleton-Century-Crofts.

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 239


SEMINAR NASIONAL
LIFE STYLE AND ARCHITECTURE (SCAN#2:2011)

Mai, Moukhtar M.; 2005; Transformation of Vernacular Housing Pattern in Peri-Urban


Abuja-Nigeria Due to Informal Urbanism, 1976-2006; Universiti Teknologi Malaysia.

Malkawi, F., & Al-Qudah, I.; 2003; The House as an Expression of Socialworlds: Irbid’s Elite
and Their Architecture. Journal of Housing and the Built Environment, 18.

Mather, Mark; January 2004; Housing and Commuting Patterns in Appalachia; The
Appalachian Regional Commission; Washington DC.

Michelson, William H.; 1976; Man and His Urban Environment: A Sociological Approach;
University of Toronto; Toronto.

Mumford, L.; 1970; The Culture of Cities; Westport, CT: Greenwood.

Pandey, J.; 1990; The Environment, Culture, and Behavior; In R.W. Brislin (Ed.), applied
crosscultural psychology. Newbury Park, CA: Sage.

Rambe, Katarina B. 2006. Identifikasi Pola Pekarangan Pada Perkampungan Budaya Betawi
Situ Babakan, Jakarta Selatan. Skripsi. Fakultas Pertanian Negeri Bogor. Bandung

Tjandra Kania, L4B 098094, Tesis Magister Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro,
Eksistensi Rumah Betawi Keturunan Kajian Kebudayaan dan Iklim Tropis
Lembab pada Rumah Betawi Keturunan di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten
Bogor. Semarang 2000.

Tjahyono, Gunawan. Reviwieng the Betawi Tradition: The case of Setu Babakan, Indonseia.

Agung-Wahyudi2http://peneliti.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2007/05/agung-wahyudi2.pdf
18 febrauri 2011

http://eprints.undip.ac.id/12111/1/2000MTA664.pdf, Eksitensi Rumah Betawi Keturunan,Magister


Teknik Arsitektur Universitas Diponegoro,Tjandra Kania, Semarang 2000. 14 februari 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Betawi

http://festivalindonesia.wordpress.com/2008/07/28/festival-budaya-betawi-2008

http://kucer.wordpress.com/category/arsitektur

http://www.anneahira.com/rumah-betawi.htm

http://jengjeng.matriphe.com/perkampungan-budaya-betawi-situ-babakan.html

http://puri-sawo-manila.blogspot.com/2010/11/cagar-budaya-situ-babakanwisata-
jakarta.html

Persepsi Penghuni Terhadap Hasil Program Perbaikan Rumah Warga di Perkampungan Budaya
Betawi, Setu Babakan, Tesis, 25204023, Retna Ayu Puspatarini, Program Studi Perumahan
Permukiman, Institut Teknologi Bandung, Bandung 2007

Radnawati.MS, FTSP Institur Sains dan Teknologi Nasional ARSITEKTUR RUMAH ADAT
TRADISIONAL BETAWI, http://nostradamaus.wordpress.com/, 14 FEBRUARI 2011

Wiwan, Arsitektur Rumah Adat tradisional Betawi, matakuliah teori arsitektur, dosen pengampu
Ir. Daisy

http://www.wayantulus.com/rumah-adat-betawi, Rumah adat betawi, 14 Februari 2011

ANTROPOLOGI DAN ARSITEKTUR II. 240

Anda mungkin juga menyukai