Dosen Pengampu:
Dr. Hatifuddin, SS., MSI.
A. Latar Belakang
Kegiatan bisnis yang dilakukan secara jujur dan adil tidak akan menyebabkan
adanya persaingan usaha yang tidak sehat, seperti akan adanya peningkatan harga
secara zalim yang sangat dilarang dalam Islam. Yang dimaksud zalim disisni,
pelaku usaha tidak boleh melakukan bisnis atau perdagangan dengan mengandung
unsur penipuan, riba, gharar, serta pengambilan untung yang berlebihan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip etika bisnis dalam perspektif Islam?
2. Apakah kegiatan bisnis di lingkungan Pesantren telah sesuai dengan prinsip
etika bisnis dalam Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Etika
Secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang artinya
ialah sika, cara berpikir, kebiasaan. Etika adalah suatu prinsip, norma, dan standar
perilaku yang mengatur individu atau kelombok untuk dapat membedakan apa yang
benar dan apa yang salah. 1 Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang
baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang
lain.
Etika menurut Kamus Ekonomi Uang dan Bank adalah suatu disiplin pribadi
seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan, lebih dari yang sekedar
ditentukan undang-undang.2
b. Bisnis (perdagangan)
1
A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, “Menggagas Manajemen Syariah Teori dan
Praktik”, Jakarta: Salemba Empat, 2010) hlm. 9
2
Sudarsono dan Edilius, “Kamus Ekonomi Uang dan Bank” cet. III, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2007. Hlm.110
3
Abdul Aziz, “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung: Alfabeta, 2013 hlm. 28
Menurut Griffin dan Ebert, bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa
dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan
baranf dan jasa yang bertujuan mendapatkan keuntungan. 4
Q.S Al-Baqarah : 16
ين ِ
َ َك انُوا مُ ْه تَد
4
Ibid hlm. 29
5
Jusmaliani, “Bisnis Berbasis Syariah” Jakarta: Bumi Aksara: 2008 hlm. 22
6
Ibid hlm. 22-23
Artinya: “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk.”
Q.S An-Nisa : 29
آم نُوا ََل تَأْ ُك لُوا أ َْم َوا لَكُ ْم بَ يْ نَكُ ْم بِا لْبَاطِ ِل إِ ََّل أَ ْن تَكُ و َن ِ َّ
َ ين
َ يَا أَيُّ َه ا ا ل ذ
س كُ ْم ۚ إِ َّن ال لَّهَ َك ا َن بِكُ ْم َر ِح يم ا ِ ٍ تِج ارة ع ن تَ ر
َ ُاض م نْ كُ ْم ۚ َوََل تَ ْق تُ لُوا أَنْ ف َ َْ َ َ
Art inya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Q.S Al-Jumu’ah : 11
Etika Bisnis Islami merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-
hal yang benar dan yang salah, sehingga selanjutnya melakukan hal yang benar
berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang
berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.7
7
Abdul Aziz, Ibid hlm. 35
Berbisnis merupakan suatu kegiatan usaha yang menguntungkan. Jadi, etika
bisnis islami adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau
kontak bisnis yang saling menguntungkan satu sama lain berdasarkan nilai-nilai
ajaran Islam.
Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua hal
yang bertentangan. Maksudnya, jika orientasi bisnis merupakan suatu upaya
investasi akhirat (sebagai ibadah), maka bisnis dengan sendirinya harus sejalan
dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada akhirat.
Dalam membangun bisnis yang sehat, idealnya dimulai dari perumusan etika
yang akan digunakan sebagai norma perilaku sebelum adanya peraturan (hukum)
yang memaksa. Dalam menjalankan bisnis, yang harus diutamakan adalah
kejujuran, bertanggung jawab, disiplin, dan tanpa diskriminasi.
a. Prinsip Otonomi
Kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesesuaian tentang apa yang baik untuk dilakukan da bertanggung jawab secara
moral atas keputusan tersebut.
b. Prinsip Kejujuran
Dalam hal ini, kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis, misalnya
kejujuran dalam pelaksanaan control terhadap konsumen, hubungan kerja, dan
sebagainya.
c. Prinsip Keadilan
Setiap orang dalam berbisnis diperlakukan sesuai dengan haknya masing-
masing, sehingga tidak ada yang dirugikan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan
Dalam hal ini, maksudnya adalah bahwa antara para pihak yang
melaksanakan bisnis tersebut harus saling menguntungkan. Meskipun adanya
bisnis yang kompetitif, tetapi tetap tidak boleh berat sebelah, yang dapat
menyebabkan persaingan usaha tidak sehat.
e. Prinsip Integritas Moral
Hal ini merupakan dasar dalam berbisnis, seperti harus menjaga nama baik
perusahaan agar tetap dipercaya oleh masyarakat.
8
Griffin, “Manajemen: Jilid 1 Edisi 7” Jakarta: Erlangga, 2004. Hlm. 8
9
Faqih, dkk. “Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor”, Ponorogo: Pondok
Modern Darussalam Gontor, 2012. Hlm 23
10
Faqih, dkk 2012 Hlm. 23
Dalam hal pembiayaan, Gontor tidak tergantung pada orang lain, sehingga
mendirikan usaha-usaha yang dikelola oleh para guru dan santri, yang hasilnya
adalah untun menunjang proses pendidikan. Gontor melakukan aktivitas unit
usahanya menggunakan Self Berdruifing System, yaitu pendekatan filosofi “pondok
merupakan kepunyaan bersama dan bukan hak milik pribadi”.
Semua hasil usaha dari kegiatan perekonoian tersebut masuk ke dalam kas
pondok pada bagian Administrasi, dan tidak ada yang masuk ke kantong pribadi
(kyai maupun guru), bahkan tidak ada yang dibayar dengan gaji. Pemanfaatannya
adalah untuk pembiayaan jangka kesejahteraan keluarga, dan pembangunan
fasilitas pendidikan.
Hal tersebut diatas ialah yang membedakan pengelolaan unit usaha yang ada
di Gontor jika dibandingkan dengan pesantren lain. Pondok harus dapat memenuhi
kebutuhan santri dengan unit usaha sebagai berikut:11
1. Penggilingan padi
Hal ini adalah sebagai sarana untuk menyediakan beras untuk kepentingan
pondok Gontor. Padi yang digiling diperoleh melalui padi yang dimiliki pondok,
masyarakat, termasuk milik guru-guru pondok yang bertani.
2. Percetakan Darussalam
Percetakaan ini berdiri pada tahun 1983. Kegiatan utamanya adalah mencetak
buku-buku teks yang digunakan di KMI Gontoor. Hal tersebut dilakukan untuk
menjaga keuangan agar tidak banyak keluar dari lingkungan gontor.
11
Faqih, ibid.
3. KUK Palen
Kegiatan utama yang dilakukan unit usaha ini adalah memenuhi kebutuhan
santri dalam hal kebutuhan alat mandi dan alat kebersihan.
Masih banyak kegiatan unit usaha lain yang dilakukan oleh Pondok Gontor.
Yang menjadi pertanyaan disini adalah apakah segala bisnis yang berada di dalam
pondok tersebut telah seusai dengan etika bisnis Islam. Juga, apakah cara yang
dilakukan pondok tersebut tidak bertentangan dengan etika, terutama dalam hal
santri atau bahkan ustadz di pondok dilarang membeli barang selain di dalam
pondok.
C. Etika Bisnis Islam di Pesantren (Pondok Modern Darussalam Gontor)
Bisnis di Pondok Gontor didasari oleh nilai falsafah dan moto pendidikan
serta pengajarannya yang bersumber pada ajaran-ajaran Islam yang dipadukan
dengan nilai-nilai keIndonesiaan. Berikut adalah beberapa prinsip moral bisnis di
Pondok Gontor yang menerapkan Panca Jiwa Pondok (lima jiwa yang mendasar
seluruh kehidupan di Pondok):
1. Keikhlasan
12
ibid
nilai kewajaran, keseimbangan, kekuatan, kesanggupan, dan penguasaan diri dalam
menghadapi perjuangan hidup.
3. Kemandirian
4. Ukhuwwah Islamiyah
5. Kebebasan
PENUTUP
Kesimpulan
A Riawan Amin dan Tim PEBS FEUI, “Menggagas Manajemen Syariah Teori
dan Praktik”, Jakarta: Salemba Empat, 2010
Abdul Aziz, “Etika Bisnis Perspektif Islam”. Bandung: Alfabeta, 2013
Faqih, dkk. “Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor”, Ponorogo:
Pondok Modern Darussalam Gontor, 2012
Fauroni, Lukman. “Model Bisnis Ala Pesantren” Yogyakarta: Kaukaba, 2014.
Griffin, “Manajemen: Jilid 1 Edisi 7” Jakarta: Erlangga, 2004
Hakim, Lukman. “Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam” Surakarta: Erlangga, 2012
Jusmaliani, “Bisnis Berbasis Syariah” Jakarta: Bumi Aksara: 2008
Sudarsono dan Edilius, “Kamus Ekonomi Uang dan Bank” cet. III, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2007