Anda di halaman 1dari 41

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGGUNAAN

MEMBER CARD DALAM TRANSAKSI JUAL BELI

(Studi Kasus di Kala Rindu Koffie and Eatery Palangka Raya)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh

EDO SURYO BINTORO


NIM. 1702130138

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS SYARI’AH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2021 M / 1442 H
ii
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia sebagai manusia, kebutuhan yang diperlukan tidak

hanya cukup keperluan rohani saja. Manusia juga membutuhkan keperluan

jasmani, seperti makanan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Untuk memenuhi

kebutusan jasmaninya, manusia harus berhubungan dengan sesamanya dan alam

sekitarnya. Inilah yang disebut dengan masalah muamalah.1

Hukum islam merupakan hukum yang bersumber dari dan menjadi bagian

agama islam.2 Hukum yang mengatur segala perbuatan manusia, baik itu dalam

hal ibadah maupun social. Kegiatan social merupakan salah satu aspek

muamalah dari sistem islam, sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam

mengidentifikasi setiap transaksi-transaksi sosial juga menggunakan fiqih

muamalah. Fiqih merupakan pengetahuan tentang hukum syari’ah islamiyah

yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat

yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.3

Muamalah secara bahasa adalah saling bertindak, saling berbuat, dan saling

mengamalkan. Menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua

yaitu pengertian muamalah dalam arti sempit dan muamalah dalam arti luas.

1
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Fiqih Mazhab Syafei’ (Bandung:CV Pustaka Setia,2007),
hlm. 19.
2
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm.. 42.
3
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm. 15.
3

Dalam ari sempit (khas) menurut Rasyid Ridha dikutip oleh Hendi Suhendi

dalam bukunya yang berjudul Fiqih Muamalah, muamalah adalah tukar-

menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah

ditentukan. Sedangkan Muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan (hukum)

Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam

pergaulan social.4

ِ ‫ين ءَ َامنُ واْ اَل تَ ُۡكألُ ٓواْ َأمۡ َٰولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱ ۡلبَٰط‬
ۚۡ‫ِل ِإٓاَّل َأن تَ ُك و َن جِت َٰ ر ًة َعن َت راض ِّمن ُكم‬
َ َ
ِ َّ
َ ‫يََأيُّ َه ا ٱلذ‬
ٰٓ
‫َواَل‬
‫تَ ۡقُتلُ ٓواْ َأن ُف َس ُكمۡۚ ِإ َّن ٱللَّهَ َكا َن بِ ُكمۡ َر ِحيما‬
Artinya: Wahai orang-orang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam
perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu.

Jual beli sesuai syariat adalah yang tedapat kejujuran didalamnya juga

terpenuhnya syarat-syarat dan rukun jual beli itu sendiri. Syariat Islam

mendrong manusianya untuk berniaga dan menganjurkannya sebagai jalan

mengumpulkan rezeki, karena islam mengakui produktivitas perdagangan atau

jual beli. Di dalam jual beli terdapat manfaat yang amat besar bagi produsen

yang menjualnya dan bagi konsumen yang membelinya atau bagi semua orang

yang terlibat dalam aktifitas jual beli tersebut.5

4
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 2.
5
Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin Fiqih Mazhab Syafei’ (Bandung:CV Pustaka Setia,2007), hlm.
20.
4

Dalam praktek jual beli, islam telah mengatur sedemikian rupa seperti yang

di yang telah diungkapkan oleh para ulama fiqih mengenai rukun syariat

mengenai jual beli. Baik yang berkenaan dengan pihak penjual ataupun pembeli,

akad maupun objek akad atau yang diperjual belikan. Salah satu hal yang perlu

diperhatikan adalah mengenai objek akad agar tidak terjadi penyimpangan syariat

jual beli sehingga menyebabkan kerugian salah satu atau kedua belah pihak.

Berkembangnya tekhnologi dan informasi diera digital ini, orang cenderung

lebih tertarik dengan segala sesuatu yang praktis, efektif dan efesien dalam setiap

aktifitas yang dilakukan. Demikian pula kaitannya dengan transaksi jual beli

dalam perekonomian masyarakat, orang mayoritas memilih hal yang bersifat

mudah dan tidak merepotkan sehingga dapat menarik daya beli konsumen, maka

dari itu banyak toko atau mal yang menawarkan Member Card atau kartu

anggota yang dalam bahasa Arabnya disebut Bithaqaatu at Takhfidh.6

Member card atau bi al-thaqatu al takhfidh adalah kartu yang mana

pemiliknya akan mendapatkan diskon, promo atau keuntungan dari praktek jual

beli atau pun kegiatan bermuamalah lainnya yang diberikan oleh perusahaan

atau organisasi tertentu. Bentuk diskon atau keuntungan member card dalam

transaksi jual beli merupakan salah satu yang memiliki banyak problematika jika

dikaitkan dengan hukum islam. Banyak ulama yang mempermasalahkan

penggunaan Member card ini, baik yang mengatakan boleh maupun mengatakan

dilarang dalam praktiknya.


6
Soemitro Djojphadikusumo, Perkembangan Ekonomi, (Jakarta, LP3ES, 2009), hlm. 54-55.
5

Seperti pada peraktik pelaksanaan transaksi jual beli melalui member card di

Kala Rindu Koffie and Eatery dimana adanya biaya dalam pembuatan kartu dengan

biaya registrasi 150.000 untuk Gold Member dan 500.000 untuk Platinum Member

masing-masing kartu memiliki keuntungan yang berbeda.

Sehingga menarik penjalasan diatas maka praktik member card yang terapkan

dikala Rindu Koffie And Eatery dapat digolongkan kepada kategori yang dilarang

karena

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mekanisme jual beli menggunakan member card di Kala Rindu

Koffie and Eatery Palangkaraya?

2. Bagaimana Perspektif Hukum Ekonomi Syari’ah Terhadap Praktek

Penggunaan Member Card Dalam Teransaksi Jual Beli Di Kala Rindu

Koffie And Eatery Palangka Raya?


6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka terdapat beberapa tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian diantaranya :

1. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan pengawasan lokasi dan jarak

tempat usaha perdagangan toko modern di Kota Palangka Raya.

2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menjadi kendala bagi

Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian dalam melaksanakan

pengawasan terhadap lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko

modern di Kota Palangka Raya.

D. Kegunaan Pnelitian

Penelitian yang berjudul “Pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha

perdagangan menurut peraturan daerah kota Palangka Raya nomor 17 tahun 2014

tentang toko modern” adalah bentuk dari keingintahuan peneliti mengenai hukum

dari perkembangan transaksi jual beli dalam kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Adapun kegunaan penelitian yang diharapakan sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Menambah khazanah keilmuan yang dapat berguna bagi pengembangan

ilmu hukum ekonomi dalam bidang yang berkaitan dengan muamalah

atau hukum ekonomi syariah.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan dalam mengetahui sejauh

mana implementasi Perda No 17 tahun 2014 tentang Toko Modern


7

sehingga dapat memberikan informasi pada para pihak-pihak yang

berkaitan.

c. Sebagai acuan penelitian serupa di masa yang akan datang dan dapat

dikembangkan lebih lanjut sesuai perkembangan zaman.

2. Secara Praktis

a. Untuk memenuhi persyaratan dalam memperolah gelar Sarjana Hukum

(SH) pada Fakultas Syari’ah IAIN Palangka Raya.

b. Memberikan masukan pemikiran kepada Pemerintah Kota Palangka

Raya dalam hal ini peran Dinas Pedagangan dan Dinas Perindustrian

Kota Palangka Raya yang salah satu tugasnya adalah mengawasi

keberadaan pasar modern.

E. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk laporan penelitian yang terdiri

dari lima bab di mana semua bab mempunyai keterkaitan secara manfaat.

Penempatan setiap bab diatur dalam sistematika yang memungkinkan keterkaitan

yang dapat dimengerti dengan lebih mudah bagi orang yang membaca laporan

penelitian.

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka yang memuat penelitian terdahulu,


8

kerangka teoritik, deskripsi teoritik. Pembahasan pada

kajian teori meliputi, teori Efektivitas Hukum dan teori

Law as Tool Of Social Engineering. Kemudian

mengenai deskripsi teoritik berisi deskripsi pengawasan,

ruang lingkup pengawasan, deskripsi lokasi dan jarak

tempat usaha perdagangan, dan deskripsi tempat usaha

perdagangan.

BAB III : Metode Penelitian, pada bab ini berisikan tentang waktu

dan tempat penelitian, jenis penelitian, pendekatan

penelitian, objek dan subjek penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik pengabsahan data, dan teknik

analisis data.

BAB IV :: : Hasil Penelitian dan Analisis Penelitian tentang

pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan

toko modern di Kota Palangka Raya.

BAB V : Penutup, pada bab ini memuat kesimpulan dan saran-

saran dari hasil penelitian.


BAB II

Kajian Pustaka

A. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka merupakan kajian tentang teori-teori yang diperbolehkan

dari pustaka-pustaka yang berkaitan dan mendukung penelitian yang akan

dilakukan. Sementara itu, setelah menelaah beberapa penelitian, berdasarkan

penelusuran penyusun menemukan beberapa teori dan hasil penelitian mengenai

Implementasi PERDA tentang Toko Modern.

1. Jurnal yang ditulis oleh Muzalifah dengan judul KEBIJAKAN

PENGELOLAN PASAR MODERN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Terhadap Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun

2007 tentang Pengelolan Pasar Modern). Tujuan penelitian dalam jurnal ini

adalah: pertama, menganalisis pengelolan pasar modern di Palangka Raya

menurut perspektif hukum Islam, kedua Menganalisis dampak Peraturan

Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pengelolan

Pasar Modern bagi pasar tradisional, dalam penelitian ini menggunakan

metode kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan pendekatan normatif.

Adapun hasil dari jurrnal ini menunjukkan bahwa regulasi yang telah

dibuat oleh Pemkot Palangka Raya tersebut sejalan dengan syariat Islam

berdasarkan pada konsep kaidah fiqh dengan atas dasar kemaslahatan.

Meskipun demikian perlu dilakukan kajian ulang lagi terhadap beberapa

9
10

pasal dalam Perda tersebut, karena sudah tidak relevan lagi dengan kondisi

perekonomian di kota Palangka Raya khususnya. Selain itu, hal tersebut

juga menunjukkan dampak yang kurang baik bagi eksistensi pasar

tradisional.7

Dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang PERDA Toko

Modern. Adapun yang menjadi perbedaannya adalah pada jurnal tersebut

membahas mengenai analisis bagaimana pengelolaan pasar modern di

Palangka Raya persfektif hukum Islam dan dampak Perda tentang

pengelolaan pasar modern tersebut bagi pelaku pasar tradisional,

sedangkan dalam penelitian ini membahas mengenai peran dinas

perdagangan terkait pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha dikota

Palangka Raya .

2. Skripsi yang ditulis Muh Sabir Latif dengan judul Implementasi Perda No.

38 Tahun 2012 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern di Kec. Mattiro Bulu Kab. Pinrang.

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah Bagaimana struktur normatif

Perda No 38 tahun 2012 tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar

Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern di Kec. Mattiro Bulu

Kab. Pinrang, dan bagaimana implementasi Perda No 38 tahun 2012

tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan

7
Muzalifah, “Kebijakan Pengelolan Pasar Modern Perspektif Hukum Islam (Studi
Terhadap Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pengelolan
Pasar Modern)”, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, Vol.02 No.2, (Desember 2016).
11

Dan Toko Modern di Kec. Mattiro Bulu Kab. Pinrang. Metode yang

digunakan ialah metode deskriptif kualitatif, data dalam penelitian ini

diperoleh dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun

teknik analisis datanya yaitu menggunakan analisis data kualitatif. Hasil uji

dari penelitian ini menunjukkan bahwa struktur normatif Perda No 38

tahun 2012 tidak mengatur dengan jelas tentang jarak, dan pengawasan

antara minimarket dengan usaha ritel tradisional dan Perda No 38 tahun

2012 yang mengatur tentang toko-toko retail modern serta kehadirannya

yang justru malah berdampak negatif terhadap usaha-usaha retail

tradisional milik masyarakat, hal ini tentu berkontradiksi dengan peraturan

yang telah diatur oleh pemerintah bahwa dalam mendirikan minimarket

tidak memberikan dampak yang ditimbulkan pada usaha ritel tradisional

disekitarnya dan tentunya harus sesuai dengan kondisi masyarakat serta

aturan-aturan yang telah diatur sebelumnya.8

Dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang PERDA Toko

Modern. Adapun yang menjadi perbedaannya adalah pada skripsi tersebut

membahas mengenai dampak adanya toko-toko modern terhadap usaha-

usaha retail tradisional, sedangkan dalam penelitian ini membahas

8
Muh Sabir Latif, “Implementasi Perda No. 38 Tahun 2012 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kec. Mattiro Bulu
Kab. Pinrang”, (Skripsi STAIN Parepare, Parapare, 2017).
12

mengenai peran dinas perdagangan terkait pengawasan lokasi dan jarak

tempat usaha dikota Palangka Raya.

3. Skripsi yang ditulis Muhammad Nur Dihan dengan judul Kebijakan

Pengelolaan Pasar Tradisional dan Toko Modern di Kabupaten Bantul.

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana

pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Dan Toko Modern

Di Kabupaten Bantul Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun

2012 tentang Pengelolaan Pasar. Penelitian ini menggunakan metode

penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini dapat dikatakan

bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul khususnya Dinas Perdagangan

Kabupaten Bantul tidak memiliki strategi khusus dalam melaksanakan

kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Toko Modern. Wujud dari

pelaksanaan kebijakan tersebut adalah diadakan sosialisasi, pemberdayaan,

revitalisasi Pasar Tradisional dan pengaturan Toko Modern. Dalam

pelaksanaan pemberdayaan dan revitalisasi Pasar Tradisional nampaknya

memang tidak ada kendala tersendiri. Akan tetapi pengaturan Toko Modern

di Kabuaten Bantul masih menjadi kendala tersendiri. Meskipun Toko

Modern berjejaring dapat ditekan pertumbuhanya, banyak Toko Modern

berjejaring yang muncul bahkan tanpa ijin. Dinas Perdagangan bersama

dengan Satuan Polisi Pamong Praja sudah berusaha untuk menindak para

pelanggar tersebut dengan berbagai cara yaitu teguran, surat pernyataan

dan tindakan tegas berupa penutupan Toko Modern. sedangkan dampak


13

yang dihasilkan adalah tercapainya perlindungan terhadap pedagang Pasar

Tradisional dari himpitan Toko Modern baik yang berjejaring maupun non

berjejaring serta para renternir meskipun belum pada tahap yang

maksimal.9

Dalam penelitian ini sama-sama membahas tentang PERDA Toko

Modern. Adapun yang menjadi perbedaannya adalah pada skripsi tersebut

lebih memfokuskan pada pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Pasar

Tradisional Dan Toko Modern Di Kabupaten Bantul Berdasarkan Peraturan

Daerah Nomor 17 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Pasar, sedangkan

dalam penelitian ini membahas mengenai peran dinas perdagangan terkait

pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha dikota Palangka Raya.

Dari beberapa karya penelitian di atas, sangat membantu dalam

mencari celah yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya, maka dari

celah tersebut menjadikan substansi penelitian yang akan diteliti pada

skripsi ini berbeda dengan sebelumnya. Penelitian ini bisa dikatakan

sebagai pelengkap dari penelitian sebelumnya, jika sebelumnya membahas

tentang regulasi pemerintah dari sisi kebijakan umum dan fokus pada

pengelolaan pasar tradisional, maka untuk melengkapinya dalam penelitian

ini lebih difokuskan kepada pengawasan toko modern setelah ada aturan

9
Muhammad Nur Dihan, “Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Toko
Modern di Kabupaten Bantul”, (Skripsi STPMD “APMD”, Yogyakarta), tahun 2018.
14

tambahan mengenai lokasi dan jarak antara toko modern dan toko

tradisional, oleh karena itu tulisan ini layak untuk dikonsumsi publik.
15

B. Kerangka Teoretik

Penelitian ini menggunakan beberapa teori yaitu teori efektivitas hukum

dan teori Law as Tool Of Social Engineering . Ditemukan oleh Soerjono

Soekanto, bahwa suatu sikap tindak perilaku hukum dianggap efektif, apabila

sikap tindakan atau perilaku lain menuju pada tujuan yang dikehendaki, artinya

apabila pihak lain tersebut mematuhi hukum.10 Undang-undang dapat menjadi

efektif jika peranan yang dilakukan pejabat penegak hukum semakin mendekati

apa yang diharapkan oleh undang-undang dan sebaliknya menjadi efektif jika

peranan yang dilakukan oleh penegak hukum jauh dari apa yang diharapkan

undang-undang.11

Hukum mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh yang tidak

langsung di dalam mendorong terjadinya perubahan sosial. Cara-cara untuk

memengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih

dahulu dinamakan social engineering atau social planning.12 Agar hukum benar-

benar dapat memengaruhi perlakuan masyarakat, maka hukum harus disebar

luaskan, sehingga melembaga dalam masyarakat. Adanya alat-alat komunikasi

tertentu merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta pelembagaan hukum.

Komunikasi hukum tersebut dapat dilakukan secara formal yaitu, melalui suatu

tata cara yang teroganisasi dengan resmi. Akan tetapi kenyataaannya PERDA
10
Soerjono Soekanto Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta Rajawali
Pers, 1982), 116.
11
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Memegaruhi Penengak Hukum (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005), 9.
12
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum (Jakarta Rajawali
Pers, 1982), 115.
16

nomor 17 tahun 2014 terbaru yang memuat peraturan tambahan mengenai jarak

dan lokasi tempat usaha perdagangan antara toko modern dan tradisional ini

belum tersebarluaskan di masyarakat.

Selain teori efektifitas hukum penulis juga menggunakan teori Law as

Tool Of Social Engineering Hukum terdiri atas kepentingan-kepentingan tertentu

(certain interests), yang menurut masyarakat harus dilindungi oleh hukum. Pada

saat ini masyarakat yang memiliki toko tradisional seperti kios dan sejenisnya

sangat membutuhkan perlindungan agar tidak merosotnya omzet pendapatan

yang disebabkan oleh perkembangan pendirian toko modern sekarang ini.

Namun Pound menyatakan bahwa tidak semua kepentingan wajib dilindungi oleh

hukum. Sejumlah kepentingan sosial yang bisa dilindungi melalui agama, moral

dan etika, dan bentuk perlindungan lainnya. Sehubungan dengan fungsi hukum,

ia menyatakan bahwa fungsi utamanya adalah untuk melindungi kepentingan

umum, sosial, dan pribadi. Perlindungan terhadap ketiga kepentingan tersebut

harus dilakukan secara seimbang. Keseimbangan yang harmonis inilah yang

merupakan hakikat dari keadilan.13

13
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung:
Penerbit Manda Maju, 2003), 123.
17

Dalam mengakomodasikan beragam kepentingan tersebut agar menjadi

harmonis, maka Pound menciptakan konsep Social Engineering. Roscoue Pound

berpendapat bahwa hukum ditujukan untuk menciptakan harmoni dan

keseimbangan beragam kepentingan masyarakat.14

Inti pemikiran konsep ini menekankan kepada pembuat dan penegak

kebijakan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi di

masyarakat, sehingga diharapkan produk hukum yang dirumuskan mampu

menjembatani pemenuhan aspirasi masyarakat dan meminimalisir konflik

kepentingan antara toko modern dan toko tradisional.

Kedua teori ini digunakan oleh penulis sebagai grand theory untuk

mengkaji bagaimana urgensi dari suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh daerah

dalam bentuk peraturan tertulis baik pada kegiatan perdagangan dalam negeri,

khususnya manfaat kebijakan penataan investasi toko modern terhadap kondisi

persaingan usaha yang sehat antara Toko Modern dengan Pasar Tradisional di

Kota Palangka Raya.

14
Roscoue Pound dalam Atip Latipul Hayat , Social Engineering dan Legal
Pragmatic, Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum Vol 1 No. 2 Tahun 2014, Penerbit : Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran, 419.
18

C. Deskripsi Teoretik

1. Pengawasan

a. Pengertian Pengawasan

Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen dalam mencapai

tujuan, memegang peran yang sangat penting karevm5na dengan adanya

pengawasan kemungkinan terjadinya penyimpangan dapat dicegah,

sehingga usaha untuk mengandakan perbaikan atau koreksi dapat segera

dilakukan. Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa pengawasan adalah

proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan

sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Victor M. Situmorang

mengemukakan bahwa pengawasan adalah setiap usaha dan tindakan

dalam rangka untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tugas yang

dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak dicapai.15

Djamaluddin Tanjung dan Suprdan mengemukakan bahwa pengawasan

adalah salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar pelaksanaan

kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam

perencanaan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa pengertian pengawasan yang tersaji diproleh suatu

15
Makmur, Efektivitas Kebijakan kelembangan Pengawasan, (Bandung: Reflika
Aditama, 2011), 176.
19

konsep pemahaman bahwa perlu dilakukannya suatu pengawasan yang

dilakukan secara rutin ataupun berkala oleh pimpinan atau orang yang

mempunyai wewenang untuk melakukakan pemantauan, pemeriksaan,

penilaian dan perbaikan agar tidak terjadinya penyimpangan dalam

pencapaian suatu tujuan yang efektif dan efisien dan sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan

sepenuhnya agar menghindari adanya suatu kemungkinan penyimpangan

atau penyelewengan atas tujuan yang akan dicapai. Melalui pengawasan

diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah

ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif

dan efesien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktifivitas yang

berkaitan erat dengan evaluasi mengenai sejauh mana suatu pelaksanaan

kerja yang sudah dilakukan. Pengawasan juga dapat mendeteksi

sejauhmana penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukan bahwa

pengawasan adalah bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan

dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang

lebih atas kepada pihak di bawahnya.

b. Ruang lingkup pengawasan

Setiap organisasi menginginkan supaya apa yang direncanakan akan

dapat terlaksana dengan baik dan berhasil. Untuk itu diperlukannya

pengawasan terhadap aktivitas yang akan dilakukan sebelumnya, baik


20

yang sedang berjalan atau sesudah proses kegiatan tersebut berakhir.

Menurut Suwatno dalam bukunya Asas-Asas Manajemen Sumber Daya

Manusia menyebutkan ruang lingkup pengawasan, sebagai berikut:16

1) Fase Awal

Pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah serta membatasi

sedini mungkin kasalahan-kesalahan yang tidak diinginkan sebelum

terjadi.

2) Pengawasan Tengah Berjalan

Pengawasan ini dilakukan untuk memantau kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Dengan membandingkan antara standar dengan hasil

kerja, sehingga perlu adanya tindakan-tindakan korektif untuk

menghindari penyimpangan-penyimpangan.

3) Pengawasan Akhir

Merupakan tindakan korektif setelah aktivitas selesai, tujuan

selanjutnya untuk dapat memberikan masukan pada organisasi bagi

tindakan-tindakan perencanaan yang akan berulang dimasa yang akan

data.

16
Suwanto, Azas-Azas Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Suci
Press,2014), 283.
21

2. Lokasi dan Jarak Tempat Usaha Perdagangan

a. Berdasarkan PERDA Nomor 17 tahun 2014 tentang Toko Modern

Lokasi pendirian toko modern wajib mengacu pada Rencana Tata

Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Kota termasuk peraturan

zonasinya.17

1) Hypermarket:18
a) Hanya dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan arteri atau

kolektor; dan

b) Dilarang berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di

dalam kota/perkotaan.

2) Supermarket dan Department Store:

a) Dilarang berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan

b) Dilarang berada pada kawasan pelayanan lingkungan daerah.

3) Minimarket dapat berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan

pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) maksimal 200 m2

(dua ratus meter persegi).

Dalam penyelenggaraan pusatt perbelanjaan dan toko modern harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :19

1. Minimarket berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional dan 0,5

Km dari usaha kecil sejenis yang terletak di pinggir kolektor/arteri;

17
PERDA Nomor 17 tahun 2014, Pasal 10.
18
PERDA Nomor 17 tahun 2014, Pasal 11.
19
PERDA Nomor 17 tahun 2014, Pasal 12.
22

2. Supermarket dan department store berjarak minimal 1,5 Km dari pasar

tradisional yang terletak di pinggir kolektor/arteri;

3. Hypermarket berjarak minimal 2,5 Km dari pasar tradisional yang

terletak di pinggir kolektor/arteri;

4. Minimarket yang terletak di pinggir jalan lingkungan dengan luas gerai

sampai dengan 200 m2, berjarak minimal 0,5 Km dari pasar tradisional

dan Usaha Kecil Sejenis;

5. Pengaturan jarak sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka

3, dan angka 4 tidak berlaku untuk kawasan pusat primer.

b. Berdasarkan pada ekonomi Islam

Perlindungan terhadap padagang tradisional akibat keberadaan

pasar modern juga dibahas dalam sistem perekonomian Islam. Hal ini

disebabkan oleh sistem perekonomian Islam bersifat universal, artinya

dapat digunakan oleh siapapun, tidak terbatas pada umat Islam saja,

dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman

sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap

berpegang pada kerangka kerja atau acuan norma-norma Islam, yaitu Al-

Quran dan hadis. Al-Quran dan hadis merupakan landasan hukum yang

lengkap dalam mengatur segala aspek kehidupan manusia, khususnya

dibidang ekonomi, diantaranya:20

20
Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009), 33.
23

a. Islam dirancang sebagai rahmat untuk seluruh umat, mejadikan

kehidupan lebih sejahtera dan bernilai, tidak miskin dan tidak menderita;

b. Harta adalah amanat Allah, untuk mendapatkan dan memanfaatkannya

harus sesuai dengan ajaran Islam;

c. Larangan menjalankan usaha yang haram;

d. Larangan merugikan orang lain;

e. Kesaksian dalam mu’amalah.

Kehidupan perekonomian dalam masyarakat dapat berjalan dengan

seimbang diperlukan campur tangan pemerintah dalam menentukan

kebijakan ekonomi khususnya. Hal tersebut menyangkut kemaslahatan

masyarakat banyak. Tidak hanya pedagang tetapi juga masyarakat sipil

yang sebagian besar sebagai konsumen. Dalam hal kemaslahatan ini,

Islam mengaturnya dalam konsep kaidah fiqh, yaitu:

‫صلَ َح ِة‬ ِ َّ ‫ف اِأْل ماِم علَى‬


ْ ‫الراعيَّ ِة َمُن ْو ٌط بِالْ َم‬ َ َ ُ ‫صُّر‬ َ َ‫ت‬
“Kebijakan pemerintah adalah untuk kemaslahatan rakyat”.21

Kaidah ini memberikan pengertian, bahwa setiap tindakan atau suatu

kebijaksanaan para pemimpin yang menyangkut dan mengenai hak-hak

rakyat dikaitkan dengan kemaslahatan rakyat banyak dan ditujukan untuk

mendatangkan suatu kebaikan. Sebab pemimpin adalah pengemban

21
Muzalifah, “Kebijakan Pengelolan Pasar Modern Perspektif Hukum Islam (Studi
Terhadap Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun 2007 tentang Pengelolan
Pasar Modern)”, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman, Vol.02 No.2, (Desember 2016).
24

amanah penderitaan rakyat (umat) dan untuk itulah ia ditunjuk sebagai

pemimpin serta harus pula memperhatikan kemaslahatan rakyat.22

Pada dasarnya peran pemerintah dalam perkonomian yang Islami,

memiliki dasar rasionalitas yang kokoh. Dalam pandangan Islam, pera

pemerintah didasari oleh beberapa argumentasi, yaitu:23

1) Derivasi dari konsep kekhalifahan;

2) Konsekuensi adanya kewajiban-kewajiban kolektif (fȧrḍ al-kifāyah);

3) Adanya kegagalan pasar dalam merealisasikan falah. Selain itu, peran

pemerintah yang berkaitan dengan mekanisme pasar juga meliputi:24

1) Secara umum memastikan dan menjaga agar mekanisme pasar dapat

bersaing dengan sempurna;

2) Membuat berbagai langkah untuk meningkatkan daya saing

(conpetitiveness) dan daya beli (purchasing power) dari para pelaku

pasar yang lemah, misalnya produsen kecil dan konsumen miskin;

3) Mengambil berbagai kebijakan untuk menciptakan harga yang adil,

terutama seandainya persaingan yang sempurna tidak dimungkinkan

terjadi pada pasar.

Dalam hal ini, monopoli tidak selalu akan berdampak buruk bagi

masyarakat seandainya harga yang dihasilkan tetap harga yang adil.


22
http://www.abdulhelim.com/2012/09/kumpulan-kaidah-ikih-tentang-siyasah-
politik-kekuasaan.html, diunduh pukul 11.38, 21 september 2013.
23
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia atas kerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), 446.
24
Ibid., 462.
25

Kegagalan pasar juga merupakan latar belakang perlunya pemerintah

untuk berperan dalam perekonomian. Pasar gagal dalam menyelesaikan

beberapa permasalahan ekonomi karena dua hal, yaitu:25

1) ketidaksempurnaan mekanisme kerja pasar; dan

2) tidak berjalannya mekanisme kerja pasar dengan efesien.

Berdasarkan peran tersebut di atas, maka pemerintah adalah

pemegang amanah Allah untuk menjalankan tugas-tugas kolektif dalam

mewujudkan kesejahteraan dan keadilan (al-‘adl wal’ihsān) serta tata

kehidupan yang baik (haȳȳah ṭhaȳȳibah) bagi seluruh umat. Pemerintah

dapat memiliki peranan penting dalam menjalankan fȧrḍ al-kifāyah ini

karena kemungkinan masyarakat gagal untuk menjalankan atau tidak

dapat melaksanakannya dengan baik. Kemungkinan kegagalam

masyarakat dalam menjalankan fȧrḍ al-kifāyah ini disebabkan beberapa

hal, yaitu:26

1) Asimetri dan kekurangan informasi;

2) Pelanggaran moral;

3) Kekurangan sumber daya atau kesulitan teknis.

3. Tempat Usaha Perdagangan

a. Toko Modern

25
Ibid., 448.
26
Ibid., 447.
26

Toko Modern Menurut Pasal 1 angka 14 Perda No. 17 Tahun 2014

tentang Pengaturan Toko Modern. Pengertian Toko Modern adalah toko

dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara

eceran berbentuk minimarket, supermarket, department store,

hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Toko modern

merupakan jenis pasar dimana penjual dan pembeli tidak bertransakasi

secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum

dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya

dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga dan

juga menggunakan sistem yang berbasis komputer bisa dikenal dengan

metode pembayaran melalui kasir.27

Pasar Modern sudah berkembang begitu pesat, berikut ini jenis-jenis

pasar modern seperti:28

1. Departement Store

Departement Store atau yang sering disebut toko serba ada adalah toko

ritel yang memliki ragam lini produk yang banyak serta dikelompokan

sesuai dengan kategori lini produknya seperti furniture, mainan book,

peralatan rumah tangga dan peralatan olahraga.

2. Supermarket

27
PERDA Nomor 14 Tahun 2017, Pasal 1 angka (14).
28
Sopiah, Manajemen Bisnis Ritel, (Yogyakarta: Andi Offset,2008), 50.
27

Supermarket atau pasar swalayan adalah bentuk tokoh ritel yang

oprasinya cukup besar, berbiaya rendah, margin rendah, volume

penjualan tinggi terkelompok berdasarkan lini produksi, self service

diranjang untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

3. Minimarket

Minimarket adalah pasar swalayan yang secara ukuran toko dan jumlah

item barang yang dijual lebih sedikit daripada supermarket dan

hypermarket, dimana jumlah item barang yang dijual untuk minimarket

antara 3000-5000 macam yang dijual.

4. Hypermarket

Hypermarket adalah pasar swalayan terbesar baik dari ukuran fisik

bangunan maupun jumlah barang yang dijual. Barang yang dijual di atas

15000 macam barang dagangan yang dijual.29

Pasar modern juga memiliki keunggulan dan kelemahan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Keunggulan pasar modern

Keunggulan pasar modern antara lain sebagai berikut:30

a) Pasar modern menyediakan lingkungan berbelanja yang lebih

nyaman, bersih dengan jam buka yang lebih panjang, dan

29
Ibid.
30
Ibid, 53.
28

menawarkan aneka pilihan pembayaran seperti tunai atau kartu

kredit.

b) Barang yang dijual memiliki variasi jenis yang beragam, selain

menjual barang lokal, pasar modern juga menjual barang import.

c) Barang yang dijual memiliki kualitas yang relatif lebih terjamin

karna melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak

memenuhi persyaratan akan ditolak.

d) Dari segi kuantitas pasar modern memiliki persedian barang yang

terukur.

e) Pasar modern juga dikelola oleh pihhak yang profesional dengan

strategi manajemen pemasaran yang bagus.

2) Kelemahan pasar modern

Kelemahan pasar modern antara lain sebagai berikut:31

1) Praktik jual belinya dimana konsumen tidak bisa tawar menawar

harga barang yang hendak dibeli, karna harga telah ditetapkan.

2) Dalam pasar modern penjual dan pembeli tidak bertransaksi

langsung, pembeli melihat label harga yang telah tercantum dalam

barcode, berada dalam bangunan dan pelayanan dilakukan secara

mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.

31
Ibid, 54.
29

b. Toko Tradisional

Toko tradisional/pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan

dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha

Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan

swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang

dimiliki /dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat

atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses

jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.32

32
Perpres No. 112 Tahun 2007, pasal 1 angka (2).
BAB III

Metode Penelitian

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah mengemukakan secara rinci kapan penelitian

dilakukan, kapan berawal dan berakhir, serta membuat table jadwal atau

skedul waktu penelitian33. Alokasi waktu yang digunakan dalam penelitian

tentang “Pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko modern

di Kota Palangka Raya”, ini akan dilaksanakan selama 5 (lima bulan), yaitu

sejak proses Pembuatan Proposal pada bulan Januari Awal 2021 sampai

dengan ujian skripsi bulan Juni 2021. Adapun tabel sebagai berikut.

Tabel 1
Alokai Waktu Penelitian

No Waktu Penelitian
Kegiatan
. Jan Feb Maret April Mei Juni

1 Penerimaan Judul
Proposal
2 Proses Bimbingan
Proposal Dan Seminar
3 Proses Penelitian dan
Pembuatan Skripsi
4 Ujian skripsi

33
Azuar Julaiandi, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi,
(Medan: UMSU PRESS, 2014), 112.

31
32

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah bagian untuk mengemukakan secara detail,

spesifik, lengkap, di mana penelitian dilakukan dan alasan logis mengapa

memilih lokasi tersebut34. Tempat penelitian mengenai “Pengawasan lokasi

dan jarak tempat usaha perdagangan toko modern di Kota Palangka Raya”

peneliti memfokuskan pada Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil

Menengah dan Perindustrian Pemerintah Kota Palangka Raya.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah yuridis sosiologis yang

dengan kata lain adalah jenis penelitian hukum sosiologis dan dapat disebut pula

dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta

apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. Atau dengan kata lain yaitu

suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata

yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan

fakta- fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang dibutuhkan terkumpul

kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada akhirnya menuju pada

penyelesaian masalah.35

Pada penerapannya hukum empiris dapat berkaitan dengan kajian ilmu

lainnya, sebab hukum empiris ini benar-benar mempelajari bagaimana hukum

34
Ibid.
35
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek (Jakarta: Sinar Grafika,
2002),16.
33

dan penerapannya di masyarakat.36 Penelitian kali ini menggunakan penelitian

yuridis sosiologis untuk mengkaji bagaimana bekerjanya aturan mengenai lokasi

dan jarak tempat usaha pedagangan toko modern dengan fakta lapangan yang

terjadi di Kota Palangka Raya.

C. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(Statute Approach).37 Maka dengan menggunakan pendekatan ini akan

menghasilkan data deskritif yaitu berusaha mengerti dan memahami suatu

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam studi tertentu.

Pendekatan ini mengetahui dan menggambarkan secara apa adanya dengan jelas

dan rinci mengenai pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko

modern di kota Palangka Raya.

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu pengawasan lokasi dan jarak tempat

usaha perdagangan toko modern. Subjek dalam penelitian ini yaitu yang terkait

sebagai pengawas lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko modern di

Kota Palangka Raya ialah Dinas perindustrian dan Dinas Perdagangan dan juga

tambahan informan dari pemilik toko tradisional, untuk lebih mengetahui

perbandingan bentuk pengawasan yang terjadi dimasyarakat.

36
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2004), 52.
37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Cet. ke-4:(Kencana, Jakarta.2008), 96.
34

Dalam hal ini peneliti memfokuskan diri kepada pihak pihak atau orang-

orang yang posisinya memiliki pengetahuan, pengalaman dan informasi terkait

dengan pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko modern di

Kota Palangka Raya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditentukan kriteria

subyek penelitian sebagai berikut :

1. Pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan proses pengawasan lingkup

pasar hal ini adalah Dinas Perdagangan Daerah Kota Palangka Raya.

2. Pihak-pihak di Dinas Perindustrian Daerah Kota Palangka Raya yang

mendapatkan tugas mengawasi bagian bidang industri seperti pasar.

Dari kriteria tersebut, ditentukan subyek penelitiannya adalah :

1. Kepala Bidang Bagian Perdagangan.

2. Kasi Bagian Bidang Perdagangan.

3. Kepala Bidang Bagian Perindustrian.

4. Kasi Bagian Bidang Prindustrian.

Adapun alasan peneliti memilih kriteria subjek di atas adalah agar

mendapatkan informasi dan data yang tepat, akurat dan sesuai dengan penelitian

peneliti mengenai “Pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha perdagangan toko

modern di Kota Palangka Raya”.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam sebuah penelitian merupakan bahan yang digunakan untuk

menjawab permasalahan penelitian yang ada. Oleh karena itu, data harus selalu

ada agar permasalahan penelitian itu dapat dipecahkan. Dalam penelitian ini jenis
35

data yang dikumpulkan terdiri dari data yang bersifat primer dan data yang

bersifat sekunder. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari dan

mengkaji bahan-bahan kepustakaan (liiterature research) seperti buku-buku,

artikel, jurnal dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian. Adapun data

primer pada penelitian ini diperoleh dengan terjun langsung ke lapangan untuk

memperoleh data-data dan lain-lain yang berhubungan dengan penelitian dengan

cara sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek

penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek

penelitian bersifat perilaku, tindakan manusia, dan fenomena alam (kejadian-

kejadian), yang ada di alam sekitar, proses kerja, dan penggunaan responden

kecil. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap

kegiatan yang sedang berlangsung.38 Observasi atau pengamatan juga

merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera

mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu, observasi adalah

kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.39

38
Sudaryono, Metodologi Penelitian (Depok: RajaGrafindo Persada, Cet. ke-II, 2018),
216.
39
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2008), 115.
36

Pada tahap awal observasi dilakukan secara umum, peneliti

mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin.40 Tahap selanjutnya

peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai

menyempitkan data atau informasi yang dilakukan sehingga peneliti dapat

menemukan pola-pola perilaku hubungan yang terus-menerus terjadi.

2. Wawancara

Wawancara secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dan informan dengan menggunakan pedoman wawancara

ataupun tidak.41 Menurut S. Nasution wawancara atau interview adalah suatu

bentuk komunikasi verbal, yaitu sebuah percakapan yang bertujuan

memperoleh informasi. Dalam interview peneliti menerima informasi yang

diberikan oleh informan tanpa membantah, mengecam, menyetujui atau

tidak menyetujuinya. Dengan interview peneliti bertujuan untuk memperoleh

data yang dapat diolah untuk memperoleh generalisasi atau hal-hal yang

bersifat umum yang menunjukan kesamaan dengan situasi-situasi lain.

Sekalipun keterangan yang diberikan oleh informan bersifat pribadi dan

subyektif, tujuan bagi peneliti adalah menemukan prinsip yang lebih

objektif.42
40
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatik dan Kualitatif, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), 224.
41
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta : Kencana, 2008), 108.
42
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2004), 113.
37

Wawancara terbagi atas dua jenis yakni wawancara terstruktur43 dan

wawancara tidak terstruktur. Jenis wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara terstruktur atau terpimpin. Dalam

wawancara ini peneliti menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan.44 Adapun data yang digali melalui teknik ini

mengenai tingkat pengawasan yang dilakukan dinas terkait yaitu Dinas

Perindustrian dan Perdagangan di Kota Palangka Raya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah kegiatan mengumpulkan data yang dilakukan

melalui penelusuran dokumen.Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan

dokumen dokumen tertulis, gambar, foto, atau benda-benda lainnya yang

berkaitan dengan aspek aspek yang diteliti.45

Adapun data yang digali melalui teknik dokumentasi dalam penelitian

ini antara lain berupa :

a. Gambaran umum lokasi penelitian;

b. Adanya pelanggaran mengenai lokasi dan jarak tempat usaha

perdagangan.

43
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaa yang akan diajukan. Lihat : Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi..., 190.
44
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualiasi Metodologis KE Arah
Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), 109.
45
Widodo, Metodologi Penelitian Populer & Prakti, (Depok: PT. RajaGRafindo
Persada, Cet. ke-II, 2018), 75.
38

c. Foto-foto penelitian dan hasil wawancara dan dokumen lainnya yang

berkaitan penelitian.

F. Teknik Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut Denzin yang dikutip Moleong

ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.46Adapun triangulasi yang

dipakai dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.Triangulasi dengan

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1. membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

2. membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi;

3. membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

46
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT RosdaKarya,
2002), 178.
39

4. membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan;

5. membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

G. Teknik Analisis Data

Persoalan masih terjadinya mengenai pengawasan lokasi dan jarak tempat

usaha perdagangan toko modern di Kota Palangka Raya sehingga ada saja usaha

yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku hal ini akan dianalisis dengan

menggunakan teori efektivitas hukum. Hal-hal yang dianalisis adalah cara kerja

Dinas Perdagangan dan Dinas Perindustrian dalam melakasanakan pengawasan.

Faktor-faktor yang menjadi kendala bagi Dinas Perindustrian dan Dinas

Perdagangan dalam melakukan pengawasan lokasi dan jarak tempat usaha

perdagangan di Kota Palangka Raya dianalisis menggunakan teori Law as Tool

Of Social Engineering teori ini dapat diartikan cara-cara untuk memengaruhi

masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu

sehingga hukum dapat tersebar luaskan dan benar-banar dapat memengaruhi

perlakuan masyarakat.47

47
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, 115.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin, Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009.

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualiasi Metodologis KE Arah


Ragam Varian Kontemporer, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003.

Dihan, Nur, Muhammad, “Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Toko


Modern di Kabupaten Bantul”, Skripsi STPMD “APMD”, Yogyakarta,
2018.

Julaiandi , Azuar, dkk, Metodologi Penelitian Bisnis Konsep dan Aplikasi, Medan:
UMSU PRESS, 2014.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Tahun 2002.

Latif, Muh, Sabir, “Implementasi Perda No. 38 Tahun 2012 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kec.
Mattiro Bulu Kab. Pinrang”, Skripsi STAIN Parepare, Parapare, 2017.

Makmur, Efektivitas Kebijakan kelembangan Pengawasan, Bandung: Reflika


Aditama, 2011.

Moleong, J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT RosdaKarya,


2002.

Muzalifah, ”Jurnal Kajian imu-ilmu keislaman” Vol. 02, No.02, 2007.

Nasution, S, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Cet. ke-4: Kencana, Jakarta, 2008.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti,
2004.

Muzalifah, “Kebijakan Pengelolan Pasar Modern Perspektif Hukum Islam (Studi


Terhadap Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor 04 Tahun 2007
tentang Pengelolan Pasar Modern)”, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Keislaman,
Vol.02 No.2, 2016.

Pound, Roscoue dalam Atip Latipul Hayat , Social Engineering dan Legal Pragmatic,
Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum Vol 1 No. 2 Tahun 2014, Penerbit : Fakultas
Hukum Universitas Padjajaran. Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia atas kerja sama dengan
Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Rasjidi, Lili et al., Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung: Penerbit Manda Maju,
2003.

Romiansyah, Wawancara, Palangka Raya, 01 Februari 2021.

Soekanto, Soerjono, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta Rajawali


Pers, 1982.
, Faktor-Faktor yang Memegaruhi Penengak Hukum, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.

Sudaryono, Metodologi Penelitian, Depok: RajaGrafindo Persada, Cet. ke-II, 2018.

Suwanto, Azas-Azas Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Suci Press, 2014.

Una, Sayuti, Pergeseran Kekuasaan Pemerintah Daerah Menurut Konstitusi


Indonesia: Kajian Tentang Distribusi Kekuasaan Antara DPRD dan Kepala
Daerah Pasca Kembali Berlakunya UUD 1945, Yogyakarta: UII Press,
2004.

Peraturan Daerah Kota Palangka Raya Nomor. 17 tahun 2014 tentang Toko Modern.

Peraturan Presiden Nomor. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Peraturan Walikota Nomor 9 tahun 2018 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,


Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Daerah Pasar Pemerintah
Kota Pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek Jakarta: Sinar Grafika, 2002.

Yuliasih, Eka, Studi Eksplorasi Dampak Keberadaan Pasar Modern Terhadap Usaha
Ritel Waserda dan Pedagang Pasar Tradisional di Kecamatan Klirong
Kabupaten Kebumen, Skripsi Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta 2013.

Anda mungkin juga menyukai