Anda di halaman 1dari 57

SMK

FASE F
KELAS XI

MODUL 3 PENGELASAN
SMAW
Judul Modul 3
Pengelasan SMAW
Peruntukan Modul Kelas XI SMK
Program Keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam
Penulis
Jumlah Jam 5 JP ( 1x pertemuan @ 45 menit)
Capaian Pembelajaran
Pada akhir fase F, peserta didik mampu mengidentifikasi spesifikasi mesin SMAW dan elektroda
SMAW, menyiapkan mesin SMAW, menyiapkan bahan las, melaksanakan pengelasan pelat ke
pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical sesuai dengan acuan WPS.
Tujuan pembelajaran
Mengidentifikasi spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW
Kata Kunci
Mesin SMAW dan elektroda SMAW
Profil Pelajar Pancasila
Mandiri:
Modul ajar ini menekan pada kemandirian dalam belajar, sehingga pesertadidik memiliki prakarsa
atas pengembangan dirinya yang tercermin dalam kemampuan untuk bertanggung jawab,
memiliki rencana strategis, melakukan tindakan dan merefleksikan proses dan hasil
pengalamannya.
Bernalar Kritis:
Modul ajar ini mengarahkan peserta didik untuk berpikir secara objektif, sistematik dan saintifik
dengan mempertimbangkan berbagai aspek berdasarkan data dan fakta yang mendukung,
sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan berkontribusi memecahkan masalah dalam
kehidupan, serta terbuka dengan penemuan baru.
Kreatif :
Modul ini mengarahkan peserta didik untuk mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang
orisinal, bermakna, bermanfaat dan berdampak bagi lingkungan sekitar. Memiliki keluwesan
berpikir dalam mencari alternatif solusi
Sarana dan Prasarana
Sarana Pembelajaran :
1. Digital, berupa video pembelajaran dari internet, buku digital (e-book), PDF dan lainnya.
2. Non Digital, berupa buku ajar Teknik Pengelasan SMAW, majalah, buku ajar yang relevan,
surat kabar dan lainnya.
Prasarana pembelajaran
1. Perangkat keras, berupa PC, laptop, ponsel, tablet dan headset
2. Perangkat lunak, berupa aplikasi tatap muka daring misalnya Zoom, Google Meet, dll.
Target Peserta Didik
Siswa kelas XI pada Program Keahlian Teknik Pengelasan dan Fabrikasi Logam
Referensi
Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(2015). Pedoman Penyusunan Modul Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bagi
Guru dan Tenaga kependidikan. Jakarta.

1
PERTEMUAN 1-3 Jenis mesin SMAW dan elektroda SMAW
Tujuan Pembelajaran
1. Menguraikan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW
2. Mengklasifikasikan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW
3. Menunjukkan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW
4. Menghubungkan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW

Pemahaman Bermakna
Manusia mendapatkan informasi lebih banyak jika mereka menemukan pengetahuan sendiri
melalui eksperimen.

Pertanyaan Pemantik
1. Apakah kamu pernah mengetahui spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW ?
2. Menurut kamu spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW berfungsi untuk apa ?

Persiapan Pembelajaran
1. Guru melakukan asesmen diagnostik (non kognitif dan kognitif untuk mengidentifikasi
kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik)
2. Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran daring dan luring.
4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama beberapa pertemuan ke depan akan
mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah
kemampuan yang wajib dikuasai peserta didik. Dengan demikian diminta untuk fokus dan
menyiapkan catatan apabila dibutuhkan.
5. Guru menyiapkan sarana dan perangkat pembelajaran.
6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
 Apakah kamu pernah mengetahui spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW?
 Menurut kamu spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW berfungsi untuk apa?
7. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang spesifikasi mesin SMAW dan elektroda
SMAW ?

Kegiatan Inti
1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pengetahuan spesifikasi
mesin SMAW dan elektroda SMAW.
2. Dengan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai:
a. Spesifikasi mesin SMAW
b. Spesifikasi elektroda SMAW
c. Contoh-contoh penggunaan mesin SMAW dan elektroda SMAW dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka (browsing dan/atau
2
mengunjungi perpustakaan) guna mengeksplorasi:
a. Peranan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW pada pengelasan SMAW
b. Ruang lingkup dan persyaratan spesifikasi mesin SMAW dan elektroda SMAW pada
pengelasan SMAW
4. Peserta didik diminta melaporkan hasil studinya dan kemudian bersama-sama dengan
dibimbing oleh guru mendiskusikan hasil laporannya di depan kelas
5. Peserta didik diminta melaksanakan praktik menunjukkan spesifikasi mesin SMAW dan
elektroda SMAW
6. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan

Penutup.
1. Peserta didik dapat melakukan/memberikan penilaian baik dalam bentuk
narasi/gambar/emotikon tertentu untuk menunjukkan tentang pemahaman tentang topik
pada hari ini.
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom
komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
5. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran pertemuan ini.
6. Guru mengakhiri dan menutup pertemuan.

Asesmen
Asesmen Diagnostik
 Asesmen diagnostik kognitif
 Asesmen diagnostik non-kognitif
Asesmen Formatif
 Penilaian performa eksperimen
Asesmen Sumatif
 Tes Tertulis

Pengayaan dan Remidial


 Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
 Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.

Refleksi Peserta Didik & Guru


 Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
 Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
 Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
 Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
 Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
 Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

3
DAFTAR PUSTAKA
Jenney, Cynthia L., and Annette O’Brien (2001). Welding Handbook, Volume 1 – Welding Science and
Technology. 9th Edition. American Welding Society, Miami.
KOBELCO, (2015).The ABC’s of Arc Welding and Inspection, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
KOBELCO, (2015).Welding Handbook, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 1. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 2. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Roger, Timings, (2008).Fabrication and Welding Engineering. UK : Newnes


Sri Widharto, (2009). Inspeksi Teknik – Buku 1.Jakarta: Pradnya Paramita.

Wiryosumarto H, Okumura T., (2009). Teknologi Pengelasan Logam.Jakarta:Pradnya Paramita.

4
LAMPIRAN
BAHAN BACAAN
SMAW adalah salah satu jenis pengelasan yang menggunakan loncatan electron
(busur listrik) sebagai sumber panas untuk pencairan. Suhu busur dapat mencapai
3300° C, jauh diatas titik lebur baja, sehingga dapat mencairkan baja secara merata.
SMAW dapat menggunakan arus listrik bolak balik (AC) maupun arus searah (DC).
Jika arus bolak balik yang digunakan tidak ada kutup-kutup, sebaliknya apabila arus
searah yang digunakan maka terdapat kutup + dan kutup, yang disebut dengan
polaritas.
Terdapat dua polaritas dalam pengelasan, yaitu polaritas searah/lurus dimana
elektroda bermuatan – dan benda kerja bermuatan +. Sedangkan polaritas terbalik
adalah elektroda bermuatan + dan benda kerja bermuatan -.

Gambar polaritas pengelasan


Elektroda dalam las SMAW dibuat dengan sifat khusus, ada yang hanya
menggunakan AC atau DC. Polaritas searah/lurus disebut DCSP (Direct Current
Straight Polarity) atau DCEN (Direct Current Elektode Negative). Polaritas terbalik
atau DCRP (Direct Current Reverse Polarity) disebut juga DCEP (Direct Current
Elektode Positive).

Polaritas searah/lurus
Polaritas searah/lurus disebut DCSP (Direct Current Straight Polarity) atau DCEN
(Direct Current Elektode Negative
 Dengan pengkutuban searah/lurus berarti kutub positif (+) mesin las
dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan dengan
kabel elektroda.
5
 Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.
 Benda kerja menerima panas lebih banyak dari elektroda.
 Busur nyala mengeluarkan tenaga cocok untuk mengelas benda kerja yang tipis.
Polaritas terbalik
Polaritas terbalik atau DCRP (Direct Current Reverse Polarity) disebut juga DCEP
(Direct Current Elektode Positive).
 Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las dihubungkan dengan
benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan elektroda.
 Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.
 Busur nyala mngeluarkan tenaga besar pada benda kerja, mengakibatkan
penembusan yang dalam.
 Cocok untuk mengelas benda kerja yang tebal.
Skema pengelasan SMAW dapat digambarkan sebagai berikut :

Mesin las SMAW

Mesin las SMAW secara garis besar dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
1. Mesin las arus bolak balik (Alternating Current / AC Welding Machine)
2. Mesin las arus searah (Direct Current / DC Welding Machine)

6
Pada mesin las terdapat kabel primer (primary power cable) dan kabel sekunder atau
kabel las (welding cable). Kabel primer ialah kabel yang menghubungkan antara
sumber tenaga dengan mesin las. Jumlah kawat inti pada kabel primer disesuaikan
dengan jumlah phasa mesin las ditambah satu kawat sebagai hubungan masa tanah
dari mesin las. Kabel sekunder ialah kabel-kabel yang dipakai untuk keperluan
mengelas, terdiri dari dua buah kabel yang masing-masing dihubungkan dengan
penjepit (tang) elektroda dan penjepit ( holder ) benda kerja.

Mesin las arus bolak-balik


Mesin las arus bolak-balik adalah transformator penurun tegangan. Transformator
(trafo mesin las) adalah alat yang dapat merubah tegangan yang keluar dari mesin
las. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las bermacam-macam biasanya 110 V, 220
V, 380 V atau 420 V. Pada mesin las arus bolak-balik, kabel masa dan kabel elektroda
dipertukarkan tidak mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

Mesin las arus searah


Mesin las arus searah mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las ( AC ) yang
kemudian diubah menjadi arus searah atau dari generator arus searah yang
digerakkan oleh motor bensin atau motor diesel sehingga cocok untuk pekerjaan
lapangan atau untuk bengkel-bengkel kecil yang tidak mempunyai jaringan listrik.
Pemasangan kabel-kabel las ( pengkutuban ) pada mesin las arus searah dapat diatur
/dibolak-balik sesuai dengan keperluan pengelasan, ialah dengan cara :
1. Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity / DCSP/DCEN)
2. Pengkutuban terbalik (Direct Current Reverce Polarity / DCRP/DCEP)
Elektroda las SMAW
Secara umum elektroda mempunyai fungsi :
1. Sebagai penghantar arus listrik dari tang elektroda ke busur yang terbentuk,
setelah bersentuhan dengan benda kerja
2. Sebagai bahan tambah.

7
Bahan inti elektroda dibuat dari logam ferro dan non ferro misalnya :
- Baja karbon
- Baja paduan
- Alumunium
- Kuningan, dll

Selaput ( flux )

Kawat inti

Gambar elektroda

Elektroda diproduksi dengan standar ukuran panjang dan diameter. Diameter


elektroda diukur pada kawat intinya. Ukuran diameter elektroda secara umum
berkisar antara 1,5 sampai dengan 7 mm, panjang antara 250 – 450 mm serta
dengan tebal salutan antara 10% - 50% dari diameter elektroda.
Dalam perdagangan elektroda tersedia dengan beratnya 25 kg, 20 kg, atau 5 kg;
dibungkus dalam dus atau kemasan yang terbuat dari kertas dan lapisan plastik pada
bagian luarnya.

Menurut American Welding Society ( AWS ) kode elektroda dinyatakan dengan E


diikuti dengan 4 atau lima digit yang artinya adalah sebagai berikut :
E = elektroda
Dua atau tiga digit pertama : menunjukkan nilai kekuatan tarik (tensile strength)
minimum x 1000 psi pada hasil pengelasan yang diperkenankan.
Digit ke tiga atau empat : menunjukkan tentang posisi pengelasan yang artinya
sbb :

8
1 = elektroda dapat digunakan untuk semua posisi ( E xx1x )
2 = elektroda dapat digunakan untuk posisi di bawah tangan (flat) dan mendatar
pada sambungan sudut/ fillet ( E xx2x )
3 = hanya untuk posisi di bawah tangan saja ( E xx3x )
4 = untuk semua posisi kecuali arah turun ( E .xx4x )
Digit terakhir ( ke empat/ lima ) menunjukkan tentang jenis arus dan tipe salutan.
Digit ( angka ) tersebut mulai dari 0 s.d. 8 yang menunjukkan tipe arus dan
pengkutuban ( polarity ) yang digunakan, di mana ada empat pengelompokan yang
dapat menunjukkan tipe arus untuk tiap tipe elektroda, yaitu :
1. Elektroda dengan digit terakhirnya 0 dan 5 dapat digunakan hanya untuk tipe arus
DCRP.
2. Elektroda dengan digit terakhirnya 2 dan 7 dapat digunakan untuk arus AC atau
DCSP.
3. Elektroda dengan digit terakhirnya 3 dan 4 dapat digunakan untuk arus AC atau
DC ( DCRP dan DCSP ).
4. Elektroda dengan digit terakhirnya 1, 6 dan 8 dapat digunakan untuk arus AC atau
DCRP.
Tabel Sumber arus, tipe selaput dan daya tembus

No Golongan Selaput Jenis Busur Daya Kadar Besi


Arus Listrik Tembus
1 E X X 10 Cellulose- AC Penggali Dalam 0 – 10 %
Sodium DCSP
2 E X X 11 Celulose- AC Penggali Dalam 0%
Potasium DCSP
3 E X X 12 Rutile- AC Sedang Sedang 0 – 10%
Sodium DCSP
4 E X X 13 Rutile- AC, Lunak Lemah 0 – 10%
Potasium DCSP,
DCRP
5 E X X 14 Rutile – AC, Lunak Lemah 25 – 40%
Serbuk DCSP,
Besi DCRP
6 E X X 15 Low DCRP Sedang Sedang 0%
Hidrogen
– Sodium

9
7 E X X 16 Low AC, Sedang Sedang 0%
Hidrogen DCRP

Potasium
8 E X X 18 Low AC, Sedang Sedang 15 – 40 %
Hidrogen DCRP
– Serbuk
besi
9 E X X 20 Serbuk AC, Sedang Sedang 0%
besi - DCRP,
Sodium DCSP
10 E X X 24 Rutile – AC, Lunak Lemah 50 %
Serbuk DCRP,
besi DCSP
!! E X X 27 Oxide – AC, Lunak Lemah 50 %
Serbuk DCRP,
beis DCSP

Salutan elektroda
Salutan elektroda berfungsi untuk :
1. Memberikan gas pelindung pada logam yang dilas, melindungi kontaminasi udara
pada waktu logam dalam keadaan cair.
2. Membentuk lapisan terak, yang melapisi hasil pengelasan dari oksidasi udara
selama proses pendinginan.
3. Mencegah proses pendinginan agar tidak terlalu cepat.
4. Memudahkan penyalaan.
5. Mengontrol stabilitas busur
Salutan elektroda peka terhadap lembab, oleh karena itu elektroda yang telah
dibuka dari bungkusnya disimpan dalam kabinet pemanas (oven) yang bersuhu kira-
kira 15 C lebih tinggi dari suhu udara luar. Apabila tidak demikian, maka
kelembaban akan menyebabkan hal-hal sebagai berikut :

a. Salutan mudah terkelupas, sehingga sulit untuk menyalakan


b. Percikan yang berlebihan.
c. Busur tidak stabil.
d. Asap yang berlebihan

10
ASESMEN TERTULIS

Soal-Soal Essay

1. Uraikan yang dimaksud dengan polaritas searah/lurus !


2. Uraikan yang dimaksud dengan polaritas terbalik !
3. Uraikan pemahamanmu terkait mesin las arus bolak balik !
4. Uraikan pemahamanmu terkait mesin las arus searah !
5. Uraikan kode elektroda menurut AWS !

KUNCI JAWABAN

1. Polaritas searah/lurus

Polaritas searah/lurus disebut DCSP (Direct Current Straight Polarity) atau


DCEN (Direct Current Elektode Negative

 Dengan pengkutuban searah/lurus berarti kutub positif (+) mesin las


dihubungkan dengan benda kerja dan kutub negatif (-) dihubungkan
dengan kabel elektroda.
 Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian
panas memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan
benda kerja.
 Benda kerja menerima panas lebih banyak dari elektroda.
 Busur nyala mengeluarkan tenaga cocok untuk mengelas benda kerja
yang tipis.
2. Polaritas terbalik

11
Polaritas terbalik atau DCRP (Direct Current Reverse Polarity) disebut juga
DCEP (Direct Current Elektode Positive).

 Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif (-) mesin las dihubungkan


dengan benda kerja, dan kutub positif (+) dihubungkan dengan
elektroda.
 Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian
panas memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan
elektroda.
 Busur nyala mngeluarkan tenaga besar pada benda kerja,
mengakibatkan penembusan yang dalam.
 Cocok untuk mengelas benda kerja yang tebal.
3. Mesin las arus bolak-balik

Mesin las arus bolak-balik adalah transformator penurun tegangan.


Transformator (trafo mesin las) adalah alat yang dapat merubah tegangan
yang keluar dari mesin las. Tegangan yang diperlukan oleh mesin las
bermacam-macam biasanya 110 V, 220 V, 380 V atau 420 V. Pada mesin
las arus bolak-balik, kabel masa dan kabel elektroda dipertukarkan tidak
mempengaruhi perubahan panas yang timbul pada busur nyala.

4. Mesin las arus searah

Mesin las arus searah mendapatkan sumber tenaga listrik dari trafo las
( AC ) yang kemudian diubah menjadi arus searah atau dari generator arus
searah yang digerakkan oleh motor bensin atau motor diesel sehingga
cocok untuk pekerjaan lapangan atau untuk bengkel-bengkel kecil yang
tidak mempunyai jaringan listrik. Pemasangan kabel-kabel las
( pengkutuban ) pada mesin las arus searah dapat diatur /dibolak-balik
sesuai dengan keperluan pengelasan, ialah dengan cara :
1. Pengkutuban langsung (Direct Current Straight Polarity / DCSP/DCEN)
2. Pengkutuban terbalik (Direct Current Reverce Polarity / DCRP/DCEP)

12
5. Menurut American Welding Society ( AWS ) kode elektroda dinyatakan
dengan E diikuti dengan 4 atau lima digit yang artinya adalah sebagai
berikut :

E = elektroda
Dua atau tiga digit pertama : menunjukkan nilai kekuatan tarik (tensile
strength) minimum x 1000 psi pada hasil pengelasan yang diperkenankan.
Digit ke tiga atau empat : menunjukkan tentang posisi pengelasan yang
artinya sbb :
1 = elektroda dapat digunakan untuk semua posisi ( E xx1x )
2 = elektroda dapat digunakan untuk posisi di bawah tangan (flat) dan
mendatar pada sambungan sudut/ fillet ( E xx2x )
3 = hanya untuk posisi di bawah tangan saja ( E xx3x )
4 = untuk semua posisi kecuali arah turun ( E .xx4x )
Digit terakhir ( ke empat/ lima ) menunjukkan tentang jenis arus dan tipe
salutan.

PENGOLAHAN NILAI
Rumus Pengolahan Nilai = Jumlah jawaban benar X 100 = Nilai Akhir
Jumlah soal

13
PERTEMUAN 4-6 Penyetelan (setting) mesin SMAW
Tujuan Pembelajaran
1. Menguraikan mesin SMAW
2. Mengklasifikasikan mesin SMAW
3. Memilih mesin SMAW
4. Menghubungkan mesin SMAW

Pemahaman Bermakna
Manusia mendapatkan informasi lebih banyak jika mereka menemukan pengetahuan sendiri
melalui eksperimen.

Pertanyaan Pemantik
1. Apakah kamu pernah mengetahui penyetelan (setting) mesin SMAW ?
2. Menurut kamu penyetelan (setting) mesin SMAW berfungsi untuk apa ?

Persiapan Pembelajaran
1. Guru melakukan asesmen diagnostik (non kognitif dan kognitif untuk mengidentifikasi
kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik)
2. Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran daring dan luring.
4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama beberapa pertemuan ke depan akan
mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah
kemampuan yang wajib dikuasai peserta didik. Dengan demikian diminta untuk fokus dan
menyiapkan catatan apabila dibutuhkan.
5. Guru menyiapkan sarana dan perangkat pembelajaran.
6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
 Apakah kamu pernah mengetahui penyetelan (setting) mesin SMAW ?
 Menurut kamu penyetelan (setting) mesin SMAW berfungsi untuk apa?
7. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang penyetelan (setting) mesin SMAW ?

14
Kegiatan Inti
1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pengetahuan penyetelan
(setting) mesin SMAW.
2. Dengan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai:
a. Penyetelan (setting) mesin SMAW
b. Contoh-contoh penggunaan penyetelan (setting) mesin SMAW dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka (browsing dan/atau
mengunjungi perpustakaan) guna mengeksplorasi:
a. Peranan penyetelan (setting) mesin SMAW pada pengelasan SMAW
b. Ruang lingkup dan persyaratan penyetelan (setting) mesin SMAW pada pengelasan
SMAW
4. Peserta didik diminta melaporkan hasil studinya dan kemudian bersama-sama dengan
dibimbing oleh guru mendiskusikan hasil laporannya di depan kelas
5. Peserta didik diminta melaksanakan praktik melakukan penyetelan (setting) mesin SMAW
6. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan

Penutup.
1. Peserta didik dapat melakukan/memberikan penilaian baik dalam bentuk
narasi/gambar/emotikon tertentu untuk menunjukkan tentang pemahaman tentang topik
pada hari ini.
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom
komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
5. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran pertemuan ini.
6. Guru mengakhiri dan menutup pertemuan.

Asesmen
Asesmen Diagnostik
 Asesmen diagnostik kognitif
 Asesmen diagnostik non-kognitif
Asesmen Formatif
 Penilaian performa eksperimen
Asesmen Sumatif
 Tes Tertulis

Pengayaan dan Remidial


 Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
 Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.

Refleksi Peserta Didik & Guru


 Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
 Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
 Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
 Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
 Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
15
 Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

DAFTAR PUSTAKA
Jenney, Cynthia L., and Annette O’Brien (2001). Welding Handbook, Volume 1 – Welding Science and
Technology. 9th Edition. American Welding Society, Miami.
KOBELCO, (2015).The ABC’s of Arc Welding and Inspection, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
KOBELCO, (2015).Welding Handbook, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 1. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 2. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Roger, Timings, (2008).Fabrication and Welding Engineering. UK : Newnes


Sri Widharto, (2009). Inspeksi Teknik – Buku 1.Jakarta: Pradnya Paramita.

Wiryosumarto H, Okumura T., (2009). Teknologi Pengelasan Logam.Jakarta:Pradnya Paramita.

16
LAMPIRAN
BAHAN BACAAN

Pemasangan mesin las


 Tempatkan mesin las sedekat mungkin ke sumber arus untuk mendapatkan kabel
primer yang pendek, karena kabel primer sangat berbahaya mempunyai voltage
yang tinggi.
 Periksa seluruh kabel dari kerusakan
 Hubungkan kabel benda kerja dan kabel elektrode ke mesin las, kemudian
hubungkan kabel primer ke sumber arus. Menghubungkan mesin las ke sumber arus
harus melalui stop kontak ( Switch Off ) dan sekring.
 Matikan arus listrik ( switch off ) sebelum perlengkapan lainnya lengkap.
 Bersihkan bagian-bagian kabel penghubung meja kerja maupun kabel penghubung
elektrode dan ketatkan sambungan dari ;bagian-bagian yang longgar yang dapat
menimbulkan panas yang tinggi.
 Pergunakan kabel yang seluruhnya mempunyai isolasi.

Instalasi pengelasan busur logam


a. Sumber daya yang bisa berupa arus bolak balik (AC) atau arus searah (DC)
b. Kabel timbel las dan pemegang elektrode
c. Kabel balik las ( bukan timbel hubungan ke tanah ) dan penjepit
d. Hubungan ke tanah

Type arus las yang digunakan ; AC yang mengubah dari negatif menjadi positif pada
frekuensi jaringan dan DC yang mengalir hanya dalam satu arah.

17
Sumber jaringan Ac tidak sesuai untuk pengelasan karena voltage terlalu tinggi dan arus
terlalu rendah, transformator dignakan untuk mengubah ini ke nilai yang sesuai untuk
pengelasan yakni voltage rendah, kekuatan arus (amper) tinggi tapi masih merupkan arus
bolak balik.
Suatu alternatif untuk metode ini adalah menggunakan sumber tenaga “Jaringan AC” dan
mengubahnya dari AC ke DC dengan menggunakan apa yang disebut dengan istilah pelurus
arus ( Rectifier ).
Suatu generator dapat memberikan DC, baik dari suatu motor yang digerakan dengan bahan
bakar atau dari arus yang diambil dari jaringan untuk menggerakan motor juga terdapat
bentuk-bentuk sumber tenaga yang lain.
Polaritas
Ada dua jenis polaritas yakni lazim disebut polaritas lurus ( Straight polarity ) dan polaritas
terbalik ( Reverse polarity ).
Beberapa jenis elektrode diciptakan dengan mempergunakan polaritas terbalik dan
sebagian lagi polaritas lurus arus searah

Pengkutuban langsung ( DCSP )

18
Gambar Pengkutuban DCSP

Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif ( + ) mesin las dihubngkan dengan
benda kerja dan kutub negatif ( - ) dihubngkan dengan kabel elektrode.
Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan
elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.

Pengkutuban terbalik ( DCRP )


Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif ( - ) mesin las dihubungkan dengan benda kerja,
dan kutub positif ( + ) dihubungkan dengan elektroda.
Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas memanaskan
benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.

Gambar : Pengkutuban DCRP

19
Pemilihan / penentuan hubungan kutub-kutub DCSP tergantung dari :
 Bahan yang dilas ( tebal / tipis )
 Posisi pengelasan
 Jenis elektroda yang dipergunakan
 Penembusan yang dikehendaki

Perubahan hubungan dari pengkutuban langsung kepada pengkutuban terbalik atau


sebaliknya, cukup dengan merubah kedudukan saklar ( S & R ) yang biasanya terdapat pada
mesin las DC, jadi tidak usah merubah kedudukan kabel elektroda dan kabel benda kerja.

Pada mesin las arus searah pengatur arusnya biasanya dilengkapi dengan dua macam
pengatur yaitu ; High dan Low.

Andaikata pihak pelaksana kurang menyadari adanya ketentuan pemakaian polaritas arus
searah, maka dapat saja terjadi elektroda untuk polaritas terbalik ( RP ) dilaskan dengan
memakai polaritas lurus ( SP ) sehingga mengakibatkan hasil yang buruk ( nyala busur tidak
terang, produksi gas berlebihan sehingga menimbulkan percikan-percikan dan gelembung
gas ).
Untuk menetukan Amper bisa dipakai rumus 1 Ampere / 0,0254 mm garis tengah elektroda,
jadi jika elektroda 3,2 mm maka Arusyang diperlukan :

3 x 1 ampere = 125 ampere

20
ASESMEN TERTULIS

Soal-Soal Essay

1. Uraikan bagaimana pemasangan mesin las !


2. Uraikan yang dimaksud dengan pengkutuban langsung (DCSP) !
3. Uraikan yang dimaksud dengan pengkutuban terbalik (DCRP)!
4. Uraikan hal-hal yang menentukan pengkutuban DCSP !

KUNCI JAWABAN

1. Pemasangan mesin las

 Tempatkan mesin las sedekat mungkin ke sumber arus untuk


mendapatkan kabel primer yang pendek, karena kabel primer sangat
berbahaya mempunyai voltage yang tinggi.
 Periksa seluruh kabel dari kerusakan
 Hubungkan kabel benda kerja dan kabel elektrode ke mesin las, kemudian
hubungkan kabel primer ke sumber arus. Menghubungkan mesin las ke
sumber arus harus melalui stop kontak ( Switch Off ) dan sekring.
 Matikan arus listrik ( switch off ) sebelum perlengkapan lainnya lengkap.
 Bersihkan bagian-bagian kabel penghubung meja kerja maupun kabel
penghubung elektrode dan ketatkan sambungan dari ;bagian-bagian yang
longgar yang dapat menimbulkan panas yang tinggi.
 Pergunakan kabel yang seluruhnya mempunyai isolasi.

2. Pengkutuban langsung (DCSP)

21
Dengan pengkutuban langsung berarti kutub positif ( + ) mesin las
dihubngkan dengan benda kerja dan kutub negatif ( - ) dihubngkan dengan
kabel elektrode.
Dengan hubungan seperti ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan elektroda sedangkan 2/3 bagian memanaskan benda kerja.

3. Pengkutuban terbalik ( DCRP )

Pada pengkutuban terbalik, kutub negatif ( - ) mesin las dihubungkan dengan


benda kerja, dan kutub positif ( + ) dihubungkan dengan elektroda.
Pada hubungan semacam ini panas pengelasan yang terjadi 1/3 bagian panas
memanaskan benda kerja dan 2/3 bagian memanaskan elektroda.

4. Hal-hal yang menentukan pengkutuban DCSP

 Bahan yang dilas ( tebal / tipis )


 Posisi pengelasan
 Jenis elektroda yang dipergunakan
 Penembusan yang dikehendaki

PENGOLAHAN NILAI
Rumus Pengolahan Nilai = Jumlah jawaban benar X 100 = Nilai Akhir
Jumlah soal

22
PERTEMUAN 7-8 Bahan las
Tujuan Pembelajaran
1. Menguraikan bahan las
2. Mengklasifikasikan bahan las
3. Memilih bahan las
4. Menghubungkan bahan las

Pemahaman Bermakna
Manusia mendapatkan informasi lebih banyak jika mereka menemukan pengetahuan sendiri
melalui eksperimen.

Pertanyaan Pemantik
1. Apakah kamu pernah mengetahui bahan las dalam proses pengelasan SMAW ?
2. Menurut kamu pengetahuan bahan las SMAW berfungsi untuk apa ?

Persiapan Pembelajaran
1. Guru melakukan asesmen diagnostik (non kognitif dan kognitif untuk mengidentifikasi
kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik)
2. Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran daring dan luring.
4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama beberapa pertemuan ke depan akan
mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah
kemampuan yang wajib dikuasai peserta didik. Dengan demikian diminta untuk fokus dan
menyiapkan catatan apabila dibutuhkan.
5. Guru menyiapkan sarana dan perangkat pembelajaran.
6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
 Apakah kamu pernah mengetahui bahan las dalam proses pengelasan SMAW?
 Menurut kamu pengetahuan bahan las SMAW berfungsi untuk apa?
7. Apa harapanmu saat kamu mempelajari bahan las ?

Kegiatan Inti
1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pengetahuan bahan las.
2. Dengan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai:
23
a. Klasifikasi bahan las.
b. Contoh-contoh penggunaan bahan las dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka (browsing dan/atau
mengunjungi perpustakaan) guna mengeksplorasi:
a. Peranan pengetahuan bahan las pada pengelasan SMAW.
b. Ruang lingkup dan persyaratan bahan las pada pengelasan SMAW
4. Peserta didik diminta melaporkan hasil studinya dan kemudian bersama-sama dengan
dibimbing oleh guru mendiskusikan hasil laporannya di depan kelas
5. Peserta didik diminta mengklasifikasikan bahan las.
6. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan

Penutup.
1. Peserta didik dapat melakukan/memberikan penilaian baik dalam bentuk
narasi/gambar/emotikon tertentu untuk menunjukkan tentang pemahaman tentang topik
pada hari ini.
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom
komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
5. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran pertemuan ini.
6. Guru mengakhiri dan menutup pertemuan.

Asesmen
Asesmen Diagnostik
 Asesmen diagnostik kognitif
 Asesmen diagnostik non-kognitif
Asesmen Formatif
 Penilaian performa eksperimen
Asesmen Sumatif
 Tes Tertulis

Pengayaan dan Remidial


 Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
 Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.

Refleksi Peserta Didik & Guru


 Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
 Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
 Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
 Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
 Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
 Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

24
DAFTAR PUSTAKA
Jenney, Cynthia L., and Annette O’Brien (2001). Welding Handbook, Volume 1 – Welding Science and
Technology. 9th Edition. American Welding Society, Miami.
KOBELCO, (2015).The ABC’s of Arc Welding and Inspection, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
KOBELCO, (2015).Welding Handbook, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 1. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 2. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Roger, Timings, (2008).Fabrication and Welding Engineering. UK : Newnes


Sri Widharto, (2009). Inspeksi Teknik – Buku 1.Jakarta: Pradnya Paramita.

Wiryosumarto H, Okumura T., (2009). Teknologi Pengelasan Logam.Jakarta:Pradnya Paramita.

25
LAMPIRAN
BAHAN BACAAN

Hampir semua tipe logam yang digunakan secara umum dapat dilas dengan baik dengan
penggunaan prosedur pengelasan yang sesuai. Logam tersebut dapat dikategorikan sebagai
logam fero dan non-fero. Tiap tipenya diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dan sifat
mekaniknya.

Logam Fero
Logam fero merupakan logam dengan kandungan utama besi (ferrous). Ditambahkan
elemen paduan lain untuk membentuk karakteristik dan sifat tertentu sesuai kebutuhan.
Logam fero  dapat dibagi dalam dua kategori yaitu besi tuang (Cast Iron) dan baja (Steel).
Pada logam baja, elemen paduan karbon sebagai paduan utama dengan kandungan yang
dapat mencapai 2 % (tetapi kebanyakan baja lasan mengandung karbon kurang dari 0,5 %).
Karbon dapat terlarut dalam besi atau membentuk senyawa, seperti Fe3C. Meningkatkan
jumlah karbon maka akan meningkatkan kekerasan dan kekuatan tarik, juga berperan dalam
26
kemampuan perlakuan panas. Di sisi lain, peningkatan jumlah karbon akan mengurangi
kemampuan las baja.
Besi tuang adalah salah satu jenis dari paduan berbasis besi dengan kandungan karbon yang
lebih tinggi dari baja paduan. Besi tuang memiliki kandungan karbon sebesar 2,0 – 6,67 %,
akan tetapi, besi tuang yang umumnya digunakan dalam industri umumnya mengandung
2,0 – 4,5 % karbon, 1 – 3 % silikon, dan mangan.
Logam Non-Fero
Logam Non-Fero adalah logam tanpa kandungan besi (ferrous) di dalamnya. Terdapat
sejumlah jenis logam non-fero yang dapat disambung dengan proses pengelasan, baik
logam non-fero yang umum seperti, tembaga, nikel, aluminium, maupun logam non-fero
reaktif seperti titanium, zirkonium, magnesium. Umumnya diperlukan teknik dan metode
khusus dalam pengelasan jenis logam ini terutama pada jenis logam non-fero reaktif.

Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara kimiawi tidak memiliki
unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini disebut sebagai logam bukan Besi
(non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini telah disebutkan dimana termasuk logam yang
banyak dan umum digunakan baik secara murni maupun
sebagai unsur paduan.

Pada uraian berikut akan kita lihat logam dari jenis non Ferro ini secara lebih luas lagi,
karena semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam
pengolahan bahan logam, menjadikan semua jenis logam digunakan secara luas dengan
berbagai alasan, mutu produk yang semakin ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan
pendukung teknologi serta keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang secara umum
digunakan dan lain lain.

Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang satu dengan logam yang
lainnya, demikian pula dalam cara pengadaannya, pengolahannya, perlakuannya serta
pemakaiannya.
Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam Non Ferro ini memungkinkan pemakaian
secara luas baik digunakan secara murni atau pun dipadukan antara logam non ferro bahkan
dengan logam Ferro untuk mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari sifat
asalnya.

27
Untuk mengetahui macam-macam logam non ferro ini dapat disebutkan sebagai berikut :

Dari semua jenis logam tersebut dikelompokan dalam 3 kelompok yaitu :


1. Logam berat
Logam berat ialah logam yang memiliki berat jenis (ρ) lebih besar dari 4,0 kg/dm3, yang
termasuk dalam kelompok ini ialah :
1 Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)
2 Seng, Zincum (Zn)
3 Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
4 Lead, Timah hitam,Plumbum (Pb)

2. Logam ringan :

28
Logam ringan ialah logam yang memiliki berat jenis (ρ) kurang dari 4,0 kg/dm3, yang
termasuk dalam kelompok ini ialah :
Aluminium (Al) dan Magnesium (Mg)

3. Logam Mulia :
Logam mulia ialah logam yang memiliki nilai jual yang tinggi, yang termasuk dalam
kelompok ini ialah : Emas, Gold, Aurum (Au) dan Perak, Silver, Argentum (Ag)

ASESMEN TERTULIS

Soal-Soal Essay

1. Uraikan apa yang dimaksud dengan logam ferro !


2. Uraikan yang dimaksud dengan logam non ferro !
3. Uraikan jenis logam non ferro yang dipakai dalam proses pengelasan !
4. Uraikan apa yang dimaksud dengan besi tuang !

KUNCI JAWABAN

1. Logam fero merupakan logam dengan kandungan utama besi (ferrous).


Ditambahkan elemen paduan lain untuk membentuk karakteristik dan sifat
tertentu sesuai kebutuhan. Logam fero  dapat dibagi dalam dua kategori yaitu
besi tuang (Cast Iron) dan baja (Steel).
2. Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara kimiawi
tidak memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini
disebut sebagai logam bukan Besi (non Ferro).
3. Terdapat sejumlah jenis logam non-fero yang dapat disambung dengan
proses pengelasan, baik logam non-fero yang umum seperti, tembaga, nikel,
aluminium, maupun logam non-fero reaktif seperti titanium, zirkonium, dan
magnesium.
4. Besi tuang adalah salah satu jenis dari paduan berbasis besi dengan
kandungan karbon yang lebih tinggi dari baja paduan. Besi tuang memiliki
kandungan karbon sebesar 2,0 – 6,67 %, akan tetapi, besi tuang yang
29
umumnya digunakan dalam industri umumnya mengandung 2,0 – 4,5 %
karbon, 1 – 3 % silikon, dan mangan.

PENGOLAHAN NILAI
Rumus Pengolahan Nilai = Jumlah jawaban benar X 100 = Nilai Akhir
Jumlah soal

PERTEMUAN 9-18 Teknik pengelasan pelat dengan pelat pada


baja karbon posisi di bawah tangan, mendatar
dan vertical
Tujuan Pembelajaran
1. Menguraikan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan, mendatar
dan vertical
2. Mendesain pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan, mendatar
dan vertical
3. Melaksanakan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan, mendatar
dan vertical
4. Menyimpulkan pengelasan pelat ke pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan,
mendatar dan vertical
Pemahaman Bermakna
Manusia mendapatkan informasi lebih banyak jika mereka menemukan pengetahuan sendiri
melalui eksperimen.

Pertanyaan Pemantik
1. Apakah kamu pernah mengetahui teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical ?
2. Menurut kamu pengetahuan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical berfungsi untuk apa ?
Persiapan Pembelajaran
1. Guru melakukan asesmen diagnostik (non kognitif dan kognitif untuk mengidentifikasi
kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Hasilnya digunakan pendidik sebagai
rujukan dalam merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
peserta didik)
2. Guru menyusun langkah-langkah pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdoa bersama.
2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru.
3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan
diterapkan dalam pembelajaran daring dan luring.
4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama beberapa pertemuan ke depan akan
mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah
kemampuan yang wajib dikuasai peserta didik. Dengan demikian diminta untuk fokus dan
menyiapkan catatan apabila dibutuhkan.
30
5. Guru menyiapkan sarana dan perangkat pembelajaran.
6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik:
 Apakah kamu pernah mengetahui teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja
karbon posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan
SMAW ?
 Menurut kamu pengetahuan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical berfungsi untuk apa?
7. Apa harapanmu saat kamu mempelajari teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja
karbon posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan
SMAW ?

Kegiatan Inti
1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pengetahuan bahan las.
2. Dengan metode tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai:
a. Teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon posisi di bawah tangan,
mendatar dan vertical dalam proses pengelasan SMAW.
b. Contoh-contoh penggunaan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan SMAW dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan studi pustaka (browsing dan/atau
mengunjungi perpustakaan) guna mengeksplorasi:
a. Peranan pengetahuan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon posisi di
bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan SMAW.
b. Ruang lingkup dan persyaratan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan SMAW.
4. Peserta didik diminta melaporkan hasil studinya dan kemudian bersama-sama dengan
dibimbing oleh guru mendiskusikan hasil laporannya di depan kelas
5. Peserta didik diminta melakukan teknik pengelasan pelat dengan pelat pada baja karbon
posisi di bawah tangan, mendatar dan vertical dalam proses pengelasan SMAW .
6. Peserta didik diminta untuk mengerjakan soal latihan

Penutup.
1. Peserta didik dapat melakukan/memberikan penilaian baik dalam bentuk
narasi/gambar/emotikon tertentu untuk menunjukkan tentang pemahaman tentang topik
pada hari ini.
2. Peserta didik dapat menuliskan pertanyaan yang ingin diketahui lebih lanjut dalam kolom
komentar.
3. Peserta didik mengomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan
4. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru.
5. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran pertemuan ini.
6. Guru mengakhiri dan menutup pertemuan.

Asesmen
Asesmen Diagnostik
 Asesmen diagnostik kognitif
 Asesmen diagnostik non-kognitif
Asesmen Formatif
 Penilaian performa eksperimen
31
Asesmen Sumatif
 Tes Tertulis

Pengayaan dan Remidial


 Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai diatas rata-rata untuk
mendapatkan tambahan materi dan pengetahuan.
 Remidial diberikan kepada peserta didik yang memiliki nilai dibawah rata-rata untuk
mendapatkan ulang penjelasan terkait materi yang dibahas.

Refleksi Peserta Didik & Guru


 Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran ?
 Apakah semua peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran?
 Apa saja kesulitan peserta didik yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran?
 Apakah peserta didik yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan
baik?
 Apa level pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?
 Apakah seluruh peserta didik dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran?
 Apa strategi agar seluruh siswa dapat menuntaskan kompetensi?

32
DAFTAR PUSTAKA
Jenney, Cynthia L., and Annette O’Brien (2001). Welding Handbook, Volume 1 – Welding Science and
Technology. 9th Edition. American Welding Society, Miami.
KOBELCO, (2015).The ABC’s of Arc Welding and Inspection, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
KOBELCO, (2015).Welding Handbook, Tokyo, Japan :Kobe Steel, Ltd.
Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 1. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Rizal Sani, (2006). Las Busur Manual Lanjut 2. Bandung: PPPG Teknologi Bandung.

Roger, Timings, (2008).Fabrication and Welding Engineering. UK : Newnes


Sri Widharto, (2009). Inspeksi Teknik – Buku 1.Jakarta: Pradnya Paramita.

Wiryosumarto H, Okumura T., (2009). Teknologi Pengelasan Logam.Jakarta:Pradnya Paramita.

33
LAMPIRAN
BAHAN BACAAN

Sambungan Las
Mutu hasil pengelasan selain tergantung dari pelaksanaannya juga ditentukan oleh
persiapan sebelum pengelasan. Karena itu pengawasan pengelasan dilakukan semenjak
persiapan pengelasan, pada waktu pengelasan dan sesudah pengelasan. Yang termasuk
pekerjaan persiapan pengelasan diantaranya adalah persiapan material/bahan induk .
Bahan induk yang dipergunakan pada setiap konstruksi harus memenuhi persyaratan-
persyaratan baik tentang jenis dan mutunya maupun ukuran-ukurannya, selanjutnya untuk
dilaksanakan oleh juru las. Dengan memahami jenis dan ukuran bahan induk serta bentuk
sambungan dengan simbol-simbol pengelasan, Anda akan dapat melaksanakan pekerjaan
pengelasan dengan benar. Berikut ini jenis- jenis sambungan yang perlu diketahui
sebelum pelaksanaan pengelasan.

Jenis-jenis sambungan
Beberapa standar telah mengatur jenis sambungan las, namun pada dasarnya dibagi
menjadi lima jenis sambungan, yaitu :
a. Sambungan tumpul (butt joint)
b. Sambungan sudut (corner joint)
c. Sambungan T (T – joint)
d. Sambungan tumpang (lap joint)
e. Sambungan tepi (edge joint)

34
Gambar Tipe Tipe SambunganSumber : Welding Handbook AW

Las Catat
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan las catat (tack weld)adalah sebagai
berikut :

 Bahan las harus bersih dari bahan-bahan yang mudah terbakar dan karat.
 Pada sambungan sudut cukup di las catat pada kedua ujung sepanjang
penampang sambungan ( tebal bahan tersebut ).

Bila dilakukan pengelasan sambungan sudut ( T ) pada kedua sisi, maka konstruksi
sambungan harus 90° terhadap bidang datarnya.

35
Bila hanya satu sisi saja, maka sudut perakitannya adalah 30° - 50° menjauhi sisi tegak
sambungan, yakni untuk mengantisipasi tegangan penyusutan / distorsi setelah pengelasan.

Gambar Las Catat pada sambungan sudut (T) satu sisi

Gambar Las Catat sambungan T dilas dua

Penempatan Bahan Las dan Posisi Elektroda


Penempatan bahan pada pengelasan pelat posisi di bawah tangan adalah posisi di mana
bahan atau bidang yang dilas ditempatkan secara rata ( flat ) atau sejajar dengan bidang
horizontal, baik pada sambungan sudut maupun pada sambungan tumpul.
Sedangkan penempatan bahan pada pengelasan posisi horizontal adalah penempatan
di mana bidang yang dilas mendatar dan memanjang pada bidang horizontal.

36
Gambar Penempatan Benda Kerja di Meja Kerja

Gambar Penempatan Bahan dan Elektroda pada Sambungan T Posisi Flat (1F)

Gambar Penempatan Bahan dan Elektroda Pada Sambungan T Posisi Horizontal (2F)

37
Arah dan Gerakan Elektroda
Arah pengelasan ( elektroda ) pada proses las busur manual adalah arah mundur atau
ditarik, sehingga bila operator las menggunakan tangan kanan, maka arah pengelasan
adalah dari kiri ke kanan. Demikian juga sebaliknya, jika menggunakan tangan kanan, maka
tarikan elektroda adalah dari kanan ke kiri. Namun, pada kondisi tertentu dapat dilakukan
dari depan mengarah ke tubuh operator las.
Dalam hal ini, yang terpenting adalah sudut elektroda terhadap garis tarikan elektroda
sesuai dengan ketentuan ( prosedur yang ditetapkan ) dan busur serta cairan logam las
dapat terlihat secara sempurna oleh operator las.
Pada pengelasan sambungan T maupun pada sambungan tumpul posisi di bawah tangan
(1F/1G) secara umum untuk jalur pertama adalah ditarik tanpa ada ayunan elektroda, tapi
untuk jalur kedua dan selanjutnya.sangat tergantung pada kondisi pengelasan itu sendiri,
sehingga dapat dilakukan ayunan atau tetap ditarik seperti jalur pertama.
Sedangkan pada posisi horizontal, baik untuk sambungan sudut / T atau sambungan tumpul
(2F/2G) secara umum tidak dilakukan ayunan/ gerakan elektroda ( hanya ditarik ) dengan
sudut yang sesuai dengan
prosedurnya.

Gambar Arah dan gerakan Elektroda

Khusus untuk gerakan elektroda pada pengelasan sambungan sudut ( fillet ) posisi tegak
naik ( misalnya pada sambungan T dan sambungan sudut luar atau dalam ) dapat dilakukan
gerakan ½ lingkaran atau segi tiga.

38
Gambar Arah dan gerakan Elektroda Untuk Posisi Tegak Naik
Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan untuk sambungan las fillet (sudut) dan sambungan las tumpul untuk
pengelasan pelat masing-masing terdiri dari 4 (empat) posisi pengelasan, yaitu posisi
bawah tangan, mendatar, tegak dan atas kepala. Untuk penjelasan posisi pengelasan
sambungan tumpul dan sambungan sudut pelat perhatikan gambar dibawah.

39
Sumber : Welding Handbook KOBELCO
Gambar Posisi Pengelasan Pelat menurut AWS dan ISO

Tabel Sambungan sudut (filet weld) untuk pelat

No. Posisi Pengelasan Proses Pengelasan


1 Di bawah Tangan Pengelasan dilakukan di bawah tangan, sumbu las pada
Kode Posisi 1F benda kerja horizontal.
2 Mendatar Pengelasan dilakukan mendatar, sumbu las pada benda kerja

40
(Horizontal) horizontal.
Kode Posisi 2F
3 Tegak (Vertikal) Pengelasan dilakukan dari bawah ke atas, sumbu las pada
Kode Posisi 3F benda kerja vertikal.
4 Di atas Kepala Pengelasan dilakukan di atas kepala, sumbu las pada
(Overhead) benda kerja horizontal.
Kode Posisi 4F

Parameter Pengelasan
Sebaiknya sebelum melakukan pekerjaan pengelasan seorang juru las haruslah memahami
prinsip-prinsip dasar bagaimana untuk busur las yang stabil.
Karena busur yang stabil akan membuat hasil las yang bagus/mulus. Dari itu haruslah
diperhatikan:

41
 Panjang busur(Arc Length)
Untuk mendapatkan panjang busur antara benda kerja (base metal) dan ujung
elektroda adalah sangat penting. Karena panjang busur secara langsung sangat
menentukan masukan panas baik terhadap benda kerja maupun elektroda yang
diperlukan dalam proses pengelasan.

Gambar Panjang Busur

 Voltage
Besar voltage dapat diukur sewaktu proses pengelasan sedang berlangsung, dimana
voltage dari sumber yang masuk ke travo las adalah 220/240 volt diturunkan menjadi
sekitar 40-50 volt. Pada waktu pemakaian voltage akan turun sekitar 18 sampai 36 volt,
agar aman dalam pemakaian.
Voltage tergantung dari panjang busur yang ada, dan juga tergantung dari mesin las
/travo dan panjang kabel las yang dipakai, apabila voltage rendah, ini akan
mempengaruhi pemasukan panas pada benda kerja dan elektroda.
Selain besar kecilnya panjang busur voltage juga dipengaruhi oleh:
 Pembungkus Elektroda
 Komposisi Inti Elektroda
 Diameter Elektroda

42
 Besarnya Arus

 Kecepatan pengelasan (Travel Speed)

Dengan kecepatan penarikan elektroda yang benar akan diciptakan rigi las dengan
penembusan , lebar dan tinggi rigi yang sesuai dengan standar.Para pemula pada
umumnya cenderung menarik elektroda terlalu cepat.Tidak ada ketentuan angka yang
pasti untuk kecepatan menarik elektroda sebagai petunjuk apabila kawah las sudah
mencapai lebar atau diameter 2 x diameter salutan elektroda penarikan elektroda
dapat dilaksanakan. Kecepatan pengelasan tergantung dari: ukuran elektroda, besarnya
arus, tebal bahan dan ukuran rigi yang diperlukan.
Rigi las sempit, tipis, penembusan dan perpaduan tidak cukup, ini diakibatkan oleh
penarikan elektroda yang terlalu lambat. Ini akan menghasilkan rigi las yang lebar
dan tebal. Serta ada kemungkinan kawah las akan mengalir di bawah busur sehingga
penembusan berkurang dan overlap.

 Arus (Current)

Besar arus yang dipakai berdasarkan penyetelan pada amper meter yang ada pada
mesin las dan harus disesuaikan dengan besar diameter elektroda yang akan dipakai
untuk pengelasan. Besar arus biasanya dapat dilihat pada bungkusan elektroda yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuat. Jika pada bungkusan elektroda tidak tercantum dapat
dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel Hubungan Antara Diameter Elektroda, Tebal Benda Kerja dan Arus

43
Besar arus sangat mempengaruhi panas yang diperlukan, untuk mencairkan benda kerja
dan elektroda. Dimana panas yang ditimbulkan busur listrik tinggi antara 6000º F
sampai 10.000º F, panas ini terjadi akibat adanya lompatan elektron diantara jarak
benda kerja ke ujung elektroda dan sebaliknya. Jadi apabila arus listrik kurang
memenuhi, maka busur tidak stabil sehingga mengakibatkan panas yang dibutuhkan
berkurang dan menyebabkan pencairan benda kerja dan elektroda tidak rata.

ASESMEN UNJUK KERJA


44
Pengelasan Sambungan T Tiga Jalur Posisi 1F
A. Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu :

 Melakukan persiapan pengelasan, meliputi peralatan dan bahan praktik.


 Menjelaskan prosedur membuat sambungan T tiga jalur bertumpuk posisi di bawah
tangan / flat ( 1F ).
 Membuat sambungan T tiga jalur dengan kriteria :

- lebar kaki las 10 mm


- kaki las ( reinforcement ) seimbang
- sambungan jalur rata
- undercut maksimum 10 % dari panjang pengelasan
- tidak ada overlap
- perubahan bentuk / distorsi maksimum 5°.

B. Daftar Alat dan Bahan


1. Alat :
• Seperangkat mesin las busur manual
• Peralatan bantu
• Peralatan keselamatan& kesehatan kerja
2. Bahan :
• Pelat baja lunak, ukuran 8 x 70 x 200 mm, 2 buah
• Elektroda jenis rutile ( E 6013 ), ᴓ 2,6 atau ᴓ 3,2 mm

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11).


2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3. Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4. Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5. Ikuti langkah kerja secara benar
6. Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7. Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan
pekerjaan.

D. Langkah Kerja
45
1. Menyiapkan 2 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 70 x 200 x 8 mm .

2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya denga kikir atau grinda.
3. Merakit sambungan membentuk T ( sudut 90°)
4. Membuat las catat pada ke dua ujung dan bersihkan hasil las catat
menggunakan palu terak dan sikat baja.
5. Memeriksa kembali kesikuan sambungan.
6. Mengatur posisi benda kerja pada posisi 1F.

7. Melakukan pengelasan sambungan T tiga jalur bertumpuk menggunakan


elektroda E 6013 ᴓ 2,6mm atau ᴓ 3,2mm.
8. Memeriksakan hasil pengelasan tiap jalur yang dikerjakan kepada
pembimbing/Instruktor.
9. Mengulangi job tersebut jika hasil pengelasan belum mencapai kriteria minimum
yang ditentukan.
10. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.

E. Gambar Kerja

46
Baja Karbon 200 x 70 x 8 mm 2 Buah

Elektroda E 6013/E 7018 Ø 3,2 mm Secukupnya


E 7016/E 6013 Ø 2,6 mm

MATERIAL UKURAN JUMLAH

Skala Digambar

SAMBUNGAN SUDUT (FILET) 1:1 Tanggal

POSISI 1F 1:2 Diperiksa

Disetujui

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Praktik Kejuruan 1 SMAW

Lembar Penilaian Hasil


47
Nama Peserta : _______________________
No. I.D. Peserta : _______________________
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal ……………….. pukul ……………
Selesai tanggal …………….... pukul …………….
NO ASPEK YANG DINILAI KRITERIA NILAI REKOMENDA
MAKS. TERCAPAI SI
1. Pemotongan bahan 70 x 200 X 8 mm 90

2. Kesikuan bahan 90° 90

3. Las catat Rapi 90

4. Nyala busur tepat Tepat sudut 90

5. Lebar kaki las 10 mm + 0,2 mm 90

6. Bentuk jalur las Seimbang dan rata 90


7. Beda permukaan 0,5mm,  0,5mm 90

8. Undercut Maks. 0,5 x 10% 90


panjang
pengelasan
9. Overlap 0% 90

10. Distorsi Maksimum 5° 90

11. Terak terperangkap Maksimum 2 mm² 90


12. Kerapian pekerjaan Bersih dan bebas 90
percikan
13. Sikap kerja Disiplin 90

14. Waktu kerja Tepat waktu 90

JUMLAH
NILAI AKHIR
INSTRUKTUR
PURWANTO, ST., M.Pd

Note :
Bila peserta didik nilainya kurang dari 8,0 maka peserta harus mengulang kembali
sampai memperoleh nilai di atas 8,0 tanpa pembulatan.
Pengelasan Sambungan T Tiga Jalur Posisi 2F
48
A. Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu :

 Melakukan persiapan pengelasan, meliputi peralatan dan bahan praktik.


 Menjelaskan prosedur membuat sambungan T tiga jalur bertumpuk posisi mendatar/
horizontal ( 2F ).
 Membuat sambungan T tiga jalur dengan kriteria :
- lebar kaki las 10 mm
- kaki las ( reinforcement ) seimbang
- sambungan jalur rata
- undercut maksimum 10 % dari panjang pengelasan
- tidak ada overlap
- perubahan bentuk / distorsi maksimum 5°.

B. Daftar Alat dan Bahan

1. Alat :
• Seperangkat mesin las busur manual
• Peralatan bantu
• Peralatan keselamatan & kesehatan kerja
2. Bahan :
• Pelat baja lunak, ukuran 8 x 70 x 200 mm, 2 buah
• Elektroda jenis rutile ( E 6013 ), ᴓ 2,6 atau ᴓ 3,2 mm

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11).


2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3. Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4. Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5. Ikuti langkah kerja secara benar
6. Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7. Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan
pekerjaan.

D. Langkah Kerja

49
1. Menyiapkan 2 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 70 x 200 x 8 mm .

2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau grinda.
3. Merakit sambungan membentuk T ( sudut 90° )
4. Membuat las catat pada ke dua ujung dan bersihkan hasil las catat
menggunakan palu terak dan sikat baja.

5. Memeriksa kembali kesikuan sambungan.


6. Melakukan pengelasan sambungan T tiga jalur bertumpuk menggunakan elektroda E
6013 ᴓ 2,6mm atau ᴓ 3,2mm.
7. Memeriksakan hasil pengelasan tiap jalur yang dikerjakan kepada
pembimbing/ instruktor.
8. Mengulangi job tersebut jika hasil pengelasan belum mencapai kriteria minimum
yang ditentukan.
9. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.

E. Gambar Kerja
50
Baja Karbon 70 x 200 x 8 mm 2 Buah

Elektroda E 6013/E 7018 Ø 3,2 mm Secukupnya


E 7016/E 6013 Ø 2,6 mm

MATERIAL UKURAN JUMLAH

Skala Digambar

SAMBUNGAN SUDUT (FILET) 1:1 Tanggal

POSISI 2F 1:2 Diperiksa

Disetujui

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Praktik Kejuruan 2 SMAW

Lembar Penilaian Hasil


51
Nama Peserta : _______________________
No. I.D. Peserta : _______________________
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal ……………….. pukul ……………
Selesai tanggal …………….... pukul …………….
NO ASPEK YANG DINILAI KRITERIA NILAI REKOMENDA
MAKS. TERCAPAI SI
1. Pemotongan bahan 70 x 200 x 8 mm 90

2. Kesikuan bahan 90° 90

3. Las catat Rapi 90

4. Nyala busur tepat Tepat sudut 90

5. Lebar kaki las 10 mm + 0,2 mm 90

6. Bentuk jalur las Seimbang dan rata 90


7. Beda permukaan 0,5mm,  0,5mm 90

8. Undercut Maks. 0,5 x 10% 90


panjang
pengelasan
9. Overlap 0% 90

10. Distorsi Maksimum 5° 90

11. Terak terperangkap Maksimum 2 mm² 90


12. Kerapian pekerjaan Bersih dan bebas 90
percikan
13. Sikap kerja Disiplin 90

14. Waktu kerja Tepat waktu 90

JUMLAH
NILAI AKHIR
INSTRUKTUR
PURWANTO, ST., M.Pd

Note :
Bila peserta didik nilainya kurang dari 8,0 maka peserta harus mengulang kembali
sampai memperoleh nilai di atas 8,0 tanpa pembulatan.
Pengelasan Sambungan T Tiga Jalur Posisi 3F
52
A. Tujuan
Setelah mempelajari dan berlatih dengan tugas ini, peserta diharapkan mampu :

 Melakukan persiapan pengelasan, meliputi peralatan dan bahan praktik.


 Menjelaskan prosedur membuat sambungan T tiga jalur bertumpuk posisi tegak/
vertical 3F ).
 Membuat sambungan T tiga jalur dengan kriteria :
- lebar kaki las 10 mm
- kaki las ( reinforcement ) seimbang
- sambungan jalur rata
- undercut maksimum 10 % dari panjang pengelasan
- tidak ada overlap
- perubahan bentuk / distorsi maksimum 5°.

B. Daftar Alat dan Bahan

1. Alat :
• Seperangkat mesin las busur manual
• Peralatan bantu
• Peralatan keselamatan & kesehatan kerja
2. Bahan :
• Pelat baja lunak, ukuran 8 x 70 x 200 mm, 2 buah
• Elektroda jenis rutile ( E 6013 ), ᴓ 2,6 atau ᴓ 3,2 mm

C. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Gunakan helm/ kedok las yang sesuai (shade 10-11).


2. Rapihkan sisi-sisi tajam pelat dengan grinda atau kikir.
3. Pakailah pakaian kerja yang aman dan sesuai.
4. Gantilah kaca filter jika sudah rusak.
5. Ikuti langkah kerja secara benar
6. Hati-hati dengan benda panas hasil pengelasan.
7. Tanyakan hal-hal yang belum difahami kepada pembimbing sebelum melakukan
pekerjaan.

D. Langkah Kerja

53
1. Menyiapkan 2 buah bahan /pelat baja lunak ukuran 70 x 200 x 8 mm .

2. Membersihkan bahan dan hilangkan sisi-sisi tajamnya dengan kikir atau grinda.
3. Merakit sambungan membentuk T ( sudut 90° )
4. Membuat las catat pada ke dua ujung dan bersihkan hasil las catat
menggunakan palu terak dan sikat baja.

5. Memeriksa kembali kesikuan sambungan.


6. Melakukan pengelasan sambungan T tiga jalur bertumpuk menggunakan elektroda
E 6013 ᴓ 2,6mm atau ᴓ 3,2mm.
7. Memeriksakan hasil pengelasan tiap jalur yang dikerjakan kepada
pembimbing/ instruktor.
8. Mengulangi job tersebut jika hasil pengelasan belum mencapai kriteria minimum
yang ditentukan.
9. Serahkan benda kerja pada pembimbing untuk diperiksa.

E. Gambar Kerja
54
Baja Karbon 70 x 200 x 8 mm 2 Buah

Elektroda E 6013/E 7018 Ø 3,2 mm Secukupnya


E 7016/E 6013 Ø 2,6 mm

MATERIAL UKURAN JUMLAH

Skala Digambar

SAMBUNGAN SUDUT (FILET) 1:1 Tanggal

POSISI 3F 1:2 Diperiksa

Disetujui

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Praktik Kejuruan 3 SMAW

Lembar Penilaian Hasil


55
Nama Peserta : _______________________
No. I.D. Peserta : _______________________
Lama Pengerjaan : Mulai tanggal ……………….. pukul ……………
Selesai tanggal …………….... pukul …………….
NO ASPEK YANG DINILAI KRITERIA NILAI REKOMENDA
MAKS. TERCAPAI SI
1. Pemotongan bahan 70 x 200 x 8 mm 90

2. Kesikuan bahan 90° 90

3. Las catat Rapi 90

4. Nyala busur tepat Tepat sudut 90

5. Lebar kaki las 10 mm + 0,2 mm 90

6. Bentuk jalur las Seimbang dan rata 90


7. Beda permukaan 0,5mm,  0,5mm 90

8. Undercut Maks. 0,5 x 10% 90


panjang
pengelasan
9. Overlap 0% 90

10. Distorsi Maksimum 5° 90

11. Terak terperangkap Maksimum 2 mm² 90


12. Kerapian pekerjaan Bersih dan bebas 90
percikan
13. Sikap kerja Disiplin 90

14. Waktu kerja Tepat waktu 90

JUMLAH
NILAI AKHIR
INSTRUKTUR

Note :
Bila peserta didik nilainya kurang dari 8,0 maka peserta harus mengulang kembali
sampai memperoleh nilai di atas 8,0 tanpa pembulatan.

56

Anda mungkin juga menyukai