NILAI RATA-RATA 1.88 1.88 1.75 1.63 1.75 1.88 1.63 33%
NILAI RATA-RATA 1.92 2.08 1.85 2.62 1.92 2.15 2.31 46%
RISIKO = PROBABILITITAS * DAMPAK
0.46 = 0.64 * 0.72
Insiden Masal
1 3 0 3 3 3 2 26%
(medis/infeksius)
Terrorisme 1 1 2 3 2 3 2 24%
Tawuran 3 3 3 3 1 3 3 89%
NILAI RATA-RATA 1.70 1.80 1.00 2.30 1.90 2.40 2.00 34%
Hazmat
Natural
Human
Probability 0.63 0.64 0.57 0.38 0.41
1.00
0.90
Relative Threat to Facility
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Natural Technological Human Hazmat
1.00
0.90
Relative Impact on Facility
0.80
0.70
0.60
0.50
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Probability Severity
Mitigasi
Yang dilakukan Rumah Sakit dalam menghadapi bencana, Rumah Sakit MM Indramayu
melakukan tahapan sebagai berikut :
1. Menunjuk Ketua Tim Penanggulangan Bencana sebagai titik kepemimpinan primer
dalam pengembangan, pelatihan, dan pelaksanaan rencana manajemen
kegawatdaruratan Rumah Sakit; yaitu Kepala IGD
2. Rencana kedaruratan/ bencana (Hospital Disaster Plan) mendaftarkan tindak tanduk
dari Rumah Sakit menanggapi kegawatdaruratan internal dan eksternal. Perencanaan
dalam tingkat lanjut memberikan ruang gerak lebih terorganisir jika terdapat keadaan-
keadaan yang lebih sulit.
3. Perencanaan strategi (renstra).
4. Tim K3RS: tim ini sangat memerlukan partisipasi pihak-pihak seluas mungkin untuk
memastikan operasional rumah sakit siap akan situasi kegawatdaruratan serta situasi
terkait keselamatan dan kesehatan karyawan rumah sakit.
5. Hazard Vulnerability Analysis (HVA); merupakan penilai resiko di dalam lingkungan
spesifik untuk mendukung pembuatan disaster plan yang sesuai dengn skenario-
skenario yang mungkin terjadi yang akan diterangkan dalam analisa HVA ini.
6. Analisis kerentanan: digunakan untuk menilai kelemahan-kelemahan dalam bidang-
bidang Rumah Sakit yang mungkin muncul bila dalam keadaan terbebani kondisi
bencana.
7. Pelatihan staf, simulasi, dan pembaharuan yang kontinyu: ditujukan sebagai uji
lapangan langsung untuk memeriksa kelemahan-kelemahan dari sistem disaster plan
yang mungkin tak terduga sebelumnya dan pengalaman-pengalaman yang didapatkan
darinya harus terus dikembangkan secara kontinyu.
8. Membuat Sistem Kode Darurat di Rumah Sakit Kode darurat Kode darurat di Rumah
Sakit digunakan untuk menginformasikan petugas dan pengunjung akan terjadinya
suatu kondisi darurat dan bencana yang terjadi. Kode darurat dibuat singkat dan
dipahami oleh seluruhnya, sehingga dianggap lebih gampang apabila dipresentasikan
dalam warna. Di Rumah Sakit ada beberapa kode kedaruratan yang secara umum
digunakan antara lain:
1) Kode Biru (Code Blue) : Kedaruratan Medik / resusitasi Kode Biru (Code
Blue) adalah kode yang mengumumkan adanya pasien,keluarga pasien,
pengunjung, dan karyawan yang mengalami kegawatan medis atau henti
jantung atau henti nafas dan membutuhkan tindakan bantuan hidup dasar /
resusitasi segera. Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim
medis reaksi cepat atau tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk
segera berlari secepat mungkin (Respon time < 10 menit) menuju ke tempat
lokasi/ ruangan yang diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru
pada pasien.
2) Kode Merah (Code Red) : Kebakaran Kode Merah (Code Red) adalah kode
yang mengumumkan adanya ancaman kebakaran di lingkungan Rumah Sakit
(api maupun asap), sekaligus mengaktifkan tim siaga bencana Rumah Sakit
untuk khusus kebakaran. Dimana tim ini terdiri dari seluruh personel Rumah
Sakit, yang masingmasing memiliki peran spesifik yang harus dikerjakan
sesuai dengan panduan kebakaran/tanggap darurat bencana/Disaster plan
Rumah Sakit.
3) Kode Merah Muda (Code Pink) : Penculikan bayi Kode Merah Muda (Code
Pink) adalah kode yang mengumumkan adanya penculikan bayi/ anak atau
kehilangan bayi/ anak di lingkungan Rumah Sakit.Secara universal,
pengumuman ini seharusnya diikuti dengan lock down (menutup akses keluar-
masuk) Rumah Sakit secara serentak oleh petugas keamanan.
4) Kode Hijau (Code Green) : Kejadian Gempa Bumi dan Banjir. Kode Hijau
(Code Green) adalah kode yang mengumumkan adanya kejadian gempa
bumidan banjir yang terjadi di Rumah Sakit yang diumumkan setelah kejadian
gempa atau banjir dengan maksud agar segera dilakukan penilaian awal dan
mencegah kepanikan yang tidak terkendali.
5) Kode Hitam (Code Black) : Ancaman bom Kode Hitam (Code black) adalah
kode yang mengumumkan adanya ancaman bom atau ditemukan benda yang
dicurigai bom di lingkungan Rumah Sakit.
6) Kode Abu-abu (Code Grey) : Kedaruratan keamanan Kode Abu-abu (Code
Grey) adalah kode yang mengumumkan adanya kedaruratan keamanan seperti
huru-hara, ancaman orang yang membahayakan (ancaman orang bersenjata
atau tidak bersenjata yang mengancam akan melukai seseorang atau melukai
diri sendiri), kekerasan terhadap karyawan, pengunjung dan ancaman lain.
7) Kode Kuning (Code Yellow) : Kedaruratan massal / emergensi internal Kode
Kuning (Code Yellow) adalah kode yang mengumumkan adanya kejadian
kedaruratan masal / emergensi baik itu yang terjadinya berasal dari luar
maupun dari dalam Rumah Sakit, diantaranya adanya kejadian kecelakaan
massal, keracunan masal, wabah/epidemic, KLB dari suatu penyakit baik
menular/tidak menular.
8) Kode Coklat (Code Brown) : Kehilangan/Pencurian Kode Coklat (Code
Brown) adalah kode yang mengumumkan adanya kejadian kehilangan barang
atau adanya kejadian pencurian di dalam / diluar gedung pada area Rumah
Sakit.
9) Kode Oranye (Code Orange) : Ancaman akibat bahan kimia, zat biologis,
radioaktif / nuklir Kode Oranye (Code Orange) adalah kode yang
mengumumkan adanya kejadian tumpahan bahan kimia yang kritikal
(berpotensi massif) / Zat biologis / kemoterapi/ Radioaktif / Nuklir yang
terjadi pada ruangan atau gedung di area lingkungan Rumah Sakit.
10) Kode Ungu ( Code Purple ) : Evakuasi Kode Ungu (Code Purple) adalah kode
yang mengumumkan pengaktifan evakuasi pasien, pengunjung dan karyawan
Rumah Sakit pada titik-titik kumpul / aman yang telah ditentukan setelah ada
komando akibat adanya kegawat daruratan kebakaran ataupun bencana. Pada
intinya, menginisiasi tim evakuasi untuk melaksanakan tugasnya.
Pada hasil HVA dari Natural Hazards diperoleh hasil risiko terbesar adalah :
1. Fire Internal (kebakaran)
2. Banjir Eksternal
2) Evakuasi pasien, staf RS, pengunjung RS yang terdekat dengan sumber api
terlebih dahulu.
3) Tim Penanggulangan Kebakaran (Code Red) segera bertindak berdasarkan
warna helm (safety helmet) :
1. Warna Merah bertugas memadamkan sumber api.
2. Warna Biru bertugas evakuasi pasien.
3. Warna Kuning bertugas mengamankan alat-alat medis
4. Warna Putih bertugas mengamankan dokumen-dokumen.
4) Bila memungkinkan pindahkan korban ke tempat aman.
b. Jika memungkinkan batasi penyebaran api dengan mengunakan APAR yang
sudah tersedia di setiap ruangan.
c. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan ambil resiko bila tindakan yang kita
kerjakan membahayakan keselamatan jiwa.
d. Bila terjadi kebakaran pada bangunan bertingkat gunakan tangga dan jangan
gunakan lift untuk evakuasi.
e. Bila terjadi kebakaran matikan listrik dan gunakan lampu emergency untuk
penerangan.
f. Bila terjadi kebakaran matikan alat-alat lain seperti : mesin anestesi, suction, alat-
alat elektronik dll
g. Tetap tenang dan jangan panik.
h. Tempat yang rendah mempunyai udara yang lebih bersih.
i. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita
harus tahu:
a. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
b. Nomor pemadam kebakaran (telp 113), Satpam (ext.111).
c. Rute evakuasi dan pintu — pintu darurat di rumah sakit.
d. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penangulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
e. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana
2. Banjir Eksternal
Bila terjadi bencana banjir yang memasuki bangunan rumah sakit maka dilakukan
penanganan sebagai berikut :
1. Ketua Tim Penanggulangan Bencana menginstruksikan kepada petugas
Security untuk mengaktifkan KODE GREEN.
2. Petugas mematikan arus listrik dari kabel atau alat yang mungkin dapat
terendam banjir.
3. Petugas mengamankan pasien,aset dan dokumen dari kemungkinan bahaya
banjir yang lebih besar yang dapat terjadi, di samping harus memperhatikan
keselamatan dirinya.
4. Petugas menyingkirkan benda – benda, sampah atau apapun yang
menghambat/ menyumbat jalannya air.
5. Tim Penanggulangan Bencana RS MM Indramayu memonitor masing –
masing ruang dengan melakukan evakuasi di beberapa titik evakuasi banjir :
Evakuasi pasien di lantai 2
Evakuasi dokumen di lantai 2 gedung perkantoran
Evakuasi Alat-alat medis di lantai 2
6. Tim Penanggulangan bencana RS MM Indramayu melakukan tindakan-
tindakan pencegahan lainnya di lapangan.
7. Apabila kondisi sudah di nyatakan aman, Petugas melakukan re evakuasi
8. Tim Penanggulangan Bencana RS MM Indramayu membuat laporan kepada
Direktur Rumah Sakit.
Pada hasil HVA dari Technological Hazards diperoleh hasil risiko terbesar adalah :
1. Gangguan Pada Alat Medis
2. Gagal sistem Informasi
Kesiapan dan Respon
1. Gangguan Pada Alat Medis
Dari proses pengadaan alat medis oleh tim pengadaan dan vendor diadakan MOU
mengenai training dan maintenance alat medis. Saat alat medis tiba di RS
dilakukan pencatatan inventaris dan pemberian barcode oleh unit logistik, juga
dibuat penjadwalan berkala pemeriksaan dan maintenance alat medis. Kalibrasi
alat medis dilakukan setiap 1 tahun sekali. Apabila ada gangguan alat medis maka
dilakukan langkah-langlah :
1) Unit melaporkan adanya gangguan/kerusakan ke unit logistik.
2) Unit memeriksa nomor inventaris dan barcode alat medis lalu menginfokan ke
unit IPSRS untuk dilakukan perbaikan.
3) Bila unit IPSRS mengalami kesulitan, unit IPSRS menghubungi pihak vendor.
4) Bila kerusakan ringan vendor dapat menuntun kerja unit IPSRS untuk
melakukan perbaikan melalui komunikasi telepon atau chat.
5) Bila kerusakan berat vendor diminta untuk periksa langsung dan melakukan
perbaikan dengan datang ke rumah sakit.
6) Dibuat dokumentasi setiap ada alat medis yang mengalami gangguan dan
proses perbaikannya.
Pada hasil HVA dari Human Hazards diperoleh hasil risiko terbesar adalah :
1. Tawuran
2. Kejadian Pasien Anarkis
Kesiapan dan Respon
1. Tawuran
Potensi tawuran di daerah Indramayu cukup tinggi karena masyarakat dominan
yaitu kalangan menengah dan menengah kebawah dengan IPM yang masih
rendah. Banyaknya acara adat maupun resepsi disertai dengan hiburan yang
membuat perkumpulan banyak orang mengakibatkan potensi tawuran tinggi.
Untuk hal ini RS MM Indramayu membuat sistem tanggap darurat terhadap
korban massal. Apabila terjadi korban massal, maka tempat pendaftaran dan triase
penderita dipindah ke depan IGD. Triase (Triage) adalah Tindakan untuk
memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk
hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan sarana) yang
tersedia. Tujuan triase pada musibah massal adalah bahwa dengan sumber daya
yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin.
Kebijakan triase :
1) Memilah korban berdasar :
a. Beratnya cidera
b. Besarnya kemungkinan untuk hidup
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan keberhasilan Tindakan
d. Triase tidak disertai Tindakan
e. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan
harus dilakukan sesegera mungkin.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera
atau keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup. Salah satu metode yang
paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple
Triage and Rapid Treatment.
2) Metode Triase S.T.A.R.T dengan penderita menjadi 4 kategori.
a. Prioritas 1 - Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis
keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan pernapasan,
perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status mental
b. Prioritas 2 – Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang
mengalami keadaan seperti Iuka bakar tanpa gangguan saluran napas atau
kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
c. Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai
'Walking Wounded" atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
d. Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang
mematikan.
Pada hasil HVA dari Hazardous Materials diperoleh hasil risiko terbesar adalah :
Terpapar Zat Radioaktif
Kesiapan dan Respon
Kecelakaan Oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan cairan atau
sengaja mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang bersifat korosif,
beracun, zat — zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan,
luka bakar, trauma dan meninggal. Pada setiap kecelakaan Oleh karena zat-zat berbahaya
selalu diperhatikan :
a. Keamanan adalah yang utama.
b. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran.
c. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah angin di lokasi
kejadian.
d. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana rumah sakit.
e. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran, menggunakan spilkit oleh petugas yang sudah
terlatih, tetapi jangan mengambil resiko jika tidak pernah mendapatkan pelatihan
tentang cara menanggulangi tumpahan atau kebocoran zat-zat berbahaya.