Penamaan Politik Di Dalam Pelaporan Korporat
Penamaan Politik Di Dalam Pelaporan Korporat
Surel: nina.febriana.d@ekonomi.untan.ac.id
Kata kunci: Abstrak: Politik Penamaan dalam Pelaporan Perusahaan Pasca Implementasi
Pelaporan Terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan dan
pelaporan terintegrasi , mendalami unsur politik dalam pelaporan perusahaan di Indonesia pasca penerapan
korporat, pelaporan, pelaporan terintegrasi. Studi ini menerapkan metode critical content analysis dalam
perubahan semu pelaporan terintegrasi, laporan tahunan, dan pelaporan keberlanjutan di beberapa
perusahaan pada tahun 2009-2018. Hasilnya menunjukkan perubahan semu dalam
pelaporan perusahaan. Walaupun semua perusahaan telah berhasil mengimplementasikan
pelaporan terintegrasi dengan rentang waktu 4-7 tahun, namun tidak menjamin
pengadopsian dapat dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, pemegang
saham sebagai 'otoritas tertentu' harus menekan perusahaan untuk menjaga
keberlanjutan perusahaan di masa depan.
Mengutip ini sebagai: Dosinta, NF, & Brata, H. (2020). Politik Penamaan di Dalam Korporat Pas caimplementasi
Pelaporan Terpadu. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(1), 138-158. https://doi. org/10.21776/ub.jamal.2020.11.1.09
“Saat kata-kata dimainkan… Ini adalah 'politik an (Wulf et al., 2014). Adopsi IR diprediksi dapat
penamaan'… Ini adalah permainan… [dan] … memainkan peranan penting dalam menghasilkan
Para pemenang [adalah] [t]he powerful” (Irianto pelaporan korporat, khususnya yang berkenaan
& Gaffikin, 2006). dengan strategi perusa haan, model bisnis,
materialitas, dan penciptaan nilai (Reverte, 2015).
Dalam lingkungan bisnis yang semakin Akan tetapi, kelompok peneliti menemukan bahwa
kompleks, IR menawarkan pelaporan korpo rat yang pada penciptaan nilai sebagai esensi dalam IR dapat
holistik dan diharapkan dapat mendukung pembuatan dibuat dalam AR dan SR, tidak harus dalam IR.
keputusan yang lebih baik, agar dapat memenuhi Metodologi 'true value' dalam IR yang disodorkan
kebutuhan informasi masi dalam satu pelaporan oleh KPMG (2014) bukan lah 'barang baru' bagi
untuk pemegang saham (Higgins et al., 2019; perusahaan (Barter, 2016; Coulson, 2016; Dosinta
Massingham et al., 2019) serta untuk pemangku et al., 2018).
kepentingan
138
Machine Translated by Google
Ibarat anggur lama dalam botol baru, nilai yang rat dengan tolok ukur yang digunakan. Hal
sudah tertanam di dalam perusahaan kemudi tersebut mencerminkan 'celah' antara IR yang
dan dibingkai dalam bahasa lain yang mudah diinginkan dalam IIRF dan Global Reporting
dipahami. Hal tersebut tentu saja menggelitik Initiative (GRI) dengan praktik sebenarnya
pemikiran bahwa apakah 'true value' tersebut (Robertson & Samy, 2015; Stent & Dowler, 2015;
hanyalah kata-kata yang tersusun rapi dalam Stubbs & Higgins, 2014). Pada sisi lainnya, Slack
implementasi IR akibat adanya tekanan pihak & Tsalavoutas (2018) me maparkan bahwa
eksternal ataukah terdapat tekanan lainnya. pelaporan dalam bentuk IR ternyata belum
mampu menawarkan keung gulan yang sama
IR juga dipercaya sebagai wujud pe seperti yang diberikan oleh SR, di mana
laporan korporat yang berkualitas tinggi. penekanan IR lebih pada pemegang saham,
Kualitas pelaporan IR yang tinggi berpotensi bukan pada pemangku kepentingan sehingga IR
menarik investor asing dan mendukung alir an dianggap tidak saya madai untuk mendorong
modal ke dalam suatu negara, sehingga secara kesinambungan. Hal ini senada yang dipaparkan
tidak langsung mempengaruhi kesejahteraan Flower (2015) dan Thomson (2015) justru
ekonomi dan sosial. Implikasinya, beberapa mempertanya kan International Integrated
perusahaan di negara Kolom bia menggunakan Reporting Council (IIRC) selaku pihak yang
International Integrated Reporting Framework memprakarsai IR tidak memberikan penekanan
(IIRF) dengan tujuan untuk mendukung ekspansi khusus pada penyelenggaraan, bahkan
perusahaan, serta meningkatkan reputasi dan berspekulasi bahwa kemungkinan SR akan
legitimasi si (Macias & Farfan-Lievano, 2017). menempat kan beban yang terlalu besar pada
Selain itu, negara-negara, seperti Brasil, Meksiko perusa haan. Argumen tersebut tentu saja
(Steenkamp, 2018), dan Afrika Selatan (Ba menyatakan bahwa IR belum mengungkapkan
nanuka et al., 2019), telah menetapkan IR kontribusi suatu organisasi terhadap transformasi
sebagai wajib dalam pelaporan korpo rat. Di ke kelanjutan serta belum terlihat konektivi tas
negara Afrika Selatan khususnya, penelitian- dan konsekuensi dari tindakan entitas pada
penelitian terdepan menemukan paling tidak tiga sistem sosial, ekonomi dan ekologi. Tidak
motif yang mendasari peru sahaan mengadopsi mengherankan, Kannenberg & Schreck (2019)
IR. Motif utama berupa kecenderungan memaparkan bahwa dalam IR me nyimpan
perusahaan untuk mening katkan reputasi dan keraguan menjadi 'kutukan' atau 'anugerah' bagi
legitimasi daripada akuntabilitas perusahaan kemajuan keberlanjutan pe rusahaan.
(Steyn, 2014), se dangkan motif yang kedua lebih
bersifat se remonial yang bertujuan untuk
memperoleh legitimasi (Haji & Anifowose, 2017), Memasuki dasawarsa kedua implementasi
serta motif yang terakhir bersifat simbolis (Setia implementasi IR, pelaporan korporat mengalami
et al., 2015; Veltri & Silvestri, 2015). Meskipun kejenuhan dalam menyampaikan informasi
demikian, antusiasme negara-negara seperti di penting operasi perusahaan berbasis IR. Hal ini
Benua Afrika dan Amerika Latin masih kurang memicu kekerasan, bahwa apakah IR sudah
berdampak dalam mendorong perusahaan- kehilangan momennya dalam area pelaporan
perusahaan di Benua Asia untuk menerima IR korpo rat ataukah terdapat pertimbangan yang
(Dumay et al., 2017). lain. Namun, penjelasan ilmiah dan peneli tian
yang menitikberatkan topik diskusi ini masih
dirasa kurang sehingga pemahaman mengenai
Hasil survei yang dilakukan oleh Adhariani & arah perubahan pelaporan korpo rat di Indonesia
Villiers (2019) menunjukkan bahwa 48% dari masih terasa minim. Di satu sisi, tidak dapat
total responden mendukung adopsi IR di negara- dipungkiri bahwa penelitian tentang IR, AR, dan
negara di dunia, termasuk nega ra Indonesia, SR sangat banyak dilakukan selama ini. Namun,
dan menjadikannya mandato ry. Akan tetapi, hasil peneli tian lebih banyak dipengaruhi oleh
hasil penelitian dari Adams (2015) menyarankan pendapat dari kelompok pendukung IR, di
agar status IR teta plah bersifat voluntary, antaranya Conway (2019), Cortesi & Vena (2019),
mengingat kurang berkembangnya bidang Menicucci (2018), dan Tlili et al. (2019). Se
akuntansi pada pe laporan dalam bentuk IR. dangkan kelompok pengritik IR di antaranya
Adams (2015), Dosinta et al. (2018), Bunga
Hasil evaluasi IR pada pelaporan korpo rat (2015), dan Thomson (2015). Oleh karena itu,
di negara Australia, yang dilakukan oleh Liu et timbul pemikiran 'pengotakan'. Di sisi
al. (2019), masih menemukan adanya
ketidaksesuaian pengungkapan korpo
Machine Translated by Google
140 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
lain, praktik pelaporan korporat di Indonesia sahaan di Indonesia yang masih menerapkan IR
mengalami fenomena anomali yang menyisipkan serta sampai kapan perusahaan tersebut akan
pertanyaan mengenai IR sebagai pe laporan bertahan. Penelitian ini berkontribusi secara
korporat yang mungkin terjadi peru bahan semu. akademis dalam memberikan gamba ran mengenai
Kondisi ini jelas lebih menarik untuk dikaji mengingat perubahan wajah pelaporan korporat di Indonesia
penelitian sebelum nya belum mengkaji fenomena yang dapat dijadikan referensi bagi penelitian
anomali pe laporan korporat. Sementara itu, berikutnya dan menjadi fondasi teoritis dalam
penelitian terdahulu telah mengevaluasi dan kerangka evaluasi implementasi IR di Indonesia.
memberi kan pembahasan tentang implementasi Sementara itu, dari aspek praktis, penelitian ini
IR dari berbagai sudut pandang teoritik, seperti dari memberikan gambaran wujud perubahan pelapor
sudut pandang teori legitimasi, terdapat penelitian sebuah korporat beserta substansinya kepada
oleh Beck et al. (2015), Bommel (2014), Setia et pemegang saham dan pemangku kepentingan
al. (2015), dan Villiers et al. (2014), yang kemudian serta memberikan masukan kepada perusahaan
dilanjutkan oleh Haji & Anifowose (2016), dari yang berkeinginan untuk mentransformasikan
theory stake holder oleh Wulf et al. (2014), dan pelaporan korporatnya.
teori institusional oleh Adams et al. (2016), Chariri
(2019), dan Fuhrmann (2019). Namun, pe nelitian-
penelitian tersebut belum mengkaji secara khusus METODE
perubahan pelaporan korpo rat yang sebelumnya Penelitian ini menggunakan metode analisis
mengadopsi IR. konten berdasarkan kodifikasi yang dikembangkan
oleh Liu et al. (2019) dan review kajian secara
kritis. Relevansi il miah penelitian penggunaan
Berpijak pada rerangka konsep institu sional, analisis konten sebagai metode dalam pemeriksaan
penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perubahan pelapor an korporat terletak pada prosedur pengum
pelaporan korporat yang sebelumnya telah berhasil pulan, analisis, dan penemuan data (Liao et al.,
melaporkan dalam bentuk IR dan mempelajari lebih 2017; Trilling & Jonkman, 2018) dengan ditinjau
lanjut AR dan SR perusahaan-perusahaan tersebut oleh aspek pengungkapan yang dilarang dalam
setelah tidak lagi menerapkan IR. Maka, penelitian pelaporan perusahaan ( Owen, 2013). Untuk
ini berfokus pada perusahaan di Indonesia yang mendukung analisis konten, kajian perubahan
sebelumnya telah berhasil menerapkan IR, tetapi pelaporan korporat dilakukan secara kritis. Hal
memilih untuk tidak lagi menerap kan IR, seperti tersebut memiliki keunggulan, seperti mampu me
PT Timah, PT Pertamina EP, dan PT Elnusa. maknai nilai-nilai yang dipicu oleh sarat berbagai
kesimpulannya, perusahaan-perushaan tersebut kepentingan sehingga menampil kan keunikan
mengalami anomali pe laporan korporat. Analisis (Efferin, 2015; Modell, 2015; Sriwenarti & Triyuwono,
penelitian ini juga berusaha untuk mencari jawaban 2010), mampu mengakomodasi cara pandang
untuk pertanyaan mengapa PT Timah dan PT Elnu yang berbe da, melalui lensa objektivitas dan
sa yang telah mencapai keberhasilan dalam subjekti vitas (Djamhuri, 2011; Sudarma, 2010),
menerapkan IR dengan berpedoman salah satunya berjuang untuk menyampiakan temuan secara
pada GRI, sedangkan PT Pertami na EP dengan lebih menyeluruh, serta menghindari pola pemikiran
berpedoman salah satunya pada IIRF dan GRI, yang terlalu “deterministik dan
kemudian ketiga peru sahaan memilih untuk ke AR reduksionistik” (Mulawarman, 2010; Setiawan,
dan SR yang berpedoman salah satunya dengan 2011), dan akan memberikan kontribusi dengan
GRI. penjelasan pada penjelasan kritis (Modell, 2017).
Selain itu, dalam kajian kritis, peneliti
Elemen Konten Elemen konten menyajikan panduan untuk informasi yang masuk ke dalam
IR dan terhubung satu dengan yang lainnya.
Prinsip Pedoman Prinsip pedoman yang diperkenalkan IIRC yang termasuk dalam IIRF guna
mendukung praktik IR dalam organisasi secara keseluruhan.
Tingkat Materialitas Materialitas mengacu pada hal-hal yang memiliki efek aktual guna
menghasilkan penciptaan nilai pada organi sasi dalam jangka pendek,
menengah, dan panjang.
Sumber : Liu et al. (2019)
perlu membongkar pelaporan korporat yang sudah Metode analisis konten dalam pene litian
diterapkan, menggali pemahaman yang ini melewati tiga tahapan. Pertama, penelusuran
terselubung dalam tampilan wajah pe laporan paragraf dengan tujuan untuk pengidentifikasian
korporat dengan teori yang relevan, kemudian berdasarkan kodifikasi yang dikembangkan dari
memperhatikan proses terjadinya perubahan penelitian Liu et al. (2019). Kodifikasi tersebut
pelaporan korporat secara saksama. Selanjutnya disajikan pada Tabel 2, lebih unggul karena
peneliti mencermati pola keterkaitannya dan kategori pengungkapan mengoperasionalkan IIRF
akhirnya memperbanyak timbangkan penciptaan yang disesuaikan dengan GRI sehingga pedoman
masa lalu untuk memprediksi segala kemungkinan GRI yang ada tidak hanya terbatas pada
mengubah pelaporan korporat di masa yang akan pengungkapan indikator informasi lingkung an
datang, sehingga dapat mengubah dan sosial, tetapi juga diperluas ke tata kelola
menyelenggarakan pelaporan pada korporat yang organisasi dan keberlanjutan. Kedua, untuk
lebih baik (Witono, 2016). memastikan adanya perubahan semu dalam
pelaporan korporat, penelitian ini melakukan
Analisis konten dalam penelitian ini analisis terhadap cakupan laporan yang terdapat
menggunakan informasi yang wajib dalam dalam AR dan SR yang selaras dengan IIRF dan
pelaporan korporat. Data yang disebutkan berasal GRI. Elemen konten untuk analisis cakupan
dari pelaporan korporat per rusahaan, meliputi IR, disajikan pada Ta bel 3. Ketiga, untuk mendapatkan
AR, dan SR selama periode pengamatan simpulan teori dari data, analisis konten
2009-2018. Penelitian ini memilih PT Timah, PT berdasarkan kodifikasi dilakukan secara berulang-
Pertamina EP, dan PT Elnusa dengan ulang (Covaleski et al., 2013) sebagaimana yang
pertimbangan ketiga per rusahaan ini menaruh disarankan oleh Elliot (2016).
perhatian pada IR minimal selama 3 tahun berturut-
turut yang terungkap melalui pernyataan ke publik
di laman resmi masing-masing perusahaan. Dalam proses penjaringan data pertama-
tama adalah mencari unit analisis yang berupa
Pertimbangan lainnya berupa ketiga peru sahaan paragraf berkenaan dengan modal, konten
pada tahun 2018 beralih menerap kan AR dan elemen, pedoman pedoman, dan materialitas
SR, tidak lagi menerapkan IR. yang terdapat dalam IR, AR dan SR. Langkah
Analisis data dalam penelitian ini berjumlah tiga berikutnya berupa pemak naan paragraf tersebut.
puluh tujuh data yang disajikan pada Tabel 1. Untuk memastikan tingkat reliabilitas dan validitas
Paragraf yang menyajikan informasi berkenaan temuan yang memadai, kedua peneliti
dengan kodifikasi yang dilakukan merupakan unit menginvestigasi sejumlah permasalahan penelitian
analisis dalam penelitian ini (Liu et al., 2019). dalam wak tu yang sama (Anney, 2014) guna
Keunggulan unit pengukuran analisis menggunakan mencapai kesamaan atas jawaban dari
paragraf terletak pada pemaknaan, karena permasalahan penelitian. Upaya triangulasi
simpulan yang di tarik dari pernyataan naratif lebih penyelidik, yang mencakup kesamaan hasil
tepat di gunakan daripada hanya berasal dari kodifikasi da lam waktu yang sama (Karlsson &
sejum lah kata-kata (Davis & Bisman, 2015). Sjøvaag, 2016) juga diterapkan dengan melibatkan
Machine Translated by Google
142 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
analis independen agar diperoleh konsis tensi hasil 2014 dengan menggunakan pedoman POJK, GRI
analisis yang lebih tinggi serta meminimalkan G4. Sayangnya, pada tahun 2017 ketiga perusahaan
subjektivitas. Meskipun ke beradaan analis ini menunjukkan kecenderung annya untuk
independen untuk memaksimumkan tujuan penelitian, meninggalkan IR dan beralih sepenuhnya ke
jika terjadi perbedaan, kedua peneliti bersama penyajian laporan berbasis AR dan SR pada tahun
analisis independen melakukan diskusi untuk me 2018.
nentukan hasil pemaknaan secara tepat. Kondisi pelaporan anomali demikian tentu saja
menimbulkan pertanyaan saya ngenai keseriusan
perusahaan pada awal pengadopsian IR. Sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN tahap awal pene litian melalui penelusuran paragraf,
Perjalanan IR pada PT Timah, PT Pertamina terlihat dari hasil kodifikasi dari elemen konten, te
EP, dan PT Elnusa. Praktik pengungkapan sukarela patnya pada dasar penyajian dan persiapan,
IR telah mendapatkan momentum sejak pembentukan disebutkan bahwa dalam menyusun IR ke tiga
IIRC pada tahun 2010 oleh dua organisasi pemerhati perusahaan menunjukkan upaya yang serius dalam
pelaporan ke kelanjutannya yaitu Proyek Prince's melibatkan pemangku kepentingan. Sebagai contoh,
Accounting for Sustainability (A4S) dan GRI (Feng et PT Timah mengung kapkan bahwa:
al., 2017; Villiers et al., 2014) serta momentum
tersebut juga terasa sampai di Indonesia. Hal
tersebut terlihat jelas pada upaya PT Timah yang
mulai penerapan IR pada tahun 2010, tatkala pola “…dalam menyusun laporan terintegrasi
pelaporan pada tahun 2009 masih berbentuk AR dan ini, Perseroan mengikut sertakan
SR, dapat dilihat pada Tabel 4. Berbeda dengan PT pemangku kepentingan untuk
Timah, PT Pertamina EP baru mulai menyajikan IR mendapatkan hasil yang lebih
yang berdasarkan pedoman BAPEPEM , GRI G3 ke menyeluruh. Dengan melibatkan
publik pada tahun 2012 dan secara bertahap, pemangku kepentingan, Perseroan
mengadopsi pedoman POJK, ser ta GRI G4 dan IIRF dapat mendapatkan kri tik dan masukan
pada tahun 2014. Mulai juga dengan PT Elnusa, yang konstruktif untuk perbaikan kinerja
perusahaan ini menyajikan laporan berbasis IR pada di waktu mendatang. Selain itu, PT
tahun TIMAH (Persero) Tbk juga memiliki
kesempatan untuk saya
Machine Translated by Google
144 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
tuk de-institusionalisasi pola pelaporan yang lama Celah terjadinya de-instusionalisasi IR pada
dan memulai tahapan pra-institusionalisasi praktik ketiga perusahaan terletak pada 'celah' antara IR
pelaporan yang baru (Arroyo, 2012). PT Elnusa, yang diinginkan dalam IIRF dan GRI dengan
contohnya, mengawali proses pra-institusionalisasi praktik sebenarnya (Robertson & Samy, 2015;
dengan menya jikan SR untuk mendampingi IR Stent & Dowler, 2015; Stubbs & Higgins, 2014).
pada tahun 2017, yang kemudian merilis IR Berdasarkan laporan Liu et al. (2019) masih
secara penuh pada tahun 2018 dengan menerbit terdapat ketidaksesuaian antara pengungkapan
kan AR dan SR. Proses transisi seperti ini terasa korporat di Austra lia dan tolok ukur normatif
lebih mulus (smooth) dan membuat pemangku yang terdapat dalam IIRF dan GRI G4. Ditinjau
kepentingan lebih siap menerima bahwa pada dari hasil kodifikasi overview organisasi dan
tahun berikutnya perusahaan akan menerapkan lingkung an dalam IR dan SR PT Elnusa tahun
AR dan SR. 2017 yang berdasarkan kodifikasi elemen konten,
terdapat penekanan khusus dalam laporan pada
Sementara itu, proses prainstitusionalisasi si aspek keberlanjutan (lihat Tabel 5).
tidak terlihat secara jelas pada PT Timah dan PT
Pertamina EP karena kedua perusa haan ini Penekanan ini berupa pembahasan yang lebih
langsung menerapkan AR dan SR tanpa melewati detail mengenai topik keberlanjutan tersaji dalam
proses prainstitusionalisasi dengan SR pada SR PT Elnusa, yang terpisah dari IR. Keteguhan
tahun 2017. perusahaan untuk tetap
Machine Translated by Google
146 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
memuaskan kebutuhan informasi dari pe mangku Peralihan yang nyata atau perubahan
kepentingan mengenai aspek keberlangsungan. semu? Dipandang dari perubahan struktur dan
IR juga belum fokus pada risiko keberlanjutan budaya pelaporan, struktur dan pola pelaporan
perusahaan (Dumay & Hossain, 2019) dan masih yang telah terbentuk saat adopsi IR tidak akan
dipertanyakan kan konsekuensi ekonomi akibat dihapus secara tiba-tiba pada saat perusahaan
penerapan IR (Barth et al., 2017). Meskipun IR memutuskan untuk lepas dari IR. Hal-hal yang
disinyalir sebagai pola pelaporan yang berkua baik akan terekam dalam sistem perusahaan
litas tinggi, perusahaan tidak mampu untuk sedang kan yang kurang cocok dimodifikasi atau
mengeskpresikan semua cerita tentang pek ditinggalkan. Untuk memastikan adanya perubahan
keberlangsungannya dalam IR dan informasi masi semu dalam pelaporan korporat, sebagai
yang disajikan terkesan terpencar ke berbagai penelitian tahap kedua, penelitian ini melakukan
subjudul demi memenuhi rerangka kontekstual analisis terhadap cakupan pelaporan yang
IR. Maka, Dosinta dkk. (2018) se cara tegas terdapat dalam AR dan SR yang selaras dengan
menyampaikan bahwa pelaporan berbasis IR di IIRF dan GRI berdasar kan kodifikasi yang
Indonesia lebih tepat bersifat alternatif atau bersumber dari adap tasi KPMG (2014). Hasil
sukarela dan tidak ditetap kan sebagai wajib. kodifikasi, yang ringkas dalam Gambar 1
Praktik pelaporan korporat juga menunjukkan hal menunjukkan 'ruh' dari IR yang telah melekat
yang sena da, yaitu PT Timah dan PT Elnusa pelaporan tahun sebelumnya tetap dibawa ke
mengam bil sikap untuk menghentikan pelaporan dalam AR dan SR dengan penekanan pada aspek
IR pada tahun 2017 meskipun kedua perusa haan ke kelanjutanan. Sebagai contoh, PT Pertamina
ini terdaftar di lantai Bursa Efek In donesia. Selain EP yang mengadopsi pedoman POJK, IIRF, dan
alasan IR yang bersifat sukarela, kebermanfaatan GRI G4, tetap menggunakan pe doman-pedoman
pelaporan korporat sangat bergantung pada ini dalam menyajikan pe ngungkapannya saat
preferensi penggu na (Riduwan & Andayani, beralih ke pelaporan AR dan SR. Begitu juga
2019) sehingga proses pertukaran informasi dengan PT Timah dan PT Elnusa, pengungkapan
antara perusa haan dengan lingkungannya dapat AR dan SR kedua perusahaan ini tetap
berjalan sesuai dengan yang diharapkan. berlandaskan pada acuan dari POJK dan GRI
G4, seperti
pada saat perusahaan-perusahaan ini saya pemegang saham, bukan pada pemangku
nerapkan IR. Namun, ruang pengungkapan untuk kepentingan. Namun, Tabel 6 juga mengindikasikan
aspek keberlanjutan menjadi lebih luas karena terjadinya perubahan semu pe laporan korporat.
perusahaan dapat menyajikan dua laporan yang Secara jelas AR PT Timah dan PT Elnusa masih
terpisah, yaitu AR dan SR. menaruh perhatian pada pemegang saham dan
Jadi, transisi demikian merupakan suatu memperluas cakupannya ke pemangku
perubahan karena proses transisi pola pelapor kepentingan se hingga kedua frase ini dipakai
benar-benar terjadi tetapi esensi pelapor masih secara bersamaan.
tetap sama dengan peluasan pada ruang Ini berarti 'ruh' yang melekat pada awal pe
pengungkapan saja. ngadopsian IR dilanjutkan ke dalam AR de ngan
Prinsip hasil kodifikasi pedoman te patnya perluasan fokus komunikasi.
menjaga hubungan baik dengan pemangku Pelajaran dari AR dan SR. Untuk dapat
kepentingan dari Liu et al. (2019) yang dirangkum terus tumbuh, profitabilitas perusahaan harus
dalam Tabel 6 juga menunjukkan perubahan dijaga dan ditingkatkan karena merupakan
fokus perhatian perusahaan, yang awalnya tuntutan pemegang saham utama. Namun untuk
berfokus pada pemegang saham beralih ke mencapai pertum budi tersebut, tanggung jawab
pemangku kepentingan. Pada awal pengadopsian perusa haan terhadap lingkungan yang member
IR, cakupan pengungkapan Laporan Dewan Ko ikan nilai tambah bagi semua pihak tetap harus
misaris ditujukan kepada pemegang saham, mendapatkan perhatian khusus (Riduwan &
sedangkan sejak tahun 2017 PT Timah, PT Andayani, 2018). Selain itu, se bagai konstruksi
Pertamina EP, dan PT Elnusa memperluas manusia, perusahaan harus menaruh perhatian
perluasan hubungan perusahaan, yang khusus serta bertanggu ng jawab kepada
sebelumnya hanya ditujukan kepada pemegang masyarakat luas dan pemangku kepentingan
saham pemegang saham juga perluasan kepentingan atas pengelolaan lingkungan
perluasan kepentingan pemangku kepentingan . (Heniwati & Asni, 2019), karena lingkungan
Hal terse but memperkuat argumen Flower (2015) berperan penting tidak hanya bagi organisasi
dan Thomson (2015) tentang penekanan IR pada tetapi juga berdampak bagi
Machine Translated by Google
148 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
perusahaan. Oleh karena itu, memperta hankan hingga perusahaan harus membuat SR agar
Sumber Daya Alam (SDA) sudah selayaknya pihak pemangku kepentingan tetap yakin dan
dilakukan mengingat perusahaan telah percaya terhadap eksistensi perusa haan.
mendapatkan (memperoleh) modal alam, baik Penelitian Rangkuti dkk. (2019) menemukan
yang memperbanyak maupun yang ti dak dapat bahwa perusahaan lebih fokus pada laba daripada
digandakan (Dosinta et al, 2018). aspek kesinambungan.
Perusahaan yang telah menjaga SDA dapat Padahal, Sitorus (2015, 2016) menyatakan
mengungkapkan melalui pelaporan korpo rat, di seharusnya perusahaan mempertimbang kan
antaranya pada bagian Corporate Social seberapa besar kontribusinya kepada masyarakat
Responsibility (CSR) secara mandatory dalam dalam kaitannya dengan suatu aktivitas
AR atau mengungkapkan lebih detail mengenai perekonomian. Kontribusi peru sahaan kepada
topik kerusuhan secara voluntary dalam SR. masyarakat untuk menja ga keberlanjutan serta
keberlanjutan SDA dapat dilakukan pada SR.
Bagi perusahaan yang mendapatkan bahan Dalam hal analisis industri, perusahaan industri
baku dari alam atau memanfaatkan SDA, memiliki jenis praktik pengungkapan yang
pengungkapannya harus disajikan banyak sebagian besar serupa (Villiers et al., 2014).
dibandingkan dengan pengung kapan dari industri
lainnya. Hal ini dikarenakan bahan baku yang Oleh karena itu, tidak mengherankan perusahaan
diambil dari permukaan bawah tanah dengan rusahaan yang bersinggungan dengan SDA
cara ekstraksi diklaim sebagai pemicu kerusakan cenderung menggunakan SR untuk
SDA, se mengungkapkan kontribusi kepada
Machine Translated by Google
masyarakat dalam kaitannya dengan suatu pada suatu perusahaan, seperti SR dan ben tuk
aktivitas perekonomian, serta keberlanjutan SDA pelaporan lainnya. Teori institusional, yang
untuk keberlangsungan perusahaan. menutup bahwa lingkungan kelem bagaan
Studi Rodríguez-Gutiérrez dkk. (2019) saya dibentuk secara sosial (DiMaggio & Powell, 1983),
menemukan bahwa kerangka kerja IIRC tidak telah muncul sebagai salah satu pendekatan
memiliki potensi transformatif untuk laki-laki jadi konseptual yang digunakan dalam menganalisis
wajib pelaporan korporat. Hal Itu terjadi karena dan memahami bahan peru, dan dinamika
perusahaan memiliki pilihan untuk mengungkapkan antarperusahaan (Il han-Nas et al., 2015) , yang
da lam SR. Di samping itu, SR telah dianggap telah digunakan untuk menjelaskan perubahan
sebagai alat untuk meningkatkan legitimasi si dan dalam prak tik akuntansi dan untuk mengklarifikasi
reputasi dan dapat menunjukkan keterlibatan pengaruh praktik akuntansi pada perubahan
para pemangku kepentingan (Brusca et al., 2018). kelembagaan dan organisasi (Rambaree, 2019).
Prinsip hasil kodifikasi pedoman justru menjaga
hubungan baik dengan pemangku kepentingan
dari Liu et al. (2019) seperti yang disajikan pada Aggarwal & Jha (2019) mengemuka kan
Tabel 7, terlihat ketiga perusahaan menyajikan bahwa New Intitutional Theory (NIT) tampaknya
SR sebagai pengungkapan dalam konteks tidak hanya menjelaskan variasi dan kesamaan
prioritas keberlanjutan serta ketegangan pada dari organisasi-organisasi yang terlibat dalam hal
pemangku kepentingan. struktur dan perilakunya, tetapi tidak setuju
dengan perspektif yang mengklaim organisasi
dalam mengembangkannya hanyalah proses
Memaknai karakteristik pelapor an teknis guna mem perbaiki efisiensi sebagai
korporat dari konsep institusional. konsekuensi dari rasionalitas pihak-pihak yang
Kehadiran sejumlah besar penyedia modal menjalankan organasi tersebut. Fokus NTI
keuangan menyiratkan perlunya pengung kapan terletak pada tekanan eksternal yang diberikan
menawarkan kemampuan keber lanjutan untuk pada suatu organisasi yang telah membentuknya
menghasilkan penciptaan nilai. dan berpengaruh serta berdampak pada struktur
Manfaat yang dirasakan dari pengungkapan tur dan cara untuk mengaturnya (DiMaggio &
rahasia, mungkin bergantung pada kebu tuhan Powell, 1983) serta untuk mendapatkan
yang dirasakan dalam memastikan gitimasi yang pandangan bagaimana perubahan pelapor dan
telah dilakukan, yang didorong oleh harapan para korporat berasal dari peran kelembagaan suatu
pemangku kepentingan, seperti kebutuhan untuk perusahaan (Arroyo, 2012).
memastikan legiti masi yang telah dilakukan
dalam sektor yang peka terhadap lingkungan, Kunci konsep dalam memahami teori
lalu melalui pe ngungkapan pada kinerja institusional adalah isomorphism yang se bagian
lingkungan, pemangku kepentingan memiliki besar telah digunakan untuk menjelaskan
kepentingan yang kuat pada informasi tersebut. homogenitas bentuk. Isomorphism merupakan
Hahn & Küh nen (2013) menyatakan jika suatu proses adaptasi dari suatu atau ganisasi terhadap
perusahaan perlu mengelola hubungan dengan lingkungan institusionalnya. Karena organisasi-
pemangku kepentingan, pengungkapannya dapat organisasi yang menghadapi karakteristik
berfungsi. Penekanan aspek keberlanjutan yang lingkungan yang sama akan memiliki bentuk yang
termasuk di dalamnya Enviromental, Social and seru pa, kecocokan antara organisasi dengan
Governance (ESG) keinginan dalam SR, salah lingkungannya akan menentukan legitima si dan
satu bentuk pengungkapan sukarela di Indonesia mempertahankan hidupnya (Aggarwal & Jha,
(Dosin ta et al., 2018). Pengungkapan 2019). Alasan untuk homogenitas ini adalah
menyarankan selayaknya selaras dengan perubahan isomorfisme, yang memi liki tiga
pengaturan dari institusi pada lingkungan bentuk utama, pertama isomorfisme koersif,
operasional peru sahaan. kedua isomorfisme mimetik, serta ketiga
isomorfisme normatif. Pemahaman karakteristik,
respon, proses, dan perubah an pelaporan
Tekanan institusional merupakan salah satu korporat dari tiga bentuk iso morphism yang
faktor yang berperan dalam pengungkapan dikembangkan dari DiMaggio & Powell (1983)
sukarela pada pelaporan kor pori khususnya pada disajikan pada Tabel 8.
negara berkembang (Zaini et al., 2018). Tekanan
institusional juga berperan dalam pengadopsian Konsep isomorphism berpotensi mem
pelapor suatu bentuk baru yang dilakukan bantu membingkai pemahaman tentang mengapa
organisasi perusahaan yang melakukan
Machine Translated by Google
150 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
pendekatan pelaporan dalam bentuk IR atau tidak penyelesaian pelaporan korporat dari yang semula
lagi dalam bentuk IR (Adams et al., 2016). Harapan AR beralih ke IR kemudian beralih kembali ke AR
spesifik suatu perusahaan tidak terlepas dari dan SR. Dalam kon teks visi perusahaan, PT Timah,
harapan pemangku kepentingan yang didahului PT Pertami na EP dan PT Elnusa memiliki visi
dengan pengung ketika sukarela melalui mimetic berjaya di tingkat internasional (Dosinta et al., 2018).
isomorphism yang memiliki elemen konformitas di
mana organisasi mengadopsi praktik kontempor er Pada saat pemangku kepentingan memperluas
untuk melegitimasi struktur, sistem, dan proses yang untuk beralih ke IR, maka terjadi isomorfisme metik
sepertinya memegang kendali (Villiers & Alexander, saya , isomorfisme koersif, dan isomorfisme
2014 ). Kepunyaan tentang adopsi, kuantitas dan normatif. Sementara itu, pada saat mengadopsi IR
kualiitas pengungkapan pengungkapan akan berdasarkan IIRF atau GRI G4, kemudian beralih
menyelewengkan larangan dalam sekumpulan ke AR berdasarkan POJK dan GRI G4 serta SR
karakteristik isomorfisme institusional (DiMaggio & berdasarkan GRI G4 maka terjadi isomorfisme
Powell, 1983; Hahn & Kühnen, 2013). normatif. Dengan demikian, perubahan pelaporan
korporat ke AR dan SR melalui mimetic isomorphism,
yang didukung hasil penelitian Rudyanto (2019)
Di Indonesia kemampuan beradaptasi atau memaparkan bahwa mimetic isomorphism sebagai
melakukan isomorfisma dari perusa haan-perusahaan alasan dalam menyiapkan SR.
terhadap lingkungannya akan menentukan
penghentian hidupnya (Aggarwal & Jha, 2019).
Proses isomorfisme dapat terjadi pada pelaporan Tekanan dari pemangku kepentingan yang
korporat yang secara sukarela mengakibatkan 'kuat' (bagian dari isomor isomor koersif) dihasilkan
adanya adaptasi berupa perubahan dalam organisasi dari bantuan praktik yang terbaik (bagian dari
pada suatu perusahaan (Ilhan-Nas et al., 2015). mimetic isomor phism), sehingga perusahaan
Seperti terlihat pada Tabel 9, perusahaan melaku melakukan perubahan pelaporan korporat untuk
kan benchmark terhadap perusahaan seje nis atau menuhi tekanan tersebut serta menginternalisasi
perusahaan lainnya yang memiliki kesamaan dalam norma-norma yang berasal dari standardisasi
mendapatkan bahan baku yang berasal dari acquires (bagian dari isomor phism normatif). Namun, seiring
( natural capital), sehingga ketiga perusahaan berjalannya waktu, untuk memenuhi keinginan serta
melakukan pe tutut
Machine Translated by Google
Isomorfisme Koersif ÿ ÿ
Isomorfisme Normatif ÿ ÿ
pemangku kepentingan yang 'kuat' (bagian dari ya, pelaporan korporat yang sebelumnya IR
isomorfisme koersif), serta mendapatkan menunjukkan secara kontinu menghasil kan
keunggulan kompetitif juga legitimasi (bagian dari penciptaan nilai serta keberlanjutan, dapat unsur
isomorfisme mimetik), perusahaan memastikan legitimasi untuk tindakan yang
mengimplementasikan dan melembagakan dilakukan perusahaan, yang menyiratkan
perubahan pelaporan korpo rat yang tertuang pengungkapan kepada pe mangku kepentingan,
dalam AR dan SR (bagian dari isomorfisme selanjutnya kemam puan adaptasi atau sebagai
normatif). Dalam AR se bagai pemenuhan isomorfisme dalam melembagakan perubahan
informasi wajib pelaporan per rusahaan, pelaporan korporat untuk pelabelan perusahaan.
sedangkan SR sebagai voluntary yang lebih detail
dalam pelaporan. Oleh karena itu, perusahaan Dalam ekonomi politik terdapat kerangka sosial,
yang tidak lagi mengusulkan IR dapat politik, dan ekonomi yang berbaur dalam
memprioritaskan keberlanjutan yang lebih detil kehidupan masyarakat (Phiri et al., 2019)
pada satu pelaporan dalam SR sebagai wu jud sebagaimana mestinya, karena masalah-ma
menjaga keberlangsungan perusahaan yang salah ekonomi tidak dapat diurai tanpa
berkelanjutan di masa depan, sehing ga mempertimbangkan situasi politik dan sebagainya,
menggiring publik untuk melegitimasi strategi sedangkan kerangka institusional rada dalam
yang telah dilakukan perusahaan. wilayah aktivitas perekonomian.
Sebagaimana dipaparkan Calabrese et al. (2015),
Dalam konteks teori legitimasi, pelaporan korporat merupakan dokumen
pengungkapan dalam praktik HI serta pelaporan ekonomi, sosial, dan politik, yang oleh karena itu
korporat dapat menggiring publik untuk legitimasi, diperlukan teori sinopsis untuk menggambarkan
strategi yang sudah dilakukan, serta dalam keputusan pengungkapan dalam pelaporan
konteks teori pemangku kepentingan, dapat korporat. Sinopsis teori diperoleh setelah
mengkaji ulang sebelumnya melalui berbagai mendapatkan simpulan teori dari data, melakukan
pertimbangan saran pemangku kepentingan analisis konten berdasarkan kodifikasi yang
secara kontinu atas pelapor sebuah korporat. dilakukan se cara berulang-ulang (Covaleski et
Namun, keeratan kedua teori tersebut juga dapat al., 2013), sesuai yang disarankan oleh Elliot
dijelaskan dari teori in stitusional. Kemampuan (2016) sebagai tahap ketiga dalam penelitian ini.
adaptasi atau se bagai isomorphism dari teori Dapat dikatakan bahwa dalam pene litian ini
institusional berperan dalam melembagakan menunjukkan terjadinya anomali pe laporan
perubahan pelaporan korporat yang sebelumnya korporat di Indonesia yang bersifat semu dengan
AR kemudian mengadopsi IR, dan selanjutnya rerangka institusional. Kon sep institusional tidak
memilih ke AR dan SR. hanya dalam IR, yang diantaranya dipaparkan
Adams et al. (2016), Chariri (2019), dan Fuhrmann
Pernyataan untuk memastikan legiti masi (2019), tetapi juga dapat terjadi pada pelaporan
untuk bertindak (bagian dari teori le gitimasi), korporat yang tidak disajikan dalam IR.
kemudian dikaitkan dengan karak teristik Karakteristik perusahaan dapat menyebabkan
kelembagaan suatu negara perusahaan tempat perbedaan keputusan dalam pengungkapan
beroperasional (bagian dari teori institusional) pelaporan korporat. Hal tersebut dikarenakan
dan dapat dikelola se cara proaktif melalui mungkin daan lingkungan institusional masing-
manajemen pemangku kepentingan (bagian dari masing perusahaan. Oleh karena itu, terjadinya
teori pemangku kepentingan) ( Baldini et al., perubahan pada pelaporan korporat yang
2018; Hahn & Kühnen, 2013) dapat dilihat dari voluntary dari proses isomorphism (Ilhan-Nas et
upaya perusahaan yang mengungkapkan sebaga al., 2015) dalam IR beralih menuju AR yang
prioritas yang dapat dilakukan dalam pelaporan mandatory dan SR yang voluntary.
korporat. Sebagai akibatnya
Machine Translated by Google
152 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
Pada akhirnya, baik pemegang saham mau pun Mengingat keterbatasan penelitian ini, agen da
pemangku kepentingan siapa pun pihak yang penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
menjadi bagian dari 'penguasa tertentu' pada menggunakan kategori dan kodifika si yang
perusahaan, selayaknya menginginkan untuk dikembangkan oleh peneliti lainnya sebagai
bertahan dalam mempertahankan peru sahaan pengembang atau mengembangkan kodifikasi
yang salah satu upayanya mempri oritaskan analisis konten yang baru dalam rangka membaca
berkelanjutan. pengungkapan IR, AR, dan SR secara lebih akurat.
memberikan saran penyempurnaan pada Barter, N. (2016). Tinjauan tentang “Visi Nilai
manuskrip awal. Terima kasih juga disampaikan Baru” – Anggur Lama, Botol Baru. Jurnal
kepada FEB UNTAN yang telah mendukung Keberlanjutan Akuntansi, Manajemen dan
dana dalam penelitian ini. Kebijakan, 7(4), 531–538. https://doi. org/
10.1108/SAMPJ-12-2015-0111 Barth, ME,
DAFTAR RUJUKAN Cahan, SF, Chen, L., & Venter, ER (2017).
Adams, CA (2015). Dewan Pelaporan Konsekuensi Ekonomi Terkait dengan
Terintegrasi Internasional: A Call to Action. Kualitas Laporan Terintegrasi: Pasar Modal
Perspektif Kritis Akuntansi, 27, 23-28. dan Efek Nyata. Akuntansi, Organisasi dan
https://doi.org/10.1016/j. cpa.2014.07.001 Masyarakat, 62, 43–64. https://doi. org/
Adams, CA, Potter, B., Singh, PJ, & York, 10.1016/j.aos.2017.08.005 Beck, C.,
J. (2016). Menjelajahi Implikasi Pelaporan Dumay, J., & Frost, G. (2015). Mengejar
Terintegrasi untuk Investasi Sosial 'Sumber Kebenaran Tunggal': Dari Legitimasi
(Pengungkapan). Tinjauan Akuntansi yang Terancam Menjadi Pelaporan Terpadu.
Inggris, 48(3), 283–296. https://doi.org/ Jurnal Etika Bisnis, 141(1), 191–205. https://
10.1016/j.bar.2016.05.002 Adhariani, D., & doi. org/10.1007/s10551-014-2423-1
Villiers, CD (2019). Pelaporan Terintegrasi: Bommel, KV (2014). Menuju Kompromi
Perspektif Penyusun Laporan Perusahaan dan yang Sah?: Eksplorasi Pelaporan
Pemegang Saham Lainnya. Akuntansi Terintegrasi di Belanda.
Keberlanjutan, Jurnal Manajemen dan
Kebijakan, 10(1), 126–156. https://doi.org/
10.1108/ SAMPJ-02-2018-0043 Aggarwal, Jurnal Akuntansi, Audit dan Akuntabilitas,
VS, & Jha, A. (2019). Tekanan
India: Sebuah CSR di
Perspektif 27(7), 1157–1189. https://doi. org/10.1108/
Kelembagaan. Jurnal Strategi dan AAAJ-04-2013-1309 Brusca, I., Labrador,
Manajemen, 12(2), 227-242. https://doi. org/ M., & Larran, M. (2018).
10.1108/JSMA-10-2018-0110 Anney, VN Tantangan Keberlanjutan dan Pelaporan
(2014). Menjamin Kualitas Temuan Terintegrasi di Universitas: Studi Kasus.
Penelitian Kualitatif: Melihat Kriteria Jurnal Produksi Bersih, 188, 347–354.
Keterpercayaan. https://doi. org/10.1016/j.jclepro.2018.03.292
Calabrese, A., Costa, R., & Rosati, F.
(2015). Model Berbasis Umpan Balik untuk
Penilaian CSR dan Analisis Materialitas.
Journal of Emerging Trends in Education Forum Akuntansi, 39(4), 312-327. https://
Research and Policy Studies, 5(2), 272– doi. org/10.1016/j.accfor.2015.06.002
281. https://doi.org/10.3109/089 Chariri, A. (2019). Pola Pelaporan
41939.2012.723954 Arroyo, P. (2012). Terintegrasi: Studi Banding Perusahaan yang
Perubahan dan Keberlanjutan Akuntansi Tercatat di Bursa Efek Johannesburg dan
Manajemen: Suatu Pendekatan Bursa Efek Indonesia. Jurnal Reviu
Kelembagaan. Jurnal Akuntansi dan Akuntansi dan Keuangan, 9(1), 1–11. https://
Perubahan Organisasi,
https://doi.
8(3), org/
286–309. doi. org/10.22219/jrak.v9i1.39 Conway, E.
10.1108/18325911211258317 Baldini, M., (2019). Dampak Kuantitatif Wajib Pelaporan
Maso, LD, Liberatore, G., Mazzi, F., & Terintegrasi. Jurnal Pelaporan Keuangan
Terzani, S. (2018). Peran Penentu Tingkat Negara dan Penghitungan Akun, 17(4), 604–634. https://
dan Perusahaan dalam Pengungkapan doi. org/10.1108/JFRA-08-2018-0066
Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola. Jurnal Cortesi, A., & Vena, L. (2019). Kualitas
Etika Bisnis, 150(1), 79–98. https://doi. org/ Pengungkapan dalam Pelaporan
10.1007/s10551-016-3139-1 Bananuka, J., Terintegrasi: Pendekatan Relevansi Nilai.
Tumwebaze, Z., & Orobia, L. Jurnal Produksi Bersih, 220, 745– 755. https://
doi.org/10.1016/j.jcle pro.2019.02.155
Coulson, AB (2016). Metodologi Nilai Sejati
(2019). Adopsi Pelaporan Terintegrasi: KPMG: Kritik terhadap Ekonomi
Perspektif Negara Berkembang. Jurnal
Pelaporan Keuangan dan Akuntansi, 17(1),
2–23. https://doi. org/10.1108/
JFRA-09-2017-0089
Machine Translated by Google
154 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
Pelaporan Terintegrasi dan Proses Perubahan Liu, Z., Jubb, C., & Abhayawansa, S. (2019).
Organisasi. Jurnal Akuntansi, Au diting dan Menganalisis dan Mengevaluasi Pelaporan
Akuntabilitas, 32(6), 1662–1689. https:// Terintegrasi: Wawasan dari Penerapan
doi.org/10.1108/ AAAJ-10-2018-3696 Tolok Ukur Normatif. Jurnal Modal Intelektual,
20(2), 235–263. https://doi.org/10.1108/
Ilhan-Nas, T., Koparan, E., & Okan, T. (2015). JIC-02-2018 0031
Pengaruh Isomorfisme CSR pada CSP dan
CFP. Jurnal Studi Bisnis Asia, 9(3), 251-272. Macias, HA, & Farfan-Lievano, A. (2017).
https://doi.org/10.1108/JABS-11-2014-0086 Pelaporan Terpadu sebagai Strategi untuk
Irianto, G., & Gaffikin, M. (2006). [Kapan] Pertumbuhan Perusahaan: Studi Kasus
Kata-kata "Dimainkan". Perspektif Kritis tentang Ganda di Kolombia. Meditari Accountancy
Akuntansi, 17(5), 679– 680. https://doi.org/ Research, 25(4), 605–628. https://doi. org/
10.1016/j. cpa.2004.11.003 Kamayanti, A. 10.1108/MEDAR-11-2016-0099 Massingham,
(2017). Akuntan(Si) Pitung: dan
Abnormalitas Mendobrak Mitos R., Massingham, PR, & Dumay, J. (2019).
Rasialisme
Praktik Akuntansi. Jurnal Riset dan Aplikasi: Meningkatkan Pelaporan Terintegrasi:
Akuntansi dan Ma najemen, 2(3), 171–180. https:// Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
doi. org/10.18382/jraam.v2i3.176 Baru untuk Balanced Scorecard.
Jurnal Modal Intelektual, 20(1), 60–82.
https://doi.org/10.1108/JIC 06-2018-0095
156 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
tices: Bukti dari Polisi Zambia per Sektor PT Timah. (2018a). Laporan Keberlanjutan Tahun
Pertambangan. Jurnal Akuntansi, Audit & 2018. http://www.timah.com/ v3/ina/laporan-
Akuntabilitas, 32(1), 26-54. https://doi.org/ laporan-keberlanju tan/
10.1108/AAAJ-04 2016-2540 PT Elnusa.
(2014). Laporan Tahunan Terin tegrasi PT Timah. (2018b). Laporan Tahunan Tahun
Tahun 2014. https://www.elnu sa.co.id/idn/ 2018. http://www.timah.com/v3/ina/ laporan-
investor/investor-information/ar/ PT Elnusa. laporan-tahunan/ Rambaree, BB (2019).
(2016). Laporan Tahunan Terin tegrasi Konten dalam Konteks Konfigurasi Kesejahteraan:
Tahun 2016. https://www.elnu sa.co.id/idn/ Sebuah Analisis Kelembagaan Komparatif
investor/investor-information/ar/ PT Elnusa. Self-Reporting pada Tanggung Jawab
(2017a). Laporan Keberlanjutan Tahun Sosial Perusahaan. Jurnal Tanggung Jawab
2017. https://www.elnusa. co.id/wp-content/ Sosial, 16(4), 487-506. https://doi.org/
uploads/2011/12/ SR-Elnusa-2017.pdf PT 10.1108/ SRJ-07-2017-0121
Elnusa. (2017b). Laporan Tahunan Terintegrasi
Tahun 2017. https://www. elnusa.co.id/idn/ Rangkuti, HA, Yuliantoro, H., & Yefni.
investor/investor-information/ar/ PT Elnusa. (2019). Lebih Penting Mana Laporan
(2018a). Laporan Keberlanjutan Tahun Keberlanjutan atau Laba bagi Perusahaan
2018. https://www.elnusa. co.id/wp-content/ Perkebunan? Paradigma Jurnal Akuntansi
uploads/2011/12/ SR-Elnusa-2018.pdf PT Multi, 10(2), 365–378. https://doi. org/
Elnusa. (2018b). Laporan Tahunan Tahun 10.18202/jamal.2019.08.10021 Reverte, C.
2018. https://www.elnusa.co.id/idn/ investor/ (2015). Gerakan Pelaporan Terpadu: Makna,
investor-information/ar/ PT Pertamina EP. (2012). Momentum, Motif dan Materialitas. Jurnal
Laporan Tahunan Terintegrasi Tahun 2012. Produksi Bersih, 86, 285–288. https://doi.
https://pep. pertamina.com/Annual.aspx PT org/10.1016/j.jclepro.2014.08.073 Riduwan,
Pertamina EP. (2016). Laporan Tahunan A., & Andayani, A. (2018). Peran Akuntansi
Terintegrasi Tahun 2016. https://pep. dalam Pertanggungjawaban Sosio-Ekologi.
pertamina.com/Annual.aspx PT Pertamina Paradigma Jurnal Akuntansi Multi, 9(2),
EP. (2017). Laporan Keberlanjut an Tahun 205–222. https://doi. org/10.18202/
2017. https://pep.pertami na.com/ jamal.2018.04.9012 Riduwan, A., &
Laporan_Keberlanjutan PT Pertamina EP. Andayani, A. (2019). Prinsip “Jancukan”
(2018a). Laporan Keber lanjutan Tahun dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.
2018. https://pep.per tamina.com/ Jurnal Akun tansi Multiparadigma, 10(2),
Laporan_Keberlanjutan PT Pertamina EP. 379– 398. https://doi.org/10.18202/ja
(2018b). Laporan Tahunan Tahun 2018. mal.2019.08.10022
https://pep.pertamina. com/Annual.aspx PT
Timah. (2010). Laporan Tahunan Terinte
grasi Tahun 2010. http://www.timah. com/ Robertson, FA, & Samy, M. (2015). Faktor-Faktor
v3/ina/laporan-laporan-tahun an/ yang Mempengaruhi Difusi Pelaporan
Terintegrasi – Perspektif FTSE 100 Inggris.
Akuntansi Keberlanjutan, Jurnal Manajemen
dan Kebijakan, 6(2), 190–223. https://
doi.org/10.1108/ SAMPJ-07-2014-0044
Rodríguez-Gutiérrez, P.,
Correa, C., & Lar rinaga, C. (2019). Apakah
Pelaporan Terintegrasi Transformatif? Studi
Eksplorasi Arketipe Pelaporan Non-
Keuangan. Akuntansi Keberlanjutan, Jurnal
Manajemen dan Kebijakan, 10(3), 617–644.
PT Timah. (2016). Laporan Tahunan Terinte https://doi.org/10.1108/ SAMPJ-12-2017-0156
grasi Tahun 2016. http://www.timah. com/ Rudyanto, A. (2019). Isomorfisme Mimetik
v3/ina/laporan-laporan-tahu nan/ PT Timah. sebagai AlasanKeberlanjutan.
Penyusunan Laporan
Jurnal
(2017). Laporan Keberlanjutan Tahun 2017. Akuntansi Multiparadig
http://www.timah.com/ v3/ina/laporan-laporan-
keberlanju tan/
Machine Translated by Google
158 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 1, April 2020, Hlm 138-158
dan Keuangan Indonesia, 1(2), 89 97. Zaini, SM, Samkin, G., Sharma, U., & Davey, H.
https://doi.org/10.23917/reaksi. v1i2.2733 (2018). Pengungkapan Sukarela di Negara-
negara Berkembang: Tinjauan Literatur.
Wulf, I., Niemöller, J., & Rentzsch, N. (2014). Jurnal Akuntansi di Negara Berkembang,
Pengembangan Menuju Pelaporan 8(1), 29–65. https://doi. org/10.1108/
Terintegrasi, dan Dampaknya terhadap JAEE-08-2016-0069
Tata Kelola Perusahaan: Pendekatan Dua
Dimensi untuk Akuntansi dengan Mengacu
pada Sistem Dua Tingkat Jerman. Jurnal
Pengendalian Manajemen, 25(2), 135–164.
https://doi.org/10.1007/s00187-014 0200-z