Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM ISLAM TERKAIT KEWAJIBAN DAN


HAK PENGUSAHA

Disusun Oleh:

Bintari Ari Kusumawati (20090322529)

Sumhelwa (20090322530)

Fajar Effendi (20090322531)

Cok Gd Agung Dharma Putra (20090322539)

Mahatva Gunawan Tanjung (20090322549)

MASTER OF MANAGEMENT STUDY PROGRAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

Hak dan kewajiban merupakan hal yang melekat dalam setiap individu atau manusia. Hak
dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat antara satu dan lainnya, sehingga dalam praktik
harus dijalankan secara seimbang.Hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap
orang yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).

Kegiatan bisnis (usaha) dalam kacamata Islam, bukanlah kegiatan yang boleh dilakukan
dengan serampangan dan sesuka hati dengan menghalalkan segala cara seperti melakukan
penipuan, kecurangan, sumpah palsu, riba, menyuap dan perbuatan batil Iainnya. Dalam Islam
diberikan suatu batasan atau garis pemisah antara yang boleh dan yang tidak boleh, yang benar
dan salah serta yang halal dan yang haram. Batasan atau garis pemisah inilah yang dikenal
dengan istilah etika.

Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq Islamiyah) yang
dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang
etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika
bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah AlQuran
dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai
aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai
suksesnya suatu bisnis di kemudian hari.

Prilaku dalam berbisnis atau berdagang tidak boleh luput dari adanya nilai moral atau
nilai etika bisnis. Sangat amat penting bagi para pelaku bisnis untuk menanamkan dimensi
moral ke dalam kerangka/ruang lingkup bisnis. Bersama dengan semakin besarnya kesadaran
etika dalam berbisnis, orang mulai menekankan pentingnya keterkaitan faktor-faktor etika
dalam bisnis. Sesungguhnya dalam hal seluruh pelaksanaan kehidupan telah di atur dalam
pandangan ajaran Agama Islam untuk mengatur seluruh kehidupan manusia termasuk dalam
pelaksanaan perekonomian dan bisnis. Dalam ajaran Islam memberikan kewajiban bagi setiap
muslim untuk berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan syariah (aturan).
Islam wajib diikut sertakan disegala aspek kehidupan termasuk di dalamnya aturan
bermuamalah (usaha dan bisnis) yang merupakan jalan dalam rangka mencari kehidupan. Pada
hakikatnya tujuan penerapan aturan (syariah) dalam ajaran Islam di bidang muamalah tersebut
khususnya perilaku bisnis adalah agar terciptanya pendapatan (rizki) yang berkah dan mulia,
sehingga akan mewujudkan pembangunan manusia yang berkeadilan dan stabilisasi untuk
mencapai pemenuhan kebutuhan, tanpa harus mengalami ketidakseimbangan yang
berkepanjangan di masyarakat,
Oleh karena itu, untuk memulai dan menjalankan bisnis tentu tidak boleh lepas dari etika.
Karena mengimplementasikan etika dalam bisnis akan mengarahkan kehidupan manusia untuk
mencapai kebahagiaan dunia dalam bentuk memperoleh keuntungan materil dan kebahagiaan
akhirat dengan memperoleh ridha Allah. Yang dimaksud dengan etika bisnis yang Islami ialah
etika bisnis yang bersumber pada tuntutan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW dan dijadikan sebagai sumber petunjuk bagi orang-orang muttaqin, yaitu orang-orang Yang
bertakwa kepada Allah SWT. Dengan demikian, etika bisnis Islam mempunyai potensi menjadi
landasan bagi seluruh kegiatan termasuk transaksi bisnis yang bersifat global.
Peranan pengusaha Islam dalam upaya pemerataan ekonomi ini tentu sangat diharapkan,
bahkan harus mampu menjadi aktor pembangun ekonomi. Dalam konsep Islam bahwa bisnis
termasuk kegiatan mu'amalah, kégiatan yang berhubungan dengan sesama manusia, dan itu
cukup banyak menghabiskan waktu. Aktivitas hamba Allah dalam bermuamalah sangat penting
untuk menghidupkan semangat Islam dalam amal dan ibadah sosial. (Ali Hasan: hal 3).

Pelaku bisnis yang benar menurut Mustaq Ahmad adalah yang sesuai dengan ajaran Al-
Quran dan implementasinya tidak saja baik terhadap manusia, tetapi juga harus selalu dekat
dengan Allah SWT. Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika dan moral
karena keduanya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki. Pelaku usaha atau perusahaan yang
ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak akan berbisnis secara baik sehingga dapat mengancam
hubungan sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri. Etika bisnis Islam
menjunjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran dan keadilan sedangkan antara pemilik
dan karyawan berkembang semangat kekeluargaan. (Viethzal Rivai dan Andi Buchar: hal 237)
BAB II
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS ISLAM

Etika bisnis Islam merupakan etika bisnis yang mengedepankan nilai-nilai al Qur’an. Oleh
karena itu, beberapa nilai dasar dalam etika bisnis Islam yang disarikan dari inti ajaran Islam itu
sendiri adalah, antara lain :
1. Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi
dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi
terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting
dalam sistem Islam.
Jika konsep tauhid diaplikasikan dalam etika bisnis, maka seorang pengusaha
muslim tidak akan :
a. Berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli, atau siapapun dalam bisnis
atas dasar ras, warna kulit, jenis kelamin atau agama.
b. Dapat dipaksa untuk berbuat tidak etis, karena ia hanya takut dan cinta kepada Allah swt.
Ia selalu mengikuti aturan prilaku yang sama dan satu, dimanapun apakah itu di masjid,
ditempat kerja atau aspek apapun dalam kehidupannya.
c. Menimbun kekayaan dengan penuh keserakahan. Konsep amanah atau kepercayaan
memiliki makna yang sangat penting baginya karena ia sadar bahwa semua harta dunia
bersifat sementara dan harus dipergunakan secara bijaksana.

2. Keseimbangan (Equilibrium/Adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat
curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan.
Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang
untuk orang selalu dikurangi.
Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena kunci
keberhasilan bisnis adalah kepercayaan. Al-Qur’an memerintahkan kepada kaum muslimin
untuk menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai melakukan
kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan timbangan.

َ‫ام َإِلى َٱ ۡلم ۡس ِج َِد َٱ ۡۡل ۡقصا َٱلَّذِي َ َٰبر ۡكنا َح ۡول َهُۥ َ ِلنُ ِري َه ُۥ َ ِم ۡن َء َٰايتِن ۚٓا َإِنَّ َه ُۥ َهُو َٱلس َِّمي َُع‬
َِ ‫َمن َٱ ۡلم ۡس ِج َِد َٱ ۡلحر‬
ِ ‫س ۡب َٰحنَ َٱلَّذِيَ َأ ۡسر َٰى َبِع ۡب ِدَِهۦ َل ۡي اٗل‬
ُ
َ َ١َ‫ير‬ َُ ‫ص‬ ِ ‫ٱ ۡلب‬

“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. al-
Isra’:35).
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil,tak
terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat
Al-Maidah : 8

‫ان قَ ْو ٍم‬ ِ ‫ش َهدَآ َء بِ ْال ِقس‬


َ ‫ْط َوالَ يَج ِْر َمنَّ ُك ْم‬
ُ َ ‫شنَئ‬ ُ ِ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ُكونُوا قَ َّو ِامينَ هلل‬
َ‫يرُُ ِب َما ت َ ْع َملُون‬ ُ ‫علَى أَالَّ ت َ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلُوا ُه َو أ َ ْق َر‬
ُ ‫ب ِللت َّ ْق َوى َواتَّقُوا هللاَ ِإ َّن هللاَ َخ ِب‬ َ
artinya : “Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil.Berlaku adillah karena adil lebih dekat dengan takwa”.

3. Kehendak Bebas (Free Will)


Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan
itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya
batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja
dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang
tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.

4. Tanggungjawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis
prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa
yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.

5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran


Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis
kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad
(transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam
proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku
preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan
transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Menurut al Ghazali, terdapat enam bentuk kebajikan :
a. Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus memberikannya dengan
mengambil keuntungan sesedikit mungkin. Jika sang pemberi melupakan
keuntungannya, maka hal tersebut akan lebih baik baginya.
b. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik baginya untuk
kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari harga sebenarnya.
c. Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus bertindak secara
bijaksana dengan member waktu yang lebih banyak kepada sang peminjam untuk
membayara hutangnya
d. Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barang-barang yang sudah
dibeli seharusnya diperbolehkan untuk melakukannya demi kebajikan
e. Merupakan tindakan yang baik bagi si peminjam untuk mengembalikan pinjamannya
sebelum jatuh tempo, dan tanpa harus diminta
f. Ketika menjual barang secara kredit, seseorang harus cukup bermurah hati, tidak
memaksa orang untuk membayar ketika orang belum mampu untuk membayar dalam
waktu yang sudah ditetapkan.

Kewajiban Pengusaha menurut UU No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan


1. Mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai
dengan garis dan derajat kecacatan nya.
2. Pengusaha wajib memberikan/ menyediakan angkutan antar Jemput Bagi Pekerja
/Buruh Perempuan yang berangkat dan pulang pekerja antara pukul 23.00 s.d pukul
05.00.
3. Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
4. Pengusaha wajib Memberi Waktu Istirahat Dan Cuti Kepada Pekerja/Buruh.
5. Pengusaha Wajib memberikan Kesempatan Secukupnya Kepada Pekerja Untuk
Melaksanakan Ibadah yang diwajibkan Oleh Agamanya.
6. Pengusaha yang memperkerjakan Pekerja/Buruh Yang melakukan pekerja Untuk
Melaksanakan Ibadah yang Di wajib kan oleh agama nya.
7. Pengusaha yang Memperkerjakan Pekerja/Buruh yang melakukan pekerjaan pada hari
libur resmi sebagai mana di maksud pada ayat (2) Wajib membayar Upah kerja lembur.
8. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh sekurang-kurang nya 10 (Sepuluh
orang wajib membuat peraturan perusahaan yang mulai berlaku setelah disahkan oleh
mentri atau pejabat yang ditunjuk.
9. Pengusaha Wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan naskah
peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.
10. Pengusaha wajib memberitahukan secara tertulis kepada pekerja/serikat buruh, serta
instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan setempat sekurang-kurang
nya 7(Tujuh) hari kerja.
11. Dalam Hal terjadi pemutusan Kerja pengusah di wajib kan membayar uang pesangon
dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya
diterima.
12. Dalam hal pekerja /buruh di tahan pihak yang berwajib karena di duga melakukan
tindak pidana bukan bukan atas pengaduan pengusaha,maka pengusaha tidak wajib
memberikan bantuan kepada keluarga pekerja,buruh yang menjadi tanggungannya.
13. Pengusaha wajib membayar kepada pekerja, buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja, uang penghargaan masa kerja 1(satu) kali.
14. Untuk Pengusaha di larang membayar upah lebih rendah dari upah minimum.
15. Pengusaha wajib membayarupah/pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Agar kegiatan bisnis yang kita lakukan dapat berjalan harmonis dan menghasilkan
kebaikan dalam kehidupan, maka kita harus menjadikan bisnis yang kita lakukan terwarnai
dengan nilai-nilai etika. Salah satu Sumber rujukan etika dalam bisnis adalah etika yang
bersumber dari tokoh teladan agung manusia di dunia, yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Beliau telah memiliki banyak panduan etika untuk praktek bisnis kita, yaitu sebagai
berikut.
1. Niat yang Ikhlas.
Keikhlasan adalah perkara yang sangat menentukan. Dengan niat yang ikhlas, semua
bentuk pekerjaan yang berbentuk kebiasaan bisa bernilai ibadah. Sehingga aktivitas usaha
yang kita lakukan bukan semata-mata rusan harta saja melainkan berkaitan erat dengan urusan
akhirat. (QS Adz-Dzariyat ayat 56):
Allah telah menegaskan bahwa hakikatnya tujuan manusia diciptakan di muka bumi
adalah untuk beribadah kepadaNya "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
untuk beribadah kepaKu". Selain itu seperti sabda rasulullah sallallahu alaihi wasallam
"Sesungguhnya shalatku ibadahku, hidupku, dan matiku adalah semata-mata demi Allah,
Tuhan seru sekalian alam". Prinsip ini kemudian menghasilkan kesatuan_ kesatuan sinergis
dan saling terkait dalam kerangka tauhid. Tauhid diumpamakan seperti beredarnya planet-
planet dalam tata surya yang mengelilingi matahari. Kesatuan-kesatuan dalam ajaran tauhid
hendaknya berimplikasi kepada kesatuan manusia dengan Tuhan dan kesatuan manusia
dengan manusia serta kesatuan manusia dengan alam sekitarnya. Ini harus bersinergis tidak
dapat diprioritaskan salah satunya.
2. Akhlaq yang Mulia
Sikap dan perilaku dalam berbisnis adalah prinsip penting bagi seorang pebisnis muslim.
Islam sangat menekankan perilaku (akhlaq) yang baik dalam setiap kesempatan, termasuk
dalam berbisnis. Sebagaimana yang dijelaskan dalam (Ali 'Imran: 133-134): Artinya: "Dan
bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang /uasnya seluas
langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang
menafkahkan hartanyå, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat
kebajikan."
Akhlaq mulia dalam berbisnis ditekankan oleh Rasulullah dalam sabdanya "Seorang
pedagang yang jujur dan dapat dipercaya akan dikumpulkan bersama para nabi para shiddiq
dan orang-orang yang mati syahid." Dalam kesempatan lain Rasulullah bersabda "Semoga
Allah memberi rahmatNya kepada orang yang suka memberi kelonggaran «pada orang lain
ketika menjual, membeli atau menagih hutang" (Shahih Bukhari No.2076). Di antara akhlaq
mulia dalam berbisnis adalah menepati janji, jujur, memenuhi hak orang lain, bersikap toleran
dan suka memberi kelonggaran.
Keberkahan usaha merupakan kemantapan dari usaha itu dengan memperoleh
keuntungan yang wajar dan diridhai oleh Allah SWT. Dalam konteks mendapatkan ridha
Allah SWT dalam bisnis, maka bisnis harus ditempatkan sebagai sarana atau jalan beribadah
kepada Allah SWT. kebaikan memerlukan dana untuk mewujudkannya. Dana dapat diperoleh
dari keuntungan kegiatan bisnis. Bisnis dapat menjadi bagian dari kebaikan kalau tujuan dan
perolehan keuntungannya ditunjukkan untuk kebaikan. Kalau niatnya ibadah, maka
membangun pabrik sama mulianya dengan membangun masjid. (usa Asy'arie,lslam: Etika &
Konspirasi Bisnis)
Selain itu menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, kesadaran tentang
signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar
keuntungan sebanyakbanyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak Ekonomi Kapitalis,
Adam Smith, tetapi juga berorientasi kepada sikap ta'awun (menolong orang lain) sebagai
implikasi sosial kegiatan bisnis.
3. Usaha yang Halal
Seorang pebisnis muslim tentunya tidak ingin jika darah dagingnya tumbuh dari
barang haram, ia pun tak ingin memberi makan keluarganya dari sumber yang haram
karena sungguh berat konsekuensinya di akhirat nanti. Dengan begitu, ia akan selalu
berhati-hati dan berusaha melakukan usaha sebatas yang dibolehkan oleh Allah dan
RasulNya. Rasulullah bersabda : "Setiap daging yang tumbuh dari barang haram maka
neraka lebih berhak baginya" (Shahihul Jami' No. 4519)

Selain itu tidak boleh menipu, takaran, ukuran, dan timbangan yang benar. Dalam
perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benarbenar diutamakan. Firman
Allah: "Celakalah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran
dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi".

4. Menunaikan Hak
Seorang pebisnis muslim selayaknya bersegera dalam menunaikan haknya, seperti hak
karyawannya mendapat gaji, tidak menunda pembayaran tanggungan atau hutang, dan yang
terpenting adalah hak Allah dalam soal harta seperti membayar zakat yang wajib. Juga, half-
hak orang lain dalam perjanjian yang telah disepakati. Dalil yang menunjukkan hal ini adalah
peringatan Rasulullah kepada orang mampu yang menunda pembayaran hutangnya "Orang
kaya yang memperlambat pembayaran hutang adalah kezaliman" (HR Bukhari, Muslim dan
Malik).
Membayar upah sebelum kering keringat karyawan. Nabi Muhammad SAW. bersabda,
"Berikanlah upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya." Hadis ini mengindikasikan
bahwa pembayaran upah tidak boleh ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan
kerja yang dilakukan.

5. Menghindari Riba dan Segala Sarananya


Seorang muslim tentu meyakini bahwa riba termasuk dosa besar, yang sangat keras
ancamannya. Maka pebisnis muslim akan berusaha keras untuk tidak terlibat sedikitpun
dalam kegiatan usaha yang mengandung unsur riba. Ini mengingat ancaman terhadap riba
bukan hanya kepada pemakannya tetapi juga pemberi, pencatat, atau saksi sekalipun
disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah melaknat mereka semuanya dan
menegaskan bahwa mereka semua sama saja (Shahih Muslim No. 1598).
Seperti yang ada di dalam al-quran al-baqarah ayat 278:
Artinya; "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu Pokok kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau
semua Utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui".

6. Tidak Memakan Harta Orang Lain dengan Cara Bathil


Tidak halal bagi seorang muslim untuk mengambil harta orang lain secara tidak sah.
Allah dengan tegas telah melarang hal ini dalam kitabNya. Ini meliputi segala kegiatan
yang dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain yang menjadi rekan bisnisnya, baik itu
dengan cara riba, judi, kamuflase harga, menyembunyikan cacat barang atau produk,
menimbun, menyuap, bersumpah palsu, dan sebagainya. Orang yang memakan harta orang
lain dengan cara tidak sah berarti telah berbuat dhalim (aniaya) terhadap orang lain. Allah
berfirman (QS Al-Baqarah 188):
Artinya: "Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa, padahal kamu
mengetahui".

7. Loyal terhadap Orang Beriman


Pebisnis muslim sekaliber apapun tetaplah bagian dari umat Islam. Sehingga sudah
selayaknya ia melakukan hat-hal yang membantu kokohnya pilar-pilar masyarakat Islam
dalam skala internasional, regional maupun lokal. Tidak sepantasnya ia bekerja sama
dengan pihak yang nyata-nyata menampakkan permusuhannya terhadap umat Islam. Ini
merupakan bagian dari prinsip Al Wala' (Loyalitas) dan Al Bara' (berlepas diri) yang
merupakan bagian dari aqidah Islam. Sehingga ketika melaksanakan usahanya, seorang
muslim tetap akan mengutamakan Artinya: “Janganlah orang-orang mu'min mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mu'min, Barang siapa
berbuat demikian, Niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena memelihara
diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka, Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri-
Nya. Dan hanya kepada Allah kembali”.
KESIMPULAN

Islam sebagai agama yang telah sempurna sudah barang tentu memberikan rambu-rambu
dalam melakukan transaksi, istilah al-tijarah, al-bai‘u, tadayantum dan isytara yang disebutkan
dalam Alquran sebagai pertanda bahwa Islam memiliki perhatian yang serius tentang dunia
usaha atau perdagangan. Dalam menjalankan usaha dagangnya tetap harus berada dalam rambu-
rambu tersebut. Rasulullah saw. telah memberikan contoh yang dapat diteladani dalam berbisnis.
Islam menempatkan bisnis sebagai cara terbaik untuk mendapatkan harta. Karenanya,
segala kegiatan bisnis harus dilakukan dengan cara-cara terbaik dengan tidak melakukan
kecurangan, riba, penipuan, dan tindakan kezaliman lainnya. Kesadaran terhadap pentingnya
etika dalam bisnis merupakan kesadaran tentang diri sendiri dalam melihat dirinya sendiri ketika
berhadapan dengan hal baik dan buruk, yang halal dan yang haram
Ekonomi syariah yang mendasarkan sistem ekonominya kepada tujuan syariah (maqashid
syari'ah) dan prinsip-prinsip etika yang diajarkan Islam untuk diterapkan dalam praktek bisnis
dan kewirausahaan yang di memiliki dunia baik dimensi keberkahan, yaitu memperoleh
keuntungan, maupun di akhirat. Praktek ekonomi, bisnis, wirausaha, dan lainnya yang bertujuan
meningkatkan kernakmuran dan kesejahteraan masyarakat, diperintahkan dan dipandu baik oleh
aturan-aturan ekonomi bersifat maupun dituntun oleh nilai-nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA

Nandang. 2022. Etika Bisnis Dalam Islam. Widina Bhakti Persada Bandung
Smeru. 2007. Hubungan Industrial di Jabotabek, Bandung dan Surabaya pada Era Kebebasan Berserikat.
www.smeru.or.id. 1 desember 2018
Angga Syahputra. 2020ETIKA BISNIS DALAM ISLAM: SUATU JALAN KESEIMBANGAN DALAM BERBISNIS.
Sekolah Tinggi Ekonomi Dan Bisnis Islam (STEBI) SUMATRA UTARA.

Anda mungkin juga menyukai