EMAN SULAEMAN
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
Eman Sulaeman
A154120111
3
RINGKASAN
Insektisida klorpirifos merupakan salah satu jenis insektisida yang paling banyak
digunakan oleh petani untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, akan
tetapi penggunaan insektisida yang terus menerus dan tidak sesuai dengan aturan
dapat berakibat terhadap kerusakan lingkungan, penurunan kualitas lahan dan
kesehatan manusia. Perbaikan kerusakan lahan yang tercemar insektisida dapat
dilakukan secara bioremediasi dengan memanfaatkan aktifitas mikroorganisme.
Sampel tanah berasal dari lahan sayuran kubis yang diambil di Kabupaten Bogor,
Cianjur dan Bandung Provinsi Jawa Barat. Isolasi mikrob tanah dilakukan
sebanyak tiga kali. Isolasi pertama dilakukan pengujian pada media Nutrient
Broth (NB) yang diperkaya insektisida klorpirifos 100 ppm. Hasil isolasi tahap
pertama dilakukan pemurnian menggunakan media Nutrient Agar (NA). Isolat
hasil pemurnian dilanjutkan pada isolasi tahap kedua dan diseleksi dengan
menggunakan media NB yang diperkaya insektisida klorpirifos 10 ppm dan
dipilih tiga isolat terbaik. Ketiga isolat tersebut diuji pada media NB dan media
tanah yang sudah diperkaya insektisida klorpirifos 10 ppm untuk uji kemampuan
masing-masing isolat dalam menurunkan insektisida klorpirifos, dengan
pembanding digunakan insektisida diazinon. Hasil penelitian menunjukkan, tanah
Cisarua, Pacet dan Lembang merupakan jenis tanah yang subur, hal ini
ditunjukkan dengan kandungan bahan organik dan populasi mikrob yang cukup
tinggi, akan tetapi pada tanah tersebut teridentifikasi 11 jenis residu insektisida.
Hasil isolasi tahap pertama diperoleh 30 isolat yang mampu menurunkan
konsentrasi klorpirifos sebesar 8.66-50.63 %. Tiga isolat terbaik pada tahap siolasi
kedua yaitu C3NP1, P1NP, P5NP yang mampu menurunkan konsentrasi
insektisida klorpirifos dalam tanah masing-masing sebesar 63.01 %, 66.02 % dan
55.77 % selama 20 hari. Hasil identifikasi molekular melalui 16S rRNA masing-
masing teridentifikasi sebagai C3NP1 (Pseudomonas monteilii), P1NP (Bacillus
cereus), dan P5NP (Pseudomonas sp).
SUMMARY
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya ulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah: dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
6
EMAN SULAEMAN
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Bioteknologi Tanah dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
7
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tesis dengan judul “Eksplorasi Bakteri Pendegradasi
Insektisida Klorpirifos di Lahan Sayuran Kobis Jawa Barat” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih yang setulusnya kepada Bapak Dr. Mohamad Yani, MEng selaku ketua
komisi pembimbing dan Bapak Dr. Asep Nugraha Ardiwinata, MSi selaku
anggota komisi pembimbing atas bimbingannya selama proses penelitian hingga
penulisan tesis ini selesai.
Terima kasih pula penulis sampaikan kepada:
1. Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Dekan Fakultas Pertanian
IPB, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB dan
Ketua Program Studi Bioteknologi Tanah dan Lingkungan Sekolah
Pascasarjana IPB atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk
melanjutkan program Magister Sains (S2) di IPB. Tidak lupa pula staf
pengajar dan pegawai yang ada di lingkup Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor, atas segala ilmu pengetahuan dan bantuan yang telah
diberikan selama penulis menempuh pendidikan di IPB.
2. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang telah memberikan
dukungan dana melalui beasiswa Pendidikan tahun 2012.
3. Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Bapak Dr Ir Prihasto
Setyanto, MSc. Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan yang
diberikan selama penulis menjalankan pendidikan di IPB.
4. Timih istriku tercinta serta anak-anakku Randika Wildan Pratama, Dandi
Himawan, Raysa Arindi Putri Rizkita atas kesabaran, pengertian dan
dorongan semangat.
5. Ayahanda Udjang Subandi (almarhum) dan Ibunda Suhaemi (almarhum)
atas segala asuhan, didikan, kasih sayang, doa restu yang tulus, semoga
ayah dan ibu ditempatkan di tempat yang baik oleh Allah SWT.
6. Penanggungjawab Lab. RBA Bapak Aji M Tohir, SP, Bapak Cahyadi.
Analis Lab. mikrobiologi BB-Biogen Jajang Kosasih, Ibu Siti Aminah.
Terimakasih atas segala bantuannya.
7. Rekan-rekan seperjuangan di Program Pascasarjana Bioteknologi Tanah
dan Lingkungan atas jalinan persahabatan, kerjasama, dan kebersamaan
selama menempuh pendidikan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini
memberikan manfaat dan sumbangan ilmu pengetahuan. Amin ya Rabbal
A’lamin.
Eman Sulaeman
10
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1. Toksisitas dan waktu paruh beberapa insektisida organofosfat 7
2. Karakteristik fisika-kimia klorfirifos 8
3. Karakteristik fisika-kimia diazinon 9
4. Isolat mikroba pendegradasi insektisida organfosfat 11
5. Lokasi pengambilan contoh tanah 15
6. Susunan perlakuan 19
7. Validasi metode analisis residu insektisida pada contoh media mikrob 21
8. Jenis-jenis insektisida yang digunakan 23
9. Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah 25
10. Konsentrasi residu organofosfat 26
11. Populasi dan hasil identifikasi bakteri pada contoh tanah 28
12. Seleksi isolat dalam menurunkan konsentrasi insektisida klorpirifos 29
13. Identifikasi molekuler berbasis sekuen gen 16S rRNA 31
14.Kemampuan mikrob Pseudomonas sp dan Bacillus sp dalam 32
menurunkan insektisida
15. Hasil uji hemolisis 34
16. Kemampuan isolat dalam menurunkan konsentrasi insektisida klorpirifos 35
dan diazinon di media Nutrient Broth (NB)
17. Kemampuan isolat dalam menurunkan konsentrasi insektisida klorpirifos 36
dan diazinon di media tanah
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Alir Kerangka Berfikir 4
2. Rumus umum dan jalur utama degradasi insektisida organofosfat 6
3. Degradasi Klorfirifos oleh Mikroorganisme 12
4. Peta pengambilan contoh tanah 22
5. Amplikasi 16S rRNA genom bakteri dari isolat terseleksi 31
6. Pertumbuhan P monteilli, Bacillus cereus dan Pseudomonas sp 33
7. Kemampuan isolat dalam melisis sel darah merah 34
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kurva standar pertumbuhan isolat 44
2. Hasil analisis sidik ragam 45
1
1 PENDAHULUAN
Latar belakang
Pestisida adalah senyawa kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai pengganggu. Hama tanaman
secara umum, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman
yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda
(bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan
hewan lain yang dianggap merugikan hasil produksi pertanian. Pestisida juga
didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh atau perangsang
tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk
perlindungan tanaman dan merupakan zat atau campuran zat yang digunakan
untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk
hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu (PP RI No.6 tahun 1995).
Pestisida mempunyai peranan yang cukup besar dalam peningkatan
produksi hasil pertanian, oleh sebab itu permintaan pestisida untuk keperluan
pertanian terus meningkat. Jumlah pestisida yang beredar di Indonesia dari tahun
ke tahun semakin meningkat. Tahun 2006-2016 jumlah formulasi pestisida yang
terdaftar sebanyak 1336-3207, dengan demikian terjadi peningkatan sebesar
58.34% (PPI 2006), Direktorat Pupuk dan Pestisida (2016). Jumlah pestisida yang
digunakan di Indonesia pada tahun 1990 sebanyak 445 ton, 1991 sebanyak 757
ton, 1992 sebanyak 306 ton dan tahun 1993 sebanyak 929 ton (FAOSTAT 2014)
Pemakaian pestisida yang terus menerus dan tidak mengikuti aturan, baik
dosis, intensitas penggunaan maupun hama sasaran dapat berakibat buruk
terhadap lingkungan, seperti resistensi dan resurjensi hama dan penyakit,
terganggunya keseimbangan biologis di dalam tanah karena banyak mikrofauna
tanah yang mati, dan penurunan produktifitas lahan pertanian. Penggunaan
pestisida juga dapat berakibat terhadap kesehatan petani dan konsumen melalui
mengkonsumsi produk pertanian yang mangandung residu pestisida. Menurut
WHO setiap setengah juta kasus pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan
kematian. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah terjadinya pencemaran
air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organisme di
biosfer (WHO 2001).
Insektisida organofosfat digunakan di bidang pertanian, rumah tangga,
perkebunan, dan kedokteran hewan. Insektisida organofosfat digunakan untuk
pengendalian hama pada tanaman jagung, kapas, gandum, dan padi. Insektisida
golongan organofosfat merupakan jenis insektisida yang terbesar beredar di pasar
dan banyak digunakan dalam bidang pertanian. Insektisida organofosfat dengan
takaran yang rendah sudah memberikan efek yang memuaskan, selain kerjanya
cepat dan mudah terurai.Keracunan organofosfat dapat terjadi melalui mulut,
inhalasi, dan kulit. Didalam tubuh, organofosfat berikatan dengan enzim
Asetilkolinesterase (AChE) yang mengakibatkan penumpukan asetilkolin pada
syaraf (Achmadi 2008).
Penggunaan insektisida golongan organofosfat sudah dimulai sejak tahun
1930 dan mengalami kenaikan yang begitu pesat sejak dilarangnya insektisida
golongan organoklorin pada tahun 1970-an. Sayuran brokoli yang ditanam di
2
dapat tumbuh pada media kultur yang diberi insektisida klorpirifos dengan
konsentrasi 25-300 mg/L. Konsentrasi insektisida klorpirifos sebesar 100-200
mg/L merupakan konsentrasi optimum, akan tetapi pada konsentrasi lebih dari
200 mg/L, pertumbuhan menurun drastis. Hasil penelitian Kumar (2011),
Pseudomonas sp efektif menurunkan konsentrasi insektisida klorpirifos dalam
media tanah yang telah dicemari insektisida klorpirifos sebesar 20 ppm, 62%
pada 30 hari. Hasil penelitian Rokade dan Mali (2013) menyebutkan
Pseudomonas desmoliticum mampu menurunkan konsentrasi klorpirifos sebesar
98% selama 6 hari pada medium mineral.
Di lahan pertanian yang telah terkontaminasi oleh insektisida, proses
bioremediasi sebenarnya tetap berlangsung oleh mikrob-mikrob indigen yang
mampu hidup dan beradaptasi dengan kontaminan pestisida, akan tetapi proses
degradasi tersebut masih relatif lamban dan memerlukan waktu yang lama dalam
mereklamasi lahan yang tercemar tersebut, untuk itu perlu dicari mikrob-mikrob
unggul dalam mendegradasi insektisida.
Rumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Asam halida/
sulfida oksid
Orto fosfat
organofosfo
Gambar 2 Rumus umum dan jalur utama degradasi insektisida organofosfat
(Sogorb dan Vilanova 2002)
Insektisida organofosfat memiliki toksisitas terhadap mamalia cukup tinggi.
Insektisida organofosfat seperti klorpirifos, paration, metilparation, coumaphos,
monokrotofos, femamiphos telah digunakan secara luas dan berhasil dalam
mengendalikan hama pengganggu tanaman dalam kegiatan pertanian. Keberadaan
7
insektisida organofosfat telah dipelajari secara rinci. Sifat kimia dan fisika
insektisida organofosfat dapat dilihat Tabel. 1
Tabel 1 Toksisitas dan waktu paruh beberapa insektisida organofosfat (Singh dan
Walker 2006)
Nama Tahun LD50 pada Waktu paruh di
Produksi mamalia (mg/Kg) tanah (hari)
Klorpirifos 1965 135-165 10-120
Paration 1947 2-10 30-180
Paration metil 1949 3-30 25-130
Coumafos 1952 14-41 24-1400
Fenamifos 1967 6-10 29-90
Monokrotofos 1965 18-20 40-60
Dikrotofos 1965 15-22 45-60
Diazinon 1953 80-300 11-21
Fenitrotion 1959 1700 12-28
Etroprophos 1966 146-170 3-30
Klorpirifos
Klorpirifos (O, O-dietil O-(3,5,6-trikloro-2-piridil) fosforotioat) adalah
salah satu insektisida yang paling banyak digunakan. Insektisida ini efektif dalam
mengendalikan hama dari tanaman ekonomis penting karena insektisida ini
mempunyai spektrum yang luas. Insektisida ini bekerja secara efektif melalui
kontak, konsumsi dan melalui penguapan, akan tetapi tidak bersifat sistemik.
Kebanyaan insektisida klorpirifos digunakan untuk mengendalikan nyamuk (larva
dan dewasa), lalat, berbagai hama yang ada di tanah dan tanaman, dan hama di
rumah tangga. Insektisida klorpirifos mempunyai kelarutan yang rendah di dalam
air (2 mg/L), tetapi mudah larut dalam sebagian besar pelarut organik, memiliki
co-efisien penyerapan tanah yang tinggi dan penyimpanan pada kondisi normal
relatif stabil (Racke 1993).
Klorpirifos didefinisikan sebagai senyawa yang cukup beracun, memiliki
LD50 oral ; 135-163 mg/Kg untuk tikus dan 500 mg/Kg untuk marmot.
Karakteristik insektisida klorpirifos dapat dilihat pada Tabel 2. Klorpirifos adalah
insektisida golongan organofosfat yang bersifat non sistemik (WHO 2001) yang
bekerja ketika terjadi kontak dengan kulit, termakan (masuk ke lambung), dan
terhirup (masuk ke sistem pernafasan). Penerapan klorpirifos pada bibit dan
tumbuhan dilakukan dengan penyemprotan langsung atau tidak langsung.
Penggunaan utama klorpirifos adalah mengontrol lalat, nyamuk (dalam bentuk
larva dan dewasa), berbagai jenis hama pertanian, hama rumah tangga
(Blattellidae, Muscidae, Isoptera), dan larva dalam air (WHO 2001).
Toksisitas klorpirifos terhadap mamalia secara oral (termakan) akan
berefek akut terhadap tikus dengan LD50= 135-163 mg/Kg, terhadap guinea pigs
dengan LD50= 504 mg/Kg dan terhadap kelinci dengan LD50 = 1000 – 2000
mg/Kg. Kontak pada kulit dan mata akan berefek akut terhadap tikus dengan LD50
> 2000 mg/Kg dan terhadap kelinci dengan LD50= 2000 mg/Kg. Jika terinhalasi
8
akan berefek akut terhadap tikus dengan LD50 (4 – 6 jam) > 0,2 mg/L teratogenik
terhadap tikus dengan konsentrasi paparan 0,03 mg/Kg.hari dan terhadap anjing
0,01 mg/Kg.hari. Insektisida ini tidak diketahui memiliki efek teratogenik
terhadap mamalia yang lain (Extoxnet1996).
Diazinon
Diazinon merupakan jenis insektisida organofosfat yang digunakan untuk
pertanian dan non pertanian (rumah dan taman). Diazinon adalah insektisida non-
sistemik yang diaplikasikan pada buah-buahan, tanaman hortikultura, kentang,
padi, tebu, tembakau dan lain-lain. Sifat fisik dan kimia diazinon disajikan pada
Tabel 3. Diazinon merupakan senyawa organofosfat yang relatif tidak persisten di
dalam tanah. Diazinon yang diaplikasikan akan hilang dari tanah melalui
degradasi secara kimiawi dan biologi. Sekitar 46 % dari diazinon yang
ditambahkan ke tanah akan hilang dalam 2 minggu. Jika diazinon dilepaskan ke
9
dalam tanah, tidak akan terikat secara kuat dengan tanah dan diharapkan akan
menunjukkan mobilitas yang cukup (Tomlin 1997).
Hidrolisis menjadi lebih lambat pada pH > 6, tetapi cukup signifikan di
tanah. Produk utama dari hidrolisis adalah 2-isopropyl-4-methyl-6-hydroxy
pyrimidine. Namun, jika tidak cukup air pada kondisi asam, tetraetil dithio- and
thiopirofosfat diproduksi, keduanya lebih toksik dari diazinon. Biodegradasi
diharapkan menjadi proses utama menghilangnya diazinon dengan waktu paruh <
1.2 dan 5 minggu pada tanah yang tidak steril sedangkan pada tanah yang steril
waktu paruh adalah 6, 6.5, dan 12.5 minggu. Secara keseluruhan, persistensi di
dalam tanah dalam rentang waktu 3-14 minggu. Fotolisis cukup signifikan pada
permukaan tanah, tetapi evaporasi dari permukaan tanah bukan merupakan
transport yang signifikan (Extoxnet 1996)
Residu Klorpirifos
Sungkawa (2008) melaporkan bahwa insektisida golongan organofosfat
merupakan salah satu jenis insektisida yang paling umum digunakan oleh petani
bawang merah di Kabupaten Brebes dengan frekuensi aplikasi 5-30 kali per
musim tanam (± 60 hari). Penggunaan insektisida yang bersifat racun kronis
seperti organofosfat diramalkan menyebabkan perubahan keseimbangan populasi
hayati yang berakibat menurunnya keanekaragaman hayati (biodiversitas)
berbagai ekosistem. Beberapa penelitian tentang residu pestisida pada sayuran
didapatkan residu insektisida golongan organofosfat dengan kandungan
profenofos dan klorpirifos pada bawang merah 0.565–1.167 mg/Kg, cabe merah
0.024–1.713 mg/Kg dan pada kentang 0.125–4.333 mg/Kg. Sedangkan
berdasarkan batas maksimum residu (BMR) untuk pestisida klorpirifos dan
profenofos yaitu sebesar 0.1 mg/Kg (Afriyanto 2008). Hasil analisis residu
pestisida pada kubis menunjukkan bahwa bahan aktif endosulfan dominan
10
ditemukan pada sampel kubis baik yang berasal dari Malang maupun Cianjur,
dengan kandungan residu pestisida tertinggi 7.4 ppb yang dianalisis dari sampel
yang diambil dari petani di Cianjur. Residu lain yang terdeteksi antara lain
pestisida yang mengandung bahan aktif klorpirifos, metidation, malation, dan
karbaril (Munarso et al. 2009)
Penggunaan pestisida terutama jenis organofosfat yang intensif di bidang
pertanian telah meninggalkan residu pestisida pada tanaman dan menjadi masalah
baik terhadap lingkungan maupun manusia. Syahbirin (2001) menjelaskan ada
tiga jenis organofosfat yang sering digunakan dalam sayuran maupun buah-
buahan yaitu diazinon, dimetoat dan klorpirifos.
Degradasi Klorpirifos
Mikrob Pendegradasi
Metode Penelitian
Penelitian terdiri atas 5 bagian, yaitu (i) tahap pengambilan contoh tanah,
analisis sifat fisik kimia tanah, dan Penggunaan Insektisida oleh Petani, (ii)
validasi metode analisis dan identifikasi residu insektisida klorpirifos dan
diazinon, (iii) Eksplorasi bakteri pendegradasi insektisida klorpirifos yang
meliputi : isolasi dan pemurnian bakteri pendegradasi insektisida klorpirifos,
identifikasi bakteri secara molecular, uji hemolysis. (iv) Penurunan insektisida
klorpirifos pada media NB dan media tanah, (v) Analisis data.
15
(i) Pengambilan Contoh Tanah, Analisis Sifat Fisik Kimia Tanah, dan
Penggunaan Insektisida oleh Petani
Contoh tanah diambil dari tiga kecamatan di Jawa Barat, yaitu Cisarua,
Pacet dan Lembang. Setiap kecamatan tersebut diambil empat desa. Setiap lokasi
sampling dilakukan pengambilan sebanyak lima titik sampling. Koordinat
masing-masing titik sampling ditentukan dengan menggunakan alat GPS.
Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan skop tanah, setiap titik
sampling diambil sebanyak ± 500 g. Pengambilan dilakukan di sekitar perakaran
tanaman.Tanah hasil sampling dari tiap-tiap titik tersebut kemudian dikomposit
dan diambil sebanyak 1 Kg yang kemudian ditempatkan dalam kantung plastik
(Saraswati et al. 2007).
Validasi terhadap suatu metode analisa menjadi faktor penting dalam suatu
pengukuran analisis. Metode analisa yang telah dibuktikan validitas hasil
16
Konsentrasi Residu :
Keterangan :
R = Residu (ppm)
Ac = Area Contoh (µV.min)
As = Area Standar (µV.min)
Ks = Konsentrasi Standar (mg/g)
Vc = Volumet Contoh (mL)
Fc = Faktor Pengenceran (mL)
17
Uji Hemolisis
Media blood agar digunakan untuk mengetahui bakteri yang memiliki
kemampuan menghemolisis sel darah merah. Medium dibuat dengan
mencampurkan 40 g blood agar ke dalam 1 liter aquades steril, campuran tersebut
kemudian didihkan sampai larut dan homogen kemudian disteril dengan
menggunakan autoklaf. Setelah itu media didinginkan sampai 45oC dan
ditambahkan darah biri-biri yang sudah defibrinasi. Pengujian dilakukan dengan
cara menotolkan masing-masing isolat pada media blood agar, setelah itu media
diinkubasi selama 24-48 jam. Bakteri yang mampu menghemolisis sel darah
merah ditandai dengan terbentuknya zona bening disekeliling koloni (Jenning et
al. 2000).
konsentrasi insektisida klorpirifos dan diazinon pada 12, 24, 36, 48 dan 60 jam
setelah aplikasi (jsa) (Prescott 2002). Pada media Tanah, tanah yang akan diuji
terlebih dahulu disterilkan dengan autoklaf.Tanah kemudian di cemari dengan
insektisida klorpirifos dan diazinon dengan konsentrasi 5 dan 10 mg/Kg. Isolat
yang digunakan terpilih terlebih terlebih dahulu ditumbuhkan dalam media NB
selama 24 jam. Setelah tumbuh, kemudian diukur Optical Density (OD) dan
populasinya. Isolat lalu dimasukkan dalam media kompos steril sampai didapat
populasi sekitar 107 cfu. Aplikasi dilakukan dengan cara menambahkan kompos
yang telah diperkaya isolat sebanyak 2 g ke dalam 200 g ke dalam media tanah.
Parameter yang diamati adalah penurunan konsentrasi insektisida klorpirifos dan
diazinon pada 10 dan 20 (hari setelah aplikasi (has) (Kumar 2011).
Y ij = µ + τi + €ij
Dimana:
Y ij = Nilai pengamatan pada faktor Isolat taraf ke-i dan ulangan ke-j
µ = Rataan umum
αi = Pengaruh isolat terhadap kandungan residu insektisida pada taraf ke-i
20
Data hasil analisis tanah awal berupa sifat fisik dan kimia tanah
ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel, sedangkan data hasil pengamatan
penurunan insektisida klorpirifos dari pengaruh perlakuan mikrob dilakukan
dengan analisis sidik ragam dan untuk mengetahui perbandingan antar perlakuan
diuji lanjut dengan Duncan Multivariant Range Test (DMRT). Analisis dilakukan
dengan menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1 (1998).
Pola hubungan antar karakter dianalisis dengan korelasi. Tingkat ketelitian dan
kesalahan secara statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada P ≤
0.05 (Wade et al. 1998).
21
Tabel 7 Validasi metode analisis residu insektisida pada contoh media mikrob
Parameter
Insektisida
Limit deteksi (mg/L) Perolehan Kembali (%)
Klorpirifos 0.0205 91.20
Diazinon 0.0175 94.82
Imidakloprid
Betasiflutrin
Karbosulfan
Deltametrin
Klorfenapir
Klorpirifos
Kode 1)
Profenofos
Alfametrin
Kabofuran
Diazinon
lokasi
C1 √ √ √ √ √ √
C2 √ √ √ √ √ √
C3 √ ˅ √ √ √ √
C4 √ ˅ √ √ √ √
P1 √ √ √ √ √ √
P2 √ √ √ √ √
P3 √ √ √ √ √
P4 √ √ √ √ √
P5 √ √ √ √ √
L1 √ √ ˅ √ √
L2 √ √ √ √ √
L3 √ √ √ √ √
L4 √ √ √ √
1)
Keterangan : Tercantum di Tabel 5
mendekati liat berdebu. Nilai pH tanah dalam air 4.7-5.0, maka tanah tersebut
tergolong masam. Kandungan bahan organik C tanah sebesar 2.32-3.22 % dapat
dikatagorikan sedang, dan kandungan bahan organik N sedang yaitu sebesar 0.18-
0.3 %. Nisbah C/N yang diperoleh sebesar 10-14 dapat dikatagorikan sedang.
Tanah Pacet memiliki kandungan pasir sebesar 28-43 %, debu 26-70 % dan liat 2-
34 %, sehingga tanah Pacet mempunyai tekstur lempung liat berdebu Penentuan
tekstrur yang didasarkan pada (Balai Penelitian Tanah 2005). Nilai pH tanah
dalam air 5.0-6.3 dengan nilai tersebut tanah Pacet ini dapat dikatakan agak
masam. Kandungan bahan organik C sebesar 1.86-3.6 % dengan nilai tersebut
termasuk katagori sedang, dan kandungan bahan organik N sebesar 0.17-0.36 %
termasuk sedang, nisbah C/N sedang dengan nilai yang diperoleh sebesar 9-12.
Tanah Lembang memiliki kandungan pasir sebesar 40-46 %, debu 25-28% dan
liat 29-36%, dari data hasil analisis tersebut, tanah Lembang mempunyai tekstur
lempung liat berdebu. Nilai pH tanah dalam air 5.6-6.0 dengan nilai tersebut tanah
Pacet ini dapat dikatakan agak masam. Kandungan bahan organik C sebesar 2.75-
3.20 % dengan nilai tersebut termasuk katagori sedang, dan kandungan bahan
organik N sebesar 0.24-0.30 % termasuk sedang, nisbah C/N sedang dengan nilai
yang diperoleh sebesar 11-12 (Tabel 9).
Kandungan bahan organik dan liat yang cukup tinggi dan pada tanah
Cisarua, Pacet dan Lembang dapat meningkatkan daya serap tanah tersebut
terhasap insektisida yang jatuh ke permukaan tanah pada saat dilakukan
penyemprotan. Dengan meningkatnya daya serap tanah terhadap insektisida
tersebut maka kemungkinan besar insektisida dapat terikat kuat di dalam tanah,
akan tatapi kandungan bahan organik tanah ini tersebut dapat menjadi sumber
makanan bagi mikrob, sehingga pertumbuhan mikrob sangat berlimpah.
Keberadaan mikrob dalam tanah juga sangat berperan dalan laju degradasi
insektisida dalam tanah. Fraksi organik dalam tanah berpotensi menurunkan
26
Hasil analisis residu insektisida pada tanah Cisarua, Pacet dan Lembang
masih menunjukkan adanya kandungan residu insektisida golongan organofosfat
Tabel 10 Konsentrasi residu beberapa insektisida organofosfat pada contoh tanah
1) Konsentrasi residu insektisida organofosfat (mg/Kg)
Kode
lokasi Diazinon Fenitrotion Metidation Malation Klorpirifos Paration Profenofos
C1 0.0329 1.0509 0.0390 0.0082 0.1028 0.0407 0.0316
C2 0.2023 0.4111 0.0200 0.0041 0.0364 < 0.0100 0.0129
C3 0.0884 0.2441 0.1166 0.0141 0.0095 < 0.0100 0.0370
C4 0.0438 1.0418 0.0659 < 0.0085 0.0195 0.1680 0.0421
P1 0.0650 0.3927 0.0911 0.0114 0.0274 < 0.0100 0.0315
P2 0.0489 0.1528 0.1317 < 0.0085 0.0250 0.0492 0.0524
P2 0.0411 0.4714 0.2610 0.0135 < 0.0020 0.3078 < 0.0150
P4 0.0745 0.4665 0.0360 0.0051 0.0107 0.0963 0.0035
P5 0.0262 0.2962 0.0819 0.0370 0.0146 < 0.0100 0.0169
L1 < 0.0180 0.1091 < 0.0175 < 0.0085 < 0.0020 0.0523 < 0.0150
L2 <0.0180 0.5362 < 0.0175 0.0615 < 0.0020 < 0.0100 < 0.0150
L3 0.0199 0.0878 0.0140 <0.0085 < 0.0020 < 0.0100 0.0091
L4 0.0175 1.7326 0.0258 < 0.0085 < 0.0020 < 0.0100 0.0396
1)
Keterangan : Tercantum di Tabel 5
sebanyak tujuh bahan aktif. Bahan aktif insektisida yang terdeteksi diantaranya
diazinon, fenitrotion, metidation, malation, klorpirifos, parathion dan profenofos.
Dari ketiga lokasi tersebut, Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Pacet merupakan
lokasi yang mempunyai jumlah bahan aktif yang lebih banyak yaitu sebanyak 5-7
jenis bahan aktif, sedangkan di Kecamatan Lembang dengan jumlah bahan aktif
yang ditemukan sebanyak 2-4 jenis bahan aktif. Adanya perbedaan jumlah bahan
aktif yang ditemukan di masing-masing lokasi pengambilan contoh dapat
disebabkan oleh penggunaan insektisida yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan oleh kebiasaan petani dalam penggunaan pestisida dalam
mengendalikan hama pada tanaman. Selain itu jenis insektisida yang digunakan
oleh petani di masing-masing lokasi juga berbeda, seperti di Kecamatan Cisarua
27
Tanah Andosol memiliki struktur berongga menjadi tempat bagi akar untuk
tumbuh dengan sangat ideal. Rongga pada tanah memberikan ruang pada akar
untuk bernapas dan berkembang. Pelapukan tanah Andosol dibantu oleh
organisme-organisme yang secara perlahan dapat menghancurkan dan
melapukkan batuan. Di dalam tanah Andosol, terdapat populasi makro fauna
maupun mikro fauna, diantaranya cacing tanah dan mikroorganisme tanah.
(Sukarman dan Dariah 2014). Sifat biologi tanah terutama populasi
mikroorganisme merupakan parameter penting guna menduga produktivitas suatu
lahan karena mikroorganisme tanah merupakan pemecah primer, sehingga perlu
untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah yang didekati dengan pengukuran
respirasi tanah, populasi total bakteri, dan populasi total jamur. Secara umum sifat
biologi tanah berbeda untuk setiap Jenis tanah atau berbeda untuk setiap tipe
penggunaan lahan.
Hasil analisis mikrob pada contoh tanah menunjukkan bahwa, semua contoh
tanah mengandung bakteri Bacillus sp, Pseudomonas sp, Entorbacter sp,
Citobacter sp, Azotobacter sp dan Azospirilum sp. Contoh tanah yang diambil di
dua lokasi Kecamatan Cisarua yaitu desa Cidokom dan Desa Citeko diperoleh
kandungan bakteri dengan tingkat populasi sebesar 6.28-10.40 log CFU/g.
Konsentrasi mikrob pada tanah Kecamatan Pacet di desa Ciloto dan Golendang
28
Tabel 11. Populasi dan hasil identifikasi bakteri pada contoh tanah
1)
Kode Populasi mikrob (Log CFU/g)
lokasi Bacillus sp Pseudomonas sp Enterobacter sp Citrobacter sp Azotobacter sp Azospirilum sp
C1 6.28 8.40 10.40 10.40 8.18 8.40
C2 6.30 8.30 9.20 9.18 8.48 9.30
C3 9.26 8.18 9.28 9.41 8.40 9.40
C4 6.65 8.40 8.54 9.40 9.54 10.30
P1 8.38 9.18 9.00 9.18 10.18 10.40
P2 8.48 8.41 10.18 8.30 9.40 8.30
P2 9.18 9.18 9.54 9.40 8.18 9.18
P4 9.40 9.30 10.18 9.18 8.54 7.40
P5 6.90 8.56 7.57 8.95 9.99 10.30
L1 6.90 8.56 8.57 6.95 8.99 9.30
L2 5.90 9.56 7.57 8.95 7.99 8.30
L3 8.90 8.56 10.57 7.95 8.99 9.30
L4 7.90 8.56 7.57 10.95 7.99 8.30
1)
Keterangan : Tercantum di Tabel 5
Populasi mikrob di semua lokasi masih tinggi, hal ini dapat menggambarkan
tingkat kesuburan tanah masih tinggi, selain itu pemberian pupuk organik pada
budidaya tanaman kubis cukup tinggi yaitu sebanyak 4-8 ton/ha, sehingga mikrob
dapat berkembang dengan baik. Selain itu penggunaan insektisida yang terus
menerus dalam sistem budidaya sayuran di tiga kecamatan tersebut dapat
menyebabkan resistensi mikrob terhadap insektisida semakin tinggi.
Beberapa jenis insektisida dari golongan organofosfat seperti diazinon,
klorpirifos , ethion , parathion , fonofos , gusathion dan malathion rentan terhadap
hidrolisis oleh mikrob Flavobacterium, Pseudomonas sp, dan Arthrobacter,
insektisida resebut menjadi sumber karbon bagi pertumbuhannya (Digrak et al.
1995). Hasil penelitian El. Bestway et al. (2000) menunjukkan bahwa
Pseudomonas panucimobilis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas aeruginosa dan
Pseudomonas pickettii mampu mendegradasi DDT dalam 2 hari dengan RE
(Removal Efficiency) 100%.
M 1 2 3
6000
3000
1500 1500 pb
1000
500
250
Ordo : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies : Pseudomonas monteilii
sebesar 68.87% dalam tanah selama 4 hari. Dalam medium mineral bakteri ini
mampu menurunkan insektisida malation sebesar 95.30% selama 7 hari (Tabel
14).
2.5
1.5
P. monteiili
1 Bacillus cereus
Pseudomonas sp
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (jam)
Uji Hemolisis
Hasil uji kemampuan isolat dalam melisis sel darah merah menunjukkan
bahwa, semua isolat mampu melisis sel darah merah. Kemampuan isolat tersebut
ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening di sekeliling koloni (Gambar 7)
Kemampuan bakteri dalam menghemolisis darah ditunjukkan dengan
terbentuknya zona bening disekeliling koloni (Chamanrokh et al. 2007). Pada
isolat C3NP1 (Pseudomonas monteilii), P1NP (Bacillus cereus), dan P5NP
(Pseudomonas sp) zona yang terbentuk berwarna coklat, dengan demikian jenis
hemolisis tersebut dinamakan alpha (α) hemolysis (Tabel. 15). α hemolysis
penurunan hemoglobin sel darah merah untuk methemoglobin dalam medium
sekitar koloni yang ditunjukkan dengan adanya zona coklat Ni’matuzahro et al.
(1999) memperoleh isolat bakteri Pseudomonas sp. dari kawasan perairan
Surabaya dengan kemampuan tipe beta hemolisis dan Wiwat dan Thiramanas
(2014) menemukan 42 dari 100 Bacillus cereus yang diisolasi dari sedimen.
34
Koloni
Penurunan konsentrasi
Perlakuan/isolat klorpirifos dan diazinon (%)
10 HSA 20 HSA
K50 11.12 d 17.74 b
K51 22.17 abc 63.10 a
K52 29.01 ab 66.02 a
K53 35.52 a 55.77 a
K10 15.92 c 28.15 b
K101 21.45 b 61.63 a
K102 17.70 c 65.10 a
K103 18.73 bc 61.05 a
D50 6.25 e 27.05 b
D51 24.83 abcd 70.28 a
D52 32.09 ab 60.70 a
D53 11.18 de 55.29 a
D10 17.47 bcde 31.33 b
D101 28.20 abc 56.92 a
D102 30.91 ab 58.37 a
D103 29.09 abc 56.41 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjuk tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Pengujian tiga jenis isolat terpilih pada media tanah yang telah di
sterilisasi menunjukkan bahwa, pada 10 hari setelah aplikasi (hsa) semua isolat
dapat menurunkan konsentrasi klorpirifos, semua mikrob mampu menurunkan
konsentrasi insektisida klorpirifos dan perbedaan yang nyata bila dibandingkan
dengan kontrol (K50). Pada 10 hsa penambahan insektisida klorpirifos lebih
tinggi tingkat penurunannya dibandingkan dengan penambahan klorpirifos
sebanyak 10 mg/Kg. Penambahan klorpirifos sebanyak 5 mg/Kg mampu turun
sebesar 22.17-35.52% sedangkan penambahan sebesar 10 mg/Kg tingkat
penurunannya sebesar 17.70-21.45%. Tingkat perbedaan penurunan pada kedua
konsentrasi tersebut dapat disebabkan pemanfaatan insektisida klorpirifos sebagai
sumber karbon belum optimal karena mikrob yang ditambahkan ke dalam tanah
dimungkinkan masih dalam kondisi adaptasi dan masih memanfaatkan sumber
karbon yang ada di dalam tanah. Pada 20 hsa tingkat penurunan klorpirifos oleh
mikrob yang ditambahkan, semakin nyata bila dibandingkan dengan perlakuan
tanpa penambahan mikrob, dan penambahan insektisida klorpirifos yang berbeda
yaiitu 5 dan 10 mg/Kg tidak menunjukkan perbedaan lagi, dengan demikian
mikrob yang ditambahkan ke dalam tanah sudah memanfaatkan sumber karbon
yang ada di dalam insektisida klorpirifos.
Pada 20 hsa semua perlakuan penambahan mikrob menunjukkan
keefektifannya dalam menurunkan insektisida klorpirifos, mikroba Pseudomonas
monteilii pada perlakuan K51 dan K101 mampu menurunkan sebesar 66.10 dan
61.63%, Bacillus cereus mampu menurunkan 66.02 dan 65.10% sedangkan
37
Simpulan
1. Tanah pertanian sayuran kubis di Kecamatan Cisarua, Pacet dan Lembang
terdeteksi 11 jenis insektisida (Diazinon, Deltametrin, Klorfenapir,
Klorpirifos, Profenofos, Tiodikarbamat, Karbofuran, Imidakloprid,
Karbosulfan, Alfametrin dan Betasiflutrin) dan pada tanah tersebut
menunjukkan terdapat berbagai jenis mikrob yang dapat tumbuh di tanah
tercemar insektisida, yaitu : Bacillus sp., Pseudomonas sp., Enterobacter
sp., Citrobacter sp., Azotobacter sp., dan Azospirillum sp.
2. Tanah pertanian sayuran kubis di Kecamatan Cisarua, Pacet dan Lembang
mempunyai tekstur lempung liat berdebu dengan kandungan bahan
organik sedang dan pH masam sampai agak masam
3. Dari hasil isolasi diperoleh 30 jenis mikrob yang dapat menurunkan
konsentrasi klorpirifos, dan terpilih 3 isolat terbaik yaitu C3NP1, P1NP
dan P5NP. Hasil identifikasi molekular melalui 16S rRNA masing-masing
teridentifikasi sebagai Pseudomonas monteilii, Bacillus cereus, dan
Pseudomonas sp. Pseudomonas monteilii mampu mendegradasi
klorpirifos sebesar 63.01%, Bacillus cereus sebesar 66.02% dan
Pseudomonas sp sebesar 55.77%, pada media tanah selama 20 hari.
Saran
6 DAFTAR PUSTAKA
[Balit Tanah] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia
Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah,
Badan Penelitian & Pengembangan Pertanian.
[Extoxnet] Extension Toxicology Network. 1996. Pesticide information profile
[internet]. Tersedia pada extoxnet.orst.edu/chlorpur.htm (diakses 14
Januari 2016)
[FAOSTAT] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2014.
[internet].Tersedia pada http://faostat.fao.org/site/424/default.aspx#ancor
(diakses 14 Juni 2016)
[PP] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1995. Perlindungan Tanaman.
[PPI] Pusat Perijinan dan Investasi Deptan. 2006. Pestisida Terdaftar (Pertanian
dan Kehutanan), Pusat Perijinan dan Investasi, Departemen Pertanian
[WHO] World Health Organization. 2001. Inventory of IPCS and other pesticide
evaluations and summary of toxicological evaluations performed by the
Joint Meeting on Pesticide Residues (JMPR). Evaluations through 2000.,
Geneva. 2001.text at: http://www.who.int/pcs/jmpr/jmpr.htm(diunggah 15
Juli 2014)
[WHO] World Health Organization. 2004. Specifications and Evaluations For
Public Health Pesticides. http://www.w ho.int/whopes/quality(diunggah 04
Juli 2014.
Achmadi U. F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Pres
Adiyoga W, Ameriana M. 2008.Segmentasi Pasar dan Pemetaan Persepsi Atribut
Produk Beberapa Jenis Sayuran Minor (Under-utilized). J. Hort 18(4):466-
476. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang.
Afriyanto. 2008. Kajian keracunan pestisida pada petani penyemprot cabe di Desa
Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.Tesis. Program Pasca
Sarjana. Universitas Diponegoro, Semarang. [online]
http://eprints.undip.ac.id/16405/1/AFRIYANTO.pdf. (diunggah 13
September 2014)
Ameriana M, Basuki RS, Suryaningsih E, Adiyoga W. 2000. Kepedulian
Konsumen Terhadap Sayuran Bebas Residu Pestisida (Kasus pada
Sayuran Tomat dan Kubis). Jurnal Hortikultura. 9 (4): 366-377.
Ameriana. 2006. Perilaku Petani sayuran dalam Menggunakan Pestisida
Kimia.http://digilib. Litbang. Deptan.go.id/repository/index.pph
/repository/download/48/63/445 (diunggah 19 Agustus 2014]
Amilia. E, B. Joy dan Sunardi. 2016. Residu Pestisida pada Tanaman
Hortikultura (Studi Kasus di Desa Cihanjuang Rahayu Kecamatan
Parongpong Kabupaten Bandung Barat). Jurnal Agrikultura. 27 (1): 23-29
Ardiwinata AN, Harsanti ES. 2014. Remediasi of insecticide residues in soil using
activated carbon. Jurnal lingkungan tropis. 8 (2): 169-179.
Aziz MW, H Sabit, W Tawakkal. 2014. Biodegradation of malation by
Pseudomonas sp and Bacillus sp. isolate from polluted site in Egypt.
Americana-Eurasian. Journal Agric & Environ. Sci. 14(19): 855-862
40
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Batas Maksimum Residu Pestisida pada Hasil
Pertanian. SNI 1731: 2008.
Bhagobaty RK dan A.Malik. 2008. Utilization of Chlorpyrifos as a Soources of
Carbon by Bacteria Isolated from Wastewater Irrigated Agricultural Soils
in an Industrial Area of Western Uttar Pradess, India. Research Journal of
Microbiology, 3 (5):293-307.
Chamanrokh P., Assadi MM, Noohi A, Yahyai. 2007, Emulsan Analysis
Produced By Locally Isolated Bacteria and Acinetobacter calcoaceticus
RAG-1, Iran Journal Environtmental Health Scient Engineering 5(2): 101-
108
Chiou CT. 2002. Partition and adsorption of organic contaminants in
environmental system. Canada : A John Willey & Sons publication.
Digrak M, Ozcelik S, Celik S. 1995. Degradation of ethion and methidation by
some microorganisms. [prosiding] 35 th IUPAC Congress. Istanbul. 14:
19-84.
Ditjen Sarana dan Prasarana Pertanian. 2016, Pestisida Pertanian dan Kehutanan,
Pusat Perijinan dan Investasi, Departemen Pertanian.
El. Bestway, E. Mansy, AH Mansee and AH. El Koweidy 2000. Biodegradation
of selected chlorinated pestcides contaminating Lake Maruiut ecosystem.
Pakistan J. Biol. Sci., 3, 1673-1680.
Elomari, Malika, Coroler, Loic, Verhille, Sophie, Izard, Leclerc, Henri,
Pseudomonas monteilii sp. 1997. Isolated from Clinical Specimens. Int J
Syst Bacteriol 1997 47: 846-852.
Granum PE dan Lund T. 1997. Bacillus cereus and its food poisoning toxins
FEMS Microbiology Letters 157 (1997) 223-228.
Ilyas J, Widodo K, Pranata I, Suparno R.1986. Penelitian Residu Pestisida Dalam
Kubis dari Daerah Pacet Kecamatan Cianjur Propinsi Jawa Barat.Dalam
Pemantapan Peranan Penelitian Terhadap Sumberdaya Alam untuk
Mencapai Masyarakat Sehat dan Sejahtera. Padang (ID): Laboratorium
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Jenning EM, Tanner RS. 2000. Biosurfactannt Producing Found in Contaminated
and Uncontaminated Soils. Proceeding of the 2000 conference on
Hazardous Waste Research 299 University of Oklahoma
Karpouzas DG, Walker A. 2000. Factor influencing the ability of Pseudomonas
putida strains epi adn ii to degrade the organophosphate ethoprophos.
Journal of Applied Microbiology. 89:40-48.
Komisi Pestisida. 1997. Metode pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian.
Jakarta (ID): Direktorat Perlindungan Tanaman. p 130-153.
Kumar S. 2011. Bioremediation Of Chlorpyrifos By Bacteria Isolated From The
Cultivated Soils. Journal of Pharma and Bio Science 02 (3):359-366
Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural proteins during the assembly of the
head of bacteriophage T4. Nature 227(5259): 680-685.
Laili N, Imamuddin H. 2011. Isolasi dan karakterisasi bakteri pendegradasi
herbisida diuron dan bromacil dari area perkebunan di Lampung. Journal
of Biological Researches 17: 57-61
Liu Z, Chen X, She Y, Su ZC. 2012. Bacterial Degradation of Chlorpyrifos by
Bacillus cereus. Advanced Materials Research Vols. 356-360 (2012) pp
676-680
41
Snyder LR, Kirkland JJ, Glajch JL. 1997. Practical HPLC Method Development,
2nd, 644-646, 686-702, John Willey & Sons Inc., New York
Sogorb MA, Vilanova E. 2002. Enzymes involved in the detoxification of
organophosphorus, carbamate and pyrethroid insecticides through
hydrolysis. Toxicol Let 128:215–228.
Sukarman, Dariah A. 2014 Tanah Andosol di Indonesia, Karakteristik, Potensi,
Kendala dan Pengelolaannya untuk Pertanian. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan. Bogor. hal 30-35
Sungkawa B. 2008. Hubungan riwayat paparan pestisida dengan kejadian goiter
pada petani hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.Tesis.
Program Pasca Sarjana.
Syahbirin G. 2001. Residu Pestisida pada Tiga Jenis Buah
Impor.http://www.pdfqueen.com (diunggah 16 Juli 2014).
Tjahjadi, Gayatri. 1994. Ingatlah Bahaya Pestisida: Bunga Rampai Residu
Pestisida dan Alternatifnya. PAN Indonesia. Jakarta
Tomlin, CDS 1997. The Pesticide Manual.British Crop Protection Council,
Eleventh Edition 235- 236
Wade HF, AC York, AE Morey, JM Padmore dan KM Rudo. 1998. The impact
of pesticide use on groundwater in North Carolina, J, Environ, Qual, 27:
1018-1026.
Wiwat C, Thiramanas R. 2014. Detection of Hemolysin BL Gene of Bacillus
cereus Isolates. Mahidol University Journal of Pharmaceutical Sciences
2014; 41 (2), 22-30
Vidali M. 2001. Bioremediation. Pure Appl. Cem. 73:1163-1172
Zimdahl RL. 1993. Weed crop Competition. USA: I.P.P.C. Oregon
43
LAMPIRAN
44
1. Isolat C3NP1
40000000
Populasi (CFU/µl)
y = 1E+07x + 1E+06
30000000 R² = 0.927
20000000
10000000
0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000
Oftical density (600 nm)
2. Isolat P1N
400000000
y = 2E+08x - 3E+07
Populasi (CFU/µl)
300000000 R² = 0.9692
200000000
100000000
0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000
Oftical density (600 nm)
3. Isolat P5N1
1E+09
Populasi CFU/l)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tangal 23 Oktober 1971 sebagai
putra dari pasangan Bapak Udjang Subandi dan Ibu Suhaemi. Penulis merupakan
anak pertama dari lima bersaudara. Penulis menikah pada tahun 1996 dengan
Timih dan dikaruniai tiga orang anak yaitu Randika Wildan Pratama, Dandi
Himawan dan Raysa Arindi Putri Rizkita.
Penulis lulus dari Sekolah Menengah Teknologi Pertanian Subang pada
tahun 1991. Pendidikan sarjana ditempuh penulis pada Program Studi Agronomi,
Fakultas Pertanian Universitas Nusa Bangsa (UNB) dan lulus pada tahun 2004.
Penulis adalah staf di Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, pada tahun 2012
penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi strata-2 (S2) di Mayor
Bioteknologi Tanah dan Lingkungan (BTL) Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor (IPB) atas biaya dari Badan Litbang
Pertanian. Bagian tesis ini sedang diajukan ke Jurnal Tanah dan Iklim Balai Besar
Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor dengan judul ”Eksplorasi Bakteri
Pendegradasi Insektisida Klorpirifos di Lahan Sayuran Kubis Jawa Barat”