Anda di halaman 1dari 1

Dunia telah mengalami perbaikan positif mengenai penanganan stunting selama 20 tahun

terakhir. United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan,


jumlah anak penderita stunting di bawah usia lima tahun sebanyak 149,2 juta pada 2020,
turun 26,7% dibandingkan pada 2000 yang mencapai 203,6 juta. Secara global, pada tahun
2010 prevalensi anak pendek sebesar 171 juta anak-anak di mana 167 juta kejadian terjadi
di negara berkembang. Prevalensi stunting di Afrika mengalami stagnasi sejak 1990 sekitar
40%, sementara di Asia menunjukkan penurunan dramatis dari 49% pada tahun 1990
menjadi 28% pada tahun 2010. Jumlah balita penderita stunting di Eropa Timur dan Asia
Tengah menurun 46,8% dari 4,7 juta pada 2000 menjadi 2,5 juta pada 2020.
Secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis, terlebih lagi di 14 provinsi
yang prevalensinya melebihi angka nasional. Hampir sebagian besar dari 34 provinsi
mengalami penurunan dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan
kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah untuk mendorong
percepatan penurunan stunting di Indonesia telah memberi hasil yang cukup baik.
Saat ini prevelensi stunting di Indonesia dibawah 20% namun masih belum memenuhi
target dari RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2024 sebesar
14%. Bahkan jika sudah tercapai 14% bukan berarti Indonesia sudah bebas stunting, tetapi
target selanjutnya adalah menurunkan angka stunting sampai kategori rendah atau dibawah
2,5%.
Dalam menghadapi stunting pemerintah menjalankan program penurunan stunting yang
mengarah pada keluarga beresiko stunting dengan menekankan pada pemenuhan asupan
gizi, penyiapan kehidupan berkeluarga, perbaikan pola asuh, peningkatan akses dan mutu
pelayanan kesehatan dan peningkatan akses air minum dan sanitasi. Selain itu, pemerintah
juga melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan stunting. Mulai dari
suplementasi zat besi pada remaja putri, program ASI ekslusif, hingga suplementasi
makanan pendamping ASI (MPASI). Mengatasi permasalahan stunting secara komprehensif
tidak hanya dilakukan sendiri oleh pemerintah. Oleh sebab itu, diperlukan kerja sama dari
berbagai pihak lain untuk ikut terlibat di dalam gerakan pencegahan stunting. Salah satu
pihak yang potensial untuk dilibatkan dalam program ini adalah masyarakat, yaitu lebih
menyasar pada calon pengantin. Tidak hanya terpusat pada calon pengantin namun juga
pada ibu hamil, dengan menerapkan layanan ANC-Ante Natal Care (pelayanan kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilan), Post Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu setelah
melahirkan), dan pembelajaran dini yang berkualitas juga sangat penting. Hal ini terkait
dengan konsumsi sumplemen zat besi yang memadai saat hamil, pemberian ASI eksklusif
dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai