Anda di halaman 1dari 3

TRAGEDI ITAEWON

Kelompok I

• Nico Christian • Keysha Tri Ananda • Syiva Lutfiah


• Dimas Maulana • Alvi Syahri Ramadani • M. Abid Firman

Pada malam tanggal 29 Oktober 2022, sebuah insiden penghimpitan kerumunan terjadi saat
perayaan Festival Hallowen di kawasan Iteawon, Seoul, Korea Selatan. Akibat dari peristiwa
ini, setidaknya terdapat 156 korban jiwa, termasuk aktor Lee Ji-han,dan 172 orang cedera.
Penghimpitan kerumunan ini adalah tragedi paling mematikan di Korea Selatan
sejak tenggelamnya MV Sewol pada tahun 2014, yang menewaskan 306 orang. Peristiwa ini
juga merupakan acara dengan korban jiwa terbesar di Seoul sejak runtuhnya pusat perbelajaan
Sampoong pada tahun 1995, yang menewaskan 502 orang dan melukai 937 orang.
SBS TV Korea Selatan melaporkan pada tanggal 1 bahwa dari pukul 18:00 hingga 22:00 pada
tanggal 29 Oktober, polisi tidak hanya menerima 11 panggilan, tetapi total 79 panggilan.
Meskipun polisi menekankan bahwa 137 petugas polisi dikerahkan di Itaewon pada hari
kejadian, petugas ini tidak datang ke tempat kejadian tepat waktu untuk melindungi
keselamatan masyarakat. hal ini sangat disayangkan dikarenakan sebuah negara maju, yang
terkenal akan disiplin malah muncul tragedi seperti ini, seorang polisi yang seharusnya
menyadari akan tugasnya, kalau saja pada waktu itu pihak polisi tidak lalai mungkin jumlah
korban tidak akan sebanyak ini. Dalam konferensi pers, kepala polisi Yoon Hee-keun
membungkuk di depan wartawan dan meminta maaf atas insiden tersebut. Dia mengatakan dia
merasa "sangat bertanggung jawab" untuk keselamatan publik dan bahwa pengendalian massa
pada malam itu "tidak memadai." Namun apakah permintaan maaf tersebut dapat
menyelesaikan masalah ?
Dilansir dari CNN Indonesia perayaan Halloween pada 29 oktober itu berlangsung tanpa ada
arahan. Sebab, ratusan ribu orang yang menyerbu kawasan Itaewon murni ingin menikmati
suasana dan keramaian di bar-bar dan kelab di kawasan itu. Karena Halloween adalah budaya
Amerika dan ada banyak orang asing yang datang ke Itaewon, sektor bisnis di kawasan itu
mengadakan acara atas kemauan mereka sendiri. Menutup lalu lintas untuk Halloween tidak
pernah dipertimbangkan di masa lalu,sehingga menyebabkan kekacauan yang tak terkontrol.
Seharusnya acara yang sebesar itu, apalagi dengan ratusan ribu pengunjung seharusnya ada
panitia Pengelola, sehingga masalah perizinan, ketertiban, dan pengelolaan dapat berjalan
dengan lancar. Serta kerumunan dan kekacauan yang tak terkontrol dapat di selesaikan oleh
panitia Pengelola jika pada perayaan Halloween di Itaewon mempunyai panitia pengelola
mungkin tragedi ini tidak akan terjadi.
Itaewon terkenal sebagai pusat hiburan di Seoul, di mana banyak bar, restoran, dan kelab
malam berjajar di gang-gang sepanjang 300 meter belakang jalanan utama distrik itu. Gang-
gang itu memang sempit hanya selebar 3,2-4 meter dengan permukaan yang kadang naik dan
turun seperti bukit. Sementara itu, insiden desak-desakan yang berbuntut ratusan orang
meninggal terjadi di salah satu gang Itaewon di sebelah Hotel Hamilton di luar pintu keluar 1
stasiun kereta bawah tanah Itaewon.
Seharusnya acara yang megah dan antusias besar pengunjung yang telah lama tidak merayakan
Festival Halloween ini dapat diselenggarakan ditempat yang lebih luas, bukan digang sempit
Itaewon yang hanya 3,2-4 meter. Karena jika perayaan festival ini dilakukan ditempat luas akan
meminimalisir adanya desakan atau dorongan pengunjung yang berujung kematian.
Menurut berita yang beredar di media sosial, sekumpulan pria diduga menjadi tersangka
Tragedi Itaewon. Melalui pernyataan saksi mata, terdapat sekumpulan pria sekitar 5 hingga 6
orang (termasuk orang asing) menjadi pemicu dorongan-dorongan di gang tersebut. “Seorang
pria dengan bando telinga kelinci menyuruh kami untuk mendorong” dan “aku melihatnya
menyeringai sambil mabuk dan mendorong sekuat tenaga sebelum pergi.” tukas mereka.
Seharusnya polisi harus menyelidiki lebih lanjut atas isu yang beredar walaupun sulit untuk
menyalahkan suatu kelompok atau orang tertentu dalam sebuah perayaan dimana perayaan
tersebut dibuka untuk umum.
Menurut data Seoul Metro Korea Selatan baru mencabut serangkaian pembatasan pandemi
Covid-19 pertengahan tahun ini. Sejak itu, distrik hiburan mulai begeliat lagi termasuk di
Itaewon karena kerumunan sudah mulai diizinkan. Sementara itu, kawasan Itaewon sendiri
sudah lama populer sebagai tempat perayaan Halloween setiap tahunnya. Sejumlah turis dari
negara tetangga termasuk warga Indonesia bahkan rela terbang ke Seoul untuk merayakan
Halloween di Itaewon ketika perayaan tersebut makin populer di kalangan negara Asia. Karena
itu, antusiasme warga terhadap perayaan Halloween kemarin sangat tinggi sehingga jumlah
massa yang mendatangi kawasan itu melebihi biasanya dan di luar ekspektasi.
Walaupun kepala polisi sudah memintah maaf,namun itu belum cukup untuk memuaskan
dahaga publik akan keadilan. Banyak yang merasa sangat malu karena pihak berwenang telah
gagal melindungi anak-anak mudanya. Sebuah ironi bagi negara yang dikenal dengan citra
anak mudanya yang dipopulerkan melalui K-pop di panggung internasional. Aktivis dan
kelompok politik memimpin gelombang kemarahan itu dengan setidaknya tujuh aksi duka dan
protes di seluruh ibu kota. Memang sudah seharusnya publik untuk menuntut keadilan
dikarenakan kejadian yang sangat mengecewakan dari negara gingseng ini tidak akan terjadi
lagi, dan harus menjadi hal yang diingat oleh pihak pemerintah maupun institut kepolisian
untuk lebih sigap lagi dalam bertugas. Dan jangan sampai ada lagi pihak-pihak yang menjadi
korban dari kelalaian oknum yang tak bertanggung jawab.
Atas protes publik tersebut yang meminta seseorang untuk bertanggung jawab. Mantan Kepala
Polisi Yongsan, Lee Im-jae, didakwa lalai sehingga terjadi tragedi Itaewon. Apakah kita benar
hanya menyalahkan kepala polisi?
Tetapi apakah bisa kita menyalahkan satu orang saja?
Seharusnya hal ini tidak bisa di salahkan atau dilimpahkan kepada satu orang saja,karena siapa
yang menyangka kejadian hallowen yang harusnya ajang mencari hiburan,dapat menimbulkan
korban sebanyak ini. Jadi kita tidak bisa hanya menyalahkan pihak kepolisian disini.
Oleh karena itu, tragedi yang sangat mengenaskan ini semoga tidak terjadi lagi, begitu pula
para petugas yang seharusnya dapat bekerja dengan optimal dan lebih memiliki kesadaran akan
kewajibannya. Dan semoga pihak berwajib dapat menyelesaikan permasalahan ini serta
menjadikannya sebagai pelajaran yang berharga.

Anda mungkin juga menyukai