Anda di halaman 1dari 21

FRENEKTOMI

MAKALAH

Makulah ini disusun sehagai Bukti dalam Menduduki Jabatan Fungsional Dokter Gigi Utame

Golongan Ruang IVE

Disusun Oleh:

drg. Ida Priyatni

NIP. 19600420 198512 2 001

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT

KOTA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirobmaninohim,

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

kasih sayang-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah beserta keluarga,

sahabat, serta umatnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillahiraobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan

berkat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah

yang berjudul “Frenektomi” sebagai salah satu bukti dalam menduduki jabatan fungsional dokter

gigi utama golongan ruang IVE.

Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari doa, motivasi, bantuan,

dukungan, bimbingan, bahan referensi dan fasilitas lain dari uluran tangan berbagai pihak.

Ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah

membantu menyelesaikan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kasih sayang dan rahmat-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata, penulis berharap

semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan Ilmu Kedokteran Gigi dan

menambah wawasan bagi pembaca sekalian.

Bandung, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

Fremulum abmomnal khususnya yang terjadi pada anak merupakan hal yang perlu

dipikirkan oleh orang tua maupun dokter gigi anak karena ini berkaitan dengan diastema serta

dapat mengganggu penampilan.

Bila frenulum labilis merupakan penyebab diastema, biasanya frenulum akan melewati

alveolus dan berinsersi pada papilla insisivus. Uatuk memeriksa frenulum Iabialis yang abnormal

dapat dilakukan Blanch test.

Beberapa anak juga memiliki frenulum labialis yang besar dan pendek sehingga

membatasi pergerakan lidah. Hal ini dapat mengganggu fungsi makan, perkembangan bicara

serta self cleansing lidah. Kondisi terbatasnya pergerakan lidah disebut juga tongue tie atau

akyloglossia. Terapi biasanya dilakukan jika frenulum abnormal menyebabkan trauma,

inflamasi, resesi, pembentukan pocket gusi ataupun diastema menetap.

Frenektomi adalah prosedur bedah untuk membuang frenulum abnormal. Sebelum

merekomendasikan tindakan frenktomi pada anak, dokter gigi sebaiknya mempertimbangkan

beberapa faktor, termasuk kemampuan anak untuk bersikap kooperatif selama prosedur

berlangsung serta pertimbang pertumbuhan dan perkembangan anak.


BAB II

FRENULUM

2.1 Pengertian
Frenulum adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan otot-otot bibir, pipi atau

lidah dengan gusi pada tulang rahang.1

Frenulum terdiri dari mukosa dan jaringan ikat fibrosa. Keduanya tidak memberikan

peranan fungsional kecuali pasif untuk membatasi gerak bibir. Perlekatan frenulum yang tidak

normal maupun keadaan frenulum yang hiper trofi seringkali menimbulkan masalah. Kelainan

ini menimbulkan gangguan estetika, membatasi pergerakan bibir maupun lidah, mengganggu

susunan gigi serta menarik gingiva menjauh dari gigi sehingga terjadi resesi.2

Perlekatan frenulum labialis terdiri dari sekumpulan jaringan fibrosa tipis yang ditutupi

mukosa, memanjang dari bibir dan pipi ke periosteum alveolar. Level perlekatan frenulum

bervariasi dari setinggi vestibulum sampai puncak ridge alveolar dan bahkan ke daerah insisal

papila di maksila anterior.3

Selain frenulum labialis di midline dapat menyebabkan diastema dan frenulum lingualis

yang menyebabkan lidah terikat (tounge tie), perlekatan frenulum umumnya tidak menimbulkan

masalah selama gigi-gigi tetap berkontak. Namun dalam pembuatan gigi tiruan, frenulum yang

mengalami hipertrofi ataupun frenulum dengan perlekatan tidak normal dapat menyulitkan dan

tidak jarang menyebabkan kegagalan. Kegagalan ini terjadi akibat kedudukan protesa dalam

keadaan fungsi yang kurang retentif dan menimbulkan rasa sakit pada saat gigi tiruan dipakai

atau dalam keadaan fungsi.3


Untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh kelainan frenulun ini, berapa ahli

menganjurkan suatu tindakan pembedahan guna memperbaiki keadaan frenulum yang tidak

normal tersebut.2

2.2. Jenis-Jenis Frenulum

2.2.1. Frenulum Labialis

Frenulum labialis terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa tipis yang ditutupi mukosa,

memanjang dari bibir dan pipi ke periosteum alveolar. Derajat perlekatan frenulum bervariasi

dari tinggi vestibulum sampai puncak ridge alveolar dan bahkan ke daerah papilla insisivum.

Frenulum labialis terdiri dari dua macam, yaitu:3,4

2.2.1.1. Maxillaty Labial Frenum (Frenulum Labialis Rahang Atas)

Maxillary labial fremum adalah frenulum yang menghubungkan otot-otot bibir atas

dengan periosteum alveolar rahang atas. Frenulum ini berawal dari midline pada permukaan

dalam bibir. Dasar frenulum biasanya lebar dan insersinya pada midline permukaan luar

periosteum alveolar maksila. Perlekatan dapat bervariasi, beberapa millimeter diatas puncak

ridge atau pada ridge atau bahkan di antara insisif sentral dan melekat pada papila palatina.4

Pada bayi baru lahir, frenulum labialis rahang atas melekat pada puncak linggir alveolar

dan selama pertumbuhan alveolar ke arah bawah dan erupsi gigi sulung, maka perlekatan

frenulum bergerak keatas, tapi pada kasus tertentu, frenulum untuk sementara tidak bergerak dari

puncak alveolar, sehingga yang terlibat sebagai frenulum abnormal pada usia 4 tahun akan

menjadi normal usia 8 tahun.5

Letak frenulum labialis rahang atas abnormal biasanya terlihat pada anak-anak dan

berhubungan dengan diastema antara insisif sentral sulung atas atau insisif sentral tetap yang
sedang erupsi. Ruang antara insisif sentral atas ini biatas terjadi selama pertumbuhan segmen

anterior rahang atas, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.5

Saat insisif sentral atas erupsi, gigi ini akan dipisahkan oleh tulang dan mahkotanya akan

miring ke arah distal akibat crowding di daerah akar. Dengan erupsi gigi insisif lateral dan

kaninus, diastema akan berkurang dan pada kebanyakan kasus akan didapat kontak proksimal

yang normal antara kedua insisif sentral tersebut.4

Tekanan dari gigi insisif lateral maupun kaninus yang sedang erupsi biasanya akan

menyebabkan penutupan diastema tanpa tindakan ortodontik ataupun bedah.5

Midline maxillary labial fremum adalah normal, tetapi bila frenulum ini melekat pada

interdental papilla antara insisif pertama rahang atas, maka frenulum ini menjadi tidak normal.

Frenulum akan melekat terlalu erat pada gusi, sehingga terjadi tegangan saat pergerakan bibir,

sehingga akan menarik gusi ke atas dan akibatnya dapat terjadi resesi gusi. Keadaan ini juga

dapat menimbulkan diastema antara kedua gigi tersebut.

Frenulum labialis yang abnormal juga akan menyebabkan kondisi klinis yang tidak

diinginkan. Frenulum yang tebal (hipertrofi) dengan perlekatan yang ren dah dapat mengganggu

saat menyikat gigi, karena sulit untuk menempatkan sikat pada ketinggian yang tepat dalam

vestibula. Akibatnya, terjadi penumpukan sisa makanan dan plak dan akhimya terjadi

pembentukan pocket gingin.4 Fungsi bicara, makan dan estetik juga dapat terganggu akibat

kondisi ini. Perlekatan yang tidak normal dari frenulum antara bibir atas dan rahang atas ini

disebut juga sebagai "lip-tie" Kondisi ini memerlukan tindakan bedah.6

Gambar 2.1. A. Frenulum labialis yang terlalu rendah; B&C, Diastema antara insisif

sentral atas yang disebabkan oleh frenulum yang terlalu rendah.1,7


2.2.1.2. Mandibular Labial Frenum (Frenulum Labialis Rahang Bawah)
Mandibular Labial Frenum menghubungkan otot-otot bibir bawah dengan permukaan

labial gusi rahang bawah. Midline mandibular labial frenum adalah normal, tetapi bila melekat

pada papilla interdental di antara kedua insisif sentral bawah, akan menimbulkan kondisi

periodontal yang merugikan, karena akan menyebabkan akumulasi sisa makanan dan plak.

Pasien akan mengalami inflamasi khronis, poket periodontal dan resesi pada attached gingival.

Bila dibiarkan, maka frenulum yang abnormal ini akan menyebabkan hilangnya tulang alveolar

dan kegoyangan gigi insisif sentral bawah.8 Mandibular Iabial fremum dapat dihilangkan dengan

prosedur bedah (labial frenektomi)

Gambar 2.2 Resesi gusi akibat mandibular frenulum labialis yang tinggi.9
2.2.2. Frenulum Lingualis

Frenulum lingualis adalah jaringan ikat yang menghubungkan lidah dengan permukaan

lingual gusi rahang bawah. Frenulum yang melekat tinggi pada alveolar ridge lingual sering

terlihat pada bayi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya pergerakan lidah dan dikhawatirkan

akan menyebabkan gangguan fungsi bicara. Ketinggian frenulum akan berkurang pada usia 2-5

tahun. Anak-anak pada masa geligi campuran dengan frenulum lingualis yang tinggi biasanya

mengeluh sulit menggerakkan lidah. Frenulum yang melekat terlalu dekat dengan ujung lidah

juga dapat menyebabkan lidah sulit bergerak, sehingga mengganggu fungsi penelanan dan

bicara. Kondisi terbatasnya pergerakan lidah ini disebut juga ankyloglossia atau rongue tie.1,8

Tongue tie biasanya didiagnosa pada masa anak-anak, dengan gejala-gejala:1,9

1. Adanya gangguan makan (penelanan) saat bayi

2. Adanya gangguan bicara pada usia 12 – 18 bulan


3. Pada anak yang lebih besar diketahui bahwa frenulum di bawah lidahnya terjebak antara

gigi-gigi anterior bawah

4. Anak tidak dapat memajukan lidahnya dengan leluasa

Perlekatan frenulum yang tinggi pada alveolus juga dapat menyebabkan inflamasi dan

resesi gusi di daerah insisif sentral bawah. Keadaan ini menyebabkan perlunya dilakukan

frenektomi.5

Gambar 2.3. Tongue tip yang menyebabkan gangguan fungsi bicara dan fungsi

penelanan
BAB III

FRENEKTOMI

Fenektomi adalah prosedur sederhana dimana sebagian atau seluruh frenulum yang

bermasalah dibuang secara bedah dengan tujuan mengembalikan keseimbangan keschatan mulut.

Umumnya diakukan di bawah anestesi lokal.1

Frenektomi adalah prosedur bedah untuk membuang lapisan tipis jaringan ikat yang

disebut frenulum. Di bidang kedokteran gigi, frenektomi dilakukan di bagian dalam bibir atas

yang disebut labial frencktomi atau di bawah lidah, yang disebut lingual frenektomi. Prosedur ini

adalah prosedur yang umum dan dapat dilakukan pada anak maupun dewasa.8

Sebelum melakukan tindakan frenektomi pada anak, dokter gigi akan mempertimbangkan

beberapa faktor, termasuk kemungkinan bahwa kondisi tersebut akan pulih dengan sendirinya

tanpa tindakan bedah. Dokter gigi akan menunda mempertimbangkan frenulum labialis yang

abnormal sebagai penyebab diastema sampai semua gigi anterior permanen erupsi. Ukuran gigi

anterior atas yang kecil, adanya peg lateral insisif atau tidak adanya benih (kongenital) gigi

insisif lateral dapat menyebabkan diastema. Faktor lain termasuk midline supernumerary tooth,

kebiasaan buruk, makroglossia dan gigi anterior mandibula yang besar (abnormal) harus

dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab midline diastema.4

Tes sederhana (Blanch test) dapat dilakukan untuk melihat frenulum abnormal pada

pertengahan masa geligi campuran sampai akhir masa geligi campuran, yaitu dengan melihat

lokasi perlekatan alveolar ketika tekanan intermitten dikenakan pada frenulum. Bila pita jaringan

ikat tebal, dengan dasar yang luas dan seperti kipas melekat pada papilla palatina dan

menyebabkan papilla pucat, maka frenulum dikatakan tidak normal dan mempengaruhi

perkembangan oklusi anterior. Tindakan frenektomi perlu dilakukan.4


Gambar 3.1. Blanch test. Perhatikan daerah papilla yang pucat.

Sebelum tindakan bedah dilakukan, perlu dilakukan pemeriksaan radiografi dari daerah

gigi insisif sentral atas untuk memastikan penyebab midline diastema (dapat disebabkan oleh

mesiodens). Midline maxillary frenum tidak boleh dibuang sebelum gigi kaninus permanen

erupsi.11

3.1. Indikasi Frenektomi

Frenektomi perlu dilakukan pada kondisi-kondisi berikut ini:1,4 Bila peerlekatan frenulum

sangat dekat dengan margin gusi sehingga mengganggu pembuangan plak dan menyebabkan

inflamasi gusi yang persisten dan tidak hilang dengan perawatan root planing. Masalah ini

biasanya terjadi pada frenulum labialis.

1. Frenulum yang menyebabkan resesi gusi progresif.

2. Maxillary labial fremum yang rendah dan berhubungan dengan midline diastema, yang

terdapat setelah kaninus permanen erupsi sempurna.

3. Sebelum dilakukan tindakan ortodontik untuk penutupan diastema akibat frenulum

labialis yang rendah.

4. Frenulum lingualis yang menghambat lidah menyentuh gigi insisif sentral atas (longue

fie). Hal ini juga menimbulkan kesulitan anak dalam membuat suara /t/, /d/, dan /l/. Bila

anak dapat melakukan gerakan mengangkat lidah menyentuh langit-langit, maka tindakan

bedah tidak perlu dilakukan. Kebanyakan anak tidak dapat membuat suara tersebut secara

normal sampai umur 6 atau 7 tahun. Dalam hal ini, terapi bicara merupakan indikasi.

5. Sebelum prosedur prostodontik, untuk mendapatkan stabilitas gigi tiruan, serta untuk

menghindari initasi frenulum oleh sayap gigi tiruan.


3.2. Teknik Frenektomi

Tindakan frenektomi merupakan prosedur sederhana bila dilakukan dengan prosedur

yang benar, dan biasanya memelukan waktu sebanyak 10 sampai 15 menit.1

3.2.1. Labial Frenektomi

3.2.1.1. Teknik insisi rhomboid shape (diamond frenectomy)

Teknik frenektomi dilakukan untuk frenektomi labial pada maksila maupun mandibula,

dengan prosedur pembedahan sebagai berikut:12

1. Anestesi lokal dilakukan dengan menginfiltrasi origo dan insersio frenulum.

2. Bibir diangkat sehingga dalam keadaan tegang. Kemudian hemostat pertama dijepitkan

sejajar dengan permukaan labial ridge alveolar dan ujungnya terdapat pada lipatan

mukobukal (gambar 3.2).

3. Hemostat yang kedua dijepitkan pada ujung frenulum dekat bibir yang ditarik sejajar

terhadap permukaan mukosa bibir. Kedua ujung hemostat saat ini saling bersentuhan satu

sama lain dan jaringan frenulum terkurung di tengahnya (gambar 3.2)

Gambar 3.2. A&B. Hemostat dijepitkan sejajar dengan mukosa bibir dan permukaan labial
ridge alveolar

4. Dilakukan insisi (dengan blade no.11) di sekeliling permukaan luar kedua hemostat

sampai hemostat terlepas dengan jaringan frenulum berada diantaranya (gambar 3.3.)

Gambar 3.3. A-D. Insisi di sekeliling permukaan luar kedua hemostat

5. Untuk kasus ortodonti prosedur frenektomi yang dilakukan dengan tambahan insisi

mukoperiosteum berbentuk V dari antara insisif sentral turun ke tulang interseptal. Buang
jaringan pada ruang interdental tersebut. Hati-hati agar leher gigi tidak terbuka (gambar

3.4).

Gambar 3.4. Insisi mukoperiosteum berbentuk V dari area antara insisif sentral turun ke tulang
interseptal

6. Tepi daerah operasi dilakukan undermine dengan gunting bedah (gambar 3.5)

Gambar 3.5. Undermine pada tepi daerah operasi dilakukan


7. Dilakukan penjahitan dengan jahitan terputus, pasang periodontal pack dan selanjutnya

ditutup dengan kasa steril selama 2 jam (gambar 3.)

Gambar 3.6. Penjahitan. Jahitan pertama ditempatkan di tengah-tengah luka, untuk

menghindari adanya dead space.

8. Instruksikan pasien tetap menjaga kebersihan dengan obat kumur

9. Satu minggu kemudian jahitan dibuka. Hasil 3 bulan setelah operasi tampak pada gambar

3.7.

Gambar 3.7. Setelah 3 bulan

3.2.1.2. Teknik Z-Plasty

Teknik ini digunakan untuk pembedahan frenulum yang mengalami hipertrofi. Dengan

teknik ini tegangan didistribusikan berseberangan bukan di sepanjang insisi sehingga jaringan

parut kurang. Teknik ini menghancurkan garis jaringan parut sehingga jaringan parut tidak teralu

terlihat.

Pada teknik ini, eksisi jaringan fibrous dilakukan sama seperti pengengambilan dengan

teknik sederhana. Setelah cksisi, dua oblique insisi dibuat seperti huruf z. pada ujung daerah
eksisi. Kedua flap tersebut dibuat undermind dan diputar horizontal mendekati insisi vertikal

yang telah dibuat, kemudian dilakukan penjahitan insisi tersebut.

Prosedur pembedahannya adalah sebagai berikut:

1. Periksa hipertrofi frenulum dan tentukan perluasannya ke papila insisivum. Visualisasi

terbaik adalah dengan menarik bibir ke atas dan ke depan.

2. Eksisi bagian tengah papila sedekat mungkin ke maksila. Akan terjadi defek jaringan

selebar 2mm.

3. Buatlah dua segitiga sama besar di tiap sisi insisi sehingga apeks tiap segitiga beradap

pada inisisi. Pilihlah flap yang sesuai untuk transposisi dan lakukan insisi menembus

periosteum.

4. Lepaskan flap dari kedudukannya dengan periostel elevator. Potong setiap ikatan jaringan

ikat dengan skalpel.

5. Transposisikan flap jaringan ke tempat yang sesuai

6. Jahit mukoperiosteum dengan benang silk 4-0 pada posisi transposisi.

Figure 14.3 Z-plasty technique. A vertical incision is placed over the frenulum, allowing for

removal of the vibrous band of tissue. Next, secondary incision are placed at 60-degree angles to

the original incision. The length of the secondary incision is two thirds of the vertical incision.

The rectangular flaps are transposed, which rotates the central limb 90 degrees, eliminating the

frenulum and lengthening the wound. (From Fonseca RJ, Davis WH [eds] Reconstructive

Preprosthetic. Oral and Maxillofacial Surgery. Philadelpia, WB Saunders, WB Saunders, 1995)

Gambar 3.8. A, Eksisi frenulum dengan teknik Z-plasty; B, Flap Z-plasty yang terbuka; C,

transposisi flap memperpanjang insisi dan perlekatan bibir.


3.2.2. Lingual Frenektomi

Frenulum lingual abnormal biasanya merupakan jaringan ikat fibrous, dan kadang-kadang

merupakan serat supenor otot genioglosus. Perlekatan ini mengikat ujung lidah ke bagian

pemukaan posterior alveolar mandibula. Walaupun tidak menggunakan protesa, keadaan ini

dapat mengganggu fungsi bicara. Setelah kehilangan gigi, perlekatan frenulum ini mengganggu

keseimbangan protesa karena setiap kali lidah bergerak, perlekatan frenulum akan menegang dan

protesa akan terlepas.3

Prosedur lingual frencktomi adalah sebagai berikut:

1. Tentukan batasan pergerakan lidah dengan menginstruksikan pasien agar menyentuh gigi

atas, menjulurkan lidah, dan menggerakkan ke lateral. Periksa dasar mulut untuk

mengetahui posisi duktus Wharthoni dan caruncula saliva

2. Lakukan blok anestesi untuk N. alveolaris inferior dan N. lingualis

3. Jahit ujung lidah dengan benang silk 3-0, pada midline lidah, kira-kira 2 c, dari ujung

lidah, agar pergerakannya stabil

4. Jepitkan hemostat pada ujung benang dan tarik lidah ke atas agar frenulum dalam

keadaan tegang.

Gambar 3.9. Ujung lidah dikendalikan menggunakan jahitan

5. Pemotongan perlekatan frenulum dilakukan dengan insisi tranversal pada dasar lidah.

Sekitar setengah bagian dari origonya di mandibula dan insersionya di lidah, insisi

frenulum ke posterior. Hemostat digunakan untuk mengontrol perdarahan, dijepitkan di


bawah lidah sehingga terjadi efck vasokontriksi. Instruksikan pasien kembali

menggerakkan lidah seperti sebelumnya. Bila dapat dilakukan tanpa mengganggu ujung

lidah, maka mobilitas sudah cukup (Gambar 3.10.A-D. Insisi frenulum )

Gambar 3.10.A-D. Insisi frenulum

6. Diseksi horizontal akan melepaskan lidah dan menghasilkan defek diamond-shaped saat

lidah ditarik ke atas (Gambar 3.11 A&B). Undermine tepi luka untuk penjabitan (Gambar

3.11C&D).

Gambar 3.11 A&B. Diamond Shape; C&D. Undermine tepi luka

7. Jahit luka dengan jarak kira-kira 5 mm (Gambar 3.12A&B)

Gambar 3.12. A&B. Penjahitan

Lingual frenektomi dapat juga dilakukan dengan teknik Z-plasty, dengan prinsip yang

sama dengan teknik Z-plasty pada labial frenektomi.

3.3. Teknik Laser

Teknik terbaru frenektomi adalah dengan laser. Keuntungan prosedur laser adalah tidak

ada jahitan dan perdarahan. Prosedur ini sering diterapkan pada pasien anak-anak karena tidak

meninggalkan kesan yang buruk.14


Pasicn yang mendapat perawatan dengan laser umumnya sembuh lebih cepat dan

mengalami sedikit atau bahkan tidak ada ketidaknyamanan post operasi. Laser juga mengurangi

waktu kerja dan pembengkakan serta jaringan parut minimal.

Teknik dan prosedur laser adalah sebagai berikut :

1. Berikan anestesi lokal secukupnya dan atur SoftLaseTM pada 1.2-1.4 watts dalam mode

operasi continuous menggunakan initiated tip.

2. Tarik bibir atau lidah untuk mendapatkan tarikan agar batas tepi frenulum jelas terlihat.

Gunakan tip point brush pada dasar frenulum untuk memotong menembus perlekatan

fibrous. Pemisahan ini harus tetap membiarkan periosteum dan tulang tetap menempel

3. Ujung perlekatan fibrous harus dilaser lagi untuk menghindari perlekatan kembali

Gambar 3.13. Teknik laser frenektomi. A. Frenulum awal, B. laser frenektomi, C. hasil

frencktomi, D. 1 minggu setelah frenektomi

3.4. Komplikasi dan Penanggulangannya

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pembedahan frenulum adalah sebagai berikut :

1. Perdarahan

Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi (perdarahan primer) atau beberapa jam

sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahun sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi

oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka

yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistcmik dapat

berupa kelainan darah.


Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan

kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau pemberian coagulation

promoting agent seperti gelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak

dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

2. Pembengkakan

Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya

dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.

3. Infeksi

Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat

kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah

mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka,

diberikan pula obat antibiotik.

4. Rasa sakit yang berlebihan

Keadaan ini biasanya timbul karena pergerakan bibir, pipi, atau lidah pada saat berbicara

atau pada waktu mengunyah. Penanggulangannya diberikan obat analgetik, obat kumur

antiseptik yang hangat.


BAB IV

SIMPULAN

Kelainan frenulum tidak hanya menyebabkan gangguan estetik, diastemia gigi dan

stabilisasi serta retensi gigi tiruan, tetapi juga menyebabkan menurunnya kesehatan gingiva dan

gangguan fisiologis seperti bicara, penelanan serta kesukaran menyusu pada bayi.

Untuk menanggulangi kelainan bentuk anatomi frenulum terdapat beberapa teknik

pembedahan. Pemilihan macam teknik yang dapat digunakan tergantung kasus dan keterampilan

operator.
DAFTAR PUSTAKA

1. Frenectomy. Available at: www.atlasdental.com/frenectomy.html

2. Pedlar, J. 2001. Oral and Mexillofacial Surgery. 1st ed. Churchill Livingstone. Spain.

3. Peterson, L.J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Saint Louis :

Mosby.

4. McDonald, R.E., Avery, D.R., Dean, J.A. 2004. Dentistry for the Child and Adolescent.

8th ed. St. Louis: Mosby. P: 142-143; 441-442.

5. Finn, S.B. 2003. Clinical pedodontics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co. P: 415-

419. Available at: www.kidzsmile.com/frenectomy.php

6. Procedures: Frenectomy. Available at: http://www.austinperiodontal.com/procedures-

frenectomy.html

7. Types and Techniques of Frenectomy. Available at: www.identalhub.com/article.types-

and-techniques-of.frenectomy.html.

8. Nemeth, Joseph. Periodontal Surgery Souhfield Michigan: Frenectomy Surgical

Procedure. Available at: http://www.michiganperiodontist.com/frenectomysurgery.html

9. Frenectomy, Available at: https:...Dentistsites/488/Frenectomy.htm

10. Welbury, R.R.2003. Paediatric Dentistry. 2nd ed.New York : Oxford University Press. P:

365.

11. Balaji, SM. 2007. Text Book of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi: Elsevier.

12. Gans, BJ. 1972. Alas of Oral Surgery. Saint Louis: The C.V. Mosby Company. P:122-

127.

13. Canzoneri, k. 2004. Laser Gun Treatment. Available at:

http://www.laserdent.com/gum_treat.html

Anda mungkin juga menyukai