PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keadaan darurat disebabkan karena buatan manusia maupun oleh
alam dapat terjadi setiap saat dan dimana saja, untuk itu disemua unit kerja
perlu mempersiapkan suatu cara penanggulangannya bila terjadi keadaan
darurat. Bilamana terjadi bencana (disaster), maka rumah sakit perlu
memikirkan kemungkinan terjadinya dampak kerugian antara lain:
Korban manusia (pengujung, staf dan karyawan rumah sakit atau pihak
lain seperti rekanan rumah sakit) dari yang teringan seperti luka sampai
yang terberat atau korban jiwa.
Tuntutan ganti rugi, akan menjadi konsekwensi pihak rumah sakit yang
berasal dan pihak-pihak lain seperti karyawan, keluarga, penduduk
sekitarnya dan pemerintah.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana
0
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 448/Menkes/SK/VI/1993 tentang
Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di Setiap
Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 /Menkes/SK/I/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 205/Menkes/K/III/1999 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Permintaan dan Pengiriman Bantuan Medik dari
Rumah Sakit Rujukan saat Bencana
7. Keputusan Menteri Keehatan RI Nomor 876/Menkes/SK/XI/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan
Lain
C. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana internal
dan eksternal rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu
cepat
b. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas (psikologis, sosial), pasien
dan pengunjung/ tamu.
c. Menyusun prosedur pelaksanaan respon bencana dan pemulihan, serta
tahap kembali ke fungsi normal
d. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar
kualitas pelayanan tertentu.
D. SASARAN
Buku ini akan menjadi pedoman bagi rumah sakit dalam menyusun
Hospital Disaster Plan / Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah
Sakit
1
F. ANALISIS RISIKO BENCANA YANG DAPAT TERJADI
2
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
KEJADIAN BENCANA ALAM TAHUN 2016
Kemungkian Waktu,
Probabilitas akan Kehilangan dan Gangguan Masyarakat/Bantuan
meninggal atau Praperencanaan efektifitas, Ancaman
terjadi kerusakan fisik pelayanan umum dan supli
cedera sumberdaya
0 = N/A 0 = N/A
0 = N/A 1= 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
1 = Tinggi 1 = Tinggi
Low 2= 1 = Rendah 1 = Rendah 1 = Low 1 = Tinggi 2
Moderate 3= 2 = Moderat 2 = Moderat 3 2 = Moderate
2 = Moderat 3 2 = Moderat
= Moderat 3= 0 - 10
= Rendah atau tidak 3 = Rendah atau
High 3 = Tinggi = Tinggi 3 = High Rendah atau tidak ada
ada tidak ada
ng 3 2 3 2 3 3 2 83
3 2 3 3 3 2 1 78
2 0 0 1 2 1 3 26
1 1 0 0 3 3 1 15
1 3 3 3 3 2 1 28
k 2 3 3 3 2 2 1 52
Kebakaran 3 3 3 3
Listrik 3 3 3 3
Suplay air 2 2 1 3
Kehabisan Bahan Bakar 2 3 3 3
Gangguan saluran air 1 0 2 3
Gangguan Fire Alarm 2 3 2 3
Gangguan Komunikasi 3 1 1 3
Gagal Sistem Informasi
2 3 3 3
Rumah Sakit
3
Kerusakan struktur
3 3 3 3
Bangunan
* Makin besar persentase makin tinggi ancaman
20 RISIKO = PROBABILITITAS * DAMPAK
110 0,11 0,35 0,32
Pencurian barang 3 1 3 2 3
Situasi VIP 3 0 0 2 1
Penculikan Bayi 3 1 1 3 3
Penyanderaan 1 3 0 1 2
Tawuran/huru hara 1 2 2 2 3
Ancaman Bom 2 2 2 2 2
NILAI RATA-RATA
Petugas terpapar B3
(medis, Non, Medis, dan 3 2 1 3 2
Tajam)
2 1 0 0 3
Penyimpanan Bahan B3
3 2 0 0 3
Pelabelan Bahan B3
penanganan tumpahan 2 3 2 2 2
B3
4
NILAI RATA-RATA
* Makin besar persentase makin tinggi ancaman
RISIKO = PROBABILITAS * DAMPAK
10
44 0,10 0,37 0,27
5
A. Kejadian Bencana Yang disebabkan oleh alam
1. Banjir
3. Bendungan Rusak
Melihat kondisi letak geografis kota makassar berada pada daerah dekat
dengan pegunungan kemungkinan terdapat kawah gunung dan bendungan
yang ada pun banyak sehingga ketika bendungan Pecah bisa menimbulkan
banjir sangat parah.
2. Gangguan Listrik
Berdasarkan Hasil perhitungan HVA untuk permasalahan gangguan listrik di
rumah sakit sangat tinggi, hal ini disebabkan karena kondisi rumah sakit
pembagian distribusi aliran listrik keruangan masih perlu ditinjau kembali
karena kejadian listrik padam di rumah sakit ini masih sering terjadi.
3. Gangguan Komunikasi
Berdasarkan Hasil perhitungan HVA untuk permasalahan Gangguan
Komunikasi dirumah sakit juga masih tinggi. kemungkinan pada saat terjadi
darurat bencana untuk penyampaian informasinya tidak menyebar keseluruh
ruangan di rumah sakit, sehingga memungkinkan beberapa orang tidak
mendaopatkan informasi itu.
4. Gangguan fire alarm
Berdasarkan Hasil perhitungan HVA untuk permasalahan fasilitas gedung
rumah sakit kemungkinan untuk terjadinya gangguan Fire alarm sangat
potensial terjadi, hal ini disebabkan karena fire alarm tidak berfungsi dengan
0
baik sehingga untuk deteksi dan informasi ketika terjadi kebakaran tidak
tersampaikan dengan baik, karena tidak mengetahui kalau ada terjadi
kebakaran di ruangan.
1
BAB II
KESIAPSIAGAAN
A. STRUKTUR ORGANISASI
2
STRUKTUR ORGANISASI TIM PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT RSK. DR. TAJUDDIN CHALID
KOMANDAN BENCANA
dr. Asnadah, MARS
KETUA TIM KEUANGAN KETUA TIM PRA HOSPITAL KETUA TIM HOSPITAL KETUA TIM KEPERAWATAN
Amruddin, SE, M. MKes Akram Baco, S. ST Arman, S. Kep, Ns, M. Kep Musriadi, S. Kep, Ns
Tugas :
b. Komandan Bencana
Tugas :
6
c. Ketua Medical Support
Tugas :
1. Mengendalikan penanganan korban hidup
2. Mengendalikan penanganan korban mati
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medik dan forensik
4. Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada Komandan
Bencana
5. Mengkoordinir proses evakuasi korban ke luar RS
6. Memberikan briefing kepada tim-tim pada ruang lingkup medical support
7. Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan evakuasi
korban (data hasil kegiatan) kepada komandan bencana
3. Melaporkan hasil RHA meliputi: jumlah korban, kondisi korban, dan kondisi
lingkungan sekitar kepada Ketua Medical Support.
e. Tim OK
Tugas :
1. Menentukan dan melaksanakan pelayanan bedah korban
2. Menentukan prioritas dan melakukan evakuasi
3. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
f. Tim ICU
7
Tugas :
1. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi
2. Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang diperlukan pasca
pembedahan.
3. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
Tugas :
1. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi
2. Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang diperlukan pasca life
saving.
3. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
Tugas :
1. Menentukan prioritas penanganan korban
2. Menentukan ruangan yang diperlukan pasca life saving.
3. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
i. Tim Forensik
Tugas :
1. Menentukan prioritas penanganan dan perawatan jenazah
2. Melakukan identifikasi identitas korban
3. Menentukan proses evakuasi jenazah.
4. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
8
j. Tim Evakuasi & Transportasi
Tugas :
1. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi
2. Menginventaris data korban yang dievakuasi.
3. Melaporkan hasil penanganan kepada Ketua Medical Support.
Tugas :
Tugas :
1. Mengkoordinir penyediaan logistik, SDM, keuangan dan penunjang
medik
2. Menindaklanjuti koordinasi kerja ke instansi luar yang dilakukan oleh
Komandan Bencana sehubungan dengan penyediaan sumber pendukung
penanganan medis.
3. Melaporkan pelaksanaan proses penyiapan, kesiapan sumber pendukung
dan sumber bantuan yang diterima kepada Komandan Bencana.
Tugas :
1. Merencanakan, memobilisasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan
untuk menunjang keperluan penanganan bencana
2. Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan, tim pengadaan
terkait pengelolaan dana bencana.
3. Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber APBD, APBN,
maupun donator kepada ketua management support dan komandan
bencana.
9
m. Ketua Tim SDM
Tugas :
1. Mengkoordinir penyediaan SDM di RS
2. Melakukan koordinasi dengan unit eksternal dalam upaya pemenuhan
kebutuhan tenaga.
3. Mengkoordinir proses seleksi relawan berdasarkan keahlian dan
kebutuhan, serta merencanakan penugasannya.
4. Mengkoordinir pendokumentasian semua relawan yang bekerja di RS
dan mengelola proses penugasan
5. Melaporkan kesiapan tenaga kepada ketua manajemen support
Tugas :
1. Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan dalam penanganan
bencana.
2. Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistic
3. Menindaklanjuti bantuan logistic dari instansi terkait dan donator
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan logistic
5. Memastikan penyediaan sarana transportasi (termasuk ambulance),
kebersihan lingkungan dan keamanan rumah sakit serta ketertiban lalu
lintas.
6. Mengkoordinir pengelolaan jenazah di kamar jenazah
7. Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta melaksanakan
pemeliharaannya.
8. Menyelesaikan urusan administrasi bantuan dari pihak luar.
Tugas :
1. Mengkoordinir kesiapan tim medis, keperawatan dan penunjang
2. Menjamin kesiapan operasional penunjang dan pendukung pelayanan
korban bencana
3. Menyiapkan dukungan konseling dan surveillance pasca bencana
4. Menyiapkan rencana mobilisasi pasien keluar RS
5. Melaporkan pelaksanaan pelayanan medic dan penunjang kepada ketua
manajemen support
POS LOKASI
POS INFORMASI
POS RELAWAN
1) Pos Komando
11
petugas tertentu yang boleh masuk.
2. Wadah yang melibatkan semua unsur pimpinan
pengambil keputusan dan mengendalikan bencana.
3. Tempat penyimpanan disaster kit, radio komunikasi dan
peta-peta yang diperlukan untuk koordinasi maupun
pengambilan keputusan
Lingkup : 1. Pada bencana yang bersifat ekternal tetapi mengakibatkan
kerja gangguan infrastruktur (gangguan ekonom) maka lingkup
kerjanya adalah menyelesaikan masalah pelayanan medis
dan upaya untuk dapat mengatasi masalah ekonomi dan
SDM, dengan melibatkan koordinasi dan kerjasama lintas
program dan lintas sektoral.
2. Pada disaster yang bersifat internal disaster dimana
bencana terjadi didalam rumah sakit, maka lingkup
kerjanya adalah sebatas menyelesaikan masalah
pelayanan medis dan penunjangnya.
3. Pemegang kendali komunikasi medik dan non medik.
Fasilitas : 1. Telepon, Fax
2. Komputer
3. Peta Area berkumpul
4. Peta ruangan perawatan pasca emergency
5. Peta Instansi Pelayanan Kesehatan di
6. Peta area Hazard di rumah sakit
7. White Board
8. Meja Pertemuan
9. Radio Komunikasi
10. Emergency kit medis dan non medis
3) Pos informasi
b. Pengosongan Ruangan
Pada keadaan bencana internal maupun ekternal, setelah penanganan
emergency korban di triage IGD, maka ruang perawatan untuk melokalisasi
korban yang ada diarahkan ke ruangan rawat kebidanan, jika ada pasien
kebidanan maka untuk sementara dipindahkan ke lantai III.
c. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi adalah area/tempat untuk membersihkan korban dari
kontaminasi bahan-bahan yang bersifat iritasi.Area ini berlokasi di lingkungan
IGD dan diperuntukkan bagi korban terkontaminasi bahan kimia dan atau
biologis.Area dekontaminasi yang dimiliki rumah sakit ditujukan untuk
melaksanakan dekontaminasi sekunder, sehingga upaya dekontaminasi primer
diasumsikan telah dilaksanakan di tempat kejadian.
d. Ruangan Area Berkumpul Terbuka (tolong diganti berdasarkan ruanganta)
Area tempat berkumpul (titik aman berkumpul) saat terjadinya bencana
15
internal bagi pasien, petugas dan pengunjung/keluarga pasien, serta tempat
untuk melaksanakan triage korban. Area berkumpul terbuka terletak pada:
Area parkir rawat inap
Area parkir rawat jalan
e. Aktifasi Sistem Bencana
Ruangan yang dipilih untuk dimanfaatkan sebagai tempat penampungan
pasien sementara adalah ruangan aman terdekat dengan kejadian.
f. Alur evakuasi pasien pada bencana
Alur evakuasi korban bencana baik internal maupun eksternal selanjutnya
akan dibuat berdasarkan jenis bencana (kontijensi).
g. Garis Komunikasi
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah
a. Aktivasi system penanganan bencana RS
b. Mobilisasi tim medik
c. Mobilisasi tim manajemen
d. Aktifasi pos komando
e. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu radio medic, operator RS
f. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang
dilaksanakan oleh tiap orang sewaktu-waktu sesuai jabatannya.
g. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh
Komando Bencana atau Direktur RS.
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun
eksternal, maka semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi
warna hijau untuk personal sbb :
1. Direktur RS
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua manajemen support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah manajemen support
h. Pengaturan Lalu Lintas
a) Bencana eksternal
Pengaturan lalu lintas pada bencana eksternal dilakukan sebagai berikut:
Kendaraan korban masuk melalui pintu masuk utama rumah sakit,
langsung menuju IGD
Pintu masuk dijaga oleh satpam rumah sakit bekerjasama dengan pihak
kepolisian.
16
Di lobby triage petugas satpam dan kepolisian mengatur ketertiban dan
kelancaran proses penurunan korban dari kendaraan, serta
mengarahkan kendaraan untuk keluar rumah sakit.
Korban diterima oleh tim medis yang ada di IGD, untuk selanjutnya
dilakukan pertolongan korban.
Kendaraan pengangkut pasien yang bukan korban bencana, diarahkan
menuju pintu lobby rawat jalan.
Kendaraan petugas dan pengunjung masuk melalui pintu gedung rawat
inap.
b) Bencana internal
Pengaturan lalu lintas pada bencana internal dilakukan sesuai dengan lokasi
bencana.Seluruh kendaraan tidak diijinkan memasuki area rumah sakit,
kecuali ambulance dan polisi.
17
c) Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan
keluar RSK. DR. Tajuddin Chalid, khususnya akses menuju ke IGD pada
saat kejadian bencana.
d) Satkorlak : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Propinsi
sebagai upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan, dsb.
e) PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk
penambahan titik sambungan listrik di unit unit yang diperlukan agar
pelayanan yang diberikan tetap optimal.
f) TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan
telepon internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian
bencana, terutama untuk membantu korban/keluarga warga negara asing
yang ingin berhubungan dengan negaranya. Sambungan telepon
diperlukan juga untuk membuka akses internet guna memberikan
informasi tentang bencana yang terjadi.
g) PDAM : Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk
operasional penanganan korban.
h) Dinas Kesehatan Propinsi : Laporan kepada Dinas Kesehatan Propinsi
menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan
bagi diupayakannya mobilisasi bantuan dari pihak/instansi terkait,
khususnya Pemda dan intansi kesehatan jejaring lainnya.
i) Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban yang sangat besar dimana
RSK. DR. Tajuddin Chalid tidak mampu menampung untuk
penanganannya, maka kerja sama penanganan dengan rumah sakit lain
sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu diinformasikan upaya meminta
bantuan kepada rumah sakit lain yang menjadi rumah sakit jejaring RSK.
DR. Tajuddin Chalid. Rumah sakit yang merupakan jejaring untuk
penanganan bencana adalah rumah sakit pemerintah di seluruh Makassar,
rumah sakit angkatan laut, dan beberapa rumah sakit
j) SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi
dalam penanganan bencana.
18
BAB III
a. Penanganan Korban
Di lapangan:
19
Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dan
lain-lain ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang
maupun tertukar. Sedangkan barang milik korban meninggal, setelah di
dokumentasi oleh koordinator tim forensik, selanjutnya diserahkan ke pihak
kepolisian yang bertugas di forensik.
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga
korban dengan menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan di
lemari/ locker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien
sendiri maupun keluarganya, maka barang-barang tersebut diserahkan
kepada Ka Sub Bag Humas dengan menandatangani dokumen serah
terima, selanjutnya ka Sub Bag Humas menghubungi pasien maupun
keluarganya. Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil, maka
barang tersebut diserahkan ke pihak yang berwajib (kepolisian).
c. Pengosongan Ruangan dan Pemindahan Pasien
Prosedur :
20
4. Kepala Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah
dan menginstruksikan petugas billing untuk melakukan mutasi pada
system billing.
5. Kepala Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Kepala
Bidang Keperawatan.
Prosedur :
21
f. Pengendalian Korban Bencana dan Pengunjung
Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di RS
ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditentukan.
Demikian pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/ area
tempat berkumpul yang ditentukan.
22
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/ alat abis pakai sesuai
dengan permintaan unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat &
bahan/ alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan
Propinsi dan atau Departemen Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/ alat habis pakai kepada LSM/ lembaga donor
adalah pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada
permintaan, buatkan kriteria dan persyaratannya
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan/ alat habis pakai
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan/ koordinasikan ke pihak terkait apabila telah
kadaluwarsa dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
i. Pengelolaan Relawan
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana. Individu/
kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya
dicatat dan diregistrasi secara baik oleh Bagian SDM, untuk selanjutnya
diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan jenis
ketenagaan yang dibutuhkan.
Prosedur :
23
j. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari
bencana.
k. Pengelolaan Donasi
Pada keadaan bencana rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan baik
berupa obat, bahan/ alat habis pakai, makanan, alat medis/ non medis,
makanan maupun finansial.
24
Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan
sambungan telpon saat disaster membutuhkan kesiapsiagaan dari tenaga
yang melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi situasi bencana di rumah sakit
n. Pengelolaan Informasi
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban
25
baik korban hidup, korban meninggal, asal negara, tempat perawatan korban
dan status evakuasi ke luar rumah sakit. Informasi ini meliputi identitas
korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan untuk penanganan korban.
o. Jumpa Pers
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan
digunakan pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang
menghadiri press release adalah Direktur Utama sebagai Komandan RS,
Komandan Bencana, Ketua Medikal support dan Ketua Manajemen Support.
p. Pengelolaan Media
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu
ke unit pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi
juga internasional sehingga perlu dikelola dengan baik.
r. Identifikasi Korban
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang
dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik
yang bersangkutan.
s. Pengelolaan Tamu/Pengunjung
27
Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan pelayanan
terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal/ non formal kenegaraan
ataupun oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan.
Pengelolaannya diatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan
mengupayakan privacy korban. Tamu kenegaraan dari negara lain maupun
tamu kenegaraan RI dan tamu Gubernur akan didampingi oleh direktur.
Tamu dari organisasi partai politik, LSM, Institusi, LSM, dll diterima dan
didampingi oleh Kepala Bagian Tata Usaha.
t. Pengelolaan Jenazah
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan
menentukan jenis musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran
jenazah dilakukan di kamar jenazah.
29
BAB IV
BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL
A. Kebakaran
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah :
luka bakar, trauma, sesak nafas, histeria (gangguan psikologis) dan korban
meninggal.
30
2. Nomor pemadam kebakaran
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore
atau malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi
bencana.
B. Ancaman bom
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman
bom ada dua jenis :
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh
tim penjinak bom bahwa situasi aman. Jika anda menerima ancaman bom :
32
BAB V
PENUTUP
Tanjung Uban,
Direktur RSTC
33