Anda di halaman 1dari 2

Kerangka Khotbah

Bulan Lingkungan
Minggu ke-26 sesudah Pentakosta
18 November 2018
Yeremia 2:1-25
“Tanggung Jawab Mengelola Tanah Milik
Tuhan”
I. Pengantar Teks

Ketidaktaatan Israel kepada Allah adalah suatu kenyataan yang tidak menyenangkan
hati Allah. Keputusan Allah untuk memilih, menuntun, membebaskan dan
menyelamatkan umat-Nya adalah bukti penggenapan janji Allah yang tidak pernah
berubah. Namun di balik kesetiaan Allah yang begitu mengagumkan ternyata Israel
justru tidak setia. Beribadah dan menyembah ilah-ilah asing, kuil dan mezbah ilah-
ilah asing itu telah menajiskan kekudusan umat dan tanah pemberian Allah. Israel
telah melanggar perjanjian yang diikatkan Allah dengan nenek moyang mereka bahwa
hanya kepada Allah saja Israel beribadah dan mempersembahkan hasil pertama dari
panennya sebagai persembahan yang terbaik (bd. ungkapan “buah bungaran”) bagi
Allah. Para imam dan para nabi justru melanggar ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengan perjanjian Israel dengan Allah. Peribadahan untuk
menghormati dewa-dewi Kanaan demi mendapatkan kesuburan seringkali
berlangsung di atas bukit yang tinggi dan di bawah pohon yang rindang. Tidak hanya
itu malah terjadi hubungan-hubungan seksual para pemuja dan pelacur-pelacur kuil
yang menjadi simbol para dewa/dewi yang dipuja (bd. ayat 20). Di lembah kecil yang
berada di sebelah selatan Yerusalem (Lembah Benhinom) menjadi tempat
mempersembahkan anak-anak sebagai korban bakaran kepada dewa Molokh. Para
gembala (raja dan para pemuka rakyat) lebih mengandalkan diri sendiri dan
bergantung pada kekuatan-kekluatan kerajaan-kerajaan asing, seperti Mesir dan
Asyur daripada mengandalkan Allah. Munculnya nabi-nabi paslu yang memberitakan
pesan dari para Baal, dewa hujan dan kesuburan yang dipercayai bangsa Kanaan.
Mereka juga berjumpa dengan orang-orang Mesir di kota untuk membicarakan
kerjasama militer melawan Asyur dan bahkan bersama-sama Mesir dan Asyur
bersepakat melawan Babel. Kenajisan telah mewarnai kehidupan umat dan juga
tanah perjanjian (Kanaan) yang diberikan Allah.

Terhadap ketidaktaatan ini Allah mengingatkan umat-Nya supaya bertobat dan


berbalik kepada kekudusan hidup sebagai umat pilihan Allah. Sejarah perjalanan
umat yang dipenuhi dengan kasih Allah haruslah menjadi spirit untuk tetap setia
pada perjanjian dengan Allah. Tindakan pembebasan dan penyelamatan yang Allah
buat bagi umat-Nya mulai dari Mesir, padang gurun dan sampai mendiami tanah
Kanaan adalah bukti kasih Allah yang besar yang tak dapat ditandingi dengan yang
lain. Peringatan Allah melalui nubuatan nabi Yeremia cukup keras karena sudah dua
kali umat berlaku tidak setia padahal Allah begitu setia. Ketidaksetiaan di padang
gurun haruslah menjadi pelajaran yang berharga bagi umat tentang kemurahan
Allah, namun ketika telah menikmati tanah perjanjian dengan segala kelimpahannya,
umat pun berlaku tidak taat dan tidak setia pada Allah. Ketidaktaatan dan

1
ketidaksetiaan umat adalah tindakan yang menyengsarakan umat sendiri, bagaikan
tindakan menggali kolam untuk menampung air tetapi kolam itu retak, bocor dan tak
berguna. Itulah sebabnya PERTOBATAN sangatlah penting dalam menjaga, menata
dan mengelolah kekudusan hidup dan tanah perjanjian yang diberikan Allah.
Pertobatan itu harus menjadi warna hidup dan karya semua pihak baik pemimpin
maupun yang dipimpin, baik dalam hidup sebagai sebuah bangsa maupun hidup
sebagai umat. Inilah tanggung jawab Israel sebagai umat yang telah dipilih dan
dikasihi Allah.

II. Aplikasi

Dari penjelasan teks di atas dapat diambil beberapa pokok pikiran dalam kaitan
dengan tanggung jawab sebagai gereja dalam kehidupan manusia dan kelangsungan
alam semesta ciptaan Allah, yaitu:

1. Jangan bertanya apa yang Allah buat bagi kita, tapi tanyakanlah apa yang kita
buat sebagai bukti syukur bagi Allah atas kepercayaan yang diberikan bagi kita,
baik terhadap sesama maupun terhadap alam semesta ciptaan Allah. Senada
dengan itu tentu kita mengakui bahwa Allah begitu setia, kasih-Nya tak
tertandingi. Pengakuan ini harus menolong kita untuk berefleksi tentang ketaatan
dan kesetiaan kita pada Allah. Biarkanlah refleksi kita mengantarkan kita pada
komitmen: Hanya kepada Allah dan tidak ada yang lain.
2. Menjaga kekudusan hidup berarti menaati perintah dan menjauhi larangan Allah,
baik dalam kata maupun perbuatan kepada sesama dan ciptaan Allah lainnya.
Salah satunya adalah perintah Allah mengelolah dan melestarikan alam semesta
termasuk tanah. Prinsip yang mendasar adalah alam semseta (tanah) adalah
milik Allah yang dipercayakan bagi kita. Kepercayaan ini membuat kita mengerti
betapa kita tidak berhak untuk semena-mena atau serakah dalam mengelolah
dan memanfaatkan tanah (alam semesta) sebab kita diberi kepercayaan untuk
mengelolah tetapi juga melestarikan. Apalagi kita bukanlah pemilik melainkan
Allah. Kepercayaan ini sungguh mulia, karena itu janganlah dinodai dengan
tindakan-tindakan yang tak bertanggung jawab yang dapat merusak ciptaan Allah
yang baik ini. Kecenderungan untuk membiarkan lahan-lahan produktif menjadi
lahan tidur, memanfaatkan tanah secara terus menerus dan pemakaian pupuk
kimia yang berlebihan tanpa memerhatikan upaya menjaga kesuburan tanah
menjadi refleksi yang mendalam bagi kita bahwa kepercayaan memanfaatkan
telah kita wujudkan tetapi tanggung jawab melestarikan masih menjadi
pergumulan bagi kita. Itulah sebabnya dalam perayaan bulan lingkungan ini
marilah kita berjanji untuk memanfaatkan tanah pemberian Allah dengan
bertanggung jawab sambil menjaga kesuburannya dengan juga membuat kolam-
kolam jebakan air dan penggunaan pupuk organik. Supaya tanah pemberian
Allah ini menjadi warisan berkat Allah yang berharga untuk kehidupan anak
cucu kita di hari esok. Allah menolong kita, Amin. (Diana OS)

Anda mungkin juga menyukai