Anda di halaman 1dari 49

Peran Komunikasi PERSUASIF terhadap Keberjalanan Fungsi

Bhabinkamtibmas dalam Menjaga Keamanan Masyarakat

Disusun Oleh :

M Ihsan Habibi 15115088

Brainy Martumbur S 15115096

Litany Meliala 15115092

Bagus Danang Suryo Adi 15515040

Dwi Safitri N 15515024

Murtadho 10113074

Mutia Dewi 15115090

Rahma Fauziah Yusri 15715014

Yudhi Kurniawan 10214028

Institut Teknologi Bandung


I. Latar Belakang
Bhabinkamtibmas - Bhabinkamtibmas merupakan singkatan dari Bhayangkara Pembina
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.. Bhabinkamtibmas adalah Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia (POLRI) yang bertugas membina keamanan dan
ketertiban masyarakat (KAMTIBMAS) dan juga merupakan pengemban fungsi
Pemolisian Masyarakat (POLMAS) di Desa / Kelurahan.

Bhabinkamtibmas merupakan perubahan nama dari Babinkamtibmas (Bintara Pembina


Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) 

Sesuai dengan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia,


Nomor :KEP/8/II/2009, tentang perubahan Buku Petunjuk Lapangan Kapolri,
Nomor :BUJUKLAP/17/VII/1997, tentang sebutan Babinkamtibmas (Bintara Pembina
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) menjadi Bhabinkamtibmas (Bhayangkara
Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) yang di emban oleh setiap anggota
Polri dari kepangkatan Brigadir sampai dengan Inspektur.

Fungsi Bhabinkamtibmas
Bhabinkamtibmas mempunyai Fungsi sebagai berikut :

1. Melaksanakan Kunjungan atau Sambang ke Masyarakat.


2. Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk
meningkatkan Kesadaran Hukum (Kadarkum) dan Kamtibmas dengan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)
3. Menyebar luaskan informasi tentang kebijakan pimpinan polri yang berkaitan
dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas)
4. Mendorong pelaksanaan Siskamling dalam pengamanan lingkungan dan
kegiatan masyarakat
5. memberikan pelayanan kepolisian bagi masyarakat yang membutuhkan 
6. menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif
7. berkoordinasi dengan perangkat desa dan pihak terkait lainnya dalam upaya
pembinaan kamtibmas
8. Melaksanakan konsultasi , mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada
masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan sosial

terkait dengan peran Bhabinkamtibmas, maka Bhabinkamtibmas itu harus menjadi,


Teladan dan pelindung bagi masyarakat, mampu lebih dekat dan lebih mendengarkan
segala keluhan dari masyarakat, keluhan apa ? keluhan apa saja.. dan segala hal.
selain daripada itu, Bhabinkamtibmas pun berperan sebagai mata dan telinga Polri,
mengapa demikian ? Ya, karena Bhabinkamtibmas merupakan ujung tombak,
anggotakepolisian negara republik indonesia yang bertugas dan bersentuhan
langsung dengan masyarakat,  

kemudian apakah Bhabinkamtibmas harus dapat menyelesaikan segala


permasalahan ?
Tidak..Tidak wajib. namun Bhabinkamtibmas harus dapat memfasilitasi, memediasi dan
upaya upaya lainnya melalui forum forum yang lebih tepat agar permasalahan tersebut
dapat segera teratasi dan diambil jalan keluarnya.

Bhabinkamtibmas merupakan sosok Polisi yang diidam - idamkan oleh setiap


masyarakat, karena tugasnya yang langsung bersentuhan, berinteraksi dengan
masyarakat, tentunya dengan menjadikan Contoh yang baik serta suri tauladan maka
masyarakatpun akan dekat dan niscaya terciptanya kehidupan masyarakat yang aman,
tentram, adil dan sejahtera. Adapula yang ingin kami bahas kali ini ternyata dengan
tugas tugasnya seperti diatas ternyata bahkan masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui peran dan fungsi dari bhabinkamtibmas bahkan masih banyak masyarakat
yang masih belum tau apa itu bhabinkamtibmas. Sehingga masyarakat bisa dikatakan
belum dapat merasakan peran dan fungsi bhabinkamtibmas dalam menjaga keamanan
masyarakat. Oleh sebab itu kami melaksanakan penelitian apa benar bahwa
bhabinkamtibmas telah menjalankan peran dan fungsi nya dalam keamanan untuk
melindungi dan menjaga ketentraman masyarakat.

II. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas muncul beberapa masalah yang bisa


diidentifikasi seperti berikut :

-Masyarakat belum tahu apa itu bhabinkamtibmas

-Pihak bhabinkamtibmas kurang mensosialisasikan diri kepada masyarakat

-Masyarakat belum merasakan peran dari bhabinkamtibmas\

-Nama panggilan bhabinkamtibmas dianggap warga susah untuk diingat

-Bhabinkamtibmas jumlah personilnya masih sangat kurang

-Belum terealisasi program dari pihak Bhabinkamtibmas


-Kurangnya aksi nyata bhabinkamtibmas

III. Rumusan masalah

 Apakah terjalin komunikasi persuasif antara bhabinkamtibmas dan


masyarakat?

 Mengapa masyarakat tidak mengetahui fungsi bhabinkamtibmas dalam


menjaga keamanan?

 Bagaimana peran komunikasi persuasif agar masyarakat dapat merasakan


fungsi dari bhabikamtibmas?

IV . Tujuan Penelitian

 Mengetahui komunikasi yang terjadi antara masyarakat dan


bhabinkamtibmas

 Mengetahui penyebab masyarakat yang tidak mengetahui fungsi


bhabinkamtibmas dalam menjaga keamanan

 Mengetahui peran komunikasi agar masyarakat dapat merasakan fungsi


dari bhabikamtibmas

V. Manfaat Penelitian

 Masyarakat menjadi tahu apa itu bhabinkamtibmas

 Masyarakat mengetahui fungsi dan peran bhabinkamtibmas dalam


menjaga keamanan

 Menjadi bahan pembelajaran pentingnya komunikasi

VI. Landasan teori

-Teori komunikasi persuasive


Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau
memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator [1].

Pada umumnya sikap-sikap individu/ kelompok yang hendak dipengaruhi ini


terdiri dari tiga komponen:

1. Kognitif - perilaku di mana individu mencapai tingkat "tahu" pada objek


yang diperkenalkan.

2. Afektif - perilaku di mana individu mempunyai kecenderungan untuk suka


atau tidak suka pada objek.

3. Konatif - perilaku yang sudah sampai tahap hingga individu melakukan


sesuatu tindakan terhadap objek.

Kepercayaan / pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat


memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku dan
tindakan mereka terhadap sesuatu. Mengubah pengetahuan seseorang akan
sesuatu dipercaya dapat mengubah perilaku mereka. Walaupun ada kaitan antara
kognitif, afektif, dan konatif - keterkaitan ini tidak selalu berlaku lurus atau
langsung.

Contoh:

"Budi tahu/ percaya (kognitif) bahwa mobil Mercedes-Benz itu mobil yang bagus.


Budi juga senang (afektif) melihat bentuk mobil tersebut saat melenggang di
jalan. Tetapi Budi tidak akan membeli mobil Mercedes-Benz (konatif), karena ia
tidak punya uang."

Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi persuasif agar


berhasil[sunting | sunting sumber]

Banyak faktor menentukan keberhasilan/ ketidak berhasilan suatu pesan yang


bertujuan persuasif. Empat faktor utama adalah
1. Sumber pesan/ komunikator yang mempunyai kredibilitas yang tinggi;
contohnya seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang
disampaikannya.

2. Pesan itu sendiri (apakah masuk akal/ tidak)

3. Pengaruh lingkungan

4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan (apakah pesan tersebut


diulang-ulang)

Namun faktor-faktor ini tidak berjalan secara bertahap, pada banyak kasus faktor-
faktor ini saling tumpang tindih.

Etika komunikasi persuasif[sunting | sunting sumber]

Komunikasi persuasif tidak sama dengan propaganda. Menurut Prof. Richard L.


Johannesen, Profesor Komunikasi dari Northen Illinois University untuk
membatasi agar komunikasi persuasif tidak menjadi propaganda maka ada
seperangkat etika yang harus dipatuhi, yaitu:

1. Memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu isu

2. Memiliki pemahaman lebih dari isu tersebut dibandingkan orang lain.

3. Memiliki pemahaman lebih akan media massa.

4. Mampu mengadaptasi ide-ide baru.

5. Memengaruhi orang lain agar dapat melakukan suatu tindakan.

-Teori efek hawtrone

Kajian Hawthrone adalah serangkaian kajian yang dilakukan pada tahun 1920-


an hingga 1930-an. Kajian ini awalnya bertujuan mempelajari pengaruh berbagai
macam tingkat penerangan lampu terhadap produktivitas kerja. Kajian dilakukan
di Western Electric Company Works di Cicero, Illenois
Uji coba dilaksanakan dengan membagi karyawan ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dikenai
berbagai macam intensitas penerangan sementara kelompok kontrol bekerja di
bawah intensitas penerangan yang tetap. Para peneliti mengharapkan adanya
perbedaan jika intensitas cahaya diubah. Namun, mereka mendapatkan hasil yang
mengejutkan: baik tingkat cahaya itu dinaikan maupun diturunkan, output pekerja
meningkat daripada biasanya. Para peneliti tidak dapat menjelaskan apa yang
mereka saksikan, mereka hanya dapat menyimpulkan bahwa intensitas
penerangan tidak berhubungan langsung dengan produktivitas kelompok dan
"sesuatu yang lain pasti" telah menyebabkan hasil itu.

Pada tahun 1927, Profesor Elton Mayo dari Harvard beserta rekan-rekannya


diundang untuk bergabung dalam kajian ini. Mereka kemudian melanjutkan
penelitian tentang produktivitas kerja dengan cara-cara yang lain, misalnya
dengan mendesain ulang jabatan, mengubah lamanya jam kerja dan hari kerja
alam seminggu, memperkenalkan periode istirahat, dan menyusun rancangan
upah individu dan rancangan upah kelompok. Penelitian ini mengindikasikan
bahwa ternyata insentif-insentif di atas lebih sedikit pengaruhnya terhadap
output pekerja dibandingkan dengan tekanan kelompok, penerimaan kelompok,
serta rasa aman yang menyertainya. Peneliti menyimpulkan bahwa norma-norma
sosial atau standar kelompok merupakan penentu utama perilaku kerja individu.

Temuan

Kalangan akademisi umumnya sepakat bahwa Kajian Hawthrone ini memberi


dampak dramatis terhadap arah keyakinan manajemen terhadap peran perlikau
manusia dalam organisasi.[1] Mayo menyimpulkan bahwa:

 perilaku dan sentimen memiliki kaitan yang sangat erat

 pengaruh kelompok sangat besar dampaknya pada perilaku individu

 standar kelompok menentukan hasil kerja masing-masing karyawan

 uang tidak begitu menjadi faktor penentu output bila dibandingkan dengan


standar kelompok, sentimen kelompok, dan rasa aman.
Kesimpulan-kesimpulan itu berakibat pada penekanan baru terhadap faktor
perilaku manusia sebagai penentu berfungsi atau tidaknya organisasi, dan
pencapaian sasaran organisasi tersebut.

-Teori Informasi

Informasi adalah pesan (ucapan atau ekspresi) atau kumpulan pesan yang terdiri
dari order sekuens dari simbol, atau makna yang dapat ditafsirkan dari pesan atau
kumpulan pesan. Informasi dapat direkam atau ditransmisikan. Hal ini dapat
dicatat sebagai tanda-tanda, atau sebagai sinyal berdasarkan gelombang.
Informasi adalah jenis acara yang mempengaruhi suatu negara dari sistem
dinamis. Para konsep memiliki banyak arti lain dalam konteks yang berbeda.
[1]
 Informasi bisa di katakan sebagai pengetahuan yang didapatkan dari
pembelajaran, pengalaman, atau instruksi [2]. Namun, istilah ini memiliki banyak
arti bergantung pada konteksnya, dan secara umum berhubungan erat dengan
konsep
seperti arti, pengetahuan, negentropy, Persepsi, Stimulus, komunikasi, kebenaran
, representasi, dan rangsangan mental.

Dalam beberapa hal pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa tertentu atau


situasi yang telah dikumpulkan atau diterima melalui proses komunikasi,
pengumpulan intelejen, ataupun didapatkan dari berita juga dinamakan
informasi. Informasi yang berupa koleksi data dan fakta seringkali dinamakan
informasi statistik. Dalam bidang ilmu komputer, informasi adalah data yang
disimpan, diproses, atau ditransmisikan. Penelitian ini memfokuskan pada definisi
informasi sebagai pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman,
atau instruksi dan alirannya.

Informasi adalah data yang telah diberi makna melalui konteks. Sebagai contoh,


dokumen berbentuk spreadsheet (semisal dari Microsoft Excel) seringkali
digunakan untuk membuat informasi dari data yang ada di dalamnya. Laporan
laba rugi dan neraca merupakan bentuk informasi, sementara angka-angka di
dalamnya merupakan data yang telah diberi konteks sehingga menjadi punya
makna dan manfaat.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Kata informasi berasal dari kata Perancis kuno informacion (tahun 1387) yang


diambil dari bahasa Latin informationem yang berarti “garis besar, konsep, ide”.
Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam
“pengetahuan yang dikomunikasikan” [3].

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas


seseorang. Menurut Notoatmodjo (2008) bahwa semakin banyak informasi dapat
memengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan
menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimilikinya.

Para Yunani kuno kata untuk form adalah μορφή (morphe; cf. morph) dan


juga εἶδος (eidos) "ide, bentuk, set", kata yang terakhir ini biasa digunakan dalam
pengertian teknis filosofis oleh Plato (dan kemudian Aristoteles) untuk
menunjukkan identitas yang ideal atau esensi dari sesuatu (lihat Teori bentuk).
"Eidos" juga dapat dikaitkan dengan pikiran,proposisi atau bahkan konsep.

Istilah informasi[sunting | sunting sumber]

Banyak orang menggunakan istilah "era informasi", "masyarakat informasi,"


dan teknologi informasi, dalam bidang ilmu informasi dan ilmu komputer yang
sering disorot, namun kata "informasi" sering dipakai tanpa pertimbangan yang
cermat mengenai berbagai arti yang dimilikinya.

Sebagai masukan sensorik[sunting | sunting sumber]

Seringkali informasi dipandang sebagai jenis input ke


sebuah organisme atau sistem. Beberapa masukan penting untuk fungsi
organisme (misalnya, makanan) atau sistem (energi) dengan sendirinya. Dalam
bukunyaSensory Ecology, Dusenbery menyebutkan itu kausal input . input lainnya
(informasi) yang penting hanya karena mereka berhubungan dengan kausal input
dan dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya masukan kausal di lain waktu
(atau mungkin tempat lain).

Beberapa informasi adalah penting karena asosiasi dengan informasi lain harus
ada koneksi ke kausal input. Dalam praktiknya, informasi biasanya dilakukan oleh
rangsangan yang lemah yang harus dideteksi oleh sistem sensorik yang khusus
dan diperkuat oleh input energi sebelum mereka dapat berfungsi untuk
organisme atau sistem. Misalnya, cahaya sering merupakan masukan kausal ke
tanaman, tetapi memberikan informasi kepada hewan. Berwarna terang
tercermin dari bunga terlalu lemah untuk melakukan banyak
pekerjaan fotosintesis, tetapi sistem visual dari lebah mendeteksi dan sistem saraf
lebah menggunakan informasi untuk memandu lebah kepada bunga, di mana
lebah untuk menemukan nectar atau pollen, yang merupakan masukan kausal,
melayani fungsi nutrisi.

Sebagai representasi dan kompleksitas[sunting | sunting sumber]

Ilmu Kognitif dan terapkan matematika Ronaldo Vigo berpendapat bahwa


informasi adalah sebuah konsep relatif yang melibatkan setidaknya dua entitas
yang terkait dalam rangka masuk akal. Ini adalah: setiap kategori didefinisikan
dimensi-objek S, dan setiap tindakan R. R, pada dasarnya, adalah representasi dari
S, atau, dengan kata lain, membawa atau menyampaikan representasional (dan
karenanya, konseptual) informasi tentang S. Vigo kemudian mendefinisikan
jumlah informasi yang disampaikan R tentang S sebagai tingkat perubahan dalam
kompleksitas dari S setiap kali objek dalam R dihapus dari S. bawah "informasi
Vigo", pola, invarian, kompleksitas, representasi, dan lima-informasi dasar ilmu
universal yang bersatu di bawah kerangka matematis baru.[4] dengan kata lain,
kerangka kerja ini bertujuan untuk mengatasi keterbatasan informasiShannon-
Weaver ketika mencoba untuk mengkarakterisasi dan mengukur subjektif
informasi.

-Teori Keamanan

Keamanan adalah keadaan bebas dari bahaya. Istilah ini bisa digunakan dengan
hubungan kepada kejahatan, segala bentuk kecelakaan, dan lain-lain. Keamanan
merupakan topik yang luas termasuk keamananan nasional terhadap serangan
teroris, keamanan komputer terhadap hacker atau cracker, keamanan rumah
terhadap maling dan penyelusup lainnya, keamanan finansial terhadap
kehancuran ekonomi dan banyak situasi berhubungan lainnya.

Keamanan berarti pembebasan dari kegelisahan atau situasi damai tanpa resiko
atau ancaman. Keamanan memiliki berbagai makna termasuk untuk merasa aman
dan dilindungi, digunakan untuk menggunakan situasi tanpa resiko.

-Teori peran

Teori peran adalah sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi


sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-
kategori yang ditetapkan secara sosial (misalnya ibu, manajer, guru). Setiap peran
sosial adalah serangkaian hak, kewajiban, harapan, norma, dan perilaku
seseorang yang harus dihadapi dan dipenuhi. Model ini didasarkan pada
pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan,
dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi
sosial dan faktor-faktor lain. Teater adalah metafora yang sering digunakan untuk
mendeskripsikan teori peran.

Meski kata 'peran' sudah ada di berbagai bahasa Eropa selama beberapa abad,
sebagai suatu konsep sosiologis, istilah ini baru muncul sekitar tahun 1920-an dan
1930-an. Istilah ini semakin menonjol dalam kajian sosiologi melalui karya teoretis
Mead, Moreno, dan Linton. Dua konsep Mead, yaitu pikiran dan diri sendiri,
adalah pendahulu teori peran.[1]

Tergantung sudut pandang umum terhadap tradisi teoretis, ada serangkaian


"jenis" dalam teori peran. Teori ini menempatkan persoalan-persoalan berikut
mengenai perilaku sosial:

1. Pembagian buruh dalam masyarakat membentuk interaksi di


antara posisi khusus heterogen yang disebut peran;
2. Peran sosial mencakup bentuk perilaku "wajar" dan "diizinkan", dibantu
oleh norma sosial, yang umum diketahui dan karena itu mampu
menentukan harapan;

3. Peran ditempati oleh individu yang disebut "aktor";

4. Ketika individu menyetujui sebuah peran sosial (yaitu ketika mereka


menganggap peran tersebut "sah" dan "konstruktif"), mereka akan
memikul beban untuk menghukum siapapun yang melanggar norma-norma
peran;

5. Kondisi yang berubah dapat mengakibatkan suatu peran sosial dianggap


kedaluwarsa atau tidak sah, yang dalam hal ini tekanan sosial
berkemungkinan untuk memimpin perubahan peran;

6. Antisipasi hadiah dan hukuman, serta kepuasan bertindak dengan cara


prososial, menjadi sebab para agen patuh terhadap persyaratan peran.

Dalam hal perbedaan dalam teori peran, di satu sisi ada sudut pandang yang lebih
fungsional, yang dapat dibedakan dengan pendekatan tingkat lebih mikro berupa
tradisiinteraksionis simbolis. Jenis teori peran ini menyatakan bagaimana dampak
tindakan individu yang saling terkait terhadap masyarakat, serta bagaimana suatu
sudut pandang teori peran dapat diuji secara empiris.

Kunci pemahaman teori ini adalah bahwa konflik peran terjadi ketika seseorang


diharapkan melakukan beberapa peran sekaligus yang membawa pertentangan
harapan.

-Teori kegunaan dan kepuasan

Teori penggunaan dan kepuasaan atau uses and gratifications theory disebut
sebagai salah satu teori yang paling populer dalam studi komunikasi massa. Teori
ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audien
mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara
berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang
berbeda diantara individu audien. Teori ini memfokuskan perhatian pada audien
sebagai konsumen media massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori
ini menilai bahwa audien dalam menggunakan media berorientasi pada tujuan,
bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audien dinilai mengetahui kebutuhan mereka
dan mengetahui serta bertanggung jawab terhadap pilihan media.

Cikal bakal teori penggunaan dan kepuasan dimulai pada tahun 1940-an. Ketika
sejumlah peneliti mencoba mencari tahu motif yang melatarbelakangi audien
mendengarkan radio dan membaca surat kabar. Mereka meneliti siaran radio dan
mencari tahu mengapa orang tertarik terhadap program yang disiarkan, seperti
kuis dan serial drama radio. Mencari tahu kepuasan apa yang diperoleh atau apa
motif orang membaca surat kabar.

Menurut Herta Herzog (1944) dipandang sebagai orang pertama yang mengawali
riset penggunaan dan kepuasan ini. Ia mengelompokkan berbagai alasan
mengapa orang memilih mengonsumsi surat kabar daripada radio dan
mempelajari peran keinginan dan kebutuhan audien terhadap pilihan media. Ia
menemukan adanya tiga jenis atau tipe pemuasan, yaitu:

1. Sebagian orang menyukai sinetron karena berfungsi sebagai sarana pelepasan


emosi dengan cara melihat dan mendengar masalah orang lain melalui TV.
2. Audien dapat berangan-angan (wishful thinking) terhadap sesuatu yang tidak
mungkin mereka raih, mereka sudah cukup memperoleh kepuasan hanya dengan
melihat pengalaman orang lain di layar kaca;
3. Sebagian orang merasa mereka dapat belajar dari program sinetron karena jika
seseorang menonton program tersebut dan sesuatu terjadi dalam hidupnya,
maka ia sudah tahu apa yang harus dilakukan berdasarkan ‘pelajaran’ yang
diperoleh dari sinetron yang bersangkutan.

Untuk memahami mengapa individu menggunakan media, kita dapat


menggunakan yang dikemukakan Harold D Lasswell (1948). Ia mengemukakan
tiga fungsi utama media terhadap masyarakat.
1. Media berfungsi untuk memberitahu audien mengenai apa yang terjadi di
sekitar mereka (surveying the environment).
2. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi,
maka audien dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat
(correlation of environmental parts).
3. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada
generasi audien selanjutnya (transmit social norms and customs).

Para ahli komunikasi telah mengembangkan emapat model teori untuk


menjelaskan bagaimana individu menggunakan atau mengonsumsi media dan
efek yang ditimbulkannya. Model teori ini menjadi fokus dari riset penggunaan
dan kepuasan media yang mencakup: (a) model transaksional (McLeod &Becker,
1974); (b) model pencarian kepuasan dan aktivitas audien (A.Rubin & Perse,
1987); (c) model nilai harapan (Palmgreen & Rayburn, 1982); dan (d) model
penggunaan dan ketergantungan (A. Rubin & Windahl, 1986).

Daftar Pustaka : “Teori Komunikasi Massa”.

VII. Model Komunikasi

• Komunikator : Bhabinkamtibmas

• Pesan :Tugas dan fungsi bhabinkamtibmas

• Media :verbal, media cetak

• Komunikan : Masyarakat daerah sangkuriang

• Efek (Kognitif, Afektif, Behaviour)

VIII. Metode Penelitian

Metode penelitian kali ini menggunakan data kualitatif atau melalui wawancarai
langsung bhabinkamtibmas di sangkuriang dan beberapa warga di daerah
sangkuriang.

IX. Hasil Penelitian

1.Rumusan masalah 1
Komunikasi antar bhabinkamtibmas dengan masyarakat terjalin, namun
bhabinkamtibmas lebih fokus atau lebih sering berkomunikasi kepada perangkat
perangkat daerah Sangkuriang, seperti ketua RW dan hansip sekitar.

Oleh karena itu masyarakat-masyarakat biasa (warga sekitar) masih banyak yang
belum tau apa itu bhabinkamtibmas dan fungsi peran dari bhabinkamtibmas.

Bhabinkamtibmas biasanya menyampaikan informasi-informasi pembinaan dan


penyuluhan keamanan melalui musyawarah dengan perangkat-perangkat daerah
Sangkuriang, yang mana kemudian perangkat-perangkat tersebut
mensosialisasikan kepada warga sekitar. Bhabinkamtibmas juga mengadakan
kegiatan “jumat keliling” ke tiap tiap kelurahan yaitu mensosialisasikan informasi
atau himbauan kepada masyarakat sebelum khotib naik ke mimbar.

2.Rumusan Masalah 2

Mengapa masyarakat tidak mengetahui fungsi bhabinkamtibmas dalam


menjaga keamanan?

Masyarakat tidak mengetahui fungsi bhabinkamtibmas pertama karena nyatanya


di lapangan Bhabinkamtibmas masih kurang dan sangat jarang dalam
melaksanakan program kerjanya seperti program door to door(mendatangi
rumah warga) yang seharusnya dilakukan rutin dan lebih merangkul masyarakat
tetapi nyatanya bhabinkamtibmas tidak mendatangi setiap rumah rumah warga
yang mana informasi lebih sering disampaikan hanya melalui perangkat perangkat
kelurahan jadi perangkat-perangkat masyarakat yang lebih tau bhabinkamtibmas
tetapi masyarakat biasa tidak tahu dan merasakan kinerja bhabinkamtibmas.
Kedua, dalam keseharian masyarakat juga jarang melihat langsung para
bhabinkamtibmas turun ke lapangan bahkan banyak maysrakat yang tidak tahu
namanya.

3.Rumusan Masalah 3

Bagaimana peran komunikasi agar masyarakat dapat merasakan keamanan dari


bhabinkamtibmas?
Agar masyrarakat dapat merasakan keamanan dari bhabinkamtibmas harus nya
bhabinkamtibmas meningkatkan frekuensi berkomunikasi kepada seluruh
masyarakat tidak hanya ke perangkat-perangkat seperti dalam bentuk sosialisasi
dan penyuluhan tentang pencegahan terjadinya peristiwa yang mengganggu
keamanan dan kenyamanan.

X. analisis

1.rumusan masalah 1

Rumusan Masalah 1

Apakah terjalin komunikasi antara Bhabinkamtibmas dengan masyarakat?

Rumusan masalah pertama ini kami analisis berdasarkan dua landasan teori yaitu
teori komunikasi (Chragan dan Shields) dan efek hawthorne.

 Teori Komunikasi ( Chragan dan Shields)

Teori komunikasi adalah hubungan diantara konsep teoritikal yang membantu


memberi secara keseluruhan ataupun sebagian keterangan, penjelasan,
penerangan, penilaian, ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan orang
berkomunikasi untuk jangka waktu tertentu melalui media.

 Efek Hawthorne

Menyatakan bahwa perhatian terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap


dan perilaku mereka.Moral dan produktivitas dapat meningkat apabila manusia
mempunyai kesempatan untuk berinteraksi satu dan lainnya

Dalam rangka mengetahui jawaban dari rumusan masalah pertama ini, kami
melakukan wawancara langsung terhadap bhabinkamtibmas dan beberapa
masyarakat di daerah Sangkuriang Bandung. Adapun jumlah Bhabinkamtibmas
dan warga yang kami wawancarai yaitu 2 orang pihak Bhabinkamtibmas dan 10
orang warga daerah Sangkuriang. Pertanyaan yang kami ajukan kepada pihak
Bhabinkamtibmas dan warga daerah Sangkuriang bersumber dari variabel yang
terdapat dalam teori-teori yang sesuai dengan rumusan masalah yang kami ambil
yaitu mengenai apakah terjalin komunikasi antara Bhabinkamtibmas dan
masyarakat daerah Sangkuriang. Teori yang kami pakai ada dua yaitu teori
komunikasi sebagai salah satu grand theory yang kami gunakan dan efek
hawthorne.

Berdasarkan teori pertama yaitu teori komunikasi yang menyatakan bahwa “Teori
komunikasi adalah hubungan diantara konsep teoritikal yang membantu memberi
secara keseluruhan ataupun sebagian keterangan, penjelasan, penerangan,
penilaian, ataupun ramalan tindakan manusia berdasarkan orang berkomunikasi
untuk jangka waktu tertentu melalui media” kami membuat beberapa pertanyaan
yang kami ajukan kepada Bhabinkamtibmas sendiri dan juga masyarakat
diantaranya adalah:

Kepada Bhabinkamtibmas :

1. Penjelasan/informasi apa saja yang anda sampaikan kepada


masyarakat untuk memperkenalkan Bhabinkamtibmas?

2. Kapan saja anda melakukan sosialisasi rutin kepada masyarakat


untuk memperkenalkan Bhabinkamtibmas?

3. Media apa saja yang anda gunakan untuk memperkenalkan


Bhabinkamtibmas kepada masyarakat?

4. Bagaimana penilaian anda sendiri terhadap kinerja yang sudah anda


lakukan?

5. Bagaimana penilaian anda sendiri terhadap kinerja yang sudah anda


lakukan?

6. Berapa lama jangka waktu yang anda lakukan dalam bersosialisasi?

Kepada masyarakat (warga daerah Sangkuriang) :

1. Penjelasan apa saja yang anda peroleh dari Bhabinkamtibmas?


2. Kapan saja Bhabinkamtibmas mensosialisasikan dirinya kepada anda?

3. Media apa saja yang Bhabinkamtibmas gunakan untuk


mensosialisasikan diri kepada anda?

4. Berapa lama jangka waktu yang biasanya dilakukan


Bhabinkamtibmas dalam memberikan penyuluhan?

5. Bagaimana penilain anda terhadap kinerja Bhabinkamtibas?

Berdasarkan teori kedua yaitu efek hawthorne yang menyatakan bahwa perhatian
terhadap orang-orang boleh jadi mengubah sikap dan perilaku mereka.Moral dan
produktivitas dapat meningkat apabila manusia mempunyai kesempatan untuk
berinteraksi satu dan lainnya. Dari teori ini kami membuat beberapa pertanyaan
yang kami ajukan kepada Bhabinkamtibmas sendiri dan juga masyarakat
diantaranya adalah:

Kepada Bhabinkamtibmas:

1. Bagaimana perilaku masyarakat kepada anda?

2. Bagaimana langkah anda dalam meningkatkan kinerja


Bhabinkamtibmas?

Kepada Masyarakat :

1. Bagaimana perilaku Bhabinkamtibmas kepada masyarakat?

2. Bagaimana saran anda untuk meningkatkan kinerja


Bhabinkamtibmas?

Hasil Penelitian Rumusan Masalah 1


Melalui penelitian yang dilakukan melalui wawancara langsung didapatkan hasil
yang sedikit berbeda antara pihak Bhabinkamtibmas dan masyarakat. Dari 2
Bhabinkamtibmas yang kami wawancarai hasilnya cukup sama, mereka
mengungkapkan bahwa Bhabinkamtibmas sudah melaksanakan tugasnya dan
bersosialisasi dengan masyarakat daerah Sangkuriang. Sedangkan dari 10
masyarakat yang menjadi narasumber kami, hanya dua orang yang mengetahui
apa itu Bhabinkamtibmas, sedangkan 8 orang lainnya tidak tahu. Adapun jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan kami ialah seperti berikut :

 Pertanyaan berdasarkan teori pertama (teori komunikasi)

 Jawaban dari pihak Bhabinkamtibmas

1. Penjelasan/informasi apa saja yang anda sampaikan kepada


masyarakat untuk memperkenalkan Bhabinkamtibmas?

= Mendatangi para warga untuk menyampaikan informasi dan himabauan lalu


memasang sticker dan spanduk bertanda Bhabinkamtibmas

2. Kapan saja anda melakukan sosialisasi rutin kepada


masyarakat untuk memperkenalkan Bhabinkamtibmas?

= Tidak rutin tetapi bila ada kesempatan Bhabinkamtibmas menyampaikan


informasi seperti saat hari jumat sebelum khotib naik ke mimbar, saat ada
kumpul-kumpul warga dan mendatangi beberapa perangkat masyarakat seperti
ketua RT/RW dan hansip sekitar.

3. Media apa saja yang anda gunakan untuk memperkenalkan


Bhabinkamtibmas kepada masyarakat?
= Sticker dan spanduk di tempat-tempat strategis sebagai bukti kerja
Bhabinkamtibmas

4. Apa saja upaya anda untuk memberi penerangan kepada


masyarakat tentang apa itu Bhabinkamtibmas?

= Melaksanakan program Bhabinkamtibmas yaitu door to door (mendatangi


masyarakat secara langsung dari rumah ke rumah untuk memberikan pembinaan
dan penyuluhan di setiap ada kesempatan) dan jumat keliling (Penyampaian
himbauan sekitar 3 menit sebelum khotib menaiki mimbar)

5. Bagaimana penilaian anda sendiri terhadap kinerja yang sudah


anda lakukan?

= Kami sudah melakukan kinerja sesuai dengan yang biasa kami lakukan, kami
juga sudah memberikan sosialisasi kepada warga dan berinteraksi secara
langsung.

6. Berapa lama jangka waktu yang anda lakukan dalam


bersosialisasi?

= Saat kegiatan Jumat keliling sosialisasi yang kami lakukan sebelum khotib naik
ke mimbar hanya sekitar 3 menit sampai 5 menit, namun untuk berosialisasi
langsung dapat berlangsung cukup lama.

 Jawaban dari masyarakat yang mengetahui Bhabinkamtibmas

1. Penjelasan apa saja yang anda peroleh dari Bhabinkamtibmas?

= Penjelasan mengenai keamanan dan ketertiban


2. Kapan saja Bhabinkamtibmas mensosialisasikan dirinya kepada
anda?

= Terkadang pada hari jumat saat kegiatan “jumat keliling” yang dilakukan pihak
Bahbinkamtibmas dengan memberikan penyuluhan pada saat sebelum shalat
Jumat sekitar 3 menit sampai khotib naik ke mimbar.

3. Media apa saja yang Bhabinkamtibmas gunakan untuk


mensosialisasikan diri kepada anda?

= Melalui komunikasi langsung ke beberapa warga, tapi lebih sering ke perangkat


warga seperti ketua RT/RW dan juga hansip atau warga yang aktif dan dekat
dengan Bhabinkamtibmas(berteman).

4. Berapa lama jangka waktu yang biasanya dilakukan


Bhabinkamtibmas dalam memberikan penyuluhan?

= Bila saat kegiatan “jumat keliling” sosialisasi atau penyuluhan dilakukan sekitar
3 sampai 5 menit.

5. Bagaimana penilian anda terhadap kinerja Bhabinkamtibas?

= Pihak Bhabinkamtibmas masih kurang bergaul secara menyeluruh terhadap


semua lapisan warga, namun lebih hanya kepada perangkat desa saja. Masih
kurang dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya.

 Jawaban pertanyaan berdasarkan teori kedua(efek hawthorne)

 Bhabinkamtibmas
1. Bagaimana perilaku masyarakat kepada anda?

= Perilaku masyarakat terhadap kami baik, mereka menyambut dengan baik dan
senang atas penyampaian informasi oleh Bhabinkamtibmas

2. Bagaimana langkah anda dalam meningkatkan kinerja


Bhabinkamtibmas?

= Langkah yang kami lakukan antara lain dengan cara menambah personil karena
saat ini masih sedikit personil yang bertugas di masyarakat, perbandingan antara
polisi dan masyarakat hanya mencapai 1:1000 ( 1 polisi mengawasi 1000
masyarakat (sekitar 6 kelurahan) )

 Kepada Masyarakat :

1. Bagaimana perilaku Bhabinkamtibmas kepada masyarakat?

= Bhabinkamtibmas beperilaku baik dan ramah kepada masyarakat

2. Bagaimana saran anda untuk meningkatkan kinerja


Bhabinkamtibmas?

= Lebih mensosialisasikan diri dan memperkenalkan tugas dan fungsi


Bhabinkamtibmas kepada masyarakat, menambah personil untuk setiap daerah
agar masyarakat lebih merasakan kehadiran dari pihak Bhabinkamtibmas dan
sosialisasi dapat berjalan dengan lebih efektif, Bhabinkamtibmas diharapkan
untuk lebih berpatisipasi aktif dalam menindaklanjuti kasus yang terjadi
dimasyarakat.

Berdasarkan beberapa pertanyaan yang kami ajukan kepada Bhabinkamtibmas


dan juga masyarakat daerah Sangkuriang untuk menjawab hasil dari rumusan
masalah pertama, kami menyimpulkan bahwa sudah adanya jalinan komunikasi
antara Bhabinkamtibmas dan juga masyarakat, namun pihak Bhabinkamtibmas
lebih fokus atau lebih sering berkomunikasi kepada perangkat-perangkat daerah
Sangkuriang, seperti ketua RW, ketua RT dan hansip sekitar. Pihak
Bhabinkamtibmas belum menyeluruh dalam melakukan sosialisasi kepada warga.
Oleh karena itu masyarakat-masyarakat biasa (warga sekitar) masih banyak yang
belum tau apa itu Bhabinkamtibmas dan fungsi peran dari Bhabinkamtibmas.

Bhabinkamtibmas biasanya menyampaikan informasi-informasi pembinaan dan


penyuluhan keamanan melalui musyawarah dengan perangkat-perangkat desa di
daerah Sangkuriang, yang mana kemudian perangkat-perangkat tersebut
mensosialisasikan kepada warga sekitar tanpa melakukan sosialisasi door to door
ke rumah masyarakat secara langsung.

Pihak Bhabinkamtibmas juga mengadakan kegiatan “jumat keliling” ke tiap-tiap


kelurahan di masjid yang berbeda-beda yaitu kegiatan dimana pihak(perwakilan)
dari Bhabinkamtibmas mensosialisasikan informasi atau himbauan kepada
masyarakat mengenai keamanan, ketertiban, bahaya dan pencegahan narkoba,
mengingatkan warga untuk jangan lupa mematikan komper dan lainnya yang
dilakukan sebelum khotib naik ke mimbar. Namun kegiatan “jumat keliling”ini
dilakukan didalam masjid dan berpindah setiap minggunya dari satu masjid ke
masjid lain. Sehingga tidak setiap minggu warga mendapatkan sosialisasi. Selain
itu, para ibu-ibu, anak perempuan dan warga non-muslim tidak bisa mengikuti
kegiatan “jumat keliling” tersebut karena kegiatan dilakukan sebelum shalat
Jumat.

Analisis Rumusan Masalah 1

Berdasarkan keputusan kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


No.Pol.KEP/8/II/2009 tentang perubahan buku petunjuk lapangan Kapolri
No.Pol. : BUJUKLAP/17/VII/1997 tentang sebutan Bhabinkamtibmas (Bintara
Pembina Kamtibmas) menjadi Bhabinkamtibmas (Bhayangkara Pembina
Kamtibmas) dari Tingkat kepangkatan Brigadir sampai dengan
Inspektur.Sedangkan menurut Pasal 1 angka 4 Peraturan Kapolri Nomor 3 Tahun
2015 tentang Pemolisian Masyarakat bahwa yang dimaksud dengan
Bhabinkamtibmas adalah pengemban Polma di desa/kelurahan.
Bhabinkamtibmas adalah petugas Polri yang bertugas di tingkat desa sampai
dengan kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-emtif dengan cara
bermitra dengan masyarakat.

Sedangkan fungsi dari Bhabinkamtibmas itu sendiri berdasarkan (Pasal 26 Perkap


No 3 Tahun 2015) diantaranya adalah :

 Melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk :


mendengarkan keluhan warga masyarakat tentang permasalahan
Kamtibmas dan memberikan penjelasan serta penyelesaiannya,
memelihara hubungan silaturahmi/persaudaraan

 Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk


meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung
tinggi Hak Asasi Manusia (HAM)

 Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri


berkaitan dengan Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat (Harkamtibmas)

 Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan


dan kegiatan masyarakat

 Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang


memerlukan

 Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif

 Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat


desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya

 Melaksanakan konsultasi , mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi


kepada masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan masalah
kejahatan dan social
Sedangkan tugas pokok Bhabinkamtibmas berdasarkan Pasal 27 Perkap No 3
Tahun 2015 adalah melakukan pembinaan masyarakat , deteksi dini dan
mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa / kelurahan.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Bhabinkamtibmas melakukan


kegiatan sebagai berikut :

1. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya

2. Melakukan dan membantu pemecahan masalah

3. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat

4. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana

5. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat,


korban kejahatan dan pelanggaran

6. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam


dan wabah penyakit

7. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau


komunitas berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan
Pelayanan Polri

Berdasarkan Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa yang mana menjelaskan


bahwa “media berperan penting dalam penyampaian komunikasi”. Dalam
memperkenalkan dirinya, peran serta fungsinya kepada masyarakat maka
Bhabinkamtibmas harus menggunakan beberapa media seperti media lisan
(sosialisasi langsung) dan media visual(spanduk, baliho). Peran media dalam hal
ini sangat lah penting karena media merupakan alat bantu sebagai penyalur
pesan atau tujuan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada masyarakat masih banyak


masyarakat yang belum mengetahui apa itu Bhabinkamtibmas, disini dapat dilihat
bahwa kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas kepada
masyarakat baik melalui media lisan maupun media visual, meskipun ada
sebagian kecil warga yang mengetahui apa Bhabinkamtibmas serta fungsi dari
Bhabinkamtibmas ini sendiri, namun tetap saja hal tersebut menandakan bahwa
komunikasi yang terjalin disini tidak maksimal karena dari Bhabinkamtibmas itu
sendiripun lebih sering melakukan sosialisasi hanya kepada perangkat desa
seperti ketua RT dan RW dan juga terkadang kepada hansip. Seharusnya dari
pihak Bhabinkamtibmas sendiri dapat langsung terjun kepada masyarakat sekitar
sesuai dengan fungsi dan tugas dari Bhabinkamtibmas yang diuraikan diatas
dimana salah satu tugasnya adalah melakukan kunjungan dari rumah ke rumah
kepada masyarakat sekitar, dilihat dari hasil wawancara dengan warga daerah
Sangkuriang tugas ini tampak belum dilakukan. Jika komunikasi yang dilakukan
hanya kepada perangkat dari masyarakat dengan harapan informasi dari
Bhabinkamtibmas tadi akan disampaikan lagi oleh perangkat warga kepada
masyarakat daerah, namun pada kenyataannya saat wawancara dengan
penduduk daerah Sangkuriang masih sangat banyak yang belum tau apa itu
Bhabinkamtibmas dan tidak mengerti apa fungsi dan tugas dari Bhabinkamtibmas
itu sendiri.

Jadi agar Bhabinkamtibmas dapat memaksimalkan pelaksanaan fungsi dan


tugasnya dan agar komunikasi dapat terjalin secara menyeluruh kepada tiap
anggota masyarakat dapat dilakukan beberapa cara, salah satunya dengan
meningkatkan peran dari media seperti memperbanyak pemasangan spanduk,
meningkatkan frekuensi sosialisasi, sering mengadakan event kumpul dengan
warga,dll. Dengan meningkatkan peran dari media, masyarakat pasti akan
menjadi tahu apa, peran, dan fungsi dari Bhabinkamtibmas yang selama ini
kebanyakan mereka bahkan tidak tahu apa itu Bhabinkamtibmas.

2. rumusan masalah 2

Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat atau yang


biasa disebut dengan Bhabinkamtibnas merupakan petugas Polri yang bertugas di
tingkat desa sampai dengan kelurahan yang bertugas mengemban fungsi Pre-
emtif dengan cara bermitra dengan masyarakat.Bhabinkamtibnas memiliki
berbagai peran yang harus dijalankan seperti:

a. melaksanakan penyuluhan terhadap masyarakat


b. melaksanakan penertiban masyarakat
c. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat
d. melaksanakan rehabilitasi masyarakat
e. mengumpulkan pendapat masyarakat
f. melaksanakan tugas umum kepolisian dalam rangka memberi pelayanan
dan perlindungan kepada masyarakat.

Pada dasarnya, Bhabinkamtibmas harus mampu memfasilitasi permasalahan


tersebut agar diselesaikan melalui forum yang lebih tepat, baik melalui FKPM
maupun forum kemitraan dengan instansi pemerintah di tingkat kelurahan dan
stake holder yang ada dalam masyarakat. Kegiatan sehari-hari yang harus
dilakukan oleh Bhabinkamtibmas adalah sambang atau melakukan kunjungan ke
rumah-rumah masyarakat.. Prinsipnya, kegiatan Bhabinkamtibmas hanya perlu 4
D (Datang-Duduk-Dengar-Dialog) dan 1 C (Catat). Kegiatan itu bisa dilakukan
dimana saja, tidak harus di rumah, bisa juga dilakukan di warung, di lapangan, di
toko dan lain-lain.

Menurut Pasal 26 Perkap No 3 Tahun 2015 Bhabinkamtibmas memiliki fungsi


sebagai berikut:
1. Melaksanakan kunjungan/sambang kepada masyarakat untuk : mendengarkan
keluhan warga masyarakat tentang permasalahan Kamtibmas dan memberikan
penjelasan serta penyelesaiannya, memelihara hubungan
silaturahmi/persaudaraan
2. Membimbing dan menyuluh di bidang hukum dan Kamtibmas untuk
meningkatkan kesadaran hukum dan Kamtibmas dengan menjunjung tinggi Hak
Asasi Manusia (HAM)
3. Menyebarluaskan informasi tentang kebijakan pimpinan Polri berkaitan dengan
Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Harkamtibmas)
4. Mendorong pelaksanaan siskamling dalam pengamanan lingkungan dan
kegiatan masyarakat
5. Memberikan pelayanan kepolisian kepada masyarakat yang memerlukan
6. Menggerakkan kegiatan masyarakat yang bersifat positif
7. Mengkoordinasikan upaya pembinaan Kamtibmas dengan perangkat
desa/kelurahan dan pihak-pihak terkait lainnya
8. Melaksanakan konsultasi , mediasi, negosiasi, fasilitasi, motivasi kepada
masyarakat dalam Harkamtibmas dan pemecahan masalah kejahatan dan sosial
Tugas Pokok Bhabinkamtibmas (Pasal 27 Perkap No 3 Tahun 2015)
Tugas pokok Bhabinkamtibmas adalah melakukan pembinaan masyarakat ,
deteksi dini dan mediasi/negosiasi agar tercipta kondisi yang kondusif di desa /
kelurahan.
Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Bhabinkamtibmas melakukan
kegiatan sebagai berikut :
1. Kunjungan dari rumah ke rumah pada seluruh wilayah penugasannya
2. Melakukan dan membantu pemecahan masalah
3. Melakukan pengaturan dan pengamanan kegiatan masyarakat
4. Menerima informasi tentang terjadinya tindak pidana
5. Memberikan perlindungan sementara kepada orang yang tersesat, korban
kejahatan dan pelanggaran
6. Ikut serta dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam dan
wabah penyakit
7. Memberikan bimbingan dan petunjuk kepada masyarakat atau komunitas
berkaitan dengan permasalahan Kamtibmas dan Pelayanan Polri
Wewenang Bhabinkamtibmas (Pasal 28 Perkap No 3 Tahun 2015)
Dalam melaksanakan kegiatan Polmas, Bhabinkamtibmas memiliki wewenang
sebagai berikut :
1. Menyelesaikan perselisihan warga masyarakat atau komunitas
2. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak lanjut kesepakatan
FKPM dalam memelihara keamanan lingkungan
3. Mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) dan melakukan tindakan pertama di
tempat kejadian perkara (TPTKP)
4. Mengawasi aliran kepercayaan dalam masyarakat yang dapat menimbulkan
perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa

Berdasarkan hasil wawancara langsung ke Bhabinkamtibmas,


Bhabinkamtibmas sudah menjalakan fungsinya dengan baik dengan menjalankan
program bhabinkamtibmas. Program Bhabinkamtibmas ada dua yaitu:

1. Jumat keliling
Jumat keliling adalah memberikan penyuluhan dan pembinaan sekitar 3
menit saat pelaksanaan solat jumat dengan cara naik ke mimbar
sebelum khotib naik ke mimbar memberikan ceramah.

2. Door to door
Door to door adalah pemberian informasi dengan mendatangi rumah-
rumah warga.

Selain itu, penyampaian informasi Bhabinkamtibmas juga dilaksanakan


dengan cara mendatangi tokoh-tokoh masyarakat, hadir di tengah masyarakat
saat ada warga sedang berkumpul lalu melakukan diskusi bersama.

Sebagai garda terdepan Kepolisian, Bhabinkamtibmas dalam melaksanakan


tugas di kelurahan binaanya diharapkan mampu menciptakan silaturahmi dan
kedekatan dengan masyarakat, Bhabinkamtibmas dituntut aktif dalam kegiatan
yang ada di Desa.
Kegiatan keagamaan,kerja bakti, olahraga dan banyak kegiatan lainya yang dapat
mendekatkan seoarang Bhabinkamtibmas dengan masyarakat selain tugas utama
yaitu pemelihara dan pelaksana Kamtibmas,bersama warga diharapkan mampu
mencegah dan menyelesaikan masalah dan kendala di lapangan.

Selain penyampain informasi secara langsung, Bhabinkamtibmas juga


menyampaikan informasi secara tidak langsung dengan menggunakan media
cetak yaitu sticker dan spanduk. Isi sticker dan spanduk-nya merupakan bentuk
pencegahan dan pengingat kepada masyarakat, seperti gambar dibawah ini:
Contoh spanduk

Contoh sticker

Pemasangan sticker dan spanduk yang berisi informasi dan himbauan ini
telah dipasang di tempat-tepat strategis di berbagai titik yang sering dilihat warga
seperti pemasangan spanduk di belokan jalan. Seperti contoh diatas mengenai
spanduk yang berisi pengingat untuk tidak menggunakan narkoba. Ini merupakan
bentuk penyampaian informasi oleh Bhabinkamtibmas dan juga sebagai bentuk
turut andil dalam kampanye anti narkoba.

Hal ini sesuai dengan teori Informasi yang dikemukakan Claude Shannon
dan Warren weaver (1949). Menurut teori ini Komunikasi sebagai fenomena
mekanisme, matematis dan informatif. Komunikasi juga sebagai transmisi pesan
dan bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi.

Perkembangan ekonomi dan teknologi dalam masyarakat sekarang


ini sedikit banyak berpengaruh terhadap berkembangnya kejahatan yang
mencakup jenis-jenis maupun dimensinya dari yang dulu tidak
ada, dan sekarang menjadi ada(kejahatan kontemporer). Sedikit mengutip dari
Dosen Mata Kuliah Perkembangan Kejahatan, Jenderal Polisi (Purn) Chaerudin
Ismail yang mengatakan “Crime is the Shadow Of Civilization”, dimana kejahatan
merupakan bayang-bayang dari peradaban. Semakin berkembangnya
sebuah masyarakat, semakin berkembang juga kejahatan yang terjadi di
sekitarnya baik metode, teknik maupun cara-cara yang dilakukan oleh para pelaku
kejahatan. Semakin beratnya tuntutan ekonomi yang melanda masyarakat
golongan menengah kebawah, ditambah dengan sulitnya mencari pekerjaan bagi
mereka yang masih pengangguran, merupakan salah satu factor yang mendorong
terjadinya kejahatan. Jangankan untuk mencari pekerjaan, bagi mereka yang
sudah bekerja pun dihadapkan pada sulitnya untuk
mempertahankan pekerjaannnya,mengingat masih banyak dan seringnya
perusahaan yang mem-PHK karyawannya karena alasan finansial. Karena tuntutan
ekonomi yang semakin berat, dan sulitnya lapangan pekerjaan itulah, maka
melakukan tindak kejahatan menjadi suatu pilihan untuk mencukupi kebutuhan
hidup mereka. 

Faktor ekonomi yang merupakan factor mendasar dalam masyarakat,


memang kerap kali menjadi salah satu pendorong terjadinya tindak kejahatan
dalam masyarakat. Dalam hal ini, maka di perlukan masyarakat yang tahan
terhadap tindak kejahatan, sehingga masyarakat pun tetap dapat berpartisipasi
untuk menjaga stabilitas kamtibmas. Masyarakat yang tahan terhadap tindak
kejahatan adalah masyarakat yang mampu untuk turut mencegah agar tindak
kejahatan tidak berkembang di dalam kehidupan masyarakat. Dengan mengerti
tentang arti pentingnya sebuag keamanan bagi masyarakat, maka akan tumbuh
kesadaran dari masyarakat untuk ikut menjaga keamanan di lingkungannya.
Masyarakat akan mampu untuk melakukan upaya-upaya pencegahan guna
membantu dalam menciptakan situasi kamtibmas terutama bagi lingkungannya
sendiri. Bentuk ketahanan masyarakat akan kejahatan juga dapat di lihat dari
masyarakat yang mampu turut berperan dalam mengindentifikasi masalah
kamtibmas yang ada di wilayah komunitasnya dan bersama-sama mencari solusi
mengatasi permasalahan tersebut bersama Polri. Sehingga dapat terbentuk
masyarakat yang bersama Polri, mampu membangun kekuatan dalam
menghadapi permasalahan yang sesulit apa pun yang terjadi di lingkungannya,
yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang berkembang dalam wilayahnya
masing-masing.

Polri adalah sebuah organisasi besar yang termasuk lembaga negara yang


bertanggungjawab kepada Presiden RI, yang mempunyai tugas
pokok untukmemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap
masyarakat. Dalam melaksanakan tugasnya itu, Polri akan dihadapkan pada
banyak permasalahan dalam masyarakat yang harus dapat di “manage” agar
keamanan dan ketertiban tetap terjaga dengan baik. Ketika Polri gagal melakukan
upaya deteksi dini, dan upayapenangkalan terhadap masalah yang akan akan
muncul, maka kejahatan akan semakin berkembang. Namun perkembangan yang
terjadi pada bidang kejahatan tersebut juga harus diimbangi dengan
kemampuan Polri untuk dapat menanganisetiap masalah yang terjadi, baik secara
pre-emtif, preventif maupun kuratif melalui penangkalan, pencegahan dan
penanganan suatu masalah. Banyak metode yangselalu digunakan Polri untuk
menghadapi permasalahan-permasalahan yang berkembang dalam masyarakat,
namun Polri lebih sering secara tidak langsungmenggunakan metode-metode
konvensional sebelumnya, yang terkesan militeristik.Dengan perkembangan
kondisi social dalam masyarakat saat ini, Polri mulai meninggalkan paradigma
lama yang cenderung militeristik tersebut. Salah satu metode yang telah
dikembangkan untuk penangkalan, pencegahan maupun penanganan kejahatan
adalah dengan membentuk Bhabinkamtibnas merupakan petugas Polri yang
bertugas di tingkat desa sampai dengan kelurahan.

Salah satu hal yang dapat di lakukan oleh Bhabinkamtibmas adalah dengan


melakukan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat. Bentuk
pendekatan ini merupakan suatu strategi pendekatan
masyarakat dengan cara menyambangi/mengunjungi masyarakat secara
langsung, dengan periode tertentu secara kontinyu. Kegiatan tersebut di lakukan
untuk bertatap muka serta berbincang-bincang dengan anggota masyarakat yang
di kunjungi tersebut. Hal ini di lakukan dengan harapan untuk mendapatkan
informasi tentang masyarakat dan problematika yang terjadi di dalamnya, atau
untuk dapat memberikan arahan, informasi, atau pembinaan kepada masyarakat
untuk lebih meningkatkan kepedulian terhadap keamanan dan ketertiban.

Sasarannya yang terutama adalah para tokoh atau pemimpin suatu


komunitas,maupun orang-orang yang dianggap memiliki pengaruh terhadap
suatu komunitas ataupun wilayah tertentu dalam masyarakat. Namun selain
itu, anggota masyarakat dari level terbawah pun juga dapat menjadi sasaran
dari kegiatan Bhabinkamtibmas melalui dirrect approach ini. Hal ini di maksudkan
agar diperolah informasi dari segala lapisan masyarakat, dan akhirnya Polri
akan mendapatkan informasi yang lebih akurat sebagai bahan untuk mengambil
tindakan dalam memelihara keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.
Selain itu, keuntungan lainnya yang akan didapat oleh Polri dari
masyarakat adalah dimana masyarakat yang senantiasa disambangi oleh anggota
Bhanbinkamtibmas merasa bahwa anggota Bhabinkamtibmas itu adalah bagian
dari mereka, sehingga terjalin kedekatan kekeluargaan di dalamnya. Masyarakat
juga tidak akan ragu dan takut untuk berkeluh kesah, ataupun melaporkan
mengenai segala hal karena mereka sudah menganggap anggota
Bhabinkamtibmas tersebut adalah bagian dari mereka yang akan selalu siap
untuk membantu mereka.

Jika hal itu sudah dapat dilakukan oleh Bhabinkamtibmas diharapkan angka
kriminalitas akan menurun dan juga masyarakat dapat merasakan peran
Bhabinkamtibmas yang berfungsi menjaga keamanan sehingga masyarakat dapat
merasakan keamanan dan ketertiban di lingkungan mereka dan tercipta
kedamaian.

Hal ini sesuai dengan Teori Keamanan menurut Buzan. Teori Keamanan ini
berisi Kemanan berarti pembebasan dari kegelisahan atau situasi damai tanpa
resiko dan ancaman. Keamanan memiliki berbagai makna termasuk untuk merasa
aman dan dilindungi, digunakan untuk menggunakan situasi tanpa resiko.
Dari hasil wawancara yang didapatkan, masih ada bahkan cukup banyak
masyarakat tidak mengetahui fungsi bhabinkamtibmas. Mengapa bisa dikatakan
banyak karena dari sepuluh responden (perbandingan seumpama) hanya sekitar 2
orang yang tahu tentang Bhabinkamtibnas. Menurut KBBI, tahu berarti mengerti
sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, dan sebagainya) Artinya,
masih banyak yang belom menyaksikan Bhabinkamtibnas, mengalami fungsi dari
mereka, bahkan belum tentu pernah mendengar tentang Bhabinkamtibnas.
Kurangnya pengetahuan ini disebabkan karena pada kenyataannya di lapangan,
Bhabinkamtibmas masih kurang dan sangat jarang dalam melaksanakan program
kerjanya seperti program door to door (mendatangi rumah warga) yang
seharusnya dilakukan rutin untuk lebih merangkul masyarakat. Padahal, jika
program door to door ini dilaksanakan, maka akan memberikan warga pengertian
lebih tentang Bhabinkamtibnas. Menurut masyarakat sekitar, Bhabinkamtibmas
tidak mendatangi setiap rumah rumah warga. Bhabinkamtibnas lebih sering
memberikan informasi hanya melalui perangkat-perangkat kelurahan. Kejadian ini
menyebabkan hanya perangkat-perangkat masyarakat yang lebih tau tentang
Bhabinkamtibmas. Mungkin cara ini akan efektif ketika perangkat-perangkat
tersebut menyebarkan tentang informasi Bhabinkamtibnas ke masyarakat.
Tetapi, realitanya masyarakat tidak mendapatkan informasi dari perangkat-
perangkat tersebut karena kurangnya sosialisasi dari atas ke bawah. Menurut
masyarakat, peran dari Bhabinkamtibnas kurang terasa juga karena tidak terlihat
peran langsung dari Bhabinkamtibas saat terjadi masalah di lingkungan sekitar.

John B. Watson (1878 – 1958) mengemukakan teori yang bernama teori


Behaviorisme. Teori ini memumpunkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan
secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan
respons pada dunia sekelilingnya. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk
tindak balas (respons) ditimbulkan oleh adanya rangsangan (stimulus). Jika
rangsangan telah diamati dan diketahui maka gerak balas pun dapat
diprediksikan. Watson juga dengan tegas menolak pengaruh naluri (instinct) dan
kesadaran terhadap perilaku. Jadi setiap perilaku dapat dipelajari menurut
hubungan stimulus - respons.

Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga


psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja,
yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris
lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku
manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya
ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor
lingkungan. Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus)

Berdasarkan teori diatas, apabila dikaitkan dengan analisis sebelumnya,


teori tersebut cocok karena dengan adanya stimulus dari Bhabinkamtibnas, maka
aka nada respons dari masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat memerlukan
sebuah rangsangan dari bagaimana Bhabinkamtibnas memberikan informasi,
melakukan tugasnya dalam keamanan warga seperti jumat keliling dll agar
masyarakat mengetahui dengan pasti apa itu Bhabinkamtibnas dan apa tugasnya
secara jelas.

3. rumusan masalah 3
Keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) merupakan suatu situasi yang
dibutuhkan dalam mendukung pelaksanaan pembangunan dan kegiatan
masyarakat, sehingga masyarakat merasa tentram, aman, dan damai. Situasi yang
aman bagi setiap masyarakat akan dapat meningkatkan motivasi dan semangat
hidup, karena tidak ada rasa takut akibat kemungkinan adanya gangguan yang
akan menimpa. Oleh karena itu, kepolisian Republik Indonesia membentuk polisi
masyarakat atau bhabinkamtibmas. Babinkamtibmas adalah Bintara Pembina
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang berperan aktif dalam meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat serta langsung bersentuhan dengan aktifitas
masyarakat. Pelaksanaan kegiatan Babinkamtibmas yang bertujuan untuk
mengupayakan terwujudnya situasi kamtibmas yang mantab dan dinamis,
sehingga memberikan pengaruh terhadap masyarakat, baik pengaruh yang
bersifat positif maupun negatif. Hal ini disebabkan karena setiap masyarakat
punya penilaian yang berbeda-beda terhadap kegiatan Babinkamtibmas. Bahkan
banyak masyarakat yang belum mengetahui apa itu bhabinkamtibmas, apa saja
perannya, dan fungsinya dalam masyarakat.

Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah di bidang pemeliharaan


keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat (UU No. 2 Tahun 2002, tentang
POLRI). Untuk mencapai hasil yang maksimal dari fungsi ini dibutuhkan
kebersamaan antara polisi dan masyarakat, sehingga satu dengan yang lainnya
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Polisi tidak akan dapat
menciptakan situasi yang tertib dan aman dalam suatu lingkungan masyarakat
tanpa adanya kemauan dan kesadaran dari masyarakat itu sendiri, akan
pentingnya suasana yang aman dan tertib. Pelibatan masyarakat dalam menjaga
dan memelihara kamtibmas sejatinya tidak sekedar membantu aparat Polri dalam
malaksanakan tugas-tugasnya sebagai aparat pelindung, pengayom, dan pelayan
masyarakat, namun yang lebih penting adalah memberikan ruang bagi
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga tidak semata-
mata sebagai objek dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian melainkan sebagai
subyek yang menentukan dalam pengelolaan sendiri agar tercipta lingkunga yang
aman dan tertib. Redahnya kesadaraan masyarakat untuk terlibat dalam upaya
menjaga dan memelihara kamtibnas dapat menjadi pemicu maraknya kasus-kasus
kriminalitas di masyarakat. Oleh karena itu yang dibutuhkan adalah adanya
kebersamaan antara aparat polri dan masyarakat karena kebersamaan
menjanjikan kekuatan yang luar biasa, sesuatu yang besar hanya dapat diraih
melalui kebersamaan (UUD 1945 Pasal 30 Ayat 1).

Bhabinkamtibmas bertugas melakukan pembinaan terhadap masyarakat yang


menjadi tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat,
ketaatan warga terhadap aturan perundang-undangan yang berlaku dan juga
sebagai petugas polisi masyarakat desa/kelurahan. Bhabinkamtibmas adalah
polisi langsung yang terjun ke desa-desa.

Bhabinkamtibmas memiliki berbagai peran dalam masyarakat desa,salah satu


peran yang harus dijalankan oleh bhabinkamtibmas adalah peran dalam
menyampaikan informasi kepada masyarakat desa, peran melakukan komunikasi
terhadap masyarakat, sehingga bhabinkamtibas diharapkan menjadi pengayom
masyarakat dalam keamanan, ketertiban, dan menjaga situasi selalu kondusif.
Fokus makalah ini adalah mengenai bagaimana peran komunikasi agar mampu
membuat masyarakat mengetahui fungsi dari bhabinkamtibmas.

Menurut Paul B. Horton, peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
yang memiliki suatu status tertentu dan status adalah kedudukan seseorang
dalam sekelompok atau kedudukan kelompok dalam kaitannya dengan kelompok
lain. Kaitannya dengan tugas Polri Babinkamtibmas yaitu dalam memahami tokoh
masyarakat perlu diketahui peran dan statusnya dalam masyarakat dalam rangka
pemberdayaan tokoh masyarakat untuk membantu tugas-tugas kepolisian. Agar
mampu melakukan tugas dalam pencegahan dan penanggulangan Kamtibmas,
Polri telah menetapkan kebijakan yang bersifat strategis, yang diantaranya berupa
pembinaan keamanan swakarsa yang mengupayakan hidupnya peran serta atau
partisipasi masyarakat secara aktif dalam Pembinaan Kamtibmas, Polsek sebagai
ujung tombak operasional Polri serta desa/kelurahan sebagai pangkal kegiatan
bhabinkamtibmas; dimana kegiatan ini dikenal dengan sebutan Pemolisian
masyarakat. Seperti halnya bhabinkamtibmas yang berada di daerah sangkuriang,
bahbinkamtibmas di sana memiliki tugas dan fungsi tertentu dalam menjalankan
perannya dalam masyarakat. Menurut Harold Laswell sebagaimana dikutip Onong
Uchyana, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melaui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses
komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang kepada orang lain. Berkaitan dengan tugas bhabinkamtibas,
kemampuan komunikasi sangat penting terutama dikaitkan dengan tugas
Babinkamtibmas yang bertugas melakukan pembinaan dan membangun
kemitraan dengan para tokoh, masyarakat sekitar dan instansi lainnya.
Keberhasilan tugas sangat ditentukan kemampuan dalam membangun
komunikasi. Tidak kalah pentingnya dalam organisasi sendiri. Komunikasi yang
baik antara pimpinan dan bawahan serta antar anggota sangat menentukan
dalam keberhasilan tujuan organisasi. Untuk memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat disuatu desa agar kehidupan sosial masyarakat desa dapat
berjalan dengan baik, Bhabinkamtimas dituntut tetap menempatkan personelnya
yang mudah untuk dihubungi oleh masyarakat didesa tersebut. Mewujudkan
polisi yang dekat dengan masyarakat terutama pada desa binaan memerlukan
komunikasi yang baik.  Komunikasi membutuhkan saling pengertian antar pihak-
pihak yang berkepentingan. Komunikator harus mampu menyampaikan sejelas-
jelasnya kepada komunikan sehingga informasi betul-betul dipahami dan diterima
oleh komunikan dengan baik. Kondisi dimana terjadi salah pengertian antara
kedua belah pihak dalam hal ini antara pihak komunikator dan komunikan
dinamakan miskomunikasi.  

Menurut Soerjono Soekanto, interaksi sosial merupakan inti dari proses sosial
yang merupakan hubungan timbal balik antara berbagai bidang kehidupan yang
mencakup bidang ekonomi, sosial, hukum dan Hankam. Interaksi sosial secara
sederhana berarti proses hubungan timbal balik antara manusia sebagai individu,
antara kelompok dengan masyarakat maupun hubungan individu dengan
kelompok. Bila dikaitkan dengan tugas bhabinkamtibmas, terkadang cukup sulit
menggabungkan dengan pola interaksi yang nyata terhadap pola interaksi yang
dikehendaki oleh norma-norma yang terkandung didalam peraturan. Bila telah
terjadi interaksi tersebut, petugas dihadapkan pada suatu pilihan pola interaksi
yang sering bertentangan dengan yang diharapkan. Interaksi dengan masyarakat
oleh babinkamtibmas sangat perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar masyarakat
tahu keberadaan bhabinkamtibmas dan perannya dalam menjaga kondusifitas
keamanan, ketentraman masyarakat. Tugas pembinaan kamtibmas pada dasarnya
merupakan kewajiban bagi semua anggota Polri, namun secara struktural tugas
untuk membimbing, pembinaan dan penyuluhan masyarakat merupakan tugas
fungsi Binmas, dimana pada tingkat KOD/Polres dilaksanakan oleh Satbinmas
dengan ujung tombak terdepan dilaksanakan oleh Babinkamtibmas di pedesaan
atau kelurahan yang merupakan pangkal kamtibmas.
Konsep model kominikasi. Model komunikasi merupakan alat untuk menjelaskan
atau untuk
mempermudah penjelasan komunikasi. Dalam pandangan Sereno dan Mortensen
(dalam Mulyana. 2001:121), suatu model komunikasi merupakan deskripsi ideal
mengenai apa yang dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Oleh karena itu
model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Fungsi model komunikasi paling
tidak bisa melukiskan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan
membantu dalam menemukan dan memperbaiki kendala komunikasi dalam
perspektif teori. Aubrey Fisher, mengatakan bahwa model adalah analogi yang
mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau
komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model dapat
dikatakan sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori.
Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan.

Model Komunikasi Bhabinkamtibnas dalam Menjalin Kemitraan Dengan


Masyarakat
Model komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin
kemitraan pada masyarakat untuk mencegah adanya tindak kriminal yang terjadi.
Pendekatan komunikasi yang di lakukan dalam menjalin kemitraan pada
masyarakat sebagai berikut,

1. Pendekatan informatif
Berdasarkah hasil pengamatan penulis dilapangan bahwa model
komunikasi
Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada
masyarakat dilakukan salah satunya melalui pendekatan informatif ini.
salah satu
cara paling tepat digunakan dalam penanggulangan tersebut adalah dengan
cara
pendekatan komunikasi informatif kepada tiap-tiap warga yang berdomisili
ditempat tersebut dengan isi informasi yang benar-benar bisa diterima oleh
seluruh warga yang ada.
2. Pendekatan Persuasif
Selain pendekatan informatif yang sudah dijelaskan diatas, pendekatan
persuasif juga merupakan salah satu solusi pada bentuk pendekatan
komunikasi
Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin kemitraan pada
masyarakat. Pendekatan persuasif adalah usaha untuk mengubah sikap
melalui
penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan
pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih jelasnya merupakan
komunikasi
yang berusaha untuk mengubah sikap receiver melalui penggunaan pesan
yang dilakukan pengirim pesan.Pada pendekatan yang menggunakan
strategi komunikasi persuasif adalah bahwa salah satu pendekatan yang
digunakan anggora kepolisian adalah pendekatan persuasif ini karena
pendekatan ini dianggap merupakan strategi
komunikasi yang mengandung unsur bujukan yang tepat meskipun diakui
masih
saja terjadi pertikaian yang mengakibatkan kerugian bersama.
Melakukan Kontak langsung dan mengajak masyarakat untuk tetap
menciptakan ketenangan dalam bermasyarakat adalah merupakan salah
satu
bentuk pendekatan komunkasi persuasif yang di lakukan oleh anggota
Kepolisian
dalam menjalin kemitraan pada. penanggulangan sikap anarkis masyarakat,
Polri sebagai penegak hukum menggunkan komunikasi tersebut melalui
peran anggota Bhabinkamtibmas.
3. Pendekatan Koersif
Selain pendekatan informatif dan persuasif yang sudah dijelaskan diatas,
pendekatan koersif juga merupakan salah satu solusi pada bentuk
pendekatan
komunikasi Anggota Kepolisian Bhabinkamtibmas dalam menjalin
kemitraan
pada masyarakat.

Dengan kemampuan berkomunikasi maka prinsip polmas dapat dilaksanakan,


yaitu :
1. Komunikasi intensif. bhabinkamtibmas yang menekankan kesepakatan
dengan warga, bukan pemaksaan berarti bahwa bhabinkamtibmas menjalin
komunikasi intensif dengan masyarakat melalui tatap muka,
telekomunikasi, surat, pertemuan-pertemuan, forum-forum komunikasi,
diskusi dan sebagainya di kalangan masyarakat dalam rangka membahas
masalah keamanan;
2. Kesetaraan. asas kesejajaran kedudukan antara warga masyarakat/
komunitas dan bhabinkamtibmas yang saling menghormati martabat, hak
dan kewajiban, dan menghargai perbedaan pendapat. asas kesetaraan juga
mensyaratkan upaya memberi layanan kepada semua kelompok
masyarakat, dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus
perempuan, anak, lansia, serta kelompok-kelompok rentan lainnya;
3. Kemitraan. Bhabinkamtibmas membangun interaksi dengan masyarakat
berdasarkan kesetaraan/kesejajaran, sikap saling mempercayai dan
menghormati dalam upaya pencegahan kejahatan, pemecahan masalah
keamanan dalam komunitas / masyarakat, serta peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat;
4. Transparansi:. asas keterbukaan polisi terhadap warga masyarakat/
komunitas serta pihak-pihak lain yang terkait dengan upaya menjamin rasa
aman, tertib dan tenteram, agar dapat bersama-sama memahami
permasalahan, tidak saling curiga dan dapat menumbuhkan kepercayaan
satu sama lain;
5. Akuntabilitas. penerapan asas pertangunjawaban Polri yang jelas, sehingga
setiap tindakannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai prosedur dan
hukum yang berlaku dengan tolok ukur yang jelas, seimbang dan obyektif;
6. Partisipasi. kesadaran polisi dan masyarakat untuk secara aktif ikut dalam
berbagai kegiatan komunitas/masyarakat untuk mendorong keterlibatan
warga dalam upaya memelihara rasa aman dan tertib, memberi informasi,
saran dan masukan, serta aktif dalam proses pengambilan keputusan guna
memecahkan permasalahan kamtibmas, sambil menghindari
kecenderungan main hakim sendiri;
7. Personalisasi. pendekatan bhabinkamtibmas yang lebih mengutamakan
hubungan pribadi langsung daripada hubungan formal/birokrasi yang
umumnya lebih kaku, demi menciptakan tata hubungan yang erat dengan
warga masyarakat/ komunitas;
8. Desentralisasi. penerapan bhabinkamtibmas mensyaratkan adanya
desentralisasi kewenangan kepada anggota polisi di tingkat lokal untuk
menegakkan hukum dan memecahkan masalah;
9. Otonomisasi. pemberian kewenangan atau keleluasaan kepada kesatuan
kewilayahan untuk mengelola bhabinkamtibmas di wilayahnya;
10.Proaktif. segala bentuk kegiatan pemberian layanan polisi kepada
masyarakat atas inisiatif polisi dengan atau tanpa ada laporan/permintaan
bantuan dari masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan keamanan,
ketertiban dan penegakan hukum;
11.Orientasi pada pemecahan masalah. bhabinkamtibmas bersama-sama
dengan warga masyarakat/komunitas melakukan identifikasi dan
menganalisa masalah, menetapkan prioritas dan respons terhadap
sumber/akar masalah;
12.Orientasi pada pelayanan. bahwa pelaksanaan tugas bhabinkamtibmas
lebih mengutamakan pelayanan polisi kepada masyarakat berdasarkan
pemahaman bahwa pelayanan adalah hak masyarakat yang harus
dilaksanakan oleh anggota polisi sebagai kewajibannya.

XI. Kesimpulan dan saran

-kesimpulan

1. Komunikasi antar bhabinkamtibmas dengan masyarakat terjalin namun


masih belum mencakup ke seluruh lapisan masyarakat

2. Masih banyak masyarakat yang tidak tahu apa itu dan fungsi
Bhabinkamtibmas karena program kerja bhabinkamtibnas yang kurang
efektif

3. Komunikasi antar Bhabimkamtibmas dan masyarakat harus ditingkatkan

-saran

1. Bhabimkamtibmas lebih sering mengadakan pembinaan atau penyuluhan


ke masyarakat tidak hanya ke perangkat masyarakat tapi ke seluruh
masyarakat.

2. Bhabinkamtibmas harusnya lebih mengefektifkan program kerjanya agar


masyarakat tahu apa itu dan fungsi bhabinkamtibmas dan merasakan
kinerjanya.

3. Komunikasi antar Bhabimkamtibmas dan masyarakat harus ditingkatkan


dengan cara sering hadir diantara masyarakat dan juga memperbanyak
informasi melalui media massa (spanduk dan sticker).

Anda mungkin juga menyukai