Disusun Oleh:
Sumhelwa (20090322530)
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hak dan kewajiban merupakan hal yang melekat dalam setiap individu atau manusia. Hak
dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat antara satu dan lainnya, sehingga dalam praktik
harus dijalankan secara seimbang.Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap
orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).
Kegiatan bisnis (usaha) dalam kacamata Islam, bukanlah kegiatan yang boleh dilakukan
dengan serampangan dan sesuka hati dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan
penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan batil Iainnya. Dalam Islam
diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar
dan salah serta yang halal dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal
dengan istilah etika.
Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq Islamiyah) yang
dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang
etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika
bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah AlQuran
dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai
aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai
suksesnya suatu bisnis di kemudian hari.
Prilaku dalam berbisnis atau berdagang tidak boleh luput dari adanya nilai moral atau
nilai etika bisnis. Sangat amat penting bagi para pelaku bisnis untuk menanamkan dimensi
moral ke dalam kerangka/ruang lingkup bisnis. Bersama dengan semakin besarnya kesadaran
etika dalam berbisnis, orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika
dalam bisnis. Sesungguhnya dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam
pandangan ajaran Agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia termasuk dalam
pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi setiap
muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah (aturan).
Islam wajib diikut sertakan disegala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan
bermuamalah (usaha dan bisnis) yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan. Pada
hakikatnya tujuan penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut
khususnya perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan mulia,
sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkeadilan dan stabilisasi untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan, tanpa harus mengalami ketidakseimbangan yang
berkepanjangan di masyarakat,
Oleh karena itu, untuk memulai dan menjalankan bisnis tentu tidak boleh lepas dari etika.
Karena mengimplementasikan etika dalam bisnis akan mengarahkan kehidupan manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dalam bentuk memperoleh keuntungan materil dan kebahagiaan
akhirat dengan memperoleh ridha Allah. Yang dimaksud dengan etika bisnis yang Islami ialah
etika bisnis yang bersumber pada tuntutan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dan dijadikan sebagai sumber petunjuk bagi orang-orang muttaqin, yaitu orang-orang Yang
bertakwa kepada Allah SWT. Dengan demikian, etika bisnis Islam mempunyai potensi menjadi
landasan bagi seluruh kegiatan termasuk transaksi bisnis yang bersifat global.
Peranan pengusaha Islam dalam upaya pemerataan ekonomi ini tentu sangat diharapkan,
bahkan harus mampu menjadi aktor pembangun ekonomi. Dalam konsep Islam bahwa bisnis
termasuk kegiatan mu'amalah, kégiatan yang berhubungan dengan sesama manusia, dan itu
cukup banyak menghabiskan waktu. Aktivitas hamba Allah dalam bermuamalah sangat penting
untuk menghidupkan semangat Islam dalam amal dan ibadah sosial. (Ali Hasan: hal 3).
Pelaku bisnis yang benar menurut Mustaq Ahmad adalah yang sesuai dengan ajaran Al-
Quran dan implementasinya tidak saja baik terhadap manusia, tetapi juga harus selalu dekat
dengan Allah SWT. Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika dan moral
karena keduanya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki. Pelaku usaha atau perusahaan yang
ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak akan berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam
hubungan sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri. Etika bisnis Islam
menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan sedangkan antara pemilik
dan karyawan berkembang semangat kekeluargaan. (Viethzal Rivai dan Andi Buchar: hal 237)
BAB II
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM
Etika bisnis Islam merupakan etika bisnis yang mengedepankan nilai-nilai al Qur’an. Oleh
karena itu, beberapa nilai dasar dalam etika bisnis Islam yang disarikan dari inti ajaran Islam itu
sendiri adalah, antara lain :
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi
dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi
terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting
dalam sistem Islam.
Jika konsep tauhid diaplikasikan dalam etika bisnis, maka seorang pengusaha
muslim tidak akan :
a. Berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli, atau siapapun dalam bisnis
atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.
b. Dapat dipaksa untuk berbuat tidak etis, karena ia hanya takut dan cinta kepada Allah swt.
Ia selalu mengikuti aturan prilaku yang sama dan satu, dimanapun apakah itu di masjid,
ditempat kerja atau aspek apapun dalam kehidupannya.
c. Menimbun kekayaan dengan penuh keserakahan. Konsep amanah atau kepercayaan
memiliki makna yang sangat penting baginya karena ia sadar bahwa semua harta dunia
bersifat sementara dan harus dipergunakan secara bijaksana.
2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat
curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan.
Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang
untuk orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin
untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan
kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.
َام َإِلى َٱ ۡلم ۡس ِج َِد َٱ ۡۡل ۡقصا َٱلَّذِي َ َٰبر ۡكنا َح ۡول َهُۥ َ ِلنُ ِري َه ُۥ َ ِم ۡن َء َٰايتِن ۚٓا َإِنَّ َه ُۥ َهُو َٱلس َِّمي َُع
َِ َمن َٱ ۡلم ۡس ِج َِد َٱ ۡلحر
ِ س ۡب َٰحنَ َٱلَّذِيَ َأ ۡسر َٰى َبِع ۡب ِدَِهۦ َل ۡي اٗل
ُ
َ َ١َير َُ ص ِ ٱ ۡلب
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. al-
Isra’:35).
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak
terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Maidah : 8
4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis
prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa
yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
Selain itu tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam
perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benarbenar diutamakan. Firman
Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi".
4. Menunaikan Hak
Seorang pebisnis muslim selayaknya bersegera dalam menunaikan haknya, seperti hak
karyawannya mendapat gaji, tidak menunda pembayaran tanggungan atau hutang, dan yang
terpenting adalah hak Allah dalam soal harta seperti membayar zakat yang wajib. Juga, half-
hak orang lain dalam perjanjian yang telah disepakati. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah
peringatan Rasulullah kepada orang mampu yang menunda pembayaran hutangnya "Orang
kaya yang memperlambat pembayaran hutang adalah kezaliman" (HR Bukhari, Muslim dan
Malik).
Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW. bersabda,
"Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis ini mengindikasikan
bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan
kerja yang dilakukan.
Islam sebagai agama yang telah sempurna sudah barang tentu memberikan rambu-rambu
dalam melakukan transaksi, istilah al-tijarah, al-bai‘u, tadayantum dan isytara yang disebutkan
dalam Alquran sebagai pertanda bahwa Islam memiliki perhatian yang serius tentang dunia
usaha atau perdagangan. Dalam menjalankan usaha dagangnya tetap harus berada dalam rambu-
rambu tersebut. Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang dapat diteladani dalam berbisnis.
Islam menempatkan bisnis sebagai cara terbaik untuk mendapatkan harta. Karenanya,
segala kegiatan bisnis harus dilakukan dengan cara-cara terbaik dengan tidak melakukan
kecurangan, riba, penipuan, dan tindakan kezaliman lainnya. Kesadaran terhadap pentingnya
etika dalam bisnis merupakan kesadaran tentang diri sendiri dalam melihat dirinya sendiri ketika
berhadapan dengan hal baik dan buruk, yang halal dan yang haram
Ekonomi syariah yang mendasarkan sistem ekonominya kepada tujuan syariah (maqashid
syari'ah) dan prinsip-prinsip etika yang diajarkan Islam untuk diterapkan dalam praktek bisnis
dan kewirausahaan yang di memiliki dunia baik dimensi keberkahan, yaitu memperoleh
keuntungan, maupun di akhirat. Praktek ekonomi, bisnis, wirausaha, dan lainnya yang bertujuan
meningkatkan kernakmuran dan kesejahteraan masyarakat, diperintahkan dan dipandu baik oleh
aturan-aturan ekonomi bersifat maupun dituntun oleh nilai-nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA
Nandang. 2022. Etika Bisnis Dalam Islam. Widina Bhakti Persada Bandung
Smeru. 2007. Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era Kebebasan Berserikat.
www.smeru.or.id. 1 desember 2018
Angga Syahputra. 2020ETIKA BISNIS DALAM ISLAM: SUATU JALAN KESEIMBANGAN DALAM BERBISNIS.
Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) SUMATRA UTARA.