9-21
E-ISSN: 2549-0354; P-ISSN: 2252-6641
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pemahaman guru sejarah di SMA Negeri 3 Temanggung
mengenai penilaian afektif. Mengetahui penerapan penilaian afektif yang dilakukan guru sejarah di SMA
Negeri 3 Temanggung. Mengetahui penyebab penerapan penilaian autentik di SMA Negeri 3 Te-
manggung pada Mata Pelajaran Sejarah belum berjalan optimal. Penelitian menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan desain metode deskriptif. Informan dalam penelitian ini adalah Guru Sejarah
Peminatan Kelas XI, wakil kepala bidang kurikulum dan juga beberapa peserta didik kelas XI IPS SMA
Negeri 3 Temanggung. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan study dokumen. Uji
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat diperoleh informasi bahwa pemahaman guru sejarah mengenai penilaian aut-
entik masih kurang dapat dilihat dari perbedaan pendapat dari pengertian, ciri-ciri, bentuk penilaian,
teknik dan instrumen serta tujuan dari penilaian autentik. Pelaksanaan penilaian autentik belum sesuai
dengan RPP karena tidak semua bentuk penilaian aspek afektif dilaksanakan oleh guru sejarah seperti
penilaian teman sejawat. Kendala-kendala dalam menilai yang di temui guru sejarah di SMA Negeri 3
Temanggung adalah penilaian afektif pada Kurikulum 2013 sangatlah rumit dan butuh waktu dan proses
yang sangat panjang karena menyangkut perilaku setiap individu.
ABSTRACT
The research problems in this study are: exploring the history teacher in SMA Negeri 3 Temanggung un-
derstanding about affective assessment; exploring the implementation of affective assessment by History
teacher in SMA Negeri 3 Temanggung; exploring problems in the implementation of affective assessment
in SMA Negeri 3 Temanggung for History subject. The research employed descriptive qualitative research
method. The interviewees are History teacher for XI social science class, vice principal for curriculum,
and some XI social sciences graders SMA Negeri 3 Temanggung. The data collection technique employed
observation, interview, documental study. The validity test is done through source and technique trian-
gulation. Based on the study, it is understood that history teacher understanding about authentic assess-
ment is low. It is proven by the dissents in understanding the definition of authentic assessment, the
characteristics, assessment forms, assessment techniques and instruments, and also the objective of the
authentic assessment. The authentic assessment implementation has not been adjusted with the lesson
plan for some of affective assessment forms, such as peer assessment, has not been implemented yet. The
faced obstacles in assessing by history teacher in SMA Negeri 3 Temanggung are the 2013 curriculum
affective assessment is too complicated.
Korespondensi penulis:
Email: anizaow14@yahoo.com
9
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
10
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
Tingkat pencapaian hasil belajar peserta ingin dicapai dalam pembelajaran meli-
didik harus dinilai atau diukur dengan in- puti tingkatan pemberian respons, apre-
strumen atau alat ukur yang tepat dan aku- siasi, penilaian dan internalisasi. Kedua,
rat. Tepat artinya instrumen atau alat ukur sikap dan minat peserta didik terhadap
yang digunakan untuk menilai hasil bela- mata pelajaran dan proses pembelajaran.
jar peserta didik sesuai dengan apa yang Dalam proses pembelajaran terdapat em-
mau diukur atau dinilai, yakni sesuai pat tipe karakteristik afektif yang penting
dengan karakteristik materi atau tuntutan yaitu sikap, minat, konsep diri dan nilai.
kompetensi tertentu. Salah satu karakter- Dalam pelaksanaan evaluasi, be-
istik materi itu adalah aspek afektif berapa komponen evaluasi perlu diper-
(Kunandar, 2015). hatikan, antara lain tujuan evaluasi, model
Dalam pembelajaran, evaluasi me- dan jenis evaluasi, objek evaluasi, instru-
mang sangat penting. Selain sebagai tolok men evaluasi, sumber data, semuanya su-
ukur siswa dalam pencapaian tujuan pem- dah dipersiapkan pada tahap perencanaan
belajaran, evaluasi juga digunakan untuk evaluasi. Pelaksanaan evaluasi harus
mengukur tingkat keberhasilan program dapat dilakukan dengan benar oleh
pengajaran. Di Kurikulum 2013 terdapat seorang guru agar administrasi pendidi-
standar penilaian yang harus dipenuhi, kan dapat terpenuhi. Selama ini ditemui
menurut Permendikbud standar penilaian adanya hambatan dalam pelaksanaan
pendidikan adalah kriteria mengenai evaluasi, terutama dilihat dari mekanisme
mekanisme, prosedur, dan instrumen penyusunan instrumen penilaian sikap
penilaian hasil belajar peserta didik. pada siswa, pengembangan butir-butir in-
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 strumen penilaian, serta hambatan dalam
menjelaskan ada beberapa kriteria menerapkan teknik penilaian dan menen-
penilaian. Namun salah satu yang menjadi tukan jenis penilaian. Kemudian dalam hal
penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah mekanisme penilaian sikap, guru juga
pada penilaian auntentik (aunthentic as- masih mengalami hambatan.
sessment). Menurut penelitian Tati Fauziah dan
Menurut Kunandar (2015) ranah Tuti Alawiyah (2016) permasalahan pada
afektif adalah ranah yang berkaitan pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah ban-
dengan sikap dan nilai. Ada asumsi bahwa yaknya jenis penilaian yang membuat guru
sikap seseorang terhadap sesuatu bisa di- kurang maksimal dalam melakukan
pengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki penilaian terhadap proses pembelajaran
seseorang terhadap sesuatu itu. Dengan siswa. Guru menganggap penilaian auten-
demikian, antara sikap dan pengetahuan tik ini rumit dan sulit untuk dilakukan,
memiliki hubungan yang sangat erat dan apalagi ranah afektif yang membutuhkan
saling memengaruhi. Pengukuran ranah waktu relatif lama dan proses penilaiannya
afektif tidak dapat dilakukan setiap saat dilakukan secara bersamaan dengan
(dalam arti pengukuran formal) karena proses belajar. Perubahan paradigma
perubahan tingkah laku tidak dapat beru- pembelajaran dalam Kurikulum 2013 ini,
bah sewaktu–waktu. Pengubahan sikap mendatangkan masalah bagi guru. Masih
seseorang memerlukan waktu relatif lama. banyak guru yang mempraktikkan
Zaenal Arifin dalam Sukanti (2011) penilaian hanya sebatas penilaian penge-
menjelaskan ada dua hal yang berhub- tahuan saja sedangkan dalam Kurikulum
ungan dengan penilaian afektif yang harus 2013 guru dituntut untuk melakukan
dinilai. Pertama, kompetensi afektif yang
11
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
12
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
hari dari individu yang tinggal di tempat proses tersebut, diharapkan peserta didik
itu, dan mengumpulkan berbagai macam mampu mendapatkan bermacam-macam
bahan (Creswell, 2014). informasi baru yang akan menunjang ke-
Etnografi menggambarkan budaya hidupannya di masa yang akan datang.
dan aspek-aspeknya. Peneliti Kebiasaan dalam pengajaran di
menggunakan metode etnografi untuk semua tingkatan pendidikan adalah anak
memberikan potret tentang kebudayaan di diberi satu perangkat penilaian. Penilaian
sekolah serta perubahan perilaku yang ter- merupakan wujud rasa tanggung jawab
jadi. Hasil penelitian disuguhkan secara pengajar dalam proses pembelajaran
etnografi agar pembaca seolah dapat me- mereka (bersifat internal) dan diadakan
rasakan dirinya di tengah kehidupan untuk memerhatikan keberhasilan proses
sekolah yang bersangkutan. Metode pembelajaran, baik bagi anak didik mau-
etnografi merupakan penelitian untuk pun pengajar (bersifat eksternal). Pada da-
mendeskripsikan kebudayaan dengan sarnya sistem penilaian yang diterapkan
mempelajari dan memahami pandangan dalam penilaian hasil belajar anak dalam
hidup dan pola budaya yang secara rinci pengajaran sejarah tidak banyak berbeda
memalui cara berpikir, berbicara, dan dengan pelajaran lain (Kasmadi, 1996).
bertingkah laku masyarakat dalam kurun Penilaian merupakan serangkaian
ruang dan waktu. kegiatan yang sistematis dan berkesinam-
Penelitian ini mengambil lokasi di bungan untuk memperoleh data dan infor-
SMA Negeri 3 Temanggung. Informan da- masi tentang proses dan hasil belajar pe-
lam penelitian ini adalah guru sejarah, serta didik. Penilaian juga digunakan un-
waka kurikulum, dan peserta didik di SMA tuk mengumpulkan data dan informasi
Negeri 3 Temanggung. Teknik pengum- tentang kekuatan dan kelemahan dalam
pulan data dalam penelitian ini proses pembelajaran sehingga dapat di-
menggunakan beberapa metode yaitu wa- jadikan dasar untuk pengambilan kepu-
wancara terhadap narasumber, pengama- tusan dan perbaikan proses pembelajaran.
tan/ observasi terhadap pelaksanaan pem- Tujuan dari penilaian autentik di SMA
belajaran, dan studi dokumen terhadap Negeri 3 Temanggung agar didapatkan
perangkat perencanaan, pembelajaran, penilaian dari peserta didik yang apa
dan penilaian guru. Validitas data adanya dan dengan apa adanya tersebut
menggunakan trianggulasi sumber dan tri- guru dapat menilai kinerja diri sendiri
anggulasi teknik. Analisis data pada akhirnya. Kalau peserta didik masih
menggunakan analisis interaktif dengan kurang berhasil pada akhirnya kembali
tiga tahapan analisis, yakni reduksi data, pada guru untuk mengganti metode yang
penyajian data, dan penarikan simpulan. dilaksanakan, sehingga penilaian autentik
tersebut dapat bermanfaat bagi guru dan
HASIL DAN PEMBAHASAN peserta didik.
Pembelajaran menurut Fadlillah (2014) Prinsip pembelajaran pada Kuriku-
adalah proses interaksi antara pendidik lum 2013 tidak jauh berbeda dengan ku-
dengan peserta didik dan peserta didik rikulum sebelumnya. Karena pada da-
dengan peserta didik dalam rangka mem- sarnya Kurikulum 2013 merupakan
peroleh pengetahuan yang baru pengembangan dari kurikulum lama terse-
dikehendaki dengan menggunakan but. Hanya saja yang membuat beda ialah
berbagai media, metode, dan sumber bela- titik tekan pembelajaran dan juga cakupan
jar yang sesuai dengan kebutuhan. Melalui materi yang diberikan kepada peserta
13
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
didik. Kurikulum 2013 berupaya untuk peserta didik. Mata pelajaran sejarah
memadukan antara kemampuan sikap, memiliki arti strategis dalam pemben-
ketrampilan, dan pengetahuan. Sikap dan tukan watak dan peradaban bangsa yang
ketrampilan lebih menjadi prioritas utama bermartabat serta dalam pembentukan
dibandingkan pengetahuan. Harapannya, manusia Indonesia yang memiliki kebang-
ketiga kemampuan tersebut dapat berjalan gaan dan cinta tanah air (Aman, 2011).
seimbang dan beriringan sehingga pen- Tujuan pembelajaran sejarah yang
capaian pembelajaran dapat berhasil dilakukan di SMA Negeri 3 Temanggung
dengan maksimal. Dalam penilaian sikap diharapkan siswa disini tahu sejarah bang-
ada beberapa indikator sebagai acuan sanya sendiri. Tahu bahwa kejadian di
pelaksanaan penilaian. Indikator merupa- masa lalu itu saling berkaitan dan ada hub-
kan hal yang paling penting karena indi- ungan sebab akibat dari suatu peristiwa.
kator merupakan hasil yang ingin dicapai Suatu peristiwa akan menjadi pembelaja-
pada pembelajaran. ran untuk kita semua, apalagi untuk gen-
Indikator penilaian afektif di SMA erasi muda yang harus menjaga bangsanya
Negeri 3 Temanggung diserahkan kepada dari ancaman, haruslah mereka sadar
masing-masing guru. Indikator tersebut akan adanya sejarah agar kejadian dimasa
harus dipenuhi oleh siswa agar nilai lalu tidak terulang.
mereka juga bisa di atas KKM karena tidak Profesionalisme guru dari waktu ke
hanya pengetahuan saja yang dinilai, waktu semakin dituntut seiring dengan
penilaian sikap juga penting bagi siswa, kebutuhan pendidikan yang bermutu. Da-
jika nilai sikap tidak mencapai KKM wa- lam konteks itu salah satu hal terpenting
laupun pengetahuannya mencapai KKM dalam meningkatkan mutu pendidikan
anak itu bisa saja tidak naik kelas. Selain adalah guru. Hal ini dikarenakan gurulah
itu, indikator juga berhubungan dengan yang ada di garda terdepan yang langsung
tingkah laku dan perbuatan sehari–hari berinteraksi dengan peserta didik di kelas.
siswa, termasuk kejujuran, disiplin dan Oleh karena itu, guru dituntut untuk men-
sopan santun dalam bertindak.Indikator guasai dan terampil pada hal-hal yang
tersebut harus dicapai oleh siswa agar berkaitan dengan tupoksi guru. Salah satu
siswa mendapatkan nilai dan bisa naik ke- tupoksi guru yang sangat penting adalah
las, selain itu tujuan utama dalam ketrampilan melakukan penilaian hasil
penilaian afektif ini yaitu agar siswa belajar peserta didik. Dengan penilaian
mampu merubah pola pikir dan bertindak guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi
arif dan bijaksana dan berguna bagi terhadap kualitas pembelajaran yang telah
dirinya sendiri, sekolah, dan masyarakat. dilakukan dan sekaligus mendapatkan in-
Penilaian dilakukan pada semua formasi tentang tingkat pencapaian kom-
mata pelajaran tak terkecuali sejarah. Se- petensi peserta didik yang salah satunya
jarah merupakan cabang ilmu penge- adalah penilaian sikap.
tahuan yang menelaah tentang asal-usul Namun sebelum melakukan
dan perkembangan serta peranan penilaian dalam Kurikulum 2013, guru ha-
masyarakat di masa lampau berdasarkan rus memiliki kesiapan dalam pelaksanaan
metode dan metodologi tertentu. Penge- penilaian, terutama penilaian afektif.
tahuan masa lampau tersebut mengan- Selama ini guru sudah mendapatkan info
dung nilai-nilai kearifan yang dapat dan pelatihan dari MGMP Kabupaten.
digunakan untuk melatih kecerdasan, Perangkat pembelajaran seperti RPP dan
membentuk sikap, watak dan kepribadian Silabus juga sudah disesuaikan dengan
14
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
ketentuan Kurikulum 2013. Sekolah juga kurang baik, maka nilai sikap peserta didik
sudah memberikan informasi mengenai tersebut adalah baik dan sesuai dengan in-
pelaksanaan Kurikulum 2013 kepada dikator yang diharapkan. Perilaku sangat
semua guru tak terkecuali sejarah. baik atau kurang baik yang dijumpai
Dalam melaksanakan penilaian selama proses pembelajaran dimasukkan
afektif, guru harus mengetahui terlebih ke dalam jurnal atau catatan guru.
dahulu apa yang menjadi pokok inti Penilaian sikap bertujuan untuk menge-
pelaksanaan penilaian terutama aspek si- tahui perilaku spiritual dan sosial peserta
kap, yaitu guru harus paham bagaimana didik dalam kehidupan sehari-hari di da-
pelaksanaannya, yang terjadi di SMA lam dan di luar kelas sebagai hasil pendidi-
Negeri 3 Temanggung adalah guru sejarah kan. Penilaian sikap memiliki karakteristik
masih kurang paham dan mengerti ten- yang berbeda dengan penilaian penge-
tang lima jenjang atau tingkatan dalam tahuan dan keterampilan, sehingga teknik
penialaian afektif. Guru Sejarah Pemina- penilaian yang digunakan juga berbeda.
tan Kelas XI malah baru mendengar apa Penilaian sikap dapat dilakukan
itu lima jenjang atau tingkatan ranah pada saat kegiatan pembelajaran misal-
afektif. nya, saat berdiskusi dalam kelompok
Selain lima jenjang atau tingkatan, dapat dinilai sikap santun, saat bekerja ke-
penilaian aspek afektif juga mempunyai lompok dapat dinilai sikap tanggungja-
lima karakteristik yaitu sikap, minat, kon- wab, saat presentasi dapat dinilai sikap
sep diri, nilai, dan moral. Kelima karakter- percaya diri. Selain itu, penilaian sikap
istik tersebut juga tidak kalah pentingnya dapat juga dilakukan di luar kegiatan pem-
dalam menerapkan dan menilai aspek belajaran, misalnya sikap disiplin dapat
afektif dikarenakan karakteristik ini juga dinilai dengan mengamati kehadiran pe-
sebagai acuan guru dalam melaksanakan serta didik, sikap jujur, santun dan peduli,
penilaian afektif di sekolah. Namun dalam dapat diamati pada saat peserta didik ber-
pelaksanaannya, guru kurang memahami main bersama teman.
adanya karakteristik di dalam penilaian Pelaksanakan penilaian afektif di
afektif. SMA Negeri 3 Temanggung, guru perlu
Penilaian sikap adalah kegiatan un- mempersiapkan segala sesuatu yang akan
tuk mengetahui perilaku peserta didik digunakan dalam pelaksanaan penilaian.
pada saat pembelajaran dan di luar pem- Contohnya materi, instrumen, dan lain-
belajaran, yang dilakukan untuk pem- lain. Persiapan mengajar merupakan salah
binaan perilaku sesuai budi pekerti dalam satu bagian dari program pengajaran yang
rangka pembentukan karakter peserta memuat satuan bahasan untuk disajkan
didik. Upaya untuk meningkatkan dan me- dalam beberapa kali pertemuan/ tatap
numbuhkan sikap yang diharapkan sesuai muka. Selama ini pengambilan nilai afektif
dengan KI-1 dan KI-2 guru harus mem- atau sikap masih dilakukan dengan penga-
berikan pembiasaan dan pembinaan matan baik di dalam kelas. Proses evaluasi
secara terus menerus baik dalam pembela- dan penilaian aspek afektif yang dilakukan
jaran maupun di luar pembelajaran. Untuk di dalam kelas dilakukan dengan cara ob-
mengetahui perkembangannya guru harus servasi, pengamatan dan penilaian lang-
melakukan penilaian. Pada penilaian sikap sung di dalam kelas. Misalkan saja saat
diasumsikan bahwa setiap peserta didik pembelajaran dimulai terdapat beberapa
memiliki perilaku yang baik. Jika tidak siswa yang datang terlambat, guru akan
dijumpai perilaku yang sangat baik atau mencatat nama siswa tersebut. Aspek yang
15
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
16
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
17
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
interaksi yang baik antara guru dan siswa. mengajar dengan mengucapkan salam pe-
Selain itu, di sela-sela menyampaikan ma- nutup.
teri, guru juga menyisipkan penilaian Berdasarkan wawancara pembelaja-
afektif dan penanaman nilai-nilai karakter ran sejarah tidak hanya sekedar materi
kepada siswa yang diambil dari materi ter- saja, tetapi penanaman karakter dan nilai–
sebut. Pada pertemuan berikutnya, guru nilai juga penting karena jika pembelaja-
membagi siswa menjadi beberapa ke- ran sejarah hanya sekedar materi maka se-
lompok. Setiap kelompok mendapatkan jarah itu akan mati dan tidak ada gunanya.
topic yang berbeda-beda. Setelah diskusi Kita harus bisa memetik hikmah yang ter-
selesai, setiap kelompok diwajibkan untuk jadi dalam suatu peristiwa sebagai cermi-
mempresentasikan hasil diskusi ke- nan kita untuk menjalani hidup dimasa
lompoknya. depan agar tidak mengulangi kesalahan–
Pembelajaran sejarah dengan kesalahan yang terjadi pada masa lalu.
metode diskusi dapat digunakan umtuk Selain itu pembelajaran sejarah juga bisa
menilai sikap siswa misalkan sikap menumbuhkan rasa nasionalisme se-
tanggung jawab dan kerja sama kepada hingga siswa dapat menghargai jasa pahla-
siswa. Guru dapat mengamati secara lang- wan, menghargai sejarah, menghargai
sung bagaimana sikap yang ditunjukkan orang lain dan menghargai dirinya sendiri.
oleh siswa selama bekerja sama didalam Kegiatan pembelajaran tidak hanya
tim/kelompok. Metode tanya jawab proses penyampaian materi dari guru
mengajarkan kepada siswa untuk memiliki kepada siswa, tapi dalam kegiatan pem-
nilai karakter demokratis, yang bisa belajaran ada beberapa faktor pendukung
menerima pendapat dari orang lain. guna lancarnya proses belajar mengajar.
Metode tanya jawab bertujuan untuk mel- Faktor-faktor tersebut antara lain sumber
atih keaktifan siswa, dan memberikan kes- belajar, alat bantu pembelajaran dan
empatan yang sama bagi siswa yang pasif. metode pembelajaran yang tepat. Faktor-
Begitu juga dengan metode presentasi faktor pendukung tersebut mempunyai
yang dapat melatih siswa untuk memiliki keterkaitan dan sangatlah penting bagi ke-
karakter demokratis, komunikatif, dan lancaran proses pembelajaran. Selain
kreatif. Hal tersebut sangat dibutuhkan penting bagi proses pembelajaran faktor
dalam pelaksanaan penilaian afektif. pendukung juga sangat penting bagi ke-
lancaran dalam proses penilaian atau
Kegiatan Penutup proses evaluasi pada siswa.
Kegiatan penutup dalam pembelajaran se- Setiap proses yang dilalui dalam ke-
jarah yang dilakukan oleh guru sejarah di hidupan pasti mempunyai masalah-masa-
SMA Negeri 3 Temanggung adalah guru lah atau kendala-kendala. Di dalam proses
melakukan refleksi materi pelajaran ber- pembelajaran sejarah juga mempunyai
sama siswa, dilanjutkan dengan guru dan kendala-kendala yang dialami oleh guru.
siswa bersama-sama menyimpulkan ma- Dengan adanya kendala-kendala tersebut
teri yang telah dipelajari, guru juga mem- dapat menghambat berjalannya proses
berikan motivasi kepada siswa untuk pembelajaran. Berbagai macam kendala
selalu semangat belajar. Guru menan- dialami guru antara lain sikap dan respon
yakan kepada siswa mengenai hal-hal yang siswa dalam pembelajaran, ketersediaan
perlu ditanyakan, apabila tidak ada per- sarana dan prasarana, kelengkapan sum-
tanyaan guru menutup kegiatan belajar ber belajar, dan sebagainya. Antara
sekolah yang satu dengan sekolah yang
18
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
19
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
20
Indonesian Journal of History Education, 7 (1), 2019: p. 9-21
21