Oleh
Aldi Kurniawan
NPM 19732004
Oleh
Aldi Kurniawan
NPM 19732004
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Ketua Jurusan
Teknologi Pertanian
Tanggal Ujian:
i
ii
Oleh
Aldi Kurniawan
ABSTRAK
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efesien, dan produktif. Suatu
perusahaan dibidang apapun sangat diwajibkan untuk melakukan penerapan
SMK3. Tujuan dari penulisan laporan tugas akhir mahasiswa ini
ialah:mempelajari penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3) di workshop alsintan unit pelayanan teknis daerah balai benih induk
tanaman pangan provinsi lampung. Metode pelaksanaan Tugas Akhir dilakukan
dengan cara melakukan interview, studi literatur dan melakukan pengamatan
secara langsung mengenai penerapan SMK3 di lokasi. Bedasarkan data yang
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa belum adanya penerapan sistem
manajemen keselamatan ddan kesehatan kerja (SMK3) di workshop alsintan unit
pelayanan teknis daerah balai benih induk tanaman pangan provinsi lampung, hal
ini dapat dilihat dari mayoritas jawaban mengenai dimensi dimensi SMK3 yang
ditanyakan kepada seluruh karyawan workshop.penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting mengingat pekerjaan di bidang ini
sangat rentan sekali mengalami kecelakaan kerja,berkonsultasi kepada lembaga
terkait mengenai pembuatan serta penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) sangat disarankan agar pada proses penerapannya dapat
tersusun dan karyawan dapat mudah memahaminya. Selain itu perlunya dilakukan
audit secara berkala dan terjadwal baik itu dilakukan sendiri oleh pihak
perusahaan atau menggunakan jasa lembaga terkait agar apabila ditemukan
adanya kelemahan pada sistem dapat segera diatasi.
ii
iii
RIWAYAT HIDUP
pada Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan dan lulus pada tahun 2018. Setelah
jalur UMPN pada tahun 2019 sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Pertanian
Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknologi Petanian, serta aktif sebagai anggota Ikatan
Praktik Kerja Lapang (PKL) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah
Balai Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung, pada tanggal 1 Maret
iii
iv
Moto hidup
Jika Kau Tak Suka Sesuatu, Ubahlah.
Jika Tak Bisa, Maka Ubahlah Cara
Pandangmu Tentangnya.
iv
v
v
vi
KATA PENGANTAR
vi
vii
8) Seluruh Dosen dan Teknisi Program Studi Mekanisasi Pertanian yang telah
memberikan dukungan kepada penulis;
9) Pimpinan dan jajaran Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah
Balai Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung yang telah menerima
penulis untuk melakukan Praktik Kerja Lapang dan mengambil data untuk
melengkapi Laporan Tugas Akhir Mahasiswa;
10) Bapak Wazir Nurizal, S. TP selaku Pembimbing Lapang;
11) Seluruh karyawan di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai
Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung yang telah membantu
penulis dalam setiap kegiatan Praktik Kerja Lapang;
12) Teman seperjuangan Feby Alfandi, serta teman-teman Program Studi
Mekanisasi Pertanian;
13) Rekan-rekan se-almamater Politeknik Negeri Lampung angkatan 2019,
terimakasih atas bantuannya selama penulis menempuh pendidikan di
Politeknik Negeri Lampung; dan
14) Semua pihak yang telah membantu.
Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir Mahasiswa ini, penulis menyadari
banyaknya kesalahan dan kekurangan. Penulis mengharapakan kritik dan saran
yang membangun sehingga Laporan Tugas Akhir Mahasiswa ini dapat disusun
dengan baik.
Bandar Lampung, Mei 2022
Aldi Kurniawan
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................3
1.3 Kontribusi .........................................................................................3
1.4 Gambaran Umum Perusahaan ...........................................................4
1.4.1 Sejarah Perusahaan .................................................................4
1.4.2 Letak Geografis ......................................................................4
1.4.3 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................4
1.4.4 Struktur Organisasi Perusahaan...............................................5
viii
ix
LAMPIRAN
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
14. Grafik Upaya Perusahaan menjaga tempat kerja agar tetap aman.............. 44
xi
xii
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
1
I. PENDAHULUAN
(unsafe condition) maupun tindakan tidak aman (unsafe action). Kondisi tidak
aman (unsafe condition) terjadi apabila pelaksanaan kegiatan pekerja di
lingkungan kerja tidak mematuhi peraturan dan prosedur yang telah
ditetapkan, yang mengatur agar kondisi tempat kerja aman dan sehat. Sedangkan,
tindakan tidak aman (unsafe action) terjadi jika pekerja tidak mengetahui, tidak
mampu, dan tidak mau menjalankan cara kerja dan peraturan–peraturan yang telah
ditetapkan.
Menciptakan kondisi yang aman bagi para pekerja/karyawan untuk
melakukan sebuah pekerjaan merupakan sebuah tanggung jawab perusahaan,
upaya-upaya perusahaan dalam menciptakan kondisi yang aman salahsatunya
adalah dengan cara menciptakan dan menerapkan sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja (SMK3). Berbeda halnya dengan Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3), sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah
suatu sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses, sumber penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk
Tanaman Pangan Provinsi Lampung adalah salahsatu bagian dari lembaga
pemerintahan Provinsi Lampung yang bergerak dibidang jasa perawatan dan
perbaikan alat mesin pertanian. Pekerjaan pada bidang jasa perawatan serta
perbaikan terutama pada alat mesin pertanian adalah pekerjaan yang sangat
berpotensi mengalami kecelakaan kerja, maka dari itu menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) adalah langkah awal yang
penting untuk melindungi serta menghimbau seluruh karyawan agar dapat
menekan potensi terjadinya kecelakaan kerja.
Selain menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3), melakukan analisa pada sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) atau kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang telah diterapkan
pada suatu perusahaan dinilai penting untuk mengukur kualitas sistem yang telah
diterapkan sebelumnya, dan apabila ditemukan kekurangan atau kelemahan pada
3
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), hal ini akan cepat
diperbaiki dan ditingkatkan kembali kualitasnya.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan, antara lain: melakukan pengamatan
serta wawancara secara lisan maupun tulisan terhadap seluruh karyawan
Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk Tanaman
Pangan Provinsi Lampung mengenai sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang diterapkan di workshop.
Bedasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul Laporan
Tugas Akhir Mahasiswa yang berjudul
“Mempelajari Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai
Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung”.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Akhir Mahasiswa ini antara lain:
1) mempelajari Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai
Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung.
1.3 Kontribusi
Adapun kontribusi dari penyusunan Laporan Tugas Akhir Mahasiswa:
1) Bagi Mahasiswa Mekanisasi Pertanian khususnya penulis, menambah ilmu
pengetahuan tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) serta memperluas wawasan sehingga dapat bersaing
di dunia kerja nantinya khususnya di bidang mekanisasi pertanian;
2) Bagi Politeknik Negeri Lampung, sebagai refrensi mengenai penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3); dan
3) Bagi Masyarakat, memberikan informasi mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
4
b) Pengalama kerja
Pengalaman kerja seseorang ditentukan oleh lamanya seseorang
bekerja. Semakin lama ia bekerja maka semakin banyak pengalaman
dalam bekerja. Pengalaman kerja juga mempengaruhi terjadinya
kecelakaan kerja terutama bagi pekerja yang memiliki pengalaman
kerja yang masih sedikit.
c) Tingkat pendidikan dan keterampilan
Pendidikan seseorang tentunya akan mempengaruhi cara berfikir
dalam menghadapi pekerjaan, demikian saat menerima pelatihan kerja
baik praktek maupun teori termasuk bagaimana cara melakukan
pencegahan maupun cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
d) Lama bekerja
Seorang pekerja yang memiliki waktu yang lebih lama dalam
bekerja tentu akan mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Hal ini
dikarenakan pada lamanya seseorang dalam bekerja akan
mempengaruhi pengalamannya dalam bekerja.
e) Kelelahan
Faktor kelalahan pekerja dapat mengkibatkan kecelakaan kerja atau
turunnya produktifitas kerja. Kelelahan adalah dimana seseorang
mengalami perasaan lelah dan fisiologis dalam tubuh mengalami
perubahan. Akibat kelelahan dapat menurunkan kemampuan kerja dan
kemampuan tubuh seorang pekerja.
2) Faktor pekerjaan
Penyebab kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh faktor pekerjaan
diantaralain (Saputro, 2015):
a) Jam kerja
jam kerja Yang dimaksud yaitu jam waktu bekerja termasuk waktu
3) Faktor lingkungan
Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh lingkungan meliputi (saputro,
2015):
a) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik diantaranya yaitu adanya pencahayaan yang tepat
dan sesuai sehingga pekerjaan yang dikerjakan dapat menghasilkan
produksi yang maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan
akibat kerja. Selain itu kebisingan di tempat kerja dapat mempengaruhi
terhadap pekerja karena adanya kebisingan dapat mengganggu
komunikasi sehingga dapat menyebabkan salah pengertian, tidak
mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya
kecelakaan kerja selain itu kebisingan juga dapat menghilangkan
pendengaran sementara atau tetap.
b) Lingkungan kimia
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja
selanjutnya yaitu karna faktor lingkungan kimia, Faktor tersebut dapat
berupa bahan baku suatu produksi, hasil produksi dari suatu proses,
limbah dari suatu produksi.
c) Limbah biologi
Bahaya dari lingkungan biologi dapat disebabkan oleh jasad renik,
gangguan dari serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.
Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti infeksi,
alergi. sengatan serangga maupun gigitan binatang berbisa berbagai
penyakit serta bisa menyebabkan kematian.
15
c) Bentuk aktifitas
Bentuk aktifitas yang dilakukan yaitu melakukan inspeksi dan
tindakan lanjutannya jika terjadi kecelakaan tujuannya untuk
menemukan secara dini segala yang dapat membahayakan pekerja,
proses dan lingkungan. Selain itu diperlukannya sebuah pelatihan-
pelatihan dengan adanya pelaksanaan pelatihan yang memuat tentang
persyaratan yang dilakukan dan rencana pelatihan dilakukan setiap
tahun.
HSEMS Guidelines, Oil and Gas Producer Forum (OGP) HSEMS Guidelines,
ISRS dari DNV, dan lainnya.
c) Sebagai dasar penghargaan (Award)
Sistem Manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian
penghargaan K3 atas pencapaian kinerja K3, penghargaan K3 diberikan baik
oleh instansi pemerintah maupun lembaga independen lainnya seperti Sword
of Honour dari British Safety Council, Five Star Safety Rating System dari
DNV atau National Safety Council Award, dan SMK3 dari Depnaker.
Penghargaan K3 diberikan atas pencapaian kinerja K3 sesuai dengan tolak
ukur masing-masing. Karena bersifat penghargaan, maka penilaian hanya
berlaku untuk periode tertentu.
d) Sebagai sertifikasi
Sistem Manajemen juga digunakan untuk sertifikasi penerapan
Manajemen K3 dalam organisasi. Sertifikasi diberikan oleh lembaga
sertifikasi yang telah diakreditasi oleh suatu badan akreditasi. Sistem
sertifikasi dewasa ini telah berkembang secar global karena dapat diacu di
seuruh dunia.
Tabel 1. Konsep operasional Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Variabel Dimensi Kategori Indikator Skala
Berikut adalah gambar siklus prinsip penerapan sistem keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) dapat dilihat pada Gambar 1.
25
ini, pengumpulan data kuisioner ini juga dapat menjadi media dan upaya untuk
meningkatkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
Jenis Kelamin
18%
Pria
Wanita
82%
Tingkat Pendidikan
9%
9% Strata 1
Diploma Tiga
Sekolah Menengah
Kejuruan
82%
9%
18%
>3 Tahun
27% <3 Tahun
3 Tahun
1 Tahun
46%
9%
Ada
Tidak Ada
91%
9%
Ada
Tidak Ada
91%
Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk Tanaman
Pangan Provinsi Lampung. Hal ini sangat disayangkan mengingat pekerjaan yang
dilakukan di workshop ini sangat rentan mengalami kecelakaan kerja. Berikut
adalah grafik yang menunjukan adanya peraturan K3 dapat dilihat pada Gambar 8.
Adanya Peraturan K3
0%
Ada
Tidak Ada
100%
Adanya SOP K3
0%
Ada
Tidak ada
100%
Adanya Pemeriksaan
Kesehatan
0%
Ada
Tidak Ada
100%
Adanya Pemeliharaan
Mesin Atau Peralatan Kerja
9%
Ada
Tidak Ada
91%
baik dan hal ini pastinya tidak mengganggu proses pemeliharaan, perbaikan serta
produksi di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk
Tanaman Pangan Provinsi Lampung.
Indikator terakhir dalam dimensi ini adalah disiplin K3. Dari indikator
tersebut peneliti membaginya menjadi beberapa pertanyaan yaitu tentang jumlah
dan kualitas alat pelindung diri (APD), upaya perusahaan dalam menjaga kondisi
tempat kerja tetap aman dan sehat, serta sanksi yang diberikan pihak manajemen
perusahaan bagi setiap pelanggaran K3
9%
Ya
Tidak
91%
2 Helm Las 5 3
3 Kacamata Safety 24 9
5 Baju Wearpack 10 9
6 Sarung Tangan 24 9
7 Sepatu Safety 10 9
Sementara itu, hasil yang didapatkan penulis terkait kualitas alat pelindung
diri (APD) mendapatkan 10 responden (91%) dengan jawaban kulaitas alat
pelindung diri sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Namun, 1
responden (9%) menjawab alat pelindung diri (APD) kualitas nya tidak sesuai, hal
ini dikarenakan responden tersebut bekerja bukan dalam lingkup workshop yang
mengharuskan para pekerja untuk mengenakan alat pelindung diri (APD), hal ini
tentunya pekerja tersebut jarang sekali menggunakan alat pelindung diri, maka
dari itu ia tidak mengetahui secara detail mengenai sesuai atau tidaknya kualitas
alat pelindung diri (APD) yang disediakan perusahaan. Adapun grafik mengenai
kesesuaian alat pelindung diri (APD) dapat dilihat pada Gambar 13.
43
9%
Sesuai
Tidak Sesuai
91%
Kondisi alat pelindung diri yang sesuai dengan standar nasional Indonesia
(SNI) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk
Tanaman Pangan Provinsi Lampung tetapi tidak dibarengi dengan kesadaran para
karyawan untuk selalu melindungi diri mereka masing-masing menggunakan alat
pelindung diri (APD), hal ini tak jarang menyebabkan kecelakaan kerja yang
menyebabkan kerugian kerugian bagi perusahaan dan karyawan seperti tertimpah
benda yang berat pada bagian kaki dikarenakan tidak menggunakan sepatu safety,
tergores benda tajam karena tidak menggunakan sarung tangan dan wearpack, dan
mengalami gangguan penglihatan dikarenakan saat bekerja tidak menggunakan
kacamata safety. Tindakan ini harusnya dapat dihentikan dengan mengedukasi
para karyawan betapa pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) agar
para karyawan terhindar dari kecelakaan kerja.
44
9%
Ada
Tidak Ada
91%
Gambar 14. Grafik Upaya Perusahaan menjaga tempat kerja agar tetap aman
Ada
Tidak Ada
100%
Disiplin K3 yang terakhir adalah adanya sanksi dari perusahaan bagi setiap
pelanggara Berdasarkan hasil yang diperoleh, sebanyak 11 responden (100%)
menyatakan bahwa terdapat sanksi apabila ada pelanggaran. Berikut adalah grafik
yang menunjukan adanya yang diberikan perusahan terhadap pelanggaran K3
dapat dilihat pada Gambar 16.
46
Ada
Tidak Ada
100%
Adanya Sosialisasi
K3
9%
Ada
Tidak Ada
91%
keselamatan kerja (K3), sosialisasi ini dilakukan oleh kepala workshop pada saat
administrasi, hal ini dikarenakan staff administrasi tidak ikut dalam briefing yang
dilakukan di workshop.
9%
Ada
Tidak Ada
91%
Adanya Pelatihan K3
0%
Ada
Tidak Ada
100%
Adanya Penyuluhan K3
9%
Ada
Tidak Ada
91%
Adanya Rambu-rambu
K3
0%
Ada
Tidak Ada
100%
kesehatan kerja di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih
Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung tidak berjalan dengan baik. Hal ini
dikarenakan dalam proses penerapannya, penyebaran informasi mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) hanya dilakukan secara lisan melalui
briefing yang diadakan kepala workshop.
Data pada tabel memperlihatkan bahwa tidak adanya pelatihan serta rambu-
rambu petunjuk K3, hal ini perlu diperhatikan bahwasanya pelatihan K3 sangatlah
penting bagi karyawan dan pemasangan rambu-rambu K3 juga dapat sangat
membantu para karyawan dalam melaksanakan tugasnya agar tetap dalam posisi
aman dan terhindar dari kecelakaan kerja.
Adanya Inspeksi
9%
Ada
Tidak Ada
91%
pengguna. Inspeksi ini biasaya diadakan setiap hari dan dilakukan langsung oleh
kepala workshop.
Adanya Penyelidikan
Kecelakaan Kerja
9%
Ada
Tidak Ada
91%
1 Kematian -
2 Terpukul/Terbentur 7
3 Tertusuk 1
5 Terjepit 8
6 Tergores 10
7 Tertabrak/Menabrak -
Total 41
Bedasarkan data yang diuraikan pada tabel 6, jumlah total pekerja yang
mengalami kecelakaan pada periode Maret-April 2022 berjumlah 41 orang,
bedasarkan analisa penyelidikan dilokasi kejadian, kecelakaan kerja yang terjadi
bukan hanya dikarenakan human eror, akan tetapi kesadaran para karyawan untuk
menggunakan alat pelindung diri (APD) masih rendah, ditambahlagi dengan tidak
adanya rambu-rambu tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3), maka dari itu
pentingnya dibuat peraturan serta rambu rambu mengenai K3 agar dapat dipahami
dan diterapkan oleh para karyawan pada saat melaksanakan tugas-tugasnya.
Adanya SOP
Keadaan Tanggap
Darurat
0%
Ada
Tidak Ada
100%
Adanya Audit
0%
Ada
Tidak Ada
100%
secara terus menerus melalui briefing bahkan pelatihan K3, serta melakukan
pembuatan peraturan serta rambu-rambu K3, dengan demikian hal ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan para karyawan mengenai aspek-
aspek K3.
60
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di Workshop Alsintan Unit
Pelayanan Teknis Daerah Balai Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung,
maka penulis dapat mengambil kesimpulan:
1) belum adanya penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja (SMK3) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai
Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung, hal ini dapat dilihat
pada hasil masing-masing dimensi pada sistem manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja yang ditanyakan penulis kepada seluruh karyawan.
Tidak adanya peraturan dan SOP K3 secara tertulis, pemeriksaan
kesehatan, pelatihan K3, SOP keadaan tanggap darurat, dan audit yang
dilakukan pihak perusahaan. Tidak adanya pelakuan beberapa indikator
diatas dapat berpotensi menyebabkan beberapa kecelakaan kerja
dikarenakan karyawan tidak teredukasi secara penuh mengenai aspek K3,
hal ini dikarenakan Pengedukasian dari pihak hanya dilakukan pada saat
briefing dan saat melakukan pekerjaan secara singkat, penyediaan alat
pelindung diri di perusahaan ini sudah melebihi dari jumlah karyawan
akantetapi hal itu belum diimbangi dengan himbauan dari perusahaan
betapa pentingnya menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat
melaksanakan pekerjaan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) di Workshop Alsintan Unit Pelayanan
Teknis Daerah Balai Benih Induk Tanaman Pangan Provinsi Lampung, maka
penulis dapat mengambil saran:
1) sebaiknya pihak perusahaan berkonsultasi kepada pihak terkait untuk
membahas tentang penerapan sistem manajemen keselamatan dan
61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
64