Anda di halaman 1dari 17

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM FIKRI MEDIKA


Nomor : 001/PT.KMMU-RSFM/VI/2012
Tentang
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS / MEDICAL STAFF BYLAWS ( MSBL )
RUMAH SAKIT UMUM FIKRI MEDIKA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM FIKRI MEDIKA

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung terjaminnya pemahaman fungsi dan kerja sama
yang harmonis antara direktur rumah sakit dengan staf medis rumah
sakit di Rumah Sakit Umum Fikri Medika, perlu ditetapkan Peraturan
Internal Staf Medis Rumah Sakit Umum Fikri Medika;
b. bahwa untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Fikri
Medika;
Mengingat: 1. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
1. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
772/Menkes/SK/IV/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital By Laws);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis
Rumah Sakit (Medical Staff By Laws);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
755/Menkes/Per/IV/2011 tentang Penyelengaraan Komite Medis di
Rumah Sakit;
5. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Nomor
503/40/Dinkes/RS/2013 Tentang Izin Operasional Rumah Sakit Umum
Fikri Medika;
6. Keputusan Direktur Utama PT. Karya Mandiri Medika Utama No.
01.03/KMMU/VII/2017 tentang Pengangkatan dr. H. Saepudin, MPH
sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Fikri Medika;
7. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Fikri Medika Nomor 001.002/SK/Dir-
RSFM/VIII/2017 Tentang Kebijakan Umum Rumah Sakit Umum Fikri Medika
;
8. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Fikri Medika Nomor 101
/SK/Dir-RSM/VIII/2017 Tentang Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit
Umum Fikri Medika;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Peraturan internal staf medis (Medical Staff ByLaws/ MSBL) merupakan
acuan dari semua pengaturan komite medis dan staf medis di Rumah
Sakit Umum Fikri Medika.

KEDUA : Peraturan internal staf medis yang dibukukan menjadi bagian dari
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) Rumah Sakit Umum
Fikri Medika.

KETIGA : Peraturan internal staf medis dibuat komite medis dan disahkan oleh
direktur rumah sakit.

KEEMPAT : Peraturan internal staf medis berfungsi sebagai aturan yang digunakan
oleh komite medis dan staf medis dalam melaksanakan tata kelola yang
baik (good clinical governance) di Rumah Sakit Umum Fikri Medika.

KELIMA : Tata cara penyusunan peraturan internal staf medis dilaksanakan dengan
berpedoman pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indoensia yang berlaku.

KEENAM : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, bila kemudian hari
ditemukan kekeliruan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Karawang
Pada tanggal : 10 Juni 2012
Rumah Sakit Umum Fikri Medika

dr. H. Saepudin.,MPH
Direktur
Tentang
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS / MEDICAL STAFF BYLAWS ( MSBL )
RUMAH SAKIT UMUM FIKRI MEDIKA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Peraturan Internal Staff Medis Rumah Sakit ini yang dimaksud dengan :
1. Pelayanan Rumah Sakit adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh
rumah sakit dalam rangka upaya – upaya penyembuhan dan pemulihan, peningkatan,
pencegahan dan pelayanan rujukan.
2. Rumah Sakit Umum Fikri Medika yang selanjutnya disebut RS. Umum Fikri
Medika adalah Rumah Sakit Tipe C milik PT. Karya Mandiri Medika Utama
3. Pemilik Rumah Sakit Umum Fikri Medika yang selanjutnya disebut Pemilik
adalah PT. Karya Mandiri Medika Utama
4. Direktur Utama adalah Direktur Utama PT. Karya Mandiri Medika Utama
5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Fikri Medika yang ditunjuk oleh
Direktur Utama PT. Karya Mandiri Medika Utama untuk mengelola Rumah Sakit
Umum Fikri Medika .
6. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) adalah Peraturan dasar yang
mengatur tatacara penyelenggaraan rumah sakit, meliputi peraturan internal korporasi
dan peraturan internal staf medis.
7. Peraturan Internal Korporasi (Corporate By Laws) adalah aturan yang mengatur agar
tata kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui
pengaturan hubungan antara Pemilik, Pengelola dan Komite Medik di rumah sakit.
8. Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) Rumah Sakit Umum Fikri
Medika adalah aturan yang mengatur tata kelola klinis (clinical governance) untuk
menjaga profesionalisme staf medis di Rumah Sakit Umum Fikri Medika.
9. Dewan Pengawas ( Governing Body) adalah suatu badan yang melakukan
pengawasan terhadap operasional rumah sakit yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Utama PT. Karya Mandiri Medika Utama dengan keanggotaan yang
memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku.
10. Kepala Dinas Kesehatan yang selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang.
11. Direksi adalah Pimpinan Rumah Sakit Umum Fikri Medika yang bertugas dalam
pengelolaan rumah sakit yang terdiri dari Direktur dan Kepala Bagian/ Bidang sesuai
dengan bidang tugasnya.
12. Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis,
dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
13. Staf Medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi
spesialis, dan dokter sub spesialis sesuai dengan kebutuhan di rumah sakit.
14. Kelompok Staf Medis Fungsional yang selanjutnya disebut Kelompok SMF adalah
kelompok dokter dan/atau dokter spesialis serta dokter gigi dan/atau dokter
gigi spesialis yang melakukan pelayanan dan telah disetujui serta diterima
sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan profesi masing – masing di
Rumah Umum Fikri Medika.
15. Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan klinis (clinical appointment).
16. Penugasan Klinis (clinical appointment) adalah penugasan dari Direktur RS
Umum Fikri Medika seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis di RS. Umum Fikri Medika berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.
17. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan kelayakan
diberi kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai kemampun dan/atau
kompetensinya.
18. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
19. Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang
dilaksanakan oleh profesi medis.
20. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.
21. Satuan Pengawas Internal adalah perangkat rumah sakit yang bertugas
melakukan pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu Direktur\
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan social
sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis yang sehat.
22. Profesi kesehatan adalah mereka yang dalam tugasnya telah mendapat pendidikan
formal kesehatan dan melaksanakan fungsi melayani masyarakat dengan usaha
pelayanan penyakit dan mental untuk menjadi sehat.
23. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, yaitu
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin,
radiologi, laboratorium, rehabilitasi medis dan pelayanan penunjang lainnya.
24. Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan medis spesialis penyakit dalam,
kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan anak.
25. Pelayanan medis spesialistis luas adalah pelayanan medis spesialis dasar ditambah
dengan pelayanan spesialis telinga, hidung dan tenggorokan, mata, saraf, jiwa, kulit
dan kelamin, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medis, patologi klinis, gigi dan
mulut, kedokteran forensic dan medikolegal, dan pelayanan spesialis lain sesuai
dengan kebutuhan.
26. Tenaga administrasi adalah orang atau sekelompok orang yang bertugas
melaksanakan administrasi perkantoran guna menunjang pelaksanaan tugas – tugas
staf medis, komite medis, dan sub komite khususnya yang terkait dengan etik
dan mutu medis.
27. Dokter Kontrak dan/atau Dokter Honorer adalah dokter umum dan/atau dokter
spesialis, dokter gigi dan/atau dokter gigi spesialis yang diangkat dengan status tenaga
harian dengan sistem kontrak dan/atau tenaga honorer di Rumah Sakit Umum Fikri
Medika, yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur dengan masa kerja untuk jangka
waktu tertentu.
28. Dokter Konsultan adalah Dokter spesialis tertentu yang karena kompetensinya
diminta membantu pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Fikri Medika.
29. Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan pelayanan
medis sesuai dengan profesi dan keahliannya di Rumah Sakit Umum Fikri Medika.
BAB II
VISI DAN MISI
Pasal 2

1. Visi RSU Fikri Medika adalah : Menjadikan rumah sakit swasta yang menyediakan
layanan medis Berkualitas, Unggul dan Terpercaya di Karawang

2. Misi RS. Umum Fikri Medika adalah :


1) Memberikan pelayanan kesehatan dan medis terbaik kepada Masyarakat.
2) Mewujudkan Kesejahteraan bagi seluruh steakholder
3) Peduli kepada lingkungan, Masyarakat dan Bangsa

BAB III
NAMA, RUANG LINGKUP, TUJUAN
Pasal 3
Nama

1. Nama dokumen ini adalah Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff By Laws)
Rumah Sakit Umum Fikri Medika.
2. Seluruh staf medik yang bekerja di Rumah Sakit Umum Fikri Medika tergabung
dalam Komite Medik yang dibentuk berdasarkan Peraturan Internal Rumah Sakit
Umum Fikri Medika (Hospital By Laws) dan disahkan oleh direktur RS. Umum Fikri
Medika.
Pasal 4
Ruang Lingkup Peraturan Internal Staf Medis
1. Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff By Laws) ini berlaku bagi seluruh
dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang melakukan praktik
kedokteran di Rumah Sakit Umum Fikri Medika.

2. Seluruh tenaga medik yang praktik di Rumah Sakit Umum Fikri Medika sebagaimana
dimaksud dengan ayat (1) tergabung dalam Komite Medis Rumah Sakit Umum Fikri
Medika.

Pasal 5
Tujuan

Tujuan Peraturan Internal Staf Medik (Medical Staff By Laws) ini (dan peraturan
pelaksanaannya) adalah :
1. Menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan kualitas pelayanan medik dan
menjunjung tinggi keselamatan pasien tanpa membeda-bedakan agama, ras, jenis
kelamin, suku, kebangsaan, dan golongan.
2. Meningkatkan profesionalisme staf medik dalam melaksanakan praktik kedokteran
di rumah sakit.
3. Menciptakan suatu system pengaturan mandiri (self – governance) di bidang
kompetensi perilaku, dan kinerja Staf Medik Rumah Sakit yang bertanggungjawab
dan akuntabel kepada masyarakat luas, khususnya kepada Governing Body rumah
sakit.

BAB III
STAF MEDIK

Pasal 6
Keanggotaan Staf Medik

Dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang dapat melakukan praktik
kedokteran di Rumah Sakit Umum Fikri Medika adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis
dan dokter gigi spesialis yang telah dinyatakan memenuhi syarat penerimaan (kredensial)
oleh Komite medik, menandatangani perjanjian, dan memperoleh kewenangan melakukan
tindakan medis di rumah sakit yang diterbitkan oleh Direksi Rumah Sakit sehingga sah
sebagai Staf Medik.

Pasal 7
Penerimaan Staf Medik

1. Setiap tenaga medik yang akan bekerja di RS. Umum Fikri Medika harus telah
memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana diatur dalam Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff By Laws) ini.
2. Syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari syarat administratif dan
syarat keprofesian.
3. Syarat administratif sebagaimana dimaksud ayat (2) dinilai oleh Direksi melalui
manajer sumber daya manusia.
4. Syarat keprofesian sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dinilai oleh Komite Medik
melalui Sub Komite Kredensial dengan suatu tata cara yang ditetapkan dalam
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By Laws) ini.
5. Tenaga medik yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) dan (4), berhak memperoleh surat tanda penerimaan dari Direksi yang harus
ditindaklanjuti dengan pembuatan Surat Ijin Praktik di RS. Umum Fikri Medika
dalam batas waktu tertentu.
6. Tenaga medis yang telah memenuhi ayat (5) dan telah memiliki SIP di RS. Umum
Fikri Medika dapat diberi kewenangan oleh Direksi untuk melakukan praktik
kedokteran di RS. Umum Fikri Medika sesuai dengan kompetensi dan persyaratan
lain yang ditentukan oleh Komite Medik.
7. Tenaga medik yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (5) wajib menyetujui untuk melaksanakan praktik kedokteran sesuai dengan
standar profesi, kompetensi dan standar prosedur operasional, yang dituangkan dalam
sebuah perjanjian.
8. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) akan dinilai kembali oleh
Komite Medik melalui Sub Komite Kredensial bersama SMF terkait, dengan suatu
tata cara yang ditetapkan dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By
Laws) ini.
9. Penilaian kembali sebagaimana dimaksud ayat (8) dilaksanakan setiap 2 (dua) tahun
atau waktu lain yang ditetapkan oleh Komite Medik dalam situasi atau kondisi
tertentu.
10. Ketua Sub Komite Kredensial memberikan laporan kepada Komite Medik secara
berkala.

Pasal 8
Persyaratan Staf Medik

1. Syarat administrasi calon staf medik sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (3) adalah
sebagai berikut :
a. Memiliki ijasah sebagai dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi
spesialis dari perguruan tinggi yang diakui oleh Kemendikbud/ Kemenristek -
Dikti.
b. Memiliki sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kolegium terkait.
c. Memiliki surat bukti angkat sumpah dokter.
d. Memiliki surat pernyataan akan mematuhi etika kedokteran
e. Memiliki surat tanda registrasi (STR) yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI).
f. Belum memiliki 3 surat ijin praktik di tempat lain, atau apabila telah memiliki 3
tempat praktik menyatakan akan memindahkan salah satu SIP nya ke RS. Umum
Fikri Medika.
g. Bersedia untuk membuat SIP di RS. Umum Fikri Medika dan tidak akan
melakukan praktik kedokteran sebelum memiliki SIP.

2. Syarat keprofesian calon staf medik sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (4) adalah
sebagai berikut :
a. Lulus penilaian kompetensi, integritas, dan perilaku oleh Komite Medik melalui
penelusuran ke belakang (track record).
b. Menunjukkan kemauannya untuk memberikan pelayanan medik yang berkualitas
pada pasien dan mementingkan keselamatan atau kepentingan terbaik pasien.
c. Menunjukkan kemauan untuk mematuhi Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
By Laws) dan Peraturan Internal Staf Medik Rumah Sakit ( Medical Staff By
Laws), kebijakan, prosedur, dan berbagai ketentuan rumah sakit.
d. Menunjukkan kemauan untuk mematuhi etika kedokteran.
e. Bebas dari keadaan fisik dan mental yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya
dalam memberikan pelayanan medik.
f. Bebas dari perilaku profesi yang tercela, pelanggaran etika kedokteran yang berat,
atau pelanggaran disiplin kedokteran yang berat.
g. Menunjukkan kemauannya untuk bekerjasama dengan sejawat, baik sesama
tenaga medis maupun tenaga non medis yang bekerja di rumah sakit

3. Penilaian kembali syarat keprofesian untuk tujuan penentuan perpanjangan


keanggotaan staf medik dilakukan terhadap :
a. Kompetensi, integritas, dan perilaku oleh Komite medik selama masa kerja di RS.
Umum Fikri Medika ataupun di Sarana Pelayanan Kesehatan lain pada kurun
waktu yang sama.
b. Kemampuan untuk memberikan pelayanan medik yang berkualitas pada pasien
dan mementingkan keselamatan atau kepentingan terbaik pasien.
c. Perilaku profesi yang mematuhi Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By
Laws) dan Peraturan Internal Staf Medik Rumah Sakit ( Medical Staff By Laws),
kebijakan, prosedur, dan berbagai ketentuan rumah sakit.
d. Perilaku profesi yang mematuhi etika kedokteran.
e. Keadaan fisik dan mental yang dapat mendiskualifikasi kemampuannya dalam
memberikan pelayanan medik.
f. Perilaku profesi yang tercela, pelanggaran etika kedokteran yang berat, atau
pelanggaran disiplin kedokteran yang berat.
g. Kemampuan untuk bekerja sama dengan sejawat, baik sesama tenaga medis
maupun tenaga non medis yang bekerja di rumah sakit.
h. Perilaku profesi yang senantiasa meningkatkan kemampuan dan keterampilannya

4. Penilaian kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) butir a dan (3) butir a di
atas didasarkan pada pendidikan dan pelatihan yang pernah dijalani dan
pengembangan profesi berkelanjutan, pengalaman, kinerja klinis sehari-hari,
pengambilan keputusan klinis, dan pengamatan kinerja lainnya yang ditunjukkan
dalam dokumen yang dimiliki calon staf medik atau staf medik Rumah Sakit Umum
Fikri Medika.
Pasal 9
Pemenuhan Kebutuhan Rumah Sakit

1. Setiap permohonan untuk menjadi staf medik rumah sakit akan dinilai terlebih dahulu
kesesuaiannya dengan kebutuhan rumah sakit sebelum memasuki proses kredensial
sebagaimana diuraikan dalam pasal 7 dan 8.
2. Faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan rumah sakit
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah kesesuaiannya dengan master plan
rumah sakit dibidang pelayanan medik yang dibuat bersama oleh Direksi dan komite
medik, serta telah disahkan oleh Governing Body.

Pasal 10
Kewenangan Melakukan Praktek kedokteran

1. Seorang dokter, dokter spesialis, dokter gig atau dokter gigi spesialis hanya dapat
melakukan praktik kedokteran sesuai dengan bidang dan kemampuannya secara
spesifik di RS Umum Fikri Medika, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
masing-masing organisasi profesinya, setelah mendapatkan kewenangan klinis
(clinical privilege) dari Direksi RS Umum Fikri Medika yang ditetapkan dengan suatu
surat keputusan yang ditembuskan kepada Governing Body.
2. Kewenangan klinis sebagaimana tercatum dalam ayat (1) hanya diberikan pada
dokter yang memiliki ikatan perjanjian dengan RS Umum Fikri Medika yang
ditetapkan setelah memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam statuta ini
dan memiliki SIP di RS Umum Fikri Medika.
3. Penentuan kewenangan klinis didasarkan pada pendidikan, pelatihan, pendidikan
berkelanjutan, pengalaman dan kinerjanya, termasuk kemampuan pengambilan
keputusan klinis, sebagaimana tercantum dalam berkas kredensial, dan didasarkan
pada pengamatan kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan kinerja
yang bersangkutan.
4. Penggunaan kewenangan klinis dalam sebuah Kelompok Staf Medik akan tergantung
pada peraturan dan ketentuan yang berlaku di kelompok staf medik tersebut dan
kebijakan Ketua Kelompok Staf Medik.

Pasal 11
Berakhirnya Kewenangan Klinis

1. Kewenangan klinis seorang staf medik di RS Umum Fikri Medika berakhir bila
hubungan hukum antara staf medik dengan RS Umum Fikri Medika telah putus atau
pemeberian kewenangan klinis (clinical privilege) staf medik yang bersangkutan
dicabut oleh Direktur RS Umum Fikri Medika karena pelanggaran disiplin profesi.
2. Direktur RS Umum Fikri Medika memberikan surat keputusan berakhirnya
kewenangan klinis kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada Governing
Body dan Komite Medik.

Pasal 12
Peninjauan Mutu Pelayanan Medis

1. Untuk menjaga mutu pelayanan medis dilakukan pengembangan profesi kedokteran


berkelanjutan (Continuing Proffesional Development) dan audit medis secara berkala
dengan tata cara yang lazim yang ditentukan oleh Sub – Komite Peningkatan Mutu
Layanan.
2. Topik, waktu, pelaksanaan dan tatacara pengembangan profesi kedokteran
berkelanjutan dan audit medis ditetapkan oleh Sub – Komite Peningkatan Mutu
Layanan.
3. Sub – Komite Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil pengembangan profesi
kedokteran berkelanjutan dan audit medis beserta analisisnya secara berkala kepada
komite medic untuk ditindaklanjuti.
4. Komite Medis wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap perlu untuk
menindaklanjuti hasil pengembangan profesi kedokteran berkelanjutan dan audit
medis sebagaimana diatur dalam ayat (3).
5. Sub – Komite Peningkatan Mutu Layanan memberikan laporan kepada Komite Medik
mengenai efektifitas dan kewajaran pelayanan medik yang diberikan oleh seluruh staf
medik yang bekerja di rumah sakit, dan mengendalikan agar pelayanan pasien di
rumah sakit diberikan dengan kualitas dan efisiensi yang optimal sesuai dengan
sumber daya dan SPO yang dimiliki oleh rumah sakit
BAB IV
KOMITE MEDIK

Pasal 13
Organisasi Komite Medis

1. Di lingkungan Rumah Sakit dibentuk suatu wadah staf medis non struktural yang
disebut sebagai Komite Medik Rumah Sakit yang bertanggung jawab kepada
“Governing Body”.
2. Komite medik adalah satu-satunya wadah formal yang mengatur masalah keprofesian
seluruh staf medik fungsional (SMF) rumah sakit.
3. Komite Medik bertugas :
a. Menjadi sarana bagi anggota staf medik agar dapat mengatur dirinya untuk
meningkatkan kualitas pelayanan medik dan melindungi keselamatan pasien.
b. Menapis calon anggota staf medik yang akan berkarya di rumah sakit.
c. Merencanakan dan mengatur pengembangan profesi kedokteran berkelanjut yang
disesuaikan dengan master plan rumah sakit bagi setiap anggotanya.
d. Memberikan masukan pada Direktur RS. Umum Fikri Medika perihal :
1. Keprofesian tenaga medis.
2. Pelayanan medis yang adekuat bagi rumah sakit.
e. Menangani disiplin profesi anggota staf medik dan menyampaikan hasil kajian
Komite Medik atas perilaku tenaga medis kepada Direksi Rumah Sakit.
f. Bekerjasama dengan Direksi Rumah Sakit merencanakan suatu program untuk
mengatur kewenangan melakukan tindakan medis sesuai master plan Rumah
Sakit.

Pasal 14
Kepengurusan Komite Medik

1. Dalam komite medik ditetapkan pengurus harian yang terdiri dari ketua komite
medik, sekretaris komite medik, dan ketua – ketua sub – komite medik.
2. Komite medik dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih setiap tiga tahun yang
diselenggarakan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Internal Staf Medis ini
untuk diajukan dan disetujui oleh Direktur.
3. Yang dapat dipilih sebagai Pengurus Harian adalah anggota SMF Rumah Sakit yang
telah memiliki kewenangan klinis di rumah sakit, yang masih berlaku selama periode
kepengurusan tersebut.

Pasal 15
Ketua Komite Medik

1. Ketua Komite Medik dipilih dari dan oleh anggota staf medik setiap tiga tahun sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Internal Staf Medis ini, yang selanjutnya diajukan
dan disetujui oleh Direktur serta diketahui oleh Governing Body.
2. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua Komite Medik sebelum masa jabatannya
berakhir maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh salah satu ketua sub – komite.

3. Tugas Ketua Komite Medik adalah :


a. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif antar staf medis dan mewakili
pendapat staf medis dalam bidang keprofesian.
b. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat yang
diselengarakan komite medik.
c. Menunjuk staf medis yang akan mewakili Komite Medik dalam setiap kepanitiaan
dirumah sakit yang memerlukan perwakilan dari staf medik.
d. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Governing Body dan kepanitiaan
lainnya yang berkaitan dengan profesi medik.

Pasal 16
Sekretaris Komite Medik

1. Sekretaris adalah seorang anggota SMF yang ditunjuk oleh Ketua Komite Medik
untuk mengkoordinasikan dan bertanggung jawab atas tugas-tugas kesekretariatan
Komite medik.
2. Pada sekretaris komite medik diperbantukan petugas sekretariat yang disediakan oleh
rumah sakit.
3. Tugas sekretaris komite medik adalah :
a. Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk menghadiri
rapat-rapat Komite Medik.
b. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang akurat dan lengkap kepada
hadirin yang berhak menghadiri rapat.
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Medik, staf medik
fungsional, atau sub komite medik.
d. Menghadiri pertemuan dengan Direktur dan komite lainnya dimana yang
bersangkutan adalah anggota yang mewakili staf medik.

Pasal 17
Rapat Rutin Komite Medik

1. Komite Medik menyelenggarakan rapat rutin setiap bulan satu kali pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Medik.
2. Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin beserta agenda
rapat kepada anggota yang berhak hadir paling lambat lima hari sebelum rapat
tersebut dilaksanakan.
3. Rapat rutin dihadiri oleh pengurus harian komite medik.
4. Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.
5. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Komite Medik sebagaimana
diatur ayat (2) harus melampirkan :
a. Satu salinan agenda.
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu.
c. Satu salinan risalah rapat khusus yang lalu.
Pasal 18
Rapat Khusus Komite Medik

1. Rapat khusus komite medik diselenggarakan dalam hal :


a. Diperintahkan oleh ketua, atau
b. Permintaan yang diajukan oleh paling sedikit tiga anggota pengurus harian
komite medic dalam waktu empat puluh delapan jam sebelumnya, atau
c. Permintaan Ketua Komite Medik untuk hal-hal yang memerlukan penetapan
kebijakan komite medic dengan segera.
2. Sekretaris komite medik menyelenggarakan rapat khusus dalam waktu empat puluh
delapan jam setelah diterimanya permintaan rapat yang ditandatangani oleh
seperempat dari jumlah anggota Komite Medik yang berhak hadir dan memberikan
suara dalam rapat tersebut.
3. Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat khusus beserta agenda
rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat dua puluh empat jam
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
4. Pemberitahuan rapat khusus akan menyebutkan secara spesifik hal-hal yang akan
dibicarakan dalam rapat tersebut, dan rapat hanya akan membicarakan hal-hal yang
tercantum dalam pemberitahuan tersebut.

Pasal 19
Rapat Umum Staf Medik

1. Rapat Umum dan staf medic diselenggarakan sekali setahun dan dapat diikuti oleh
seluruh staf medik.
2. Sekretaris komite medik menyampaikan pemberitahuan rapat tahunan secara tertulis
beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling lambat empat
belas hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.

Pasal 20
Kuorum

1. Kuorum diperlukan pada rapat untuk membuat keputusan kebijakan.


2. Kuorum tercapai bila rapat dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah anggota
Komite Medik ditambah satu yang berhak hadir untuk hadir dan memberikan suara.
3. Keputusan hanya dapat ditetapkan bila kuorum telah tercapai.
4. Dalam hal kuorum tidak tercapai, maka rapat ditunda selambat-lambatnya 1 (satu)
jam, dan kemudian rapat dianggap sah
Pasal 21
Pengambilan Putusan Rapat

Kecuali telah diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis ini, maka :
1. Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui pemungutan suara
berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang hadir
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua berwenang membuat
keputusan hasil rapat.

Pasal 22
Tata Tertib Rapat

1. Setiap rapat Komite Medik berhak dihadiri oleh seluruh anggota Komite Medik dan
Direksi.
2. Semua risalah rapat komite medik dicatat oleh sekretaris komite medik atau
penggantinya yang ditunjuk
3. Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak hadir sebelum rapat
berikutnya.
4. Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan
keakuratan notulen tersebut.
5. Notulen rapat ditandatangani oleh ketua komite medik pada rapat berikutnya, dan
notulen tersebut diberlakukan sebagai dokumen yang sah
6. Laporan kegiatan komite medik akan disampaikan secara berkala pada seluruh
anggota SMF sedikitnya setahun sekali.

Pasal 23
Sub – Komite Di Bawah Komite Medik

1. Dibawah komite medik dibentuk beberapa sub – komite medik yang terdiri dari :
a. Sub komite kredensial.
b. Sub komite peningkatan mutu profesi dan continuing professional development.
c. Sub komite disiplin profesi.
2. Tugas dan fungsi sub komite medik dan panitia – panitia ditetapkan oleh komite
medik dari waktu ke waktu.
BAB V
TINDAKAN DISIPLIN MEDIK DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN
PELANGGARAN TATA TERTIB DAN DISIPLIN MEDIK

Pasal 24
Dasar Tindakana Disiplin Medik

1. Keadaaan dan situasi yang dapat digunakan pelanggaran disiplin medik dan tata tertib
oleh seorang staf medik adalah hal-hal yang menyangkut :
a. Kompetensi klinis.
b. Tindakan perawatan atas seorang pasien termasuk penatalayanan sebuah kasus di
rumah sakit.
c. Dugaan pelanggaran Peraturan Internal Staf Medik dan tata tertib staf medik.
d. Dugaan penyimpangan etika profesi.
e. Dugaan pelanggaran tata tertib dan kebijakan rumah sakit.
f. Perilaku yang dianggap tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit.
g. Ketidakmampuan kerjasama dengan staf rumah sakit yang dapat menimbulkan
inefisiensi operasional rumah sakit.
h. Hal-hal lain yang oleh komite medik sepatutnya dianggap menyangkut disiplin
medik.
2. Setiap staf medik, dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan medik wajib
memberitahukan adanya dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
kepada Ketua Komite Medik secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan
untuk itu dengan tata cara sebagai berikut :
a. Staf medik menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada koordinator
Staf Medik Fungsional yang terkait.
b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut kepada atasan
yang bersangkutan untuk selanjutnya disampaikan kepada ketua Komite Medik.
3. Ketua Komite Medik wajib meneliti, menindaklnjuti dan memberikan kesimpulan
serta putusan setiap laporan yang disampaikan oleh staf medik dan staf rumah sakit
yang terkait dengan pelayanan medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
4. Ketua Komite Medik dapat menugaskan Sub – Komite terkait dibawah komite medik
untuk menindaklanjuti setiap laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).
5. Ketua Komite Medik memberikan kesimpulan dan putusan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) berdasarkan hasil penelitian dan rekomendasi sub komite terkait yang
dapat berbentuk :
a. Saran kepada staf medik terkait dan Managemen rumah sakit.
b. Putusan untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan adanya
pelanggaran disiplin medik, tata tertib dan etik.
6. Semua putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) didokumentasikan secara
lengkap oleh sekretariat Komite Medik dan diperlakukan secara Konfidensial.
7. Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) kepada pihak
manapun hanya dapat ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit setelah memperoleh
persetujuan dari komite medik.
Pasal 25
Penelitian Dugaan Pelanggaran Disiplin
Etika dan Tata Tertib

1. Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi medik, etika medik, dan tata tertib
dimulai berdasarkan putusan Ketua Komite Medik untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (5) dan dilaksanakan oleh Sub-
Komite terkait.
2. Sub – Komite Disiplin melaksanakan penelitian berdasarkan tata cara yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Internal Staf Medis ini.
3. Ketua Sub – Komite Disiplin menyampaikan hasil penelitian dan rekomendasi
kepada Ketua Komite Medik untuk ditetapkan sebagai putusan Komite Medik yang
memuat :
a. Ringkasan kasus atau kejadian
b. Kesimpulan tentang ada atau tidaknya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif berupa teguran tertulis, penangguhan
kewenangan melakukan tindakan medik untuk waktu tertentu dan pengakhiran
kewenangan melakukan tindakan medis.
4. Ketua Komite Medik wajib menetapkan putusan sebagimana dimaksud dalam ayat
(3) dengan memperhatikan masukan dari sub komite lain dalam waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja setelah diterimanya putusan Sub – Komite Disiplin.
5. Putusan Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disampaikan kepada
Governing Body dan Direktur Rumah Sakit dengan tembusan kepada yang
bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah ditetapkannya
putusan tersebut untuk segera ditindaklanjuti oleh Direktur Rumah Sakit.

Pasal 26
Tim Ad – Hoc Penelitian Dugaan Pelanggaran
Disiplin dan Tata Tertib

1. Dalam hal Ketua Komite Medik menyampaikan putusan untuk melakukan penelitian
lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24 ayat (5) maka Ketua Sub – Komite
Disiplin atau yang mewakilinya mengusulkan kepada Ketua Komite Medik untuk
menetapkan tim Ad – Hoc dengan suatu surat keputusan.
2. Penetapan Tim Ad – Hoc sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah
dilakukan penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan oleh
Komite Medik, Sub – Komite Disiplin.

3. Tim Ad – Hoc menyelenggarakan sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja
setelah diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
4. Ketua Komite Medik atau staf lain yang ditunjuk didampingi Ketua Sub – Komite
Disiplin atau staf lain yang ditunjuk memimpin sidang pertama tim Ad – Hoc untuk
menentukan Ketua dan Wakil Ketua tim Ad – Hoc dan menjelaskan tata cara
persidangan anggota tim Ad – Hoc .
5. Pada tim Ad – Hoc diperbantukan sekretaris yang ditunjuk Komite Medik untuk
melancarkan persidangan.
6. Tim Ad – Hoc bertugas melakukan pengkajian dan penelitian atas kasus yang
diterimanya dan melaksanakan persidangan sesuai dengan tata cara yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Internal Staf Medik ini.
7. Dalam rangka melakukan pengkajian tim Ad – Hoc berwenang meminta informasi
kepada “yang teradu” dari semua pihak di rumah sakit, termasuk meneliti rekam
medic, bila diperlukan meminta bantuan pihak lain diluar rumah sakit dengan
persetujuan Komite Medik.
8. Tim Ad – Hoc wajib melaksanakan rapat – rapat persidangan untuk menyimpulkan
dan memutuskan suatu kasus yang diserahkan padanya dalam suatu surat kesimpulan
yang ditanda tangani oleh ketua bersama segenap anggota tim Ad – Hoc untuk
diserahkan kepada Ketua Sub - Komite Disiplin melalui surat putusan yang memuat :
a. Ringkasan kasus atau kejadian.
b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran.
c. Rekomendasi tindakan korektif.
9. Ketua Sub – Komite Disiplin menerbitkan surat keputusan pembubaran tim Ad – Hoc
setelah menerima surat kesimpulan keputusan dan semua berkas persidangan secara
lengkap sebagaimana dimaksud dalam ayat (8).

Pasal 27
Tata Cara Persidangan Tim Ad – Hoc Sub – Komite Disiplin

1. Ketua tim ad hoc membuka persidangan dan menyatakan sidang tersebut sah setelah
kuorum tercapai dan setiap yang hadir menandatangani daftar hadir.
2. Tim Ad – Hoc melaksanakan persidangan dengan melakukan pemeriksaan atas kasus
tersebut, meminta keterangan dari berbagai pihak yang dianggap perlu.
3. Persidangan dilakukan secara tertutup di rumah sakit.
4. Sub Komite disiplin menyediakan tenaga penulis untuk merekam setiap kejadian
yang timbul dalam investigasi maupun persidangan.
5. Tenaga penulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) adalah seorang tenaga medis.
6. Semua catatan dan dokumen tim disimpan dirumah sakit dan diperlakukan secara
konfidensial.
7. Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) kepada pihak
manapun hanya dapat ditentukan oleh Direktur Rumah Sakit setelah memperoleh
persetujuan Ketua Komite Medik.
BAB VI
KETENTUAN TATA TERTIB STAF MEDIS, PEMAPARAN PERATURAN INTRNAL
STAF MEDIS, PERUBAHAN PERATURAN INTRNAL STAF MEDIS,
DAN KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28
Tata Tertib Staf Medis

Segala prosedur dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis ini
akan diatur dan ditetapkan secara tersendiri dalam Tata Tertib Pelayanan Staf Medik Rumah
Sakit.

Pasal 29
Pemaparan Peraturan Internal Staf Medis

Pengurus Komite medik dapat memperlihatkan Peraturan Internal Staf Medis ini kepada
pihak tertentu yang dinilai berkepentingan.

Pasal 30
Perubahan Peraturan Internal Staf Medis

1. Komite Medik berhak merubah Peraturan Internal Staf Medis ini dengan persetujuan
Direktur dan diketahui Governing Body melalui rapat khusus yang diselenggarakan
untuk itu.
2. Usulan untuk merubah Peraturan Internal Staf Medis ini hanya dapat dilaksanakan
melalui rapat pleno khusus yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut.

Pasal 31
Ketentuan Penutup

1. Peraturan Internal Staf Medis ini berlaku sejak tanggal tanggal ditetapkan.
2. Semua peraturan rumah sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan Internal
Staf Medis ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Internal Staf Medis ini.

Ditetapkan di : Karawang
Pada tanggal : 10 Juni 2012
Rumah Sakit Umum Fikri Medika

dr. H. Saepudin.,MPH
Direktur

Anda mungkin juga menyukai