Fatsal Pembacaan :
1. Kitab Bilangan Fsl 18 : 25 – 32
2. Kitab Melakhi Fsl 3 : 6 – 12.
Percakapan tentang uang adalah sesuatu yang sensitif. Untuk itu, kita
perlu melihat persoalan keuangan dari dua segi. Pertama, aspek
kewajiban, dan Kedua, ucapan syukur kepada Allah melalui pemberian
kita kepada-Nya.
Dalam Perjanjian Lama, persepuluhan diperuntukkan untuk mendanai
seluruh pekerjaan di Bait Allah. Dalam Alkitab, istilah persepuluhan
pertama kali muncul ketika Abraham memberikan sepersepuluh dari
semuanya (Kej. 14:18-20). Peristiswa kedua, dilakukan oleh Yakub yang
memberikan persepuluhan kepada Tuhan (Kej. 28:22). Di dalam Kitab
Bilangan, persepuluhan ditujukan untuk suku Lewi. Merekalah yang
khusus ditunjuk Allah melayani Tuhan di Bait-Nya.
Namun, pada masa pembuangan di Babel, bangsa Israel tidak lagi
menyerahkan persepuluhan. Kebiasaan itu muncul kembali setelah
mereka kembali ke tanah perjanjian. Dengan emas, perak, ternak, dan
harta pemberian Allah lainnya, mereka merencanakan membangun
kembali Bait Allah. Akan tetapi, kelihatannya, mereka tidak ikhlas dalam
memberi. Bahkan, mereka tega menyerahkan persembahan yang tak
pantas sebagai korban bakaran (Maleakhi.1: 7- 8).
Tindakan itu pasti mendukakan Allah. Oleh karena itu, Allah perlu
mengingatkan bangsa Israel dalam memberi kepada Allah.
Memberi kepada Allah, sejatinya merupakan ekspresi ucapan syukur
bangsa Israel, sekaligus komitmen kepada-Nya.
Kepada kaum Lewi dan para imam, Tuhan telah menetapkan tentang apa
yang menjadi bagian mereka. Kepada kaum imam, Tuhan memberikan
bagian dari kurban persembahan yang dibawa umat Israel ke kemah suci
(8-19). Oleh karena itu, Harun dan keturunannya tidak mendapatkan
tanah pusaka, seperti terkutip pada ayat yang ke 20.. Mereka hidup
langsung dari pemeliharaan Tuhan lewat persembahan umat.
Sebagai ucapan syukur dan pernyataan kebergantungan kepada Tuhan,
maka kaum Lewipun juga wajib memberikan persepuluhan mereka untuk
Harun dan keluarga.