Anda di halaman 1dari 15

Persentase Karkas dan Analisis Lingkungan Ayam Boiler yang di Beri

Konsentrat BSF (Black Soldier Fly) dengan media Tumbuh Sampah Organik

PROPOSAL PENELITIAN
SITI RAHMAH MAWARNI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS PETERNAKAN
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
Sekertariat : Jln. Agatis Kampus IPB Dramaga Bogor, 16680
Telp/Fax. (0251) 862613; 8628149
Website: http://intp.fapet.ipb.ac.id E-mail: intp@ipb.ac.id

LEMBAR PENGESAHAN

Identitas Mahasiswa dan Pengesahan


Nama Lengkap Siti Rahmah Mawarni
Nomor Induk mahasiswa D24160091
Alamat di Bogor Kp.cangkurawok rt 01 rw 03 desa
Babakan kecamatan Dramaga
kabupaten Bogor,Jawa Barat
Beban studi Semester ini 6 SKS
Beban studi yang telah diambil 122 SKS
Judul penelitian Konsentart pengadukan mandiri(self
mixing) dengan pemanfaatan BSF 10%
(Black Soldier Fly) menggunakan
media tumbuh sampah organik untuk
pakan ayam boiler
Lokasi penelitian Kandang C lab fakulas peternakan
Institut Pertanian Bogor
Lama penelitian 2 Bulan

Bogor, 30 Oktober 2019


Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, Mahasiswa Ybs,

Ir Dwi Margi Suci,MS Dr Ir Idat Galih Permana, M.Sc. Agr Yasmin Firdaus
NIP. 196109051987032001 NIP. 19670506 199103 1 001 NRP. D24160040

Menyetujui,
Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

Dr Sri Suharti, S.Pt, M.Si


NIP. 19741012 200501 2 002
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
PENDAHULUAN....................................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Tujuan...............................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2
BSF (Black Soldier Fly)...................................................................................2
Tepung Maggot.................................................................................................3
Konsentrat......... ...............................................................................................4
Ayam Boiler......................................................................................................5
Sampah Organik................................................................................................5
MATERI DAN METODE.......................................................................................5
Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................5
Materi................................................................................................................5
Ternak dan Kandang..................................................................................5
Pakan Perlakuan.........................................................................................6
Prosedur............................................................................................................7
Persiapan Kandang....................................................................................7
Persiapan Ransum......................................................................................7
Pelaksanaan Pemeliharaan.........................................................................7
Pengambilan Sampel Ayam.......................................................................7
Pengukuran Persentase Karkas..................................................................7
Perhitungan Persentase Organ Dalam.......................................................7
Perhitungan Persentase Bobot Organ dan Panjang Relatif Usus...............7
Rancangan Percobaan dan Analisis Data..........................................................9
Perlakuan....................................................................................................9
Rancangan Percobaan................................................................................9
Analisis Data..............................................................................................9
Peubah yang Diamati.................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
LAMPIRAN...........................................................................................................12
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pengertian Sampah adalah material sisa yang dibuang sebagai hasil dari proses


produksi, baik itu industri maupun rumah tangga. Definisi lain dari sampah adalah sesuatu
yang tidak diinginkan oleh manusia setelah proses/ penggunaannya berakhir. Sampah adalah
sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya
berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan
biologis (karena human waste tidak termasuk di dalamnya) dan umumnya bersifat padat
(Azwar 1990). Adapun material sisa yang dimaksud adalah sesuatu yang berasal dari
manusia, hewan, ataupun dari tumbuhan yang sudah tidak terpakai. Wujud dari sampah
tersebut bisa dalam bentuk padat, cair, ataupun gas.Sampah berdasarkan sifatnya terbagi
menjadi dua bagian yaitu pertama sampah organik dan sampah anorganik.Sampah organik
adalah Sampah Organik (Degradable) yang mana Pengertian sampah organik adalah sampah
yang dapat membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa
makanan, daun kering, sayuran, dan lain-lain. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (2017) menyatakan bahwa jenis sampah organik di Indonesia memiliki
persentase terbesar, yaitu sebesar 60%. Salah satu teknologi dalam mengatasi jenis sampah
tersebut adalah dengan cara pengomposan. Metode ini digunakan karena dilakukan secara
terbuka sehingga dapat mengurangi timbulnya bau yang menyengat, mudah dan murah untuk
dilakukan serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara (Kanwal et
al. 2011). Pengelolaan sampah dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan sampah di
berbagai kota di Indonesia.

Pemanfaatan sampah merupakan solusi untuk mengurangi timbulan sampah dengan


biaya yang minimum dan dapat dikelola oleh sektor formal maupun informal. Sampah saat
ini dipandang sebagai barang sisa dengan nilai ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan
oleh keuntungan yang didapatkan dari pengelolaan sampah organik sangat minim (Diener et
al. 2011). Lalat BSF memiliki habitat asli di Amerika Latin,di Indonesia habitat asli dari
Larva BSF yaitu di daerah Maluku dan juga Papua (Alvarez 2012).Guna mengatasi masalah
tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pemanfaatan sampah organik yang juga memiliki
potensi ekonomi tinggi. Salah satu solusi dari hal ini adalah pemanfaatan larva black soldier
fly (BSF) sebagai pengurai materi organik. BSF telah diteliti dapat mendegradasi sampah
organik dengan memanfaatkan larvanya yang mengekstrak energi dan nutrien dari sampah
sayuran, sisa makanan, bangkai hewan, dan kotoran sebagai bahan makanannya (Popa dan
Green 2012). Selain itu, larva BSF mudah untuk dikembangbiakkan dengan sifatnya yang
resisten terhadap musim, meskipun larva BSF lebih aktif pada kondisi yang hangat, sehingga
cocok untuk iklim Indonesia. Menurut Guerero et al. (2013), larva BSF memiliki
kemampuan dekomposisi yang terbaik dibanding dengan organisme maupun
mikroorganisme lainnya.

Black Soldier Fly (BSF), lalat tentara hitam (Hermetia illucens, Diptera:
Stratiomyidae) adalah salah satu insekta yang mulai banyak dipelajari karakteristiknya dan
kandungan nutriennya. Lalat ini berasal dari Amerika dan selanjutnya tersebar ke wilayah
subtropis dan tropis di dunia (Cickova et al. 2015). Kondisi iklim tropis Indonesia sangat
ideal untuk budidaya BSF. Ditinjau dari segi budidaya, BSF sangat mudah untuk
dikembangkan dalam skala produksi massal dan tidak memerlukan peralatan yang khusus.
Tahap akhir larva (prepupa) dapat bermigrasi sendiri dari media tumbuhnya sehingga
memudahkan untuk dipanen. Selain itu, lalat ini bukan merupakan lalat hama dan tidak
dijumpai pada pemukiman yang padat penduduk sehingga relatif aman jika dilihat dari segi
kesehatan manusia (Li et al. 2011).
Dari berbagai insekta yang dapat dikembangkan sebagai pakan, kandungan protein
larva BSF cukup tinggi, yaitu 40-50% dengan kandungan lemak berkisar 29-32% (Bosch et
al. 2014). Rambet et al. (2016) menyimpulkan bahwa tepung BSF berpotensi sebagai
pengganti tepung ikan hingga 100% untuk campuran pakan ayam pedaging tanpa adanya
efek negatif terhadap kecernaan bahan kering (57,96-60,42%), energi (62,03-64,77%) dan
protein (64,59-75,32%), walaupun hasil yang terbaik diperoleh dari penggantian tepung ikan
hingga 25% atau 11,25% dalam pakan.
Industri peternakan saat ini terus mengalami peningkatan, karena masyarakat mulai
sadar akan pentingnya sumber protein hewani seperti telur, susu dan daging. Salah satu
sumber protein hewani yang cukup digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah daging
ayam. Daging ayam merupakan produk unggas yang mengandung nilai gizi dan daya cerna
tinggi, serta mudah dalam pengolahan. Pada tahun 2012 konsumsi daging ayam di Indonesia
mencapai 3.65 kg perkapita pertahun, meningkat menjadi 3.74 kg perkapita pertahun pada
tahun 2013 dan pada tahun 2014 kosumsi daging ayam mencapai 4.13 kg perkapita pertahun
(BPS 2015).
Konsumsi ini akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Akan
tetapi, adanya kendala pakan yang dapat menghabiskan 70-80% dari total biaya produksi
mengakibatkan produksi daging ayam kurang maksimal sehingga harganya sering
berfluktuatif. Bahan pakan unggas umumnya masih impor, salah satunya bahan pakan
sumber protein seperti tepung ikan, bungkil kedelai, dan meat bone meal (MBM). Tingginya
harga tepung ikan akan berdampak pada penggunaan MBM yang tinggi dan MBM
merupakan produk 100% impor dengan level penggunaan dalam ransum 4-6%. Indonesia
dikenal sebagai negara agraris seharusnya mempunyai potensi besar dalam penyediaan
bahan pakan lokal baik yang berasal dari tanaman maupun hewan sehingga ketersediaan
pakan ternak terjamin dan biaya impor dapat dikurangi. Impor yang terus menerus tentunya
akan mengurangi cadangan devisa negara dan menyebabkan industri nasional rentan
terhadap gejolak kurs, serta jika tidak diatasi akan menjadikan ketergantungan negara kita
terhadap negara lain.
Peternak sering memperoleh kualitas tepung ikan yang tidak menentu akibat diolah
dari berbagai sumber dan ketersediaannya terbatas sehingga mempengaruhi kualitas dan
harga ransum (Rambet et al. 2016). Semakin meningkatnya harga sumber-sumber protein
dan adanya ancaman ketahanan pakan ternak, tekanan lingkungan, pertambahan populasi
manusia serta meningkatnya permintaan protein di pasar menyebabkan harga protein yang
berbasis hewan semakin mahal (FAO 2013). Oleh karena itu, studi pakan yang berkembang
pada saat ini ditujukan untuk mencari sumber protein alternatif dengan memanfaatkan
insekta.
Penggunaan insekta sebagai sumber protein telah banyak didiskusikan oleh para
peneliti di dunia (Wang et al. 2005; Oyegoke et al. 2006; Premalatha et al. 2011). Menurut
Van Huis (2013), protein yang bersumber pada insekta lebih ekonomis, bersifat ramah
lingkungan dan mempunyai peran yang penting secara alamiah. Insekta dilaporkan memiliki
efisiensi konversi pakan yang tinggi dan dapat dipelihara serta diproduksi secara massal.
Disamping itu, budidaya insekta dapat mengurangi limbah organik yang berpotensi
mencemari lingkungan (Li et al. 2011). Faktor lain yang menguntungkan adalah sumber
protein berbasis insekta tidak berkompetisi dengan manusia sehingga sangat sesuai untuk
digunakan sebagai bahan pakan ternak, termasuk unggas dan ikan (Veldkamp et al. 2012).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk pakan bsf sebagai bahan pakan
alternative local dengan teknik self mixing.

TINJAUAN PUSTAKA
Black Soldier Fly
Black Soldier Fly berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya berwarna
transparan (wasp waist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah. Panjang lalat berkisar
antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai delapan hari (Gambar 1). Saat
lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat kemudian mulai
mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak. Lalat dewasa tidak memiliki bagian
mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi
sepanjang hidupnya. Kebutuhan nutrien lalat dewasa tergantung pada kandungan lemak yang
disimpan saat masa pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar et al.
2014). Berdasarkan jenis kelaminnya, lalat betina umumnya memiliki daya tahan hidup yang
lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan (Tomberlin et al. 2009).
Kandungan protein pada larva ini cukup tinggi, yaitu 44,26% dengan kandungan
lemak mencapai 29,65%. Nilai asam amino, asam lemak dan mineral yang terkandung di
dalam larva juga tidak kalah dengan sumber-sumber protein lainnya, sehingga larva BSF
merupakan bahan baku ideal yang dapat digunakan sebagai pakan ternak (Fahmi et al. 2007).
Ditinjau dari umur, larva memiliki persentase komponen nutrisi yang berbeda. Kadar
bahan kering larva BSF cenderung berkorelasi positif dengan meningkatnya umur, yaitu
26,61% pada umur lima hari menjadi 39,97% pada umur 25 hari. Hal yang sama juga terjadi
pada komponen lemak kasar, yaitu sebesar 13,37% pada umur lima hari dan meningkat
menjadi 27,50% pada umur 25 hari. Kondisi ini berbeda dengan komponen protein kasar
yang cenderung turun pada umur yang lebih tua

Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan strain ayam hibrida modern yang berjenis kelamin jantan
dan betina dan dikembangbiakkan oleh perusahaan pembibitan khusus (Gordon dan Charles,
2002). Ciri-ciri ayam broiler mempunyai tekstur kulit dan daging yang lembut serta tulang
dada merupakan tulang rawan yang fleksibel. Untuk mewujudkan kondisi ayam broiler yang
baik maka diperlukan pengetahuan mengenai pembibitan, pakan dan manajemen
(Ensminger, 1992). Banyak strain ayam broiler yang beredar di pasaran yang pada umumnya
perbedaannya terletak pada pertumbuhan ayam, konsumsi pakan, dan konversi pakan (Bell
dan Weaver, 2002). Kebutuhan nutrisi ayam broiler strain Cobb 500 menurut Cobb Vantres
(2008) untuk kebutuhan protein umur 0-10 hari, 11-22 hari, 23-42 hari, dan lebih dari 42 hari
berturut turut adalah 21%, 19%, 18%, dan 17% kg pakan, sedangkan untuk energi metabolis
berturut-turut sebesar 2988, 3083, 3176, dan 3176 kkal/kg pakan. Kebutuhan nutrisi tiap
ayam bergantung pada strain masing-masing (Ensminger, 1992).

Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain
untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk
disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau pakan pelengkap (Hartadi dkk.,
1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung, dedak halus, bungkil kelapa dan tepung
ikan. Kualitas pakan konsentrat komersial buatan pabrik berupa pellet memiliki kandungan
protein yang tinggi (Nisma ,2012).

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Blok C Departemen Ilmu Nutrisi dan


Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari
bulan Desember 2019 hingga Januari 2020.

Materi

Ternak dan Kandang


Ternak yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam broiler sebanyak 100 ekor
yang ditempatkan ke dalam total kandang 10 petak. Satu petak kandang yang digunakan
beralaskan sekam luasan 1 m untuk 10 ekor broiler. Fasilitas di dalam kandang meliputi
2

dinding kawat, lampu berdaya 60 watt sebagai penerang sekaligus pemanas, seng, feeder
tray, galon sesuai dengan kebutuhan dan sekam.

Pakan Perlakuan
Ransum kontrol yang akan digunakan pada pemeliharaan fase doc (day old chicken)
sampai starter (0-21 hari) adalah pakan komersial yang diproduksi oleh PT Charoen
Phokpand. Pakan perlakuan yang akan digunakan pada fase finisher (22-35 hari) adalah
ransum penelitian dengan bahan pakan konsentrat 15 % BSF, jagung, dan dedak padi.

Prosedur Penelitian

Persiapan Kandang
Kandang yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dengan detergen dan air.
Kemudian dilakukan penyemprotan desinfektan dengan tujuan menghambat dan membunuh
pertumbuhan bibit penyakit. Setelah kering, kandang diberi kapur dan diberi lingkar
pembatas yang dipasang di tengah ruangan. Tiap petak kandang memiliki lampu 60 watt,
tempat makan, dan tempat minum. Pemasangan tirai dilakukan di sekeliling kandang.
Persiapan DOC diawali dengan pemasangan koran di dalam lingkar pembatas. Lampu
dinyalakan selama kurang lebih 24 jam sebelum DOC dimasukkan dalam kandang. Air
minum yang telah ditambahkan gula disiapkan terlebih dahulu.

Persiapan Ransum
Bahan pakan jagung dan dedak padi diperoleh dalam bentuk mash (tepung) sehingga
tidak diperlukan pengolahan. Sedangkan, untuk BSF diperoleh dalam bentuk segar, sehingga
diperlukan pengolahan terlebih dahulu menjadi tepung. Bahan BSF dimatikan dengan
dimasukkan ke dalam freezer selama 1 hari, kemudian bahan dikeringkan dengan suhu
ruangan. Selanjutnya ditimbang dan dimasukkan ke dalam oven 60 C selama 1 hari. Setelah
di oven, ditimbang kembali. Kemudian digiling dengan mesin penggiling screen 1 mm. Air
minum yang diberikan yaitu air biasa dengan penambahan vitachick pada fase starter dan air
minum diberikan secara ad libitum. Pemberian jagung, dedak padi, dan tepung BSF
didasarkan pada formulasi persentase ransum yang digunakan yaitu sebagai berikut:
R0 = Ransum komersil PT. Charoen Pokphand
R1 = 40% Konsentrat dengan 10 % BSF + 50% Jagung + 10 % Dedak Padi

Tabel 1. Komposisi pakan konsentrat penelitian pada fase finisher.


Bahan Pakan %
Jagung 17
Bungkil Kedelai 21
Tepung BSF 10
CGM 16
Tepung Ikan 16
Bungkil Kelapa 12
MBM 5
Kapur 1
DCP 1
Premix 1
Total 100
Kandungan Nutrien berdasarkan perhitungan.
Bahan Kering (%) 89.08
Energi Metabolis (kkal kg )
-1
2802
Protein (%) 39.47
Lemak (%) 5.21
Serat Kasar (%) 3.74
Ca 2.70
P avl 0.97
Lys 1.92
Met 0.75

Tabel 2. Komposisi ransum penelitian pada fase finisher.


Bahan Pakan %
Jagung 50
Konsentrat 40
Dedak 10
Total 100
Kandungan Nutrien berdasarkan perhitungan
Bahan Kering (%) 86.1
Energi Metabolis (kkal kg-1) 3051
Protein (%) 20.9
Lemak (%) 5.3
Serat Kasar (%) 3.4
Ca 1.1
P avl 0.5
Lys 0.9
Met 0.1

Pelaksanaan Pemeliharaan
Persiapan DOC diawali dengan pemasangan koran di dalam lingkar pembatas. Lampu
dinyalakan selama kurang lebih 24 jam sebelum DOC dimasukkan dalam kandang. Air
minum yang telah ditambahkan gula disiapkan terlebih dahulu. DOC dikeluarkan dari box
untuk ditimbang per ekor dan dihitung rata-rata bobotnya. Pemeliharaan ayam broiler
dilakukan selama 35 hari. Ayam broiler yang akan digunakan sebanyak 100 ekor,
ditempatkan dalam 10 sekat kandang. Setiap satu sekat diisi dengan 10 ekor ayam. Perlakuan
yang diberikan adalah persentase konsentrat BSF. Setiap 10 ekor diberikan perlakuan yang
berbeda dengan 5 kali ulangan. Pemberian pakan dilakukan sehari 3 kali yaitu pada pagi
pukul 07.00, siang pukul 13.00 dan sore pukul 16.00 WIB. Penimbangan bobot badan dan
perhitungan konsumsi dilakukan setiap satu kali dalam seminggu. Pada pemeliharaan
minggu kedua hingga minggu kelima, koran dan lingkaran pembatas diangkat. Lampu
dimatikan pada siang hari dan dinyalakan pada saat hujan dan malam hari. Tempat pakan
dan air minum diganti dengan tempat pakan dan minum yang digantung. Ayam ditimbang
untuk mengetahui pertambahan bobot badan setiap minggunya. Sisa pakan ditimbang untuk
mengetahui jumlah konsumsi pakan tiap minggunya. Perlakuan pemberian pakan diterapkan
sejak minggu pertama.

Peubah yang diamati


Pengambilan Sampel Ayam
Pengambilan sampel ayam dilakukan pada hari ke 35 pemeliharaan, ayam yang
dipilih sebagai sampel adalah ayam dengan bobot hidup rata-rata per perlakuan. Pada setiap
ulangan masing-masing diambil 1 ekor yang sebelumnya telah dipuasakan selama kurang
lebih 9 jam. Setelah itu dilakukan penimbangan
bobot hidup akhir kemudian dipotong. Pemotongan dilakukan pada bagian leher dengan cara
memotong esofagus, pembuluh darah vena jugularis, trakea dan arteri karotidae. Setelah
dipotong ayam dibiarkan dalam kondisi kepala berada di bawah
selama dua sampai tiga menit yang bertujuan agar darah dapat keluar dengan cepat dan
sempurna. Ayam yang sudah dipotong selanjutnya direndam dalam air hangat selama kurang
lebih 30 detik pada suhu kurang lebih 80oC kemudian dilakukan pencabutan bulu dengan
menggunakan mesin pencabut bulu. Setelah itu, 6 dilakukan pengeluaran dan pemisahan
organ dalam, organ pencernaan, karkas non karkas dan pengeluaran digesta .
Pengukuran Persentase Karkas
Persentase bobot karkas diperoleh dari bobot ayam yang telah disembelih tanpa bulu,
darah, jeroan, kepala dan kaki (g) terhadap bobot hidup (g) dikalikan 100. Persentase bobot
darah diperoleh dengan cara menghitung selisih bobot hidup (g) dan bobot mati ayam broiler
(g) terhadap bobot hidup (g) dikalikan 100. Persentase bobot bulu diperoleh dengan cara
menghitung selisih bobot mati (g) dan bobot setelah pencabutan bulu ayam broiler (g)
dikalikan 100. Selanjutnya dapat dihitung persentase karkas dengan rumus berikut ini:
% Karkas

Restensi Nitrogen dan Energi Metabolime

Retensi nitrogen dan nilai energi metabolis yang diukur dikoreksi dengan nitrogen dan energi
endogenuous. Retensi nitrogen diukur dengan cara menghitung jumlah nitrogen yang
dikonsumsi dikurangi nitrogen ekskreta yang dikoreksi nitrogen endogenous.

[ Retensi Nitrogen (g) = N konsumsi – (N Ekskreta – N Endogenous) ]


Keterangan:
N Konsumsi (g) = hasil kali antara jumlah konsumsi dengan % nitrogen ransum
N ekskreta (g) = hasil kali antara jumlah ekskreta dengan % nitrogen ekskreta
N Endogenous (g) = hasil kali antara jumlah ekskreta dengan % nitrogen ekskreta
endogenous.

Perhitungan energi metabolis kemudian dihitung menurut metode (Sibbald, 1977) sebagai
berikut:
[ EM = { (TPp x BKp x EBp) - {(TKf x BKf x EBf)- {(TFk x EBk)} / (TPp x BKp) ]

Keterangan :
EM = Energi Metabolis (kkal/kg)
TPp = Total Pemberian Pakan
BKp = Bahan Kering Pakan
EBp = Energi Bruto Pakan
TKf = Total Kering Feses
BKf = Bahan Kering Feses
EBf = Energi Bruto Feces
TFk = Total Feses Endogenuous
EBk = Energi Bruto Feces Endogenuous

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Perlakuan

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah R0( Ransum komersil PT. Charoen
Pokphand) ,R1 ( Konsentrat bsf +) ,R2( konsentrat bsf +) R3 ( konsentart bsf +)

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan dalam penelitian ini menggunakan Rancanga Acak


Lengkap (RAL ) 4 x 5. Model matematika dari rancangan ini adalah sebagai
berikut.
Yijk = µ + αi + βj + γk + εijk

Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan baris ke-i, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k
µ = rataan umum
αi = efek baris ke-i
βj = efek kolom ke-j
γk = efek perlakuan ke-k
εijk = error baris ke-i, kolom ke-j, dan perlakuan ke-k

Analisis Data

Data dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA). Jika memberikan


hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji kontras ortogonal (Steel
dan Torrie 1995)

Peubah yang diamati

Pengukuran persentase karkas, perhitungan persentase organ dalam, perhitungan


persentase bobot dan panjang relatif usus( % Karkas ,% Bobot darah ,% Bobot bulu),
perhitungan persentase bobot dan panjang relatif usus,resistensi nitrogen fases dan energi
metabolisme.

Daftar Pustaka

Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Widya: Jakarta (ID).

Cickova H, Newton GL, Lacy RC, Kozanek M. 2015. The use of fly larvae for organic waste
treatment. Waste Management Journal. Vol 35(1): 68-80.

FAO. 2013. Edible insects: Future prospects for food and feed security. Rome (Italy): Food
and Agriculture Organization of the United Nations.

Guerero LA, Maas G, Hogland, W. 2013. Solid Waste Management Challenges For Cities In
Developing Countries- Review. Waste Management Journal. Vol 33(1): 220 – 232.

Kanwal S, Iram S, Khan M, Ahmad I. 2011. Aerobic composting of water lettuce for
preparation of phosphorus enriched organic manure. African Journal of Microbiology
Research.Vol 5(14): 1784-1793.
[KLHK] Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2017. Statistik Lingkungan Hidup
Indonesia (SLHI) 2017. KLHK: Jakarta (ID).

Li Q, Zheng L, Qiu N, Cai H, Tomberlin JK, Yu Z. 2011. Bioconversion of dairy manure by


Black Soldier Fly (Diptera: Stratiomyidae) for biodiesel and sugar production. Waste
Manag. 31:1316-1320.

Liu Q, Tomberlin JK, Brady JA, Sanford MR, Yu Z. 2008. Black Soldier Fly (Diptera:
Stratiomyidae) larvae reduce Escherichia coli in dairy manure. Environ Entomol. 37:1525-
1530.

Popa R, Green T. 2012. Biology and Ecology of the Black Soldier Fly. DipTerra LCC e-
Book: Amsterdam (NL).

Tomberlin JK, Sheppard DC. 2002. Factors influencing mating and oviposition of black
soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) in a colony. J Entomol Sci. Vol 37(4):345-352.

Rambet V, Umboh JF, Tulung YLR, Kowel YHS. 2016. Kecernaan protein dan energi
ransum broiler yang menggunakan tepung maggot (Hermetia illucens) sebagai pengganti
tepung ikan. J Zootek. 36:13-22.

Tomberlin JK, Sheppard DC. 2002. Factors influencing mating and oviposition of black
soldier flies (Diptera: Stratiomyidae) in a colony. J Entomol Sci. Vol 37(4):345-352.

Anda mungkin juga menyukai