Anda di halaman 1dari 2

Bahan Kerangka Khotbah

Minggu ke-21 sesudah Pentakosta


14 Oktober 2018
TANGGUNG JAWAB ORANGTUA TERHADAP PERLINDUNGAN ANAK
Bacaan Alkitab: Keluaran 2:1-10

Latar Belakang
Musa dilahirkan pada saat orang Ibrani hidup dalam perbudakan di Mesir.
Mereka begitu tertekan hidup dalam masa pemerintahan Firaun yang pada masa itu
tidak mengenal Yusuf dan jasa-jasa Yusuf selama di Mesir. Keadaan mereka semakin
diperparah dengan kebijakan Firaun untuk membunuh setiap anak laki-laki dari
bangsa Ibrani.
Seperti yang diketahui bahwa pada awalnya orang-orang Ibrani bisa masuk dan
menetap di Tanah Mesir melalui kehadiran Yusuf. Setelah melewati beberapa
generasi, bangsa Ibrani semakin bertambah banyak dan hal ini rupanya menjadi
ancaman bagi Raja Firaun yang baru. Ada ketakutan dari dalam diri Firaun tentang
bertambah banyaknya orang Ibrani di Mesir, salah satunya ialah jika terjadi
peperangan bangsa Ibrani yang banyak itu bisa bersekutu dengan musuh dari bangsa
Mesir (Keluaran 1:10). Sehingga, ia memerintahkan kepada bidan-bidan yang
menolong kelahiran perempuan Ibrani (Sifra dan Puah) untuk membunuh setiap anak
laki-laki orang Ibrani (Keluaran 1:15-16).
Namun rencana Firaun ini gagal karena bidan-bidan ini tidak melakukan apa
yang diperintahkan Raja. Justru yang terjadi malah sebaliknya, orang Ibrani semakin
berlipat ganda jumlahnya, sehingga Firaun memberi perintah kepada seluruh
rakyatnya untuk membuang anak laki-laki yang lahir dari keturunan Ibrani.

Tafsiran
Ayat 1: Dengan menyebuntukan orangtua Musa (ayah & ibu) berasal dari salah satu
suku 12 anak Yakub (Lewi), penulis Kitab Keluaran ingin mempertegas identitas
Musa sebagai orang Ibrani
Ayat 2 & 3: Menunjukan tindakan nyata orang tua (seorang ibu) yang ingin
menyelamatkan buah hatinya dari ancaman dan bahaya.
Ayat 4-9: Ayat-ayat ini menunjukan peran kakak perempuannya dalam menjalankan
tanggung jawab dari ibunya, juga reaksi Putri Firaun saat berjumpa dengan Musa
ditengah-tengah kebijakan Raja yang mengingini kematian anak laki-laki Ibrani.
Ayat 10: Dengan dibawanya Musa kembali ke Mesir dan mendapat pengkuan sebagai
anak orang Mesir, penulis ingin menegaskan bahwa adanya pemberian identitas baru
kepada Musa secara sosiologis.

Aplikasi
 Musa dilahirkan dari keluarga yang saat itu berada dalam ancaman secara fisik
maupun psikis tetapi ia berhasil bertumbuh menjadi seorang yang pemimpin yang
hebat. Hal ini tidak terlepas dari peran sang ibu, sang kakak, dan Putri Firaun
yang pada masa itu posisi perempuan dinomorduakan, tetapi mereka
menunjukkan tanggung jawab, dan kewajiban seorang perempuan.
1. Ibu Musa: Sebagai seorang ibu yang ada dalam tekanan dan ketakutan, Ibu
Musa tidak pasrah dengan keadaan. Ia berupaya sebisa mungkin untuk
menyelamatkan Musa, sekalipun tindakannya beresiko. Saat menyembunyikan
Musa, ia bisa saja dijatuhi hukuman oleh Firaun, di sisi lain saat ia harus
membuang Musa ke sungai Nil, tentu bertentangan dengan nurani sebagai
seorang ibu yang mengandung dan melahirkan. Sekalipun demikian, sebagai
seorang ibu yang merasa bertanggung jawab atas kehadiran anak sebagai
anugerah Allah, ia mengambil pilihan untuk tetap kehilangan Musa tetapi tidak
dengan cara dibunuh. Ini menyadarkan para orang tua Kristen bahwa
‘mengasihi anak adalah tentang bertanggung jawab’. Bertanggung jawab
melindungi dari berbagai jenis ancaman.
2. Sang Kakak: Dalam bacaan ini, terlihat jelas bahwa kakak perempuan Musa
adalah seorang kakak perempuan yang penuh kasih dan bertanggung jawab.
Sikap yang ditunjukan sang kakak tidak lain dilihat, dirasakan, dipelajari dari
sang ibu ketika bergumul merawat Musa. Ini menjadi pembelajaran bahwa
orang tua mesti menjadi teladan. Apa yang diteladankan itu akan
memengaruhi cara hidup anak-anak. Apa yang ditanam, itulah yang akan
dipetik.
3. Puteri Firaun: Sikap Putri Firaun sangat mengesankan. Sebagai ‘orang lain’
yang tidak memiliki hubungan darah, ia mampu menunjukkan kasih yang
besar yang mungkin tidak mampu dilakukan perempuan Ibrani lainnya.
Bahkan kasih yang besar mengalahkan kepatuhannya untuk melakukan
perintah sang ayah yang disadarinya bukan suatu hal yang benar. Sikap Puteri
Firaun mengajarkan kepada kita bahwa kasih bukan hanya tentang pertalian
darah, tapi kasih menembus segala perbedaan.
 Melalui ketiga tokoh perempuan hebat ini, Allah menyelenggarakan karya
penyelamatan-Nya kepada umat pilihan-Nya, Israel.
 Mohon pengkhotbah menghubungkan teks ini dengan situasi kekerasan terhadap
anak dalam masyarakat kita masa kini dan tanggung jawab orangtua serta Gereja
untuk memastikan anak-anak bebas dari kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai