Anda di halaman 1dari 13

Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p.

9-21
E-ISSN: 2549-0354; P-ISSN: 2252-6641

Pelaksanaan Penilaian Afektif Pada Pembelajaran Sejarah


Kurikulum 2013 Kelas XI IPS di SMA Negeri 3 Temanggung
Tahun Ajaran 2018/2019
Aniza Oktarina Wulandari, Cahyo Budi Utomo, Andy Suryadi

Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemahaman guru sejarah di SMA Negeri 3 Temanggung
mengenai penilaian afektif. Mengetahui penerapan penilaian afektif yang dilakukan guru sejarah di SMA
Negeri 3 Temanggung. Mengetahui penyebab penerapan penilaian autentik di SMA Negeri 3 Te-
manggung pada Mata Pelajaran Sejarah belum berjalan optimal. Penelitian menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan desain metode deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah Guru Sejarah
Peminatan Kelas XI, wakil kepala bidang kurikulum dan juga beberapa peserta didik kelas XI IPS SMA
Negeri 3 Temanggung. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan study dokumen. Uji
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman guru sejarah mengenai penilaian aut-
entik masih kurang dapat dilihat dari perbedaan pendapat dari pengertian, ciri-ciri, bentuk penilaian,
teknik dan instrumen serta tujuan dari penilaian autentik. Pelaksanaan penilaian autentik belum sesuai
dengan RPP karena tidak semua bentuk penilaian aspek afektif dilaksanakan oleh guru sejarah seperti
penilaian teman sejawat. Kendala-kendala dalam menilai yang di temui guru sejarah di SMA Negeri 3
Temanggung adalah penilaian afektif pada Kurikulum 2013 sangatlah rumit dan butuh waktu dan proses
yang sangat panjang karena menyangkut perilaku setiap individu.

Kata kunci: penilaian afektif, pembelajaran sejarah, Kurikulum 2013

ABSTRACT
The research problems in this study are: exploring the history teacher in SMA Negeri 3 Temanggung un-
derstanding about affective assessment; exploring the implementation of affective assessment by History
teacher in SMA Negeri 3 Temanggung; exploring problems in the implementation of affective assessment
in SMA Negeri 3 Temanggung for History subject. The research employed descriptive qualitative research
method. The interviewees are History teacher for XI social science class, vice principal for curriculum,
and some XI social sciences graders SMA Negeri 3 Temanggung. The data collection technique employed
observation, interview, documental study. The validity test is done through source and technique trian-
gulation. Based on the study, it is understood that history teacher understanding about authentic assess-
ment is low. It is proven by the dissents in understanding the definition of authentic assessment, the
characteristics, assessment forms, assessment techniques and instruments, and also the objective of the
authentic assessment. The authentic assessment implementation has not been adjusted with the lesson
plan for some of affective assessment forms, such as peer assessment, has not been implemented yet. The
faced obstacles in assessing by history teacher in SMA Negeri 3 Temanggung are the 2013 curriculum
affective assessment is too complicated.

Keywords: affective assessment, history learning, 2013 curriculum

Korespondensi penulis:
Email: anizaow14@yahoo.com

9
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

PENDAHULUAN Tidak jarang siswa lebih memilih tidur


Kemampuan lulusan suatu jenjang pen- dari pada mendengarkan guru mem-
didikan sesuai dengan tuntutan penerapan bawakan materi.
kurikulum berbasis kompetensi mencakup Hal ini terjadi dikarenakan guru
tiga ranah, yaitu kemampuan berpikir, masih sangat mendominasi siswa dan
keterampilan melakukan pekerjaan, dan mendorong siswa menjadi pasif. Namun
perilaku. Kemampuan afektif berhub- tidak jarang juga guru mengeluh karena
ungan dengan minat dan sikap yang dapat minat siswa yang rendah. Masalah yang
berbentuk tanggung jawab, kerjasama, dihadapi oleh siswa dan guru tersebut
disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menunjukkan bahwa kedua pelaku pem-
menghargai pendapat orang lain, dan ke- belajaran mengalami permasalahan yang
mampuan mengendalikan diri. sumbernya berpangkal dari proses in-
Masalah afektif dirasakan penting teraksi. Belajar sejarah merupakan pintu
oleh semua orang, namun implementa- untuk memelajari dan menemukan
sinya masih kurang. Hal ini disebabkan hikmah terhadap apa yang sudah terjadi.
merancang pencapaian tujuan pembelaja- Dengan demikian, proses pembelajaran
ran afektif tidak semudah seperti pembela- sejarah disekolah juga harus didorong un-
jaran kognitif dan psikomotor. Satuan tuk menciptakan situasi yang dapat me-
pendidikan harus merancang kegiatan numbuh kembangkan kesadaran sejarah
pembelajaran yang tepat agar tujuan pem- (Sayono, 2013).
belajaran afektif dapat dicapai. Menurut Utomo (2010) pembelaja-
Setiap mata pelajaran seharusnya ran sejarah yang bermutu merupakan sa-
menuntut ketiga domain tersebut, tidak lah satu harapan dan target yang selalu
terkecuali Sejarah. Mata Pelajaran Sejarah dikejar oleh guru, siswa dan sekolah se-
merupakan mata pelajaran yang mengkaji bagai institusi pendidikan disamping
tentang peristiwa yang terjadi di masa mutu pembelajaran bidang studi lainnya.
lampau. Sejarah merupakan cerita tentang Mutu sebagai target menghendaki pengel-
kehidupan manusia pada masa lampau olaan secara sistematis dalam pembelaja-
yang disusun secara sistematis, kronol- ran mulai tahap perencanaan, implemen-
ogis, dan objektif berdasarkan bukti-bukti tasi dan evaluasi yang lebih kita kenal se-
yang kredibel. Sejarah bukan hanya cerit- bagai manajemen pendidikan. Karena itu
era yang berkaitan dengan apa, siapa, ka- untuk meningkatkan pendidikan yang ber-
pan, dan dimana, melainkan sebagai cerit- mutu bisa dilihat salah satunya dari eval-
era yang berusaha menjelaskan uasi atau penilaian.
bagaimana dan mengapa peristiwa itu ter- Dalam Undang-Undang Sistem Pen-
jadi (Pramono, 2014). didikan Nasional nomor 20 Tahun 2003
Menurut Suryadi (2012) ada banyak dijelaskan bahwa evaluasi dilakukan da-
persoalan terkait pembelajaran sejarah di lam rangka pengendalian mutu pendidi-
negeri ini misalnya cap membosankan, kan secara nasional sebagai bentuk akunt-
tidak disukai, inferiosasi, memb- abilitas penyelenggara pendidikan kepada
ingungkan, marginalisasi, dan tidak men- pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
janjikan masa depan. Pembelajaran se- penilaian, guru bisa melakukan refleksi
jarah oleh sebagian besar siswa masih di- dan evaluasi terhadap kualitas pembelaja-
anggap sebagai pembelajaran yang mem- ran yang telah dilakukan dan sekaligus
bosankan, monoton, kurang me- mendapatkan informasi tentang tingkat
nyenangkan dan berbagai alasan lainnya. pencapaian kompetensi peserta didik.

10
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

Tingkat pencapaian hasil belajar peserta ingin dicapai dalam pembelajaran meli-
didik harus dinilai atau diukur dengan in- puti tingkatan pemberian respons, apre-
strumen atau alat ukur yang tepat dan aku- siasi, penilaian dan internalisasi. Kedua,
rat. Tepat artinya instrumen atau alat ukur sikap dan minat peserta didik terhadap
yang digunakan untuk menilai hasil bela- mata pelajaran dan proses pembelajaran.
jar peserta didik sesuai dengan apa yang Dalam proses pembelajaran terdapat em-
mau diukur atau dinilai, yakni sesuai pat tipe karakteristik afektif yang penting
dengan karakteristik materi atau tuntutan yaitu sikap, minat, konsep diri dan nilai.
kompetensi tertentu. Salah satu karakter- Dalam pelaksanaan evaluasi, be-
istik materi itu adalah aspek afektif berapa komponen evaluasi perlu diper-
(Kunandar, 2015). hatikan, antara lain tujuan evaluasi, model
Dalam pembelajaran, evaluasi me- dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instru-
mang sangat penting. Selain sebagai tolok men evaluasi, sumber data, semuanya su-
ukur siswa dalam pencapaian tujuan pem- dah dipersiapkan pada tahap perencanaan
belajaran, evaluasi juga digunakan untuk evaluasi. Pelaksanaan evaluasi harus
mengukur tingkat keberhasilan program dapat dilakukan dengan benar oleh
pengajaran. Di Kurikulum 2013 terdapat seorang guru agar administrasi pendidi-
standar penilaian yang harus dipenuhi, kan dapat terpenuhi. Selama ini ditemui
menurut Permendikbud standar penilaian adanya hambatan dalam pelaksanaan
pendidikan adalah kriteria mengenai evaluasi, terutama dilihat dari mekanisme
mekanisme, prosedur, dan instrumen penyusunan instrumen penilaian sikap
penilaian hasil belajar peserta didik. pada siswa, pengembangan butir-butir in-
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 strumen penilaian, serta hambatan dalam
menjelaskan ada beberapa kriteria menerapkan teknik penilaian dan menen-
penilaian. Namun salah satu yang menjadi tukan jenis penilaian. Kemudian dalam hal
penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah mekanisme penilaian sikap, guru juga
pada penilaian auntentik (aunthentic as- masih mengalami hambatan.
sessment). Menurut penelitian Tati Fauziah dan
Menurut Kunandar (2015) ranah Tuti Alawiyah (2016) permasalahan pada
afektif adalah ranah yang berkaitan pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah ban-
dengan sikap dan nilai. Ada asumsi bahwa yaknya jenis penilaian yang membuat guru
sikap seseorang terhadap sesuatu bisa di- kurang maksimal dalam melakukan
pengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki penilaian terhadap proses pembelajaran
seseorang terhadap sesuatu itu. Dengan siswa. Guru menganggap penilaian auten-
demikian, antara sikap dan pengetahuan tik ini rumit dan sulit untuk dilakukan,
memiliki hubungan yang sangat erat dan apalagi ranah afektif yang membutuhkan
saling memengaruhi. Pengukuran ranah waktu relatif lama dan proses penilaiannya
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat dilakukan secara bersamaan dengan
(dalam arti pengukuran formal) karena proses belajar. Perubahan paradigma
perubahan tingkah laku tidak dapat beru- pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ini,
bah sewaktu–waktu. Pengubahan sikap mendatangkan masalah bagi guru. Masih
seseorang memerlukan waktu relatif lama. banyak guru yang mempraktikkan
Zaenal Arifin dalam Sukanti (2011) penilaian hanya sebatas penilaian penge-
menjelaskan ada dua hal yang berhub- tahuan saja sedangkan dalam Kurikulum
ungan dengan penilaian afektif yang harus 2013 guru dituntut untuk melakukan
dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang

11
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

penilaian pada aspek pengetahuan, sikap tentang pelaksanaan penilaian afektif.


dan keterampilan. Oleh karena itu, penelitian ini
Penilaian atau assesmen hasil bela- menggunakan pendekatan kualitatif
jar oleh pendidik dimaksudkan untuk dengan desain metode deskriptif. Menurut
mengukur kompetensi atau kemampuan Kirk dan Miller dalam Moleong (2002)
tertentu terhadap kegiatan yang telah dil- penelitian kualitatif adalah tradisi dalam
aksanakan dalam kegiatan pembelajaran. ilmu pengetahuan sosial yang bergantung
Kendala yang dihadapi guru pada Kuriku- pada pengamatan manusia dan kawasan
lum 2013 ini dikarenakan Kurikulum 2013 sendiri dan berhubungan dengan orang-
merupakan kurikulum yang baru sehingga orang tersebut dalam bahasanya dan peri-
guru belum menguasai dengan baik, khu- stilahannya.
susnya dalam penilaian sikap siswa. Ku- Dengan pendekatan ini diharapkan
rikulum 2013 lebih menekankan pada bahwa analisis penilaian afektif dalam
keaktifan dan materi lapangan, maka guru pembelajaran sejarah di SMA Negeri 3 Te-
dituntut memiliki keterampilan yang manggung dapat dideskripsikan secara
tinggi dalam penilaian sikap siswa, se- teliti. Metode kualitatif digunakan karena
hingga guru menghadapi berbagai kendala beberapa pertimbangan. Pertama me-
dalam implementasinya. nyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
Hasil wawancara awal dengan guru apabila berhadapan dengan kenyataan-
sejarah SMA Negeri 3 Temanggung kenyataan yang dihadapi peneliti di lapan-
mengaku masih mengalami kesulitan me- gan; kedua, metode ini menyajikan secara
mahami kurikulum pendidikan tahun langsung hakikat hubungan antara
2013, dan masih terbiasa dengan sistem peneliti dan informan; ketiga, metode ini
kurikulum terdahulu, terutama dalam hal lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
penilaian terhadap peserta didik. Banyak- dengan banyak penajaman pengaruh ber-
nya jenis penilaian membuat guru kurang sama dan terhadap pola-pola nilai yang
maksimal dalam melakukan penilaian ter- dihadapi (Moleong, 2002).
hadap proses pembelajaran siswa, apalagi Pada penelitian ini, peneliti akan
hal ini dibarengi dengan tuntutan guru un- menggunakan pendekatan etnografi dan
tuk merubah model pembelajaran. Dari fenomenologi. Etnografi digunakan ka-
permasalahan tersebut, dapat diketahui rena kebutuhan peneliti adalah untuk
belum optimalnya penilaian autentik pada mendeskripsikan bagaimana suatu ke-
Kurikulum 2013, maka penulis mengkaji lompok berjalan dan untuk mengek-
tentang (1) Bagaimana pemahaman guru splorasi perilaku dan persoalan yang
sejarah di SMA Negeri 3 Temanggung mereka hadapi.
mengenai penilaian afektif pada Kuriku- Inti pemahaman mengenai etnografi
lum 2013 (2) Bagaimana penerapan ini adalah sebuah kebudayaan. Untuk me-
penilaian afektif yang dilakukan guru se- mahami kebudayaan yang berkembang,
jarah di SMA Negeri 3 Temanggung (3) peneliti etnografer secara khusus melu-
Mengapa penerapan penilaian autentik di angkan waktu untuk mewawancarai dan
SMA Negeri 3 Temanggung pada Mata mengumpulkan dokumen-dokumen
Pelajaran Sejarah belum berjalan optimal. mengenai kelompok yang diteliti itu.
Mengumpulkan berbagai jenis informasi
METODE yang biasanya dibutuhkan dalam
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan etnografi, dengan mendatangi tempat
dan menganalisis data secara mendalam penelitian, mengamati kehidupan sehari-

12
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

hari dari individu yang tinggal di tempat proses tersebut, diharapkan peserta didik
itu, dan mengumpulkan berbagai macam mampu mendapatkan bermacam-macam
bahan (Creswell, 2014). informasi baru yang akan menunjang ke-
Etnografi menggambarkan budaya hidupannya di masa yang akan datang.
dan aspek-aspeknya. Peneliti Kebiasaan dalam pengajaran di
menggunakan metode etnografi untuk semua tingkatan pendidikan adalah anak
memberikan potret tentang kebudayaan di diberi satu perangkat penilaian. Penilaian
sekolah serta perubahan perilaku yang ter- merupakan wujud rasa tanggung jawab
jadi. Hasil penelitian disuguhkan secara pengajar dalam proses pembelajaran
etnografi agar pembaca seolah dapat me- mereka (bersifat internal) dan diadakan
rasakan dirinya di tengah kehidupan untuk memerhatikan keberhasilan proses
sekolah yang bersangkutan. Metode pembelajaran, baik bagi anak didik mau-
etnografi merupakan penelitian untuk pun pengajar (bersifat eksternal). Pada da-
mendeskripsikan kebudayaan dengan sarnya sistem penilaian yang diterapkan
mempelajari dan memahami pandangan dalam penilaian hasil belajar anak dalam
hidup dan pola budaya yang secara rinci pengajaran sejarah tidak banyak berbeda
memalui cara berpikir, berbicara, dan dengan pelajaran lain (Kasmadi, 1996).
bertingkah laku masyarakat dalam kurun Penilaian merupakan serangkaian
ruang dan waktu. kegiatan yang sistematis dan berkesinam-
Penelitian ini mengambil lokasi di bungan untuk memperoleh data dan infor-
SMA Negeri 3 Temanggung. Informan da- masi tentang proses dan hasil belajar pe-
lam penelitian ini adalah guru sejarah, serta didik. Penilaian juga digunakan un-
waka kurikulum, dan peserta didik di SMA tuk mengumpulkan data dan informasi
Negeri 3 Temanggung. Teknik pengum- tentang kekuatan dan kelemahan dalam
pulan data dalam penelitian ini proses pembelajaran sehingga dapat di-
menggunakan beberapa metode yaitu wa- jadikan dasar untuk pengambilan kepu-
wancara terhadap narasumber, pengama- tusan dan perbaikan proses pembelajaran.
tan/ observasi terhadap pelaksanaan pem- Tujuan dari penilaian autentik di SMA
belajaran, dan studi dokumen terhadap Negeri 3 Temanggung agar didapatkan
perangkat perencanaan, pembelajaran, penilaian dari peserta didik yang apa
dan penilaian guru. Validitas data adanya dan dengan apa adanya tersebut
menggunakan trianggulasi sumber dan tri- guru dapat menilai kinerja diri sendiri
anggulasi teknik. Analisis data pada akhirnya. Kalau peserta didik masih
menggunakan analisis interaktif dengan kurang berhasil pada akhirnya kembali
tiga tahapan analisis, yakni reduksi data, pada guru untuk mengganti metode yang
penyajian data, dan penarikan simpulan. dilaksanakan, sehingga penilaian autentik
tersebut dapat bermanfaat bagi guru dan
HASIL DAN PEMBAHASAN peserta didik.
Pembelajaran menurut Fadlillah (2014) Prinsip pembelajaran pada Kuriku-
adalah proses interaksi antara pendidik lum 2013 tidak jauh berbeda dengan ku-
dengan peserta didik dan peserta didik rikulum sebelumnya. Karena pada da-
dengan peserta didik dalam rangka mem- sarnya Kurikulum 2013 merupakan
peroleh pengetahuan yang baru pengembangan dari kurikulum lama terse-
dikehendaki dengan menggunakan but. Hanya saja yang membuat beda ialah
berbagai media, metode, dan sumber bela- titik tekan pembelajaran dan juga cakupan
jar yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui materi yang diberikan kepada peserta

13
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

didik. Kurikulum 2013 berupaya untuk peserta didik. Mata pelajaran sejarah
memadukan antara kemampuan sikap, memiliki arti strategis dalam pemben-
ketrampilan, dan pengetahuan. Sikap dan tukan watak dan peradaban bangsa yang
ketrampilan lebih menjadi prioritas utama bermartabat serta dalam pembentukan
dibandingkan pengetahuan. Harapannya, manusia Indonesia yang memiliki kebang-
ketiga kemampuan tersebut dapat berjalan gaan dan cinta tanah air (Aman, 2011).
seimbang dan beriringan sehingga pen- Tujuan pembelajaran sejarah yang
capaian pembelajaran dapat berhasil dilakukan di SMA Negeri 3 Temanggung
dengan maksimal. Dalam penilaian sikap diharapkan siswa disini tahu sejarah bang-
ada beberapa indikator sebagai acuan sanya sendiri. Tahu bahwa kejadian di
pelaksanaan penilaian. Indikator merupa- masa lalu itu saling berkaitan dan ada hub-
kan hal yang paling penting karena indi- ungan sebab akibat dari suatu peristiwa.
kator merupakan hasil yang ingin dicapai Suatu peristiwa akan menjadi pembelaja-
pada pembelajaran. ran untuk kita semua, apalagi untuk gen-
Indikator penilaian afektif di SMA erasi muda yang harus menjaga bangsanya
Negeri 3 Temanggung diserahkan kepada dari ancaman, haruslah mereka sadar
masing-masing guru. Indikator tersebut akan adanya sejarah agar kejadian dimasa
harus dipenuhi oleh siswa agar nilai lalu tidak terulang.
mereka juga bisa di atas KKM karena tidak Profesionalisme guru dari waktu ke
hanya pengetahuan saja yang dinilai, waktu semakin dituntut seiring dengan
penilaian sikap juga penting bagi siswa, kebutuhan pendidikan yang bermutu. Da-
jika nilai sikap tidak mencapai KKM wa- lam konteks itu salah satu hal terpenting
laupun pengetahuannya mencapai KKM dalam meningkatkan mutu pendidikan
anak itu bisa saja tidak naik kelas. Selain adalah guru. Hal ini dikarenakan gurulah
itu, indikator juga berhubungan dengan yang ada di garda terdepan yang langsung
tingkah laku dan perbuatan sehari–hari berinteraksi dengan peserta didik di kelas.
siswa, termasuk kejujuran, disiplin dan Oleh karena itu, guru dituntut untuk men-
sopan santun dalam bertindak.Indikator guasai dan terampil pada hal-hal yang
tersebut harus dicapai oleh siswa agar berkaitan dengan tupoksi guru. Salah satu
siswa mendapatkan nilai dan bisa naik ke- tupoksi guru yang sangat penting adalah
las, selain itu tujuan utama dalam ketrampilan melakukan penilaian hasil
penilaian afektif ini yaitu agar siswa belajar peserta didik. Dengan penilaian
mampu merubah pola pikir dan bertindak guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi
arif dan bijaksana dan berguna bagi terhadap kualitas pembelajaran yang telah
dirinya sendiri, sekolah, dan masyarakat. dilakukan dan sekaligus mendapatkan in-
Penilaian dilakukan pada semua formasi tentang tingkat pencapaian kom-
mata pelajaran tak terkecuali sejarah. Se- petensi peserta didik yang salah satunya
jarah merupakan cabang ilmu penge- adalah penilaian sikap.
tahuan yang menelaah tentang asal-usul Namun sebelum melakukan
dan perkembangan serta peranan penilaian dalam Kurikulum 2013, guru ha-
masyarakat di masa lampau berdasarkan rus memiliki kesiapan dalam pelaksanaan
metode dan metodologi tertentu. Penge- penilaian, terutama penilaian afektif.
tahuan masa lampau tersebut mengan- Selama ini guru sudah mendapatkan info
dung nilai-nilai kearifan yang dapat dan pelatihan dari MGMP Kabupaten.
digunakan untuk melatih kecerdasan, Perangkat pembelajaran seperti RPP dan
membentuk sikap, watak dan kepribadian Silabus juga sudah disesuaikan dengan

14
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

ketentuan Kurikulum 2013. Sekolah juga kurang baik, maka nilai sikap peserta didik
sudah memberikan informasi mengenai tersebut adalah baik dan sesuai dengan in-
pelaksanaan Kurikulum 2013 kepada dikator yang diharapkan. Perilaku sangat
semua guru tak terkecuali sejarah. baik atau kurang baik yang dijumpai
Dalam melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dimasukkan
afektif, guru harus mengetahui terlebih ke dalam jurnal atau catatan guru.
dahulu apa yang menjadi pokok inti Penilaian sikap bertujuan untuk menge-
pelaksanaan penilaian terutama aspek si- tahui perilaku spiritual dan sosial peserta
kap, yaitu guru harus paham bagaimana didik dalam kehidupan sehari-hari di da-
pelaksanaannya, yang terjadi di SMA lam dan di luar kelas sebagai hasil pendidi-
Negeri 3 Temanggung adalah guru sejarah kan. Penilaian sikap memiliki karakteristik
masih kurang paham dan mengerti ten- yang berbeda dengan penilaian penge-
tang lima jenjang atau tingkatan dalam tahuan dan keterampilan, sehingga teknik
penialaian afektif. Guru Sejarah Pemina- penilaian yang digunakan juga berbeda.
tan Kelas XI malah baru mendengar apa Penilaian sikap dapat dilakukan
itu lima jenjang atau tingkatan ranah pada saat kegiatan pembelajaran misal-
afektif. nya, saat berdiskusi dalam kelompok
Selain lima jenjang atau tingkatan, dapat dinilai sikap santun, saat bekerja ke-
penilaian aspek afektif juga mempunyai lompok dapat dinilai sikap tanggungja-
lima karakteristik yaitu sikap, minat, kon- wab, saat presentasi dapat dinilai sikap
sep diri, nilai, dan moral. Kelima karakter- percaya diri. Selain itu, penilaian sikap
istik tersebut juga tidak kalah pentingnya dapat juga dilakukan di luar kegiatan pem-
dalam menerapkan dan menilai aspek belajaran, misalnya sikap disiplin dapat
afektif dikarenakan karakteristik ini juga dinilai dengan mengamati kehadiran pe-
sebagai acuan guru dalam melaksanakan serta didik, sikap jujur, santun dan peduli,
penilaian afektif di sekolah. Namun dalam dapat diamati pada saat peserta didik ber-
pelaksanaannya, guru kurang memahami main bersama teman.
adanya karakteristik di dalam penilaian Pelaksanakan penilaian afektif di
afektif. SMA Negeri 3 Temanggung, guru perlu
Penilaian sikap adalah kegiatan un- mempersiapkan segala sesuatu yang akan
tuk mengetahui perilaku peserta didik digunakan dalam pelaksanaan penilaian.
pada saat pembelajaran dan di luar pem- Contohnya materi, instrumen, dan lain-
belajaran, yang dilakukan untuk pem- lain. Persiapan mengajar merupakan salah
binaan perilaku sesuai budi pekerti dalam satu bagian dari program pengajaran yang
rangka pembentukan karakter peserta memuat satuan bahasan untuk disajkan
didik. Upaya untuk meningkatkan dan me- dalam beberapa kali pertemuan/ tatap
numbuhkan sikap yang diharapkan sesuai muka. Selama ini pengambilan nilai afektif
dengan KI-1 dan KI-2 guru harus mem- atau sikap masih dilakukan dengan penga-
berikan pembiasaan dan pembinaan matan baik di dalam kelas. Proses evaluasi
secara terus menerus baik dalam pembela- dan penilaian aspek afektif yang dilakukan
jaran maupun di luar pembelajaran. Untuk di dalam kelas dilakukan dengan cara ob-
mengetahui perkembangannya guru harus servasi, pengamatan dan penilaian lang-
melakukan penilaian. Pada penilaian sikap sung di dalam kelas. Misalkan saja saat
diasumsikan bahwa setiap peserta didik pembelajaran dimulai terdapat beberapa
memiliki perilaku yang baik. Jika tidak siswa yang datang terlambat, guru akan
dijumpai perilaku yang sangat baik atau mencatat nama siswa tersebut. Aspek yang

15
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

dinilai dalam mengevaluasi ranah afektif pembelajaran dimulai sampai dengan


adalah sikap. selesai, siswa yang memiliki minat besar
Sikap peserta didik di lingkungan terhadap pelajaran Sejarah akan terlihat
sekolah tidak selalu diperhatikan oleh antusias dan aktif mengikuti jalannya
guru Sejarah setiap saat ketika berada di pembelajaran, sedangkan siswa yang tidak
sekolah, akan tetapi diperhatikan ketika begitu minat akan terlihat pasif atau
siswa berhadapan dengan guru baik di da- bahkan tidak memperhatikan pembelaja-
lam kelas ketika mengikuti proses belajar ran dengan cara ribut sendiri dengan te-
mengajar atau ketika guru melihat siswa mannya. Di SMA Negeri 3 Temanggung
yang melanggar tata tertib sekolah. Sikap beberapa siswa masih terlambat masuk ke
yang diperhatikan oleh guru didalam kelas dalam kelas, beberapa siswa juga masih
adalah sikap siswa terhadap Mata Pelaja- bicara sendiri dengan temannya.
ran Sejarah, sikap terhadap guru dan sikap Siswa yang aktif dalam mengikuti
terhadap proses belajar mengajar itu pembelajaran bertanya dan juga menja-
sendiri. wab pertanyaan dari guru. Beberapa siswa
Sikap terhadap Mata Pelajaran Se- juga bersedia untuk menjelaskan jawaban
jarah dapat dilihat dari persiapan siswa dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.
ketika mengikuti proses belajar mengajar Dua orang siswa mau maju ke depan untuk
di kelas, yaitu dengan membawa buku menuliskan jawaban dari guru.
pelajaran sejarah dan buku catatan. Di Ada dua macam pelaksanaan eval-
SMA Negeri 3 Temanggung pelajaran se- uasi afektif yang dilaksanakan di SMA
jarah peminatan belum memiliki buku Negeri 3 Temanggung yaitu evaluasi
panduan sehingga siswa hanya menyiap- proses dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi
kan buku catatan untuk mencatat proses dilakukan di dalam pembelajaran
Sikap siswa terhadap guru dapat di kelas. Evaluasi proses yang pertama
dilihat ketika siswa memperhatikan apa adalah kepaian pakaian. Seragam yang
yang disampaikan oleh guru dan mau dipakai harus sesuai dengan peraturan
melakukan perintah guru ketika siswa sekolah. Jika terdapat siswa yang masih
melakukan keributan dalam kelas yang menggunakan seragam olahraga atau se-
dapat mengganggu siswa yang lain. Se- ragam lain saat pembelajaran maka akan
dangkan mereka yang berminat pada pem- mendapatkan poin. Berdasarkan
belajaran sejarah ingin proses belajar penelitian yang sudah dilakukan, beberapa
mengajar berjalan dengan baik. Selain itu siswa masih kurang taat dalam berpaka-
sikap hormat kepada guru dan menghargai ian. Baju mereka masih keluar dan tidak
guru yang sedang menjelaskan materi di memakai dasi.
depan juga menjadi salah satu sikap yang Evaluasi proses yang kedua adalah
dinilai pada aspek afektif. Beberapa siswa minat siswa. Bagi siswa yang minatnya
di kelas XI IPS yang diamati oleh peneliti positif terhadap pelajaran Sejarah akan
masih kurang dalam menghargai gurunya. terlihat dari cara duduk dan persiapannya
Beberapa siswa tidak mendengarkan apa ketika mengikuti pembelajaran. Siswa
yang diperintahkan oleh guru dan malah yang berminat terhadap pembelajaran Se-
asyik ngobrol dengan temannya. Ada juga jarah akan mencerminkan siswa yang se-
yang bermain HP, namun beberapa siswa dang menerima pelajaran, contohnya ber-
juga rajin mencatat penjelasan dari guru sikap tenang mendengarkan materi yang
Sikap terhadap proses belajar disampaikan guru. Selain itu persiapan
mengajar dapat dilihat ketika kegiatan bisa dillihat dari siswa yang akan langsung

16
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

menyiapkan buku pelajaran, buku catatan, Kegiatan awal atau pembukaan


dan alat tulis ketika pembelajaran dimulai. Guru selalu membuka pembelajaran
Penelitian yang sudah dilakukan terlihat dengan memberikan salam, dan menan-
beberapa siswa tidak membawa buku pela- yakan kabar kepada siswa, kemudian
jaran dan tidak membawa tugas yang su- dilanjutkan dengan melakukan presensi
dah diberikan. Selain itu, beberapa siswa kepada siswa. Kegiatan melakukan pre-
kedapatan tertidur saat pembelajaran ber- sensi ini dimaksudkan untuk mengecek
langsung. kehadiran siswa. Selain itu, juga bertujuan
Kehadiran dalam kelas akan untuk menanamkan nilai karakter
menambah nilai tersendiri bagi siswa, ke- disiplin, yakni hadir di dalam kelas dengan
hadiran siswa merupakan salah satu syarat tepat waktu.
untuk bisa mengikuti ulangan semesteran, Guru selalu mengkondisikan kelas
dan kalaupun siswa tidak hadir di dalam agar siswa sudah benar-benar siap
kelas, harus memberikan surat ijin dari menerima pelajaran sejarah. Selanjutnya
orangtua mengapa siswa tidak berangkat. guru menyampaikan pokok bahasan yang
Selain itu, kehadiran siswa juga bukan akan dibahas pada pertemuan tersebut.
hanya dilihat dari kedatangan ke sekolah, Sebelumnya, guru biasanya mengulas atau
tetapi kedatangan siswa ketika mengikuti mereview kembali materi yang telah
pembelajaran juga dinilai. Dari penelitian diberikan pada pertemuan sebelumnya.
yang sudah dilakukan, beberapa siswa Dilanjutkan guru mengaitkan materi
masih terlambat masuk ke dalam kelas. dengan pengetahuan siswa sebagai aper-
Mereka pergi ke kantin atau toilet tanpa sepsi dalam pembelajaran.
ijin kepada ketua kelas.
Pelaksanaan pembelajaran sejarah Kegiatan Inti
yang dilakukan oleh guru sejarah di SMA Pembelajaran sejarah dilakukan dengan
Negeri 3 Temanggung sesuai dengan teori menggunakan metode ceramah dan tanya
yang dikemukakan oleh Sahlan dan Angga jawab. Setelah guru melakukan apersepsi,
(2012) bahwa ada tiga tahapan yang dapat guru mengaitkan materi dengan penge-
dilakukan dalam pelaksanaan pembelaja- tahuan siswa. Guru mengaitkan apa yang
ran dan pendidikan karakter, antara lain: telah siswa ketahui digambarkan dengan
(1) kegiatan pendahuluan/pembukaan. adanya candi di daerah Temanggung. Pen-
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk yampaian materi dilakukan dengan jelas,
menciptakan suasana awal pembelajaran suara guru dapat ditangkap sampai
berupa kegiatan untuk pemahaman; (2) belakang kelas, sehingga siswa yang duduk
kegiatan inti. Dalam kegiatan terrsebut di belakang pun dapat mendengarkan pen-
difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang jelasan guru. Pada saat menjelaskan ma-
bertujuan mengembangkan kemampuan teri, terkadang diselingi dengan lelucon
penghayatan keimanan, pemahaman, dan untuk menarik perhatian siswa. Siswa
pengalaman; (3) kegiatan penutup. Inti yang kurang fokus dalam mengikuti pem-
dari kegiatan penutup adalah guru memfa- belajaran sejarah biasanya diberi pertan-
silitasi siswa untuk mengambil nilai-nilai yaan, agar siswa tersebut bisa kondusif
dari materi pembelajaran yang diajarkan. dan fokus kembali dalam mengikuti pem-
Adapun pelaksanaan pembelajaran se- belajaran sejarah.
jarah di SMA Negeri 3 Temanggung se- Pembelajaran sejarah dengan
bagai berikut: metode ceramah ini disertai dengan
metode tanya jawab agar tetap terjalin

17
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

interaksi yang baik antara guru dan siswa. mengajar dengan mengucapkan salam pe-
Selain itu, di sela-sela menyampaikan ma- nutup.
teri, guru juga menyisipkan penilaian Berdasarkan wawancara pembelaja-
afektif dan penanaman nilai-nilai karakter ran sejarah tidak hanya sekedar materi
kepada siswa yang diambil dari materi ter- saja, tetapi penanaman karakter dan nilai–
sebut. Pada pertemuan berikutnya, guru nilai juga penting karena jika pembelaja-
membagi siswa menjadi beberapa ke- ran sejarah hanya sekedar materi maka se-
lompok. Setiap kelompok mendapatkan jarah itu akan mati dan tidak ada gunanya.
topic yang berbeda-beda. Setelah diskusi Kita harus bisa memetik hikmah yang ter-
selesai, setiap kelompok diwajibkan untuk jadi dalam suatu peristiwa sebagai cermi-
mempresentasikan hasil diskusi ke- nan kita untuk menjalani hidup dimasa
lompoknya. depan agar tidak mengulangi kesalahan–
Pembelajaran sejarah dengan kesalahan yang terjadi pada masa lalu.
metode diskusi dapat digunakan umtuk Selain itu pembelajaran sejarah juga bisa
menilai sikap siswa misalkan sikap menumbuhkan rasa nasionalisme se-
tanggung jawab dan kerja sama kepada hingga siswa dapat menghargai jasa pahla-
siswa. Guru dapat mengamati secara lang- wan, menghargai sejarah, menghargai
sung bagaimana sikap yang ditunjukkan orang lain dan menghargai dirinya sendiri.
oleh siswa selama bekerja sama didalam Kegiatan pembelajaran tidak hanya
tim/kelompok. Metode tanya jawab proses penyampaian materi dari guru
mengajarkan kepada siswa untuk memiliki kepada siswa, tapi dalam kegiatan pem-
nilai karakter demokratis, yang bisa belajaran ada beberapa faktor pendukung
menerima pendapat dari orang lain. guna lancarnya proses belajar mengajar.
Metode tanya jawab bertujuan untuk mel- Faktor-faktor tersebut antara lain sumber
atih keaktifan siswa, dan memberikan kes- belajar, alat bantu pembelajaran dan
empatan yang sama bagi siswa yang pasif. metode pembelajaran yang tepat. Faktor-
Begitu juga dengan metode presentasi faktor pendukung tersebut mempunyai
yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterkaitan dan sangatlah penting bagi ke-
karakter demokratis, komunikatif, dan lancaran proses pembelajaran. Selain
kreatif. Hal tersebut sangat dibutuhkan penting bagi proses pembelajaran faktor
dalam pelaksanaan penilaian afektif. pendukung juga sangat penting bagi ke-
lancaran dalam proses penilaian atau
Kegiatan Penutup proses evaluasi pada siswa.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran se- Setiap proses yang dilalui dalam ke-
jarah yang dilakukan oleh guru sejarah di hidupan pasti mempunyai masalah-masa-
SMA Negeri 3 Temanggung adalah guru lah atau kendala-kendala. Di dalam proses
melakukan refleksi materi pelajaran ber- pembelajaran sejarah juga mempunyai
sama siswa, dilanjutkan dengan guru dan kendala-kendala yang dialami oleh guru.
siswa bersama-sama menyimpulkan ma- Dengan adanya kendala-kendala tersebut
teri yang telah dipelajari, guru juga mem- dapat menghambat berjalannya proses
berikan motivasi kepada siswa untuk pembelajaran. Berbagai macam kendala
selalu semangat belajar. Guru menan- dialami guru antara lain sikap dan respon
yakan kepada siswa mengenai hal-hal yang siswa dalam pembelajaran, ketersediaan
perlu ditanyakan, apabila tidak ada per- sarana dan prasarana, kelengkapan sum-
tanyaan guru menutup kegiatan belajar ber belajar, dan sebagainya. Antara
sekolah yang satu dengan sekolah yang

18
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

lainnya mempunyai kendala masing-mas- keluarga sangat berpengaruh dalam pem-


ing dalam proses pembelajaran dan eval- bentukan karakter siswa. Sehingga dari
uasi pembelajaran sejarahnya. Berbagai latar belakang yang berbeda akan mem-
macam kendala dialami guru antara lain berikan respon yang berbeda pula.
sikap dan respon siswa dalam pembelaja- Setiap kelas memiliki tingkat kesu-
ran, ketersediaan sarana dan prasarana, litan yang berbeda-beda dalam
kelengkapan sumber belajar, dan se- melaksanakan penilaian afektif kepada
bagainya. Kendala dalam melaksanakan siswa. Hal ini dipengaruhi oleh karakter
penilaian afektif di SMA Negeri 3 Te- yang dimiliki oleh siswa berbeda-beda, se-
manggung adalah terkadang siswa tidak hingga guru sejarah hanya bisa mengajar-
menunjukkan sifat aslinya. Ketika di kelas kan kepada siswa secara umum, dan tidak
bisa saja siswa ramai bercanda dengan te- bisa mengawasi siswa setiap saat karena
mannya, tetapi belum tentu sang anak keterbatasan waktu yang tersedia di
adalah pembuat gaduh di kelas. Se- sekolah. Guru hanya mampu mengawasi
dangkan untuk Pembelajaran Sejarah siswa dalam lingkup sekolah. Walau
sendiri, kendala yang terjadi adalah min- demikian guru tetap harus menanamkan
imnya info mengenai Kurikulum 2013 nilai agar siswa bisa mempunyai akhlak
maka pelaksanaan belum berjalan maksi- dan perilaku yang baik sehingga bisa
mal. menghargai orang lain dan menghargai
Kendala yang ditemui yaitu pada diri dirinya sendiri dalam menjalani hidup di-
siswa. Banyak siswa yang sudah luas per- masa sekarang dan masa yang akan da-
gaulannya dan susah untuk dinilai satu tang.
persatu. Apalagi jumlah siswa yang banyak Kendala lain dalam pelaksanaan
dan tidak memungkinkan untuk meman- penilaian afektif adalah sulitnya guru un-
tau semua siswa selama 1x24 jam. tuk mengembangkan instrumen penilaian
Keadaan siswa saat ini sudah beragam dan afektif, sulitnya menentukan kriteria
tidak mungkin diseragamkan. Guru juga penilaian dan belum adanya kesiapan guru
mengatakan penilaian afektif pada Ku- untuk memanfaatkan angket dan rubrik
rikulum 2013 sangatlah rumit dan butuh penilaian. Upaya yang dilakukan oleh guru
waktu dan proses yang sangat panjang da- sejarah SMA Negeri 3 Temanggung dalam
lam mempersiapkan lembar observasi, mengatasi faktor–faktor penghambat
selain itu setiap guru harus mengamati penilaian aspek afektif adalah dengan
terlalu banyak siswa sehingga pengamatan semampu mungkin mempersiapkan
tidak berjalan secara efektif. semuanya seperti melakukan penilaian
Dengan demikian bisa disimpulkan aspek afektif dengan sungguh–sungguh,
bahwa kendala–kendala yang dialami meminimalisir kecurangan–kecurangan
guru sejarah di SMA Negeri 3 Temanggung siswa dalam melaksanakan penilaian, dan
adalah terkendala pada siswa yaitu siswa diberikan pengarahan kepada siswa agar
pergaulannya sudah sangat meluas dan tidak berbuat curang.
juga tidak bisa dicegah selain itu siswa su- Selain guru, sekolah juga mem-
sah diberikan pengertian afektif agar si- berikan fasilitas–fasilitas yang dibutuhkan
kapnya berubah. Selain itu, karena sekolah oleh guru, sekolah juga selalu melakukan
hanya memiliki waktu selama 3 tahun un- monitoring pada guru untuk mengevaluasi
tuk membentuk karakter siswa dengan kinerja guru agar semakin baik dan men-
latar belakang keluarga yang berbeda- jadikan guru tersebut giat dan termotivasi
beda. Tidak bisa dipungkiri, bahwa dalam mengajar. Selain itu, sekolah juga

19
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

berperan penting dalam pelaksanaan sulit melaksanakan peilaian afektif dengan


penilaian pada Kurikulum 2013. Fasilitas segala ketentuannya.
yang disediakan oleh sekolah juga sudah Pelaksanaan penilaian aspek afektif
memadai agar dalam proses pembelajaran pada Pembelajaran Sejarah Peminatan ke-
berjalan dengan lancar, fasilitas yang ada las XI IPS di SMA Negeri 3 Temanggung
di sekolah meliputi berbagai macam lab, sudah berjalan dengan baik, akan tetapi
ruang kelas yang nyaman, dan setiap kelas disini guru tidak melaksanakan semua
dilengkapi dengan proyektor dan speaker bentuk penilaian yang ada dalam penilaian
untuk mempermudah dalam proses pem- afektif karena penilaian afektif pada Ku-
belajaran. rikulum 2013 membutuhkan waktu dan
Pelaksanaan penilaian afektif, proses yang sangat panjang. Selain itu se-
sekolah juga berkonsultasi dengan guru tiap guru harus mengamati terlalu banyak
yang lain baik itu guru mapel, wali kelas, siswa sehingga pengamatan tidak berjalan
dan guru BK. Jika mungkin bapak atau ibu secara efektif. Misalkan saja dalam RPP
guru lain melihat ada siswa yang bermasa- guru sudah membuat RPP lengkap dengan
lah biasanya mereka juga akan menga- panduan penilaian afektif yang berupa
takan kepada guru yang lain untuk di tin- penilaian teman sejawat, observasi, dan
dak lanjuti jika memang sudah diluar ba- pengamatan langsung, tetapi guru hanya
tas. Sekolah juga melakukan sistem point melaksanakan penilaian afektif di kelas
pada siswa secara ketat agar perilaku siswa berupa observasi, pengamatan dan
bisa terkontrol. Selain itu, sekolah juga penilaian langsung kepada siswa.
ikut dalam MGMP Sejarah Kabupaten se- Penilaian aspek afektif di SMA Negeri 3
hingga membuat guru memiliki wawasan Temanggung dilakukan dengan cara
dalam melaksanakan penilaian afektif. melihat secara langsung satu persatu siswa
dan penilaian antar guru.
SIMPULAN Kendala–kendala dalam menilai
Berdasarkan penelitian mengenai pelaksa- yang di temui guru sejarah di SMA Negeri
naan penilaian afektif pada pembelajaran 3 Temanggung adalah penilaian afektif
sejarah Kurikulum 2013 kelas XI IPS di pada Kurikulum 2013 sangatlah rumit dan
SMA Negeri 3 Temanggung Tahun Ajaran butuh waktu dan proses yang sangat pan-
2018/2019 dapat disimpulkan bahwa jang karena menyangkut perilaku setiap
pemahaman guru terhadap pelaksaanaan individu, selain itu setiap guru harus
penilaian pada Kurikulum 2013 di SMA mengamati terlalu banyak siswa sehingga
Negeri 3 Temanggung masih kurang. Guru pengamatan tidak berjalan secara efektif.
sejarah peminatan kelas XI di SMA Negeri Kendala lain yang ditemui ada pada diri
3 Temanggung belum memahami tentang siswa, karena siswa masih labil dan belum
pengertian dan perangkat penilaian mempunyai pola pikir yang dewasa. Guru
afektif. Bahkan yang bersangkutan baru belum mampu menerapkan penilaian
mendengar mengenai lima tingkatan afektif sesuai ketentuan misalkan saja
afektif. Dimana dalam penilaian autentik guru belum mampu melaksanakan
guru seharusnya bukan hanya menilai penilaian teman sejawat karena dalam
hasil akhir, tetapi penilaian yang menilai menilai sikap dibutuhkan waku yang lama
dari awal, prosesnya, hingga akhir atau dan persiapan yang matang.
hasil akhirnya. Selain itu, sedikitnya infor-
masi yang didapat oleh guru membuatnya

20
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21

DAFTAR PUSTAKA Kota Semarang. Dalam Jurnal


Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran Paramita. Vol. 20, No. 1.
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Creswell. (2014). Penelitian Kualitatif & De-


sain Riset.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fadlillah. (2014). Implementasi Kurikulum


2013 dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.

Kasmadi, H. (1996). Model-Model dalam


Pengajaran Sejarah. Semarang: IKIP
Semarang Press.

Kunandar. (2015). Penilaian Autentik. Ja-


karta: Rajawali Pers.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian


Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Pramono, S. E. (2014). Kinerja Guru Sejarah:


Studi Kausal Pada Guru-Guru Sejarah
SMA di Kota Semarang. Dalam jurnal
Paramita Vol. 24, No. 1 - Januari 2014.

Tati F, Tuti A. (2016). Kendala Guru Dalam


Menerapkan Penilaian Autentik di SD
Kabupaten Pidie. Dalam Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah
Dasar FKIP Unsyiah Vol. 1, No 1- Tahun
2016 Hlm. 147-157.

Sahlan, A dan Angga T. (2012). Desain Pem-


belajaran Berbasis Pendidikan Karak-
ter. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Sayono, J. (2013). Pembelajaran Sejarah Di


Sekolah: Dari Pragmatis Ke Idealis. Da-
lam Jurnal Sejarah dan Budaya, Vol
VII, No. 1- Tahun 2013, Hlm. 9-17.

Sukanti. (2011). Penilaian Afektif Dalam Pem-


belajaran Akuntansi. Dalam Jurnal Pen-
didikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX,
No. 1 –Tahun 2011, Hlm. 74 -82.

Suryadi, A. (2012). Pembelajaran Sejarah dan


Problematikanya.Dalam jurnal Historia
Pedagogia Vol. 1, No. 1, Juni 2012.

Utomo, C. B. (2010). Implementasi TQM


Berorientasi Hard Skill dan Soft Skill
dalam Pembelajaran Sejarah SMA di

21

Anda mungkin juga menyukai