Anda di halaman 1dari 75

KURIKULUM 2013

PEDOMAN GURU MATA PELAJARAN


PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

Untuk
Sekolah Dasar (SD)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN
2014

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 i


TIM PENGEMBANG PANDUAN

Pengarah :
Ramon Mohandas, Ph.D.

Penanggungjawab :
Dr. Herry Widyastono, APU, M.Pd.

Koordinator :
Dra. Mariati Purba, M.Pd.

Anggota :
1. Drs. Djuharis Rasul, M.Ed.
2. Leli Alhapip, S.Pd.
3. Mohamad Irfan

Pengembang Panduan Mata Pelajaran Pendidikan Agama


Katolik dan Budi Pekerti SD :

ii Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KATA PENGANTAR

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013


tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, dokumen kurikulum merupakan perangkat
operasional untuk memfasilitasi pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian
kurikulum. Salah satu dokumen kurikulum yang disediakan oleh Pemerintah
adalah dokumen kurikulum setiap mata pelajaran. Dokumen tersebut dikemas
dalam sebuah dokumen yang dinamakan pedoman mata pelajaran. Disamping
Pedoman mata pelajaran untuk setiap mata pelajaran, Pemerintah juga
menyediakan pedoman pembelajaran tematik terpadu.
Pedoman mata pelajaran yaitu dokumen yang berisikan antara lain karakteristik
mata pelajaran, kompetensi inti dan kompetensi dasar, silabus, desain
pembelajaran, model pembelajaran, penilaian, media dan sumber belajar, serta
guru sebagai pengembang budaya sekolah. Sedangkan pedoman pembelajaran
tematik terpadu antara lain berisikan konsep pembelajaran tematik, desain
pembelajaran tematik terpadu, dan guru sebagai pengembang budaya sekolah.
Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada para pakar
yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, guru-guru mata pelajaran dan
tematik, dan staf teknis Pusat Kurikulum dan Perbukuan yang telah bekerjasama
dengan baik sehingga pedoman mata pelajaran dan pedoman pembelajaran
tematik terpadu ini dapat diselesaikan.
Jakarta, Juni 2014

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan


TTD.
Ramon Mohandas, Ph.D

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 iii


DAFTAR ISI

TIM PENGEMBANG PEDOMAN ........................................................ ii


KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ............................................................ 2
D. Sasaran ......................................................................... 3
BAB II KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA
KATOLIK DAN BUDI PEKERTI ..................................... 5
A. Rasionale/Dasar Pemikiran .......................................... 5
B. Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ... 6
C. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ..... 6
D. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti ............................................................ 7
BAB III KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI SD .......................................................... 9
A. Kelas: I ........................................................................ 10
B. Kelas: II ....................................................................... 14
C. Kelas: III ....................................................................... 18
D. Kelas IV ....................................................................... 22
E. Kelas V ......................................................................... 26
F. Kelas VI ....................................................................... 30

iv Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


BAB IV DESAIN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI ....................... 35
A. Kerangka Pembelajaran ................................................. 35
B. Pendekatan Pembelajaran .............................................. 36
C. Strategi dan Metode Pembelajaran ................................ 40
BAB V MODEL PEMBELAJARAN ............................................... 43
A. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 ........................... 43
B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti ................................................ 44
BAB VI PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN
BUDI PEKERTI ................................................................... 47
A. Pengertian ....................................................................... 47
B. Strategi Penilaian ........................................................... 47
C. Bentuk Penilaian ........................................................... 48
D. Pelaporan Hasil Penilaian .............................................. 57
BAB VII MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR .. 59
A. Pengertian Media Pembelajaran dan
Sumber Belajar ............................................................... 59
B. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar dalam
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ................ 60
BAB VIII GURU SEBAGAI PENGEMBANG
KULTUR SEKOLAH .......................................................... 63
BAB IX PENUTUP ............................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 v


vi Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mulai tahun pelajaran 2013/2014 pemerintah memberlakukan Kurikulum
2013 di sekolah, walaupun masih terbatas pada sekolah-sekolah yang telah
ditunjuk oleh pemerintah atau yang berinisiatif melaksanakannya. Dengan
dicanangkannya kurikulum 2013 ini, mau tidak mau semua pihak terkait
yang memiliki tanggung jawab dalam dunia pendidikan formal dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan harus memahami Kurikulum 2013 secara utuh dan menyeluruh.
Pemahaman itu menyangkut beberapa hal: baik isi maupun konsekuensi
teknis lainnya. Kurikulum 2013 menekankan pengembangan sikap
dan karakter dalam kehidupan sehari-hari. Konsekuensinya, semua
mata pelajaran diharapkan mendukung pendidikan karakter tersebut.
Pendidikan Agama diharapkan memberikan kontribusi yang lebih besar
dalam pengembangan sikap dan karakter. Hal inilah yang menyebabkan
mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan dalam dimensi
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Berkaitan dengan hal-hal teknis, Guru Agama dan semua pihak yang
berkepentingan dalam pengembangan Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti ini, diharapkan mampu memahami dokumen kurikulum
sebagaimana tertuang dalam silabus, buku teks pelajaran untuk peserta
didik dan guru.
Agar keseluruhan semangat Kurikulum 2013 dan implementasinya dapat
berjalan secara terarah, maka Buku PEDOMAN Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti ini diperlukan.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 1


B. Tujuan
Tujuan disusunnya Buku PEDOMAN Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti ini antara lain:
a. Memberikan informasi tentang berbagai peraturan perundangan yang
terkait dengan Kurikulum 2013
b. Memberikan pengetahuan teknis agar guru dapat mengembangkan
Kurikulum Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dalam berbagai
perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
kegiatan Pembelajaran dan Penilaian.
c. Membantu Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti untuk
mendapatkan informasi yang penting tentang Kurikulum Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti guna mengimplementasikannya di
sekolah masing-masing.
d. Membantu guru memiliki visi yang sama dalam mengembangkan
Pendidikan Agama Katolik dalam kurikulum 2013 sehingga kesatuan
ajaran iman Katolik tetap terjaga.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Buku PEDOMAN Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti meliputi beberapa hal, antara lain:
a. Karakteristik Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
b. Standar Isi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
c. Desain pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
d. Model Pembelajaran yang sesuai dengan Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti
e. Penilaian dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
f. Media Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti
g. Guru sebagai pengembang kultur sekolah

2 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


D. Sasaran
Buku PEDOMAN Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan dalam mengembangkan dunia pendidikan formal dari SD
sampai SMA/SMK, khususnya Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti. Pihak-pihak tersebut, antara lain:
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Kementerian Agama
c. Gereja Katolik
d. Pengawas Pendidikan Agama Katolik
e. Yayasan Pengelola Sekolah
f. Kepala Sekolah
g. Guru Pendidikan Agama Katolik
h. Orangtua
i. Pemangku kepentingan lainnya

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 3


4 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB II
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DAN BUDI PEKERTI

A. Rasionale/Dasar Pemikiran
Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab pertama dan utama
orangtua, demikian pula dalam hal pendidikan iman anak. Pendidikan
iman pertama-tama harus dimulai dan dilaksanakan di lingkungan keluarga
dimana anak mulai mengenal dan mengembangkan iman. Pendidikan iman
yang dimulai dalam keluarga perlu dikembangkan lebih lanjut bersama
seluruh umat (Gereja).
Negara juga mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi agar pendidikan
iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing. Salah satu bentuk pelaksanaan pendidikan iman adalah
melalui Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti yang
dilaksanakan di sekolah.
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membantu dan membimbing
peserta didik untuk memperteguh iman sesuai ajaran Agama Katolik
dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap
agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan
keharmonisan hubungan antar umat beragama dalam masyarakat Indonesia
yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional.
Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan
membangun hidup beriman kristiani peserta didik. Membangun hidup
beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus
yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya Kerajaan Allah
dalam hidup manusia. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa
penyelamatan untuk mewujudkan perdamaian dan keadilan, kebahagiaan

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 5


dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesatuan, serta kelestarian lingkungan
hidup yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan
kepercayaan.

B. Hakikat Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti adalah usaha yang dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Agama Katolik. Usaha tersebut
dilakukan dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain
demi terciptanya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti dijalankan sebagai proses komunikasi iman. Proses tersebut
meliputi kemampuan: memahami, menginternalisasi, menghayati iman
yang terwujud secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar peserta
didik memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap membangun hidup
yang semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas:
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Ketrampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Sikap dibentuk melalui
kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan.

6 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


D. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
Ruang lingkup pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi
Pekerti mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang
lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat
kemampuan pemahaman peserta didik adalah:
a. Pribadi peserta didik; Ruang lingkup ini membahas tentang diri sebagai
laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan
kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi
dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik.
b. Yesus Kristus; Ruang lingkup ini membahas tentang pribadi Yesus
Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap
dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar peserta
didik membangun relasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya.
c. Gereja; Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja, agar
peserta didik mampu melibatkan diri dalam hidup menggereja.
d. Masyarakat; Ruang lingkup ini membahas tentang perwujudan iman
dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan tradisi
Katolik.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 7


8 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB III
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
DAN BUDI PEKERTI SD

Kompetensi Inti merupakan operasionalisasi ataupun penterjemahan dari Standar


Kompetensi Lulusan yang terlebih dahulu telah ditentukan. Kompetensi inti ini
dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti merupakan gambaran tentang kompetensi yang dikelompokkan
ke dalam 3 aspek yaitu aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga
aspek inilah yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)
dari Kompetensi Dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti
merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal dari
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar maksudnya adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan
dengan jenjang pendidikan di atasnya. Dengan demikian akan memenuhi prinsip
belajar yaitu terjadinya suatu akumulasi yang berkesinambungan antar konten
yang dipelajari peserta didik dari satu jenjang ke jenjang berikut. Organisasi
horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata
pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda
dalam kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu
berkenaan dengan sikap keagamaan (KI 1), sikap sosial (KI 2), pengetahuan (KI
3), dan penerapan pengetahuan (keterampilan) (KI 4). Keempat kelompok itu
menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 9


kegiatan pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan
sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect
teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan dan
penerapan pengetahuan (keterampilan). Kompetensi Inti merupakan kompetensi
yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar ke dalam aspek sikap,pengetahuan,
dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk jenjang, kelas, dan
mata pelajaran tertentu. Kompetensi Inti harus dimiliki peserta didik melalui
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik aktif.
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten
atau kompetensi yang terdiri atas sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang
bersumber pada Kompetensi Inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi
Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik,
kemampuan awal, serta ciri dari mata pelajaran.

A. Kelas: I

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima dan 1.1 Mensyukuri identitas diri yang khas


menjalankan ajaran sebagai anugerah Allah
agama yang dianutnya 1.2 Mensyukuri anggota tubuh yang
dimilikinya sebagai karunia Allah
1.3 Mensyukuri lingkungan rumah sebagai
tempat bertumbuh dan berkembang
1.4 Mensyukuri lingkungan sekolah
sebagai tempat bertumbuh dan
berkembang
1.5 Menerima Allah sebagai pencipta yang
Maha Baik
1.6 Menerima kisah kelahiran Yesus
sebagai wujud kasih Allah yang Maha
Baik

10 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1.7 Menerima doa-doa harian sebagai


ungkapan syukur kepada Allah
1.8 Menjalankan sikap-sikap berdoa
sebagai ungkapan syukur kepada Allah

2. Memiliki perilaku 2.1 Santun dan percaya diri terhadap


jujur, disiplin, tanggung identitasnya
jawab, santun, peduli, 2.2 Disiplin dan tanggung jawab terhadap
dan percaya diri dalam anggota tubuh yang dimilikinya
berinteraksi dengan 2.3 Bertanggung jawab terhadap
keluarga, teman, dan lingkungan rumah sebagai tempat
guru bertumbuh dan berkembang
2.4 Bertanggung jawab terhadap
lingkungan sekolah sebagai tempat
bertumbuh dan berkembang
2.5 Menunjukkan kepercayaan pada Allah
sebagai pencipta yang MahaBaik
2.6 Hormat dan percaya pada kisah
kelahiran Yesus sebagai wujud kasih
Allah yang MahaBaik
2.7 Santun dalam mendaraskan doa - doa
harian
2.8 Santun dan cermat dalam sikap-sikap
berdoa

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 11


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal identitas diri yang


faktual dengan cara khas sebagai anugerah Allah dan
mengamati [mendengar, mensyukurinya
melihat, membaca] dan 3.2 Mengenal anggota tubuh yang
menanya berdasarkan dimilikinya dan mensyukurinya sebagai
rasa ingin tahu tentang karunia Allah
dirinya, makhluk ciptaan 3.3 Mengenal lingkungan rumah sebagai
Tuhan dan kegiatannya, tempat bertumbuh dan berkembang
dan benda-benda yang 3.4 Mengenal lingkungan sekolah sebagai
dijumpainya di rumah tempat bertumbuh dan berkembang
dan di sekolah 3.5 Mengenal Allah sebagai pencipta yang
Maha Baik
3.6 Mengenal kisah kelahiran Yesus
sebagai wujud kasih Allah yang
Mahabaik
3.7 Mengenal doa-doa harian sebagai
ungkapan syukur kepada Allah
3.8 Mengenal sikap-sikap berdoa sebagai
ungkapan syukur kepada Allah

12 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Mengungkapkan rasa syukur melalui


faktual dalam bahasa doa atas anugerah identitas dirinya
yang jelas dan logis, yang khas
dalam karya yang 4.2 Merawat anggota tubuh yang
estetis, dalam gerakan dimilikinya dan mensyukurinya sebagai
yang mencerminkan karunia Allah
anak sehat, dan 4.3 Memelihara lingkungan rumah sebagai
dalam tindakan yang tempat bertumbuh dan berkembang
mencerminkan perilaku 4.4 Memelihara lingkungan sekolah
anak beriman dan sebagai tempat bertumbuh dan
berakhlak mulia berkembang
4.5 Memelihara alam ciptaan Tuhan
4.6 Mewartakan kabar gembira kepada
semua orang melalui perbuatan kasih
4.7 Mendaraskan doa-doa harian sebagai
ungkapan syukur kepada Allah
4.8 Mendaraskan doa dengan sikap-sikap
yang baik dan benar

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 13


B. Kelas: II

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima dan 1.1. Mensyukuri kehadiran keluarga


menjalankan ajaran sebagai karunia Allah dalam
agama yang dianutnya mengembangkan dirinya
1.2. Mensyukuri kehadiran teman sebagai
karunia Allah dalam mengembangkan
dirinya
1.3. Menerima karya keselamatan Allah
yang dialami oleh tokoh-tokoh
Perjanjian Lama sebelum Yesus
Kristus, seperti: Kain dan Habel, Nabi
Nuh, Abraham, Esau dan Yakub
1.4. Menerima tokoh-tokoh Perjanjian
Baru dalam kisah Kanak-kanak Yesus
1.5. Menerima makna iman
1.6. Menerima makna dan macam-macam
doa
1.7. Menerima tetangga sebagai
pendukung pertumbuhan dan
perkembangan dirinya
1.8. Menjalankan hidup rukun dengan
tetangga sebagai bentuk perwujudan
kasih kepada sesama

14 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2. Menunjukkan perilaku 2.1 Bertanggung jawab terhadap keluarga


jujur, disiplin, tanggung 2.2 Bersikap jujur, santun dalam berteman
jawab, santun, peduli, 2.3 Menunjukkan kepercayaan pada
dan percaya diri dalam karya keselamatan Allah yang dialami
berinteraksi dengan oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama
keluarga, teman, dan sebelum Yesus Kristus, seperti: Kain
guru dan Habel, Nabi Nuh, Abraham, Esau
dan Yakub
2.4 Menunjukkan kepercayaan pada
tokoh-tokoh Perjanjian Baru dalam
kisah Kanak-kanak Yesus
2.5 Bertanggung jawab terhadap
imannya
2.6 Menunjukkan kepercayaan terhadap
makna dan macam-macam doa
2.7 Bersikap santun terhadap tetangga
sebagai pendukung pertumbuhan dan
perkembangan dirinya
2.8 Menunjukkan kepedulian dan hidup
rukun dengan tetangga sebagai bentuk
perwujudan kasih kepada sesama

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 15


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1 Memahami kehadiran keluarga


faktual dengan cara sebagai karunia Allah dalam
mengamati [mendengar, mengembangkan diri
melihat, membaca] dan 3.2 Memahami kehadiran teman
menanya berdasarkan sebagai karunia Allah dalam
rasa ingin tahu tentang memperkembangkan dirinya
dirinya, makhluk ciptaan 3.3 Memahami karya keselamatan Allah
Tuhan dan kegiatannya, yang dialami oleh tokoh-tokoh
dan benda-benda yang Perjanjian Lama sebelum Yesus
dijumpainya di rumah Kristus, seperti: Kain dan Habel, Nabi
dan di sekolah Nuh, Abraham, Esau dan Yakub
3.4 Memahami tokoh-tokoh Perjanjian
Baru dalam kisah Kanak-kanak Yesus
3.5 Mengenal makna iman
3.6 Mengenal makna dan macam-macam
doa
3.7 Memahami tetangga sebagai
pendukung pertumbuhan dan
perkembangan dirinya
3.8 Memahami hidup rukun dengan
tetangga sebagai bentuk perwujudan
kasih kepada sesama

16 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 4.1 Membantu orangtua di rumah


faktual dalam bahasa 4.2 Membantu teman yang mengalami
yang jelas dan logis, kesulitan
dalam karya yang 4.3 Meneladani tindakan baik dari tokoh-
estetis, dalam gerakan tokoh sebelum Yesus Kristus, seperti
yang mencerminkan diceriterakan dalam kisah Kain dan
anak sehat, dan Habel, Nabi Nuh, Abraham, Esau dan
dalam tindakan yang Yakub
mencerminkan perilaku 4.4 Meneladani sikap baik tokoh-tokoh
anak beriman dan Perjanjian Baru dalam Kisah kanak-
berakhlak mulia  kanak Yesus
4.5 Mengungkapkan iman dalam bentuk
ketaatan dan doa kepada Tuhan.
4.6 Mendaraskan macam-macam doa.
4.7 Terlibat dalam kegiatan bersama
warga sekitar.
4.8 Menjalani hidup rukun dengan
tetangga sebagai bentuk perwujudan
kasih dengan sesama

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 17


C. Kelas: III

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima dan 1.1 Mensyukuri pertumbuhan dan


menjalankan ajaran perkembangan diri sebagai anugerah
agama yang dianutnya Allah.
1.2 Mensyukuri bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk membedakan
perbuatan yang baik dan buruk
1.3 Menerima karya keselamatan Allah
yang dialami oleh tokoh-tokoh
Perjanjian Lama, seperti:Yakub, Yusuf
dan Musa dan tokoh Perjanjian Baru:
Yohanes Pembaptis
1.4 Menerima Yesus dan karya-Nya
melalui kisah percakapan Yesus
dengan Nikodemus, penggandaan lima
roti - dua ikan, dan kisah anak yang
hilang
1.5 Menerima makna dan tata perayaan
Sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat
sebagai tanda karya keselamatan
Allah bagi manusia
1.6 Menerima keutamaan Kristiani
sebagai tanggapan atas karya
keselamatan Allah
1.7 Menerima pemimpin dan tradisi
masyarakat sebagai wujud karya
keselamatan Allah
1.8 Menjalankan kegiatan masyarakat
sebagai perwujudan kesadaran bahwa
dirinya adalah anggota masyarakat

18 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2. Menunjukkan perilaku 2.1 Bertanggung jawab terhadap


jujur, disiplin, tanggung pertumbuhan dan perkembangan diri
jawab, santun, peduli, 2.2 Menunjukkan kemampuan untuk
dan percaya diri dalam membedakan perbuatan baik dan
berinteraksi dengan buruk
keluarga, teman, guru 2.3 Menunjukkan kepercayaannya akan
dan tatangganya karya keselamatan Allah yang dialami
oleh tokoh-tokoh Perjanjian Lama,
seperti:Yakub, Yusuf dan Musa dan
tokoh Perjanjian Baru: Yohanes
Pembaptis
2.4 Menunjukkan kepercayaannya akan
Yesus dan karya-Nya melalui kisah
percakapan Yesus dengan Nikodemus,
penggandaan lima roti - dua ikan, dan
kisah anak yang hilang
2.5 Menunjukkan rasa hormat dan
percaya akan makna dan tata
perayaan makna Sakramen Baptis,
Ekaristi dan Tobat sebagai tanda
karya keselamatan Allah bagi
manusia
2.6 Bertanggung jawab dalam keutamaan
Kristiani sebagai tanggapan atas karya
keselamatan Allah
2.7 Bersikap santun terhadap pemimpin
dan tradisi masyarakat sebagai wujud
karya keselamatan Allah
2.8 Bertanggung jawab dalam kegiatan
masyarakat sebagai perwujudan
kesadaran bahwa dirinya adalah
anggota masyarakat

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 19


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1 Mengenal pertumbuhan dan


faktual dengan cara perkembangan diri sebagai anugerah
mengamati [mendengar, Allah.
melihat, membaca] dan 3.2 Memahami bahwa dirinya memiliki
menanya berdasarkan kemampuan untuk membedakan
rasa ingin tahu tentang perbuatan yang baik dan buruk
dirinya, makhluk ciptaan 3.3 Mengenal karya keselamatan Allah
Tuhan dan kegiatannya, yang dialami oleh tokoh-tokoh
dan benda-benda yang Perjanjian Lama, seperti:Yakub, Yusuf
dijumpainya di rumah dan Musa dan tokoh Perjanjian Baru:
dan di sekolah Yohanes Pembaptis
3.4 Mengenal Yesus dan karya-Nya
melalui kisah percakapan Yesus
dengan Nikodemus, penggandaan lima
roti - dua ikan, dan kisah anak yang
hilang
3.5 Mengenal makna dan tata perayaan
sakramen Baptis, Ekaristi dan Tobat
sebagai tanda karya keselamatan
Allah bagi manusia
3.6 Memahami keutamaan Kristiani
sebagai tanggapan atas karya
keselamatan Allah
3.7 Mengenal pemimpin dan tradisi
masyarakat sebagai wujud karya
keselamatan Allah
3.8 Memahami keterlibatan dalam
kegiatan masyarakat sebagai
perwujudan kesadaran bahwa dirinya
adalah anggota masyarakat

20 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 1.1. Mendaraskan doa syukur atas


faktual dalam bahasa kemampuan diri yang dianugerahkan
yang jelas dan logis, Tuhan.
dalam karya yang 1.2. Memilih dan melakukan perbuatan
estetis, dalam gerakan yang baik
yang mencerminkan 1.3. Meneladani tindakan baik
anak sehat, dan tokoh-tokoh Perjanjian Lama,
dalam tindakan yang seperti:Yakub, Yusuf dan Musa dan
mencerminkan perilaku tokoh Perjanjian Baru: Yohanes
anak beriman dan Pembaptis
berakhlak mulia  1.4. Memberikan bantuan kepada orang
yang memerlukan pertolongan seturut
teladan Yesus seperti ditemukan
dalam kisah percakapan Yesus
dengan Nikodemus, penggandaan
lima roti - dua ikan, dan anak yang
hilang
1.5. Menghayati Sakramen Baptis,
Ekaristi dan Tobat dengan baik.
1.6. Terlibat dalam keutamaan Kristiani
sebagai tanggapan atas karya
keselamatan Allah
1.7. Meneladani pemimpin dan
menghayati tradisi masyarakat.
1.8. Terlibat dalam kegiatan masyarakat
sebagai wujud kesadaran bahwa
dirinya adalah anggota masyarakat

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 21


D. Kelas IV

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menjalankan, 1.1. Mensyukuri keunikan diri


dan menghargai ajaran sebagai anugerah Allah
agama yang dianutnya 1.2. Mensyukuri kemampuan dan
keterbatasan diri agar dapat
mengembangkan diri.
1.3. Menerima Allah yang
setia pada janji-Nya dengan
memberikan Sepuluh Firman
sebagai pedoman hidup.
1.4. Menerima makna
perumpamaan-perumpamaan
dan mukjizat-mukjizat Yesus
sebagai karya keselamatan
Allah
1.5. Menerima Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan orang tua.
1.6. Menerima Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan sesama.
1.7. Menerima aneka doa dalam
Gereja sebagai ungkapan iman
kepada Allah.
1.8. Menerima makna doa spontan
dalam doa pribadi dan doa
bersama.

22 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2. Menunjukkan perilaku 2.1. Bertanggung jawab terhadap


jujur, disiplin, keunikan diri
tanggungjawab, santun, 2.2. Bertanggung jawab terhadap
peduli, dan percaya diri kemampuan dan keterbatasan
dalam berinteraksi dengan diri agar dapat mengembangkan
keluarga, teman, guru, dan diri.
tetangganya 2.3. Menunjukkan kepercayaannya
kepada Allah yang setia pada
janji-Nya dengan memberikan
Sepuluh Firman sebagai
pedoman hidup.
2.4. Menunjukkan kepercayaannya
akan makna perumpamaan-
perumpamaan dan mukjizat-
mukjizat Yesus sebagai karya
keselamatan Allah
2.5. Menunjukkan kepercayaannya
akan Firman Allah sebagai
landasan dalam berelasi dengan
orang tua.
2.6. Menunjukkan kepercayaannya
akan Firman Allah sebagai
landasan dalam berelasi dengan
sesama.
2.7. Memiliki rasa hormat akan
aneka doa dalam Gereja sebagai
ungkapan iman kepada Allah.
2.8. Terbiasa berdoa spontan secara
pribadi atau bersama orang lain.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 23


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1. Memahami keunikan diri


faktual dengan cara sebagai anugerah Allah yang
mengamati dan menanya patut disyukuri
berdasarkan rasa ingin 3.2. Memahami kemampuan dan
tahu tentang dirinya, keterbatasan diri agar dapat
makhluk ciptaanTuhan dan mengembangkan diri.
kegiatannya, dan benda- 3.3. Memahami Allah yang
benda yang dijumpainya setia pada janjiNya dengan
di rumah, di sekolah dan memberikan Sepuluh Firman
tempat bermain sebagai pedoman hidup.
3.4. Memahami makna
perumpamaan-perumpamaan
dan mukjizat-mukjizat Yesus
sebagai karya keselamatan
Allah
3.5. Memahami Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan orang tua.
3.6. Memahami Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan sesama.
3.7. Memahami aneka doa dalam
Gereja sebagai ungkapan iman
kepada Allah.
3.8. Memahami makna doa spontan
dalam doa pribadi dan doa
bersama.

24 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 4.1. Mensyukuri keunikan diri


faktual dalam bahasa sebagai anugerah Allah
yang jelas, sistematis dan 4.2. Mensyukuri kemampuan
logis, dalam karya yang dan keterbatasan diri sebagai
estetis, dalam gerakan yang anugerah Allah
mencerminkan anak sehat, 4.3. Bersyukur kepada Allah yang
dan dalam tindakan yang setia pada janjiNya dengan
mencerminkan perilaku anak memberikan Sepuluh Firman
beriman dan berakhlak mulia sebagai pedoman hidup
4.4. Meneladani pribadi Yesus
sebagai pemenuhan janji Allah
dan yang mewartakan Kerajaan
Allah melalui Sabda dan
perbuatan
4.5. Melaksanakan Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan orang tua
4.6. Melaksanakan Firman Allah
sebagai landasan dalam berelasi
dengan sesama.
4.7. Mempraktikan aneka doa dalam
Gereja sebagai ungkapan iman
kepada Allah
4.8. Berdoa secara spontan dalam
doa pribadi dan doa bersama

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 25


E. Kelas V

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menjalankan, 1.1. Menerima diri sebagai


dan menghargai ajaran perempuan atau laki-laki seturut
agama yang dianutnya. citra Allah.
1.2. Menghargai sesama baik
perempuan maupun laki-laki
sebagai partner yang saling
melengkapi
1.3. Menerima tokoh-tokoh
Perjanjian Lama dalam kisah
Daud, Salomo dan Ester.
1.4. Menerima makna karya
keselamatan Allah yang
berpuncak pada sengsara, wafat
dan kebangkitan Yesus
1.5. Menerima hidup baru dalam Roh
Kudus yang terungkap melalui
doa-doa
1.6. Menerima karya Roh Kudus
dalam kehidupan menggereja
1.7. Menerima buah-buah Roh yang
dibutuhkan demi pengembangan
kehidupan bersama dalam
masyarakat
1.8. Menjalankan nilai-nilai
kejujuran dan keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai
tanggapan atas karya Roh Kudus

26 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2. Menunjukkan perilaku 2.1. Bertanggung jawab sebagai


jujur, disiplin, perempuan atau laki-laki seturut
tanggungjawab, santun, citra Allah.
peduli, dan percaya 2.2. Santun terhadap sesama baik
diri dalam berinteraksi perempuan maupun laki-laki
dengan keluarga, teman, sebagai partner yang saling
guru, dan tetangganya. melengkapi
2.3. Menunjukkan kepercayaannya
pada tokoh-tokoh Perjanjian
Lama dalam kisah Daud,
Salomo dan Ester.
2.4. Menunujukkan kepercayaannya
akan karya keselamatan Allah
yang berpuncak pada sengsara,
wafat dan kebangkitan Yesus
2.5. Menunjukkan kepercayaannya
akan hidup baru dalam Roh
Kudus yang terungkap melalui
doa-doa
2.6. Menunjukkan kepercayaannya
akan karya Roh Kudus dalam
kehidupan menggereja
2.7. Menunjukkan kepercayaannya
akan buah-buah Roh
dibutuhkan demi pengembangan
kehidupan bersama dalam
masyarakat
2.8. bersikap jujur dan adil dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai
tanggapan atas karya Roh Kudus

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 27


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1. Memahami diri sebagai


factual dengan cara perempuan atau laki-laki seturut
mengamati dan menanya citra Allah.
berdasarkan rasa ingin 3.2. Memahami sesama baik
tahu tentang dirinya, perempuan maupun laki-laki
makhluk ciptaan Tuhan sebagai partner yang saling
dan kegiatannya, dan melengkapi
benda-benda yang 3.3. Mengenal tokoh-tokoh Perjanjian
dijumpainya di rumah, Lama dalam kisah Daud,
di sekolah dan tempat Salomo dan Ester.
bermain. 3.4. Memahami makna karya
keselamatan Allah yang
berpuncak pada sengsara, wafat
dan kebangkitan Yesus
3.5. Memahami hidup baru dalam
Rohkudus yang terungkap
melalui doa-doa
3.6. Memahami karya Rohkudus
dalam kehidupan menggereja
3.7. Memahami buah-buah Roh yang
dibutuhkan demi pengembangan
kehidupan bersama dalam
masyarakat
3.8. Mengenal nilai-nilai kejujuran
dan keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai tanggapan
atas karya Rohkudus

28 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 4.1. Menghargai diri sebagai


faktual dalam bahasa perempuan atau laki-laki seturut
yang jelas, sistematis dan citra Allah.
logis, dalam karya yang 4.2. Menghargai sesama baik
estetis, dalam gerakan yang perempuan maupun laki-laki
mencerminkan anak sehat, sebagai partner yang saling
dan dalam tindakan yang melengkapi
mencerminkan perilaku anak 4.3. Meneladani tokoh-tokoh
beriman dan berakhlak mulia Perjanjian Lama dalam kisah
Daud, Salomo dan Ester.
4.4. Berkorban bagi orang lain
sebagai perwujudan makna
karya keselamatan Allah yang
berpuncak pada sengsara, wafat
dan kebangkitan Yesus
4.5. Mempraktikkan hidup baru
dalam Roh Kudus yang
terungkap melalui doa-doa
4.6. Mewujudkan karya Rohkudus
dalam kehidupan menggereja
4.7. Mewujudkan buah-buah
Roh yang dibutuhkan demi
pengembangan kehidupan
bersama dalam masyarakat
4.8. Bertindak jujur dan adil dalam
kehidupan bermasyarakat sebagai
tanggapan atas karya Rohkudus

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 29


F. Kelas VI

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menerima, menjalankan, dan 1.1 Mensyukuri diri sebagai warga


menghargai ajaran agama yang negara Indonesia yang beraneka
dianutnya ragam sebagai karunia Allah
1.2 Mensyukuri diri sebagai bagian
warga dunia dan melibatkan diri
dalam berbagai keprihatinan yang
ada
1.3. Menerima karya keselamatan
Allah melalui para nabi
1.4. Menerima karya keselamatan
Allah melalui kata-kata, tindakan,
dan pribadi Yesus Kristus
1.5. Menerima ciri-ciri Gereja
1.6. Menghargai karya pelayanan
Gereja
1.7. Menerima aneka tantangan
zaman di tengah masyarakat
1.8. Menanggapi aneka tantangan
zaman berdasarkan ajaran Gereja
dan hati nurani

30 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

2. Menunjukkan perilaku jujur, 2.1 Bertanggung jawab sebagai


disiplin, tanggungjawab, warga negara Indonesia yang
santun, peduli, dan percaya beraneka ragam sebagai karunia
diri dalam berinteraksi dengan Allah
keluarga, teman, guru, dan 2.2 Bertanggung jawab sebagai
tetangganya bagian warga dunia dan
melibatkan diri dalam berbagai
keprihatinan yang ada
2.3 Menunjukkan kepercayaannya
akan karya keselamatan Allah
melalui para nabi
2.4 Menunjukkan kepercayaannya
akan karya keselamatan Allah
melalui kata-kata, tindakan, dan
pribadi Yesus Kristus
2.5 Menunjukkan sikap yang sesuai
dengan ciri-ciri Gereja
2.6 Bertanggung jawab terhadap
karya pelayanan Gereja
2.7 Bertanggung jawab dan santun
terhadap aneka tantangan zaman
di tengah masyarakat
2.8 Bertanggung jawab terhadap
aneka tantangan zaman sesuai
dengan ajaran Gereja dan hati
nurani

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 31


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami pengetahuan 3.1. Memahami diri sebagai warga


factual dengan cara mengamati negara Indonesia yang beraneka
dan menanya berdasarkan rasa ragam sebagai karunia Allah
ingin tahu tentang dirinya, 3.2 Memahami diri sebagai bagian
makhluk ciptaanTuhan dan warga dunia dan melibatkan diri
kegiatannya, dan benda-benda dalam berbagai keprihatinan yang
yang dijumpainya di rumah, ada
di sekolah dan tempat bermain 3.3. Memahami karya keselamatan
Allah melalui para nabi
3.4. Memahami karya keselamatan
Allah melalui kata-kata, tindakan,
dan pribadi Yesus Kristus
3.5. Memahami ciri-ciri Gereja
3.6. Mengenal karya pelayanan Gereja
3.7. Memahami aneka tantangan
zaman di tengah masyarakat
3.8. Memahami aneka tantangan
zaman berdasarkan ajaran Gereja
dan hati nurani

32 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

4. Menyajikan pengetahuan 4.1. Mewujudkan kebanggaan diri


faktual dalam bahasa sebagai salah seorang warga
yang jelas, sistematis dan negara Indonesia yang beraneka
logis, dalam karya yang ragam sebagai karunia Allah
estetis, dalam gerakan yang 4.2 Mengungkapkan diri sebagai
mencerminkan anak sehat, bagian warga dunia dan
dan dalam tindakan yang melibatkan diri dalam berbagai
mencerminkan perilaku anak keprihatinan yang ada
beriman dan berakhlak mulia 4.3. Mewujudkan karya keselamatan
Allah yang diwartakan para nabi
4.4. Melaksanakan karya keselamatan
Allah melalui kata-kata, tindakan,
dan pribadi Yesus Kristus
4.5. Mempraktikan ciri-ciri Gereja
dalam hidup sehari-hari.
4.6. Melibatkan diri dalam karya
pelayanan Gereja
4.7. Menghadapi aneka tantangan
zaman di tengah masyarakat
4.8. Menanggapi aneka tantangan
zaman berdasarkan ajaran Gereja
dan hati nurani

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 33


34 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB IV
DESAIN PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

Pengertian disain pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


ini merujuk pada kutipan Standar Proses sebagaimana tertulis dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tahun 2013. Standar Proses adalah
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Hal itu dikembangkan dengan
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi sebagaimana
tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa aspek pokok desain pembelajaran PAK
dan Budi Pekerti yakni: kerangka pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
strategi dan metode pembelajaran serta rancangan pembelajaran.

A. Kerangka Pembelajaran
Prinsip pembelajaran PAK dan Budi Pekerti secara menyeluruh telah
dikemukakan pada kurikulum 2013. Pada bagian ini dikemukakan beberapa
prinsip pembelajaran yang pokok saja, antara lain: penguasaan pengetahuan
pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan berbagai sumber
belajar melalui pendekatan ilmiah, terpadu serta berbasis kompetensi. Prinsip
yang dikembangkan dalam pembelajaran sikap dicapai melalui keteladanan
guru dan pengembangan kultur sekolah, sehingga pembelajaran sikap tidak
bersifat verbalis. Sedangkan pengembangan keterampilan, prinsip yang
dikembangkan berorientasi pada kemampuan mencipta.
Kerangka pembelajaran yang dikembangkan berpijak pada tiga unsur,
pengalaman, Kitab Suci / Tradisi serta refleksi pengalaman iman.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 35


B. Pendekatan Pembelajaran
Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik guna mengembangkan
kompetensi yang diharapkan. Dalam konteks Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti penemuan pengetahuan, pengembangan sikap iman dan
pengayaan penghayatan iman diproses melalui tindakan merefleksikan
pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci dan Tradisi. Walaupun demikian
guru tetap dapat memanfaatkan berbagai macam pendekatan yang selama
ini dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, yakni
pendekatan berbasis pengalaman (pergumulan), pendekatan naratif-
eksperiensial, dan pendekatan pedagogi reflektif.
1. Pendekatan pergumulan
Mengingat keanekaragaman murid, guru, sekolah dan berbagai
keterbatasan yang ada dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik,
Komisi Kateketik KWI dalam lokakarya di Malino tahun 1981
mengusulkan pendekatan pergumulan sebagai pola Pembelajaran
Agama Katolik di sekolah. Pendekatan ini berorientasi pada pengetahuan
yang tidak lepas dari pengalaman, yakni pengetahuan yang menyentuh
pengalaman hidup peserta didik. Pengetahuan diproses melalui
refleksi pengalaman hidup, selanjutnya diinternalisasikan dalam diri
peserta didik sehingga menjadi karakter. Pengetahuan iman tidak akan
mengembangkan diri seseorang kalau ia tidak mengambil keputusan
terhadap pengetahuan tersebut. Proses pengambilan keputusan itulah
yang menjadi tahapan kritis sekaligus sentral dalam pembelajaran
agama.
Tahapan proses pendekatan pergumulan adalah sebagai berikut:
a. Menampilkan fakta dan pengalaman manusiawi yang membuka
pemikiran atau yang dapat menjadi umpan
b. Menggumuli fakta dan pengalaman manusiawi secara mendalam
dan meluas dalam terang Kitab Suci

36 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


c. Merumuskan nilai-nilai baru yang ditemukan dalam proses refleksi
sehingga terdorong untuk menerapkan dan mengintegrasikan
dalam hidup

2. Pendekatan naratif-eksperiensial
Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya seringkali menggunakan cerita.
Cerita-cerita itu menyentuh dan mengubah hidup banyak orang secara
bebas. Metode bercerita yang digunakan Yesus dalam pengajaranNya
dikembangkan sebagai salah satu pendekatan dalam Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti yang dikenal dengan pendekatan naratif-
eksperiensial.
Dalam pendekatan Naratif-eksperiensial biasanya dimulai dengan
menampilkan cerita (cerita-cerita yang mengandung nilai-nilai
kehidupan dan kesaksian) yang dapat menggugah sekaligus menilai
pengalaman hidup peserta didik
Tahapan dalam proses pendekatan naratif eksperiensial adalah sebagai
berikut:
a. Menampilkan cerita pengalaman/ cerita kehidupan/cerita rakyat
b. Mendalami cerita pengalaman/cerita kehidupan/cerita rakyat
c. Membaca Kitab Suci/Tradisi
d. Menggali dan merefleksikan pesan Kitab Suci / Tradisi
e. Menghubungkan cerita pengalaman/cerita /kehidupan/cerita
rakyat dengan cerita Kitab Suci/Tradisi sehingga bisa menemukan
kehendak Allah yang perlu diwujudkan

3. Pendekatan reflektif
Pendekatan reflektif ialah suatu pembelajaran yang mengutamakan
aktivitas siswa untuk menemukan dan memaknai pengalamannya
sendiri. Pendekatan ini memiliki lima aspek pokok, yakni: konteks,
pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 37


Konteks
Perkembangan pribadi peserta didik dimungkinkan jika mengenal
bakat, minat, pengetahuan, dan keterampilan mereka. Konteks hidup
peserta didik ialah keluarga, teman-teman sebaya, adat, keadaan sosial
ekonomi, politik, media, musik, dan lain lain. Dengan kata lain konteks
hidup peserta didik meliputi seluruh kebudayaan yang melingkupinya
termasuk lingkungan sekolah.
Komunitas sekolah adalah sintesis antara kebudayaan yang hidup dan
kebudayaan yang ideal. Kebudayaan yang berlangsung di masyarakat
akan berpengaruh pada sekolah. Namun demikian sekolah sebagai
lembaga pendidikan seharusnya bersikap kritis terhadap kebudayaan
yang berkembang di masyarakat. Komunitas sekolah merupakan
tempat berkembangnya nilai-nilai dan norma-norma yang dijunjung
dan dihormati. Konteks ini menjadi titik tolak dari proses Pendekatan
Reflektif.

Pengalaman
Pengalaman yang dimaksud dalam pendekatan reflektif adalah
pengalaman baik langsung maupun tidak langsung yang merupakan
akumulasi dari proses pembatinan yang melibatkan aspek kognitif
dan afektif. Dalam pengalaman tersebut termuat di dalamnya fakta-
fakta, analisis, dan dugaan-dugaan serta penilaian terhadap ide-ide.
Pengalaman langsung jauh lebih mendalam dan lebih berarti daripada
pengalaman tidak langsung. Pengalaman langsung dapat diperoleh bila
peserta didik melakukan percobaan-percobaan, melaksanakan suatu
proyek, dan lain-lain. Pengalaman tidak langsung dapat diolah dan
direfleksikan dengan membangkitkan imajinasi dan indera, sehingga
mereka dapat sungguh-sungguh memasuki kenyataan yang sedang
dipelajari.

38 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


Refleksi
Pengalaman akan bernilai jika pengalaman tersebut diolah. Pengalaman
yang diolah secara kognitif akan menghasilkan pengetahuan.
Pengalaman yang diolah secara afektif menghasilkan sikap, nilai-nilai
dan kematangan pribadi. Pengalaman yang diolah dalam perspektif
religius akan menghasilkan pengalaman iman. Pengalaman yang diolah
dalam perspektif budi, akan mendidik nurani.
Refleksi adalah mengolah pengalaman dengan berbagai perspektif
tersebut. Refleksi inilah inti dari proses belajar.Tantangan bagi pendidik
adalah merumuskan pertanyaan yang mewakili berbagai perspektif
tersebut; pertanyaan-pertanyaan yang membantu peserta didik dapat
belajar secara bertahap. Dengan refleksi tersebut, pengetahuan, nilai/
sikap, perasaan yang muncul, bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar,
melainkan muncul dari dalam dan merupakan temuan pribadi. Hasil
belajar dari proses reflektif tersebut akan jauh lebih membekas, masuk
dalam kesadaran daripada suatu yang dipaksakan dari luar. Hasil belajar
yang demikian itu diharapkan mampu menjadi motivasi dan melakukan
aksi nyata.

Aksi
Refleksi menghasilkan kebenaran yang berpihak. Kebenaran yang
ditemukan menjadi pegangan yang akan mempengaruhi semua keputusan
lebih lanjut. Hal ini nampak dalam prioritas-prioritas. Prioritas-prioritas
keputusan dalam batin tersebut selanjutnya mendorong peserta didik
untuk mewujukannya dalam aksi nyata secara konsisten.
Dengan kata lain pemahaman iman, baru nyata kalau terwujud secara
konkret dalam aksi. Aksi mencakup dua langkah, yakni: pilihan-pilihan
dalam batin dan pilihan yang dinyatakan secara lahir.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 39


Evaluasi
Evaluasi dalam konteks Pendekatan Reflektif mencakup penilaian
terhadap proses/cara belajar, kemajuan akademis, dan perkembangan
pribadi peserta didik. Evaluasi proses/cara belajar dan evaluasi akademis
dilakukan secara berkala. Demikian juga evaluasi perkembangan
pribadi perlu dilakukan berkala, meskipun frekuensinya tidak sesering
evaluasi akademis.
Evaluasi akademis dapat dilaksanakan melalui tes, laporan tugas,
makalah, dan sebagainya. Untuk evaluasi kemajuan kepribadian dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai alat antara lain: buku harian,
evaluasi diri, wawancara, evaluasi dari teman dan sebagainya. Evaluasi
ini menjadi sarana bagi pendidik untuk mengapresiasi kemajuan peserta
didik dan mendorong semakin giat berefleksi.

C. Strategi dan Metode Pembelajaran


Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak lain ialah pembelajaran
mengenai hidup. Pengalaman hidup peserta didik menjadi sentral dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti perlu dirancang sehingga memungkinkan
optimalisasi potensi-potensi yang dimiliki peserta didik yang meliputi
perkembangan, minat dan harapan serta kebudayaan yang melingkupi
kehidupan peserta didik.
Metode yang relevan untuk mengoptimalisasikan potensi peserta didik dan
pendekatan saintifik sesuai dengan kurikulum 2013 antara lain: observasi,
bertanya, refleksi, diskusi, presentasi, dan unjuk kerja.
Rencana pembelajaran meliputi analisis kompetensi, analisis konteks,
identifikasi permasalahan (kesenjangan antara harapan dan kenyataan),
penentuan strategi yang meliputi pemilihan model, materi, metode, dan
media pembelajaran untuk mencapai kompetensi bertolak dari konteks.

40 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


Berdasarkan keseluruhan gagasan tersebut disusunlah proses pembelajaran
yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Hal itu dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Analisis Kompetensi Analisis Konteks

Identifikasi permasalahan

Pemilihan strategi
• Materi
• Model
• Metode
• Media

Penyusunan proses pembelajaran:


• Kegiatan pendahuluan
• Kegiatan inti
• Kegiatan penutup

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 41


42 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB V
MODEL PEMBELAJARAN

A. Model Pembelajaran Kurikulum 2013


Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang
menggunakan pendekatan saintifik/ ilmiah. Penerapan Pendekatan saintifik/
ilmiah dalam proses pembelajaran ini disebut-sebut sebagai ciri khas dan
kekuatan dari Kurikulum 2013.
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah,
selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik
untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, peserta didik
dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah, dalam
melihat suatu fenomena. Mereka dilatih untuk mampu berpikir logis, runtut
dan sistematis, dengan menggunakan kapasistas berpikir tingkat tinggi
(High Order Thinking/HOT). Combie White (1997) dalam bukunya yang
berjudul “Curriculum Innovation; A Celebration of Classroom Practice”
telah mengingatkan kita tentang pentingnya membelajarkan peserta didik
tentang fakta-fakta. “Tidak ada yang lebih penting, selain  fakta“,  demikian
ungkapnya.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam model pembelajaran
menuntut adanya pembaharuan dalam penataan dan bentuk pembelajaran
itu sendiri yang seharusnya berbeda dengan pembelajaran konvensional.
Beberapa model pembelajaran yang dipandang sejalan dengan prinsip-
prinsip pendekatan saintifik/ ilmiah, antara lain:

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 43


1. Contextual Teaching and Learning
2. Cooperative Learning
3. Communicative Approach
4. Project-Based Learning
5. Problem-Based Learning
6. Direct Instruction

Model-model ini berusaha membelajarkan peserta didik untuk mengenal


masalah, merumuskan masalah, mencari solusi  atau menguji  jawaban
sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan penyelidikan
(menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), pada akhirnya dapat
menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan maupun tulisan.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran didalamnya
mencakup komponen: mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi,
mengomunikasikan dan mencipta.

B. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti


Penerapan Pendekatan saintifik dalam model pembelajaran Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti perlu dipahami secara tepat.
Sebab pendekatan pemahaman bidang agama sangat berbeda dengan
pendekatan saintifik pada bidang ilmu lain. Tidak semua isi agama dapat
diuraikan dan dipahami secara ilmiah, sehingga seolah-olah agama itu
menjadi serba logis dan riil. Bidang agama mempunyai dimensi ilahi dan
misteri yang tidak bisa dijelaskan dan didekati secara saintifik.
Selama ini kita mengenal beberapa pola model pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik dan Budi Pekerti. Model pembelajaran yang umumnya
digunakan adalah model komunikasi iman dan internalisasi iman, analisa
sosial, reflektif, dan lainnya. Bila melihat unsur dan langkah-langkah
yang ditampilkan dalam pendekatan saintifik (mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, mengomunikasikan dan mencipta), dan

44 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


membandingkannya dengan model yang selama ini digunakan dalam
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, maka kita menemukan
beberapa unsur yang sejalan, walaupun tidak persis sama.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik, diawali dengan
mengungkapkan pengalaman riil yang dialami diri sendiri atau orang
lain, baik yang didengar, dirasakan, maupun dilihat (bdk. mengamati).
Pengalaman yang diungkapkan itu kemudian dipertanyakan sehingga
dapat dilihat secara kritis keprihatinan utama yang terdapat dalam
pengalaman yang terjadi, serta kehendak Allah dibalik pengalaman
tersebut (bdk. menanya). Upaya mencari jawaban atas kehendak Allah di
balik pengalaman keseharian kita, dilakukan dengan mencari jawabannya
dari berbagai sumber, terutama melalui Kitab Suci dan Tradisi (bdk.
mengeksplorasi). Pengetahuan dan Pemahaman dari Kitab Suci dan Tradisi
menjadi bahan refleksi untuk menilai sejauhmana pengalaman keseharian
kita sudah sejalan dengan kehendak Allah yang diwartakan dalam Kitab
Suci dan Tradisi itu. Konfrontasi antara pengalaman dan pesan dari sumber
seharusnya memunculkan pemahaman dan kesadaran baru/ metanoia (bdk.
mengasosiasi), yang akan sangat baik bila dibagikan kepada orang lain,
baik secara lisan maupun tulisan (bdk. mengomunikasikan). Pertobatan
yang dihasilkan dalam proses pembelajaran, hendaknya diwujud-nyatakan
dalam karya dan tindakan yang mengungkapkan nilai-nilai pertobatan
tersebut (bdk. mencipta)
Berkaitan dengan keenam langkah pembelajaran seperti diuraikan di atas
bisa jadi tidak semuanya sampai pada langkah mencipta, karena sangat
tergantung dari materi pembelajarannya. Materi-materi tertentu proses
pembelajarannya bisa dipadukan dengan model problem-based learning,
atau direct – learning atau model lainnya.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 45


46 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB VI
PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI

A. Pengertian
Penilaian pembelajaran adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur dan menilai tentang masukan, proses, dan
pencapaian hasil belajar peserta didik.

B. Strategi Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Objektif berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
b. Terpadu berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c. Ekonomis berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d. Transparan berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e. Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur,
dan hasilnya.
f. Edukatif berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik


(authentic assesment) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil
belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik atau

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 47


bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect)
dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.
Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan
program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai
bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar
Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses
pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot,
dan refleksi.

C. Bentuk Penilaian
a. Penilaian Kompetensi Sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta
didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian
diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal
berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang
digunakan berupa lembar penilaian diri.
c) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar
penilaian antarpeserta didik.

48 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

Contoh format penilaian Sikap:


1. Sikap Spiritual
a. Tehnik : Penilaian Diri
b. Bentuk Instrumen : lembar Penilaian Diri
c. Kisi-kisi :

Butir
No Sikap/ Nilai
Instrumen
1. Kagum akan Tuhan 1

2. Merasa dicintai Tuhan secara istimewa 2

3. Bangga terhadap keadaan diri 3

4. Mensyukuri karunia Tuhan 4

5. Merawat tubuh sebagai karunia Tuhan 5

6. Ikut serta memelihara ciptaan Tuhan 6

7. Membuang sampah pada tempatnya 7

Instrumen
Petunjuk : Nilailah dirimu sendiri: seberapa sering dirimu
menyadari hal-hal berikut dalam kehidupanmu sehari-hari
4= selalu
3= sering (dalam 1 tahun minimal 12 kali)
2= kadang-kadang (dalam 1 tahun kurang dari 4 kali)
1=tidak pernah

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 49


Nilai
No Pernyataan
1 2 3 4
Saya kagum terhadap Allah yang telah
1.
menciptakan setiap orang secara unik
Saya menyadari bahwa apapun yang melekat
2. pada diri saya merupakan bukti bahwa Tuhan
mencintai diri saya secara istimewa
Saya merasa bangga terhadap keadaan diri
3.
saya seperti yang nampak saat sekarang ini
Saya mensyukuri apapun yang ada / melekat
4.
pada diri saya
Saya merawat tubuh sebaik mungkin sebagai
5. ungkapan syukur saya atas kebaikan Tuhan
terhadap diri saya
Sebagai Citra Allah, Saya dipanggil Tuhan
6.
untuk ikut serta memelihara ciptaanNya
Saya membuang sampah pada tempatnya
7. sebagai wujud tanggung jawab saya
memelihara ciptaan Allah
Nilai:
7-12 = Kurang
13-18 = Cukup
19-24 = Baik
24-28 = Sangat Baik

2. Sikap Sosial
a. Tehnik : Observasi
b. Bentuk Instrumen : lembar Observasi
c. Kisi-kisi :

50 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


No Sikap/ nilai Butir instrumen
1. Tidak bersikap diskriminatif 1
2. Hormat terhadap sesama 2–4
Bertanggung jawab terhadap
3. 5–7
lingkungan hidup di sekitarnya
Instrumen :
4= selalu
3= sering (dalam 1 tahun minimal 12 kali)
2= kadang-kadang (dalam 1 tahun kurang dari 4 kali)
1=tidak pernah

No. Sikap/nilai Butir Instrumen 1 2 3 4

Menghormati 1. Bergaul dengan semua teman


sesama sebagai tanpa bertindak diskriminatif
citra Allah 2. Bersikap hormat terhadap
yang baik yang tua dan santun kepada
adanya yang lebih muda
1.
3. Saya menghormati setiap
teman, karena pada dasarnya
mereka ciptaan Allah yang
unik, termasuk mereka yang
memiliki kekurangan
Terlibat 4. Menegur secara sopan
aktif dalam terhadap teman yang
memelihara membuang sampah
ciptaan sebagai sembarangan
2.
perwujudan 5. Memelihara kebersihan kelas
pelaksanaan sekalipun tidak ditugaskan
tugas manusia dalam piket
citra Allah

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 51


No. Sikap/nilai Butir Instrumen 1 2 3 4

6. Berinisiatif mengajak
sesama untuk memelihara
lingkungan agar menjadi
tempat yang nyaman untuh
hidup dan bertumbuh
7. Menawarkan gagasan untuk
memelihara lingkungan
hidup
Nilai:
7-12 = Kurang
13-18 = Cukup
19-24 = Baik
24-28 = Sangat Baik
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan,
dan penugasan.
1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban
singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian
dilengkapi pedoman penskoran.
2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek
yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan
karakteristik tugas.

Contoh formatTindakan
penilaian yang
PengetahuanTindakan yang sesuai
tidak sesuai kehendak Allah
a. Tehnik : Tertulis
………….. …………..
b. Bentuk Instrumen : Uraian
………….. …………..
c. Kisi-kisi :
………….. …………..

52 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


No. Indikator Butir Instrumen
3.1.1 Menginventarisasi ciri-ciri yang
1 1
menjadikan seseorang disebut unik.
3.1.2. Menjelaskan sikap-sikap yang
2 muncul dalam menghadapi keunikan 2
beserta dampaknya pada tindakan.
3.1.3 Menjelaskan makna manusia
3 sebagai citra Allah berdasarkan Kej. 3
1: 26- 28.
3.1.4 Menganalisa beberapa contoh kasus
atau peristiwa yang menggambarkan
4 4
kondisi memperihatinkan dari
ciptaan Tuhan saat ini.
3.1.5 Merumuskan dengan kata-kata
sendiri ajaran Kitab Suci Kej. 1:26-
5 5
30 tentang tugas manusia sebagai
citra Allah
3.1.6 Membuat perbandingan tentang ciri-
ciri tindakan manusia yang sesuai
6 6
dengan kehendak Allah dengan yang
bertentangan dengan kehendak Allah

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 53


Instrumen :

No. Butir Instrumen Score


1 Sebutkan unsur-unsur apa saja yang menjadikan
10
manusia itu unik !
2 Seorang remaja berkata: “Tuhan itu tidak adil,
mengapa Ia tidak menciptakan saya seperti A yang
sekarang jadi bintang sinetron dan bintang iklan itu.
Nyatanya wajah saya jelek dan kurang menarik”. 25
Bagaimana pendapatmu tentang sikap temanmu
itu bila dikaitkan dengan pemahamanmu tentang
keunikan manusia ?
3. Jelaskan makna manusia sebagai Citra Allah serta
15
tugas yang diberkan Allah kepadanya !
4. Disajikan kasus pembalakan liar
Uraikanlah tanggapanmu atas kasus tersebut
dengan mengungkapkan:
- Apa dampak peristiwa tersebut bagi
kehidupan umat manusia ? 30
- Sejauhmana perilaku tersebut jika dikaitkan
dengan pemahamanmu tentang Tugas
Manusia sebagai Citra Allah menurut Kej
1:26-28
5. Rumuskan dengan kata-katamu sendiri pesan yang
10
disampaikan dalam kitab Kej 1:26-30
6 Sebutkan ciri-ciri tindakan manusia yang tidak
sesuai dan yang sesuai dengan kedudukan
manusia sebagai citra Allah dalam kolom berikut

10

54 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


Nilai = Score yang diperoleh x 100 %
Score total

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,


yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu
kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, proyek, dan
penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau
skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.
1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa
keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan
tuntutan kompetensi.
2) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi
kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis
maupun lisan dalam waktu tertentu.
3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan
cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang
tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,
perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam
kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan
nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap
lingkungannya.
Contoh format Penilaian Ketrampilan:
a. Tehnik : Membuat Karya Tertulis
b. Bentuk Instrumen` : Menyusun Doa Tertulis
c. Kisi-kisi :

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 55


No Sikap/ nilai Butir instrumen

Doa tertulis yang mengungkapkan rasa


1 1–4
syukur sebagai Citra Allah yang unik

Instrumen Penilaian:

No. Indicator penilaian Score Total


Struktur doa memuat: pujian, syukur dan
1. 20
permohonan
2. Doa sesuai dengan tema 10
Isi mengungkapkan rasa syukur atas dirinya
3. 50
yang unik
4. Bahasa, kata tepat, jelas dan bisa difahami 20
Score
100
total

Nilai:
21-40 : Kurang
41-60 : Cukup
61-80 : Baik
81-100 : Sangat Baik

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:


1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;
2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan
bentuk instrumen yang digunakan; dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria

56 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan
pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai,
daya dukung, dan karakteristik peserta didik

D. Pelaporan Hasil Penilaian

1. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara


berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan
kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan
dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal
semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih
teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan
instrumen serta pedoman pen-skor-an sesuai dengan teknik
penilaian yang dipilih.
2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali
dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes.
Penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya
untuk mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan kondisi
dan tingkat kemampuan peserta didik.
3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan
mengacu pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata
pelajaran yang diintegrasikan dalam tema tersebut.
4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 57


mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada
peserta didik disertai umpan balik (feedback) berupa komentar
yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak terkait
dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.

2. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk:

1) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil


penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk
penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu.
2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial.

3. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada Kepala


Sekolah /Wali Kelas dan Orangtua pada periode yang ditentukan
4. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua
pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan
dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru

58 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


BAB VII
MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BELAJAR

A. Pengertian Media Pembelajaran dan Sumber Belajar


Media pembelajaran adalah pengantar atau pengantara yang dapat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan serta kemauan
para peserta didik, sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar
pada diri mereka. Media pembelajaran meliputi perangkat keras yang
dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan.
Perlu diingat media pembelajaran bukan hanya berupa alat (TV, radio,
komputer) atau bahan saja (makalah, buku, artikel), tapi juga hal-hal lain
yang memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan, misalnya
diskusi, seminar, simulasi.
Sumber belajar adalah buku teks, media cetak, media elektronik,
narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya, yang dapat digunakan
baik secara terpisah maupun terkombinasi oleh para peserta didik dalam
belajar, sehingga mempermudah mereka dalam mencapai tujuan belajar
atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar membantu optimalisasi
hasil belajar para peserta didik, yang dapat dilihat bukan hanya dari hasil
belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang berupa
interaksi para peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang dapat
memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman serta
penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.
Jadi, dalam arti luas media belajar adalah segala hal yang dapat menjadi
perantara pesan. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
dan Budi Pekerti, yang dimaksud pesan adalah tujuan. Media belajar adalah
segala hal yang dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran. Perangkat
keras dan perangkat lunak semuanya menjadi media belajar. Dalam arti
sempit media belajar adalah perangkat keras. Perangkat lunak, isinya

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 59


merupakan sumber belajar.
Dalam pemikiran yang berkembang akhir-akhir ini terutama oleh karena
kemajuan teknologi informasi, media dan pesan tidak terpisahkan. Pesan
adalah media itu sendiri. Media adalah pesannya. Media sekarang ini sudah
mengubah hidup orang bukan karena isinya tetapi semata karena medianya.
Oleh karena itu guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti perlu
cermat betul dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran.

B. Media Pembelajaran dan Sumber Belajar dalam Pendidikan Agama Katolik


dan Budi Pekerti.

Berdasarkan pemikiran di atas, dalam pemilihan dan penggunaan media


dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, hal yang perlu
diperhatikan ialah kompetensi yang mau dikembangkan, situasi peserta
didik dan sumber belajar. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti mau
mengembangkan kehidupan beriman peserta didik dalam seluruh aspeknya,
nalar, afeksi, hati, dan perilaku. Sehubungan dengan itu media pembelajaran
yang digunakan perlu relevan dengan daya nalar, afeksi, hati, dan perilaku.
Situasi peserta didik mencerminkan kebudayaan yang melingkupinya.
Kebudayaan yang melingkupi peserta didik sekaligus merupakan sumber
belajar.
Sehubungan dengan pemikiran tersebut, maka media pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dapat menggunakan hasil
budaya setempat. Hasil budaya tersebut antara lain: cerita, nyanyian, musik,
patung, lukisan, tarian, arsitektur, adat-istiadat, norma, permainan anak,
cara bertani, cara beternak, masakan, tata masyarakat dan sebagainya. Hasil
budaya sangat kaya nilai baik nilai sains, nilai moral, bahkan nilai religi.
Misalnya, Candi Borobudur merupakan hasil budaya, di samping sarat
nilai religi juga mengandung nilai sains yang tinggi. Hasil budaya-budaya
setempat seperti itu kiranya menjadi media sekaligus sumber belajar yang

60 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


perlu diangkat dalam Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Tradisi Gereja yang berkembang sekitar 2000 tahun hingga kini sangat
banyak menghasilkan hasil budaya yang sangat kaya nilai iman, antara lain:
patung, musik-nyanyian, arsitektur, lukisan, tarian, cerita, dan sebagainya.
Hasil-hasil tradisi Gereja tersebut sangat perlu diangkat juga, mengingat
hasil-hasil budaya tersebut sungguh diinspirasikan oleh iman yang
bersumber pada Kitab Suci.
Tentu tidak dapat diabaikan bahwa kebudayaan sekarang ini lebih
dipengaruhi oleh ilmu dan teknologi. Akumulasi teknologi dalam kehidupan
masyarakat menghasilkan modernitas. Produk-produk teknologi modern
dapat menjadi media belajar pula, sebagaimana disebut dalam pengertian di
atas, antara lain DVD, VCD, Flashdisk, Viewer, computer, robot, internet
dan sebagainya.
Keseluruhan pemilihan dan penggunaan media tersebut perlu bervariasi dan
kritis. Kritis maksudnya tidak asal digunakan apalagi berdasarkan perasaan
senang dan mudah, melainkan sungguh dipikirkan apakah dapat membantu
peserta didik memperkembangkan kehidupan berimannya dalam segala
aspek: kognisi, afeksi, dan keterampilan.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 61


62 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB VIII
GURU SEBAGAI PENGEMBANG KULTUR SEKOLAH

Kultur memiliki dua aspek yang tak terpisahkan, yakni aspek lahir dan batin.
Pada aspek batiniah kultur ialah nilai, prinsip, semangat, keyakinan atau pola
berpikir, merasa, dan bersikap yang dianut oleh sebuah komunitas. Pada aspek
lahiriah kultur merupakan kebiasaan berperilaku yang tampak dalam aturan,
prosedur kerja, pengambilan keputusan, tata krama, tata tertib, kepemimpinan,
simbol-simbol, adat-istiadat yang mengatur hubungan anggota komunitas baik
formal maupun informal. Sebuah tindakan konkret selalu didasari oleh nilai,
prinsip, semangat, dan keyakinan tertentu. Aspek lahir dan batin itu tampak
sebagai cara atau pola hidup yang bermakna.
Sekolah merupakan komunitas pembelajar yang satu sama lain saling
membantu untuk menumbuhkan dan mengembangkan kualitas kehidupan.
Kualitas kehidupan itu tampak dalam perkembangan intelektual, emosi, hati
nurani serta keimanan. Seluruh sumber daya sekolah melayani aktivitas belajar
demi pertumbuhan dan perkembangan kualitas kehidupan tersebut. Kultur
sekolah tidak lain adalah budaya belajar di sekolah. Dengan demikian tata
krama, tata tertib sekolah, peraturan, prosedur kerja, prosedur pengambilan
keputusan, interaksi pembelajaran, dan simbol-simbol perlu menumbuhkan dan
menghasilkan nilai dan semangat belajar.
Komunitas sekolah meliputi berbagai unsur dengan fungsi tertentu, yakni
peserta didik, guru, kepala sekolah beserta jajarannya, tenaga kependidikan,
dan pemangku kepentingan. Inti dari komunitas sekolah ialah interaksi pendidik
dengan peserta didik dalam belajar. Jadi pendidik bersama peserta didik berperan
sentral dalam aktivitas belajar.
Mengingat interaksi pendidik-peserta didik menjadi inti dari budaya sekolah

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 63


atau budaya belajar di sekolah, maka seluruh perilaku pendidik, dalam hal ini
guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, perlu menampilkan diri
sebagai seorang pembelajar, sehingga mampu menginspirasi peserta didik
dan anggota komunitas yang lain dalam belajar. Guru Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti perlu menjadi model atau teladan sebagai pembelajar.
Seorang pendidik tampak sebagai pembelajar antara lain dari pengelolaan kelas,
pengembangan proses pembelajaran dalam bidang studinya, karya-karya ilmiah
yang dihasilkannya, dan dalam menyikapi masalah-masalah dalam masyarakat
dan lingkungan sekitar.
Perkembangan dan keberhasilan aktivitas pendidik-peserta didik dalam belajar
memerlukan dukungan mutlak dari anggota komunitas yang lain seperti peserta
didik, pemimpin sekolah, tenaga kependidikan, orang tua, komite sekolah,
masyarakat dan lingkungan sekitar, serta pemangku kepentingan yang lainnya.
Hubungan antar fungsi dan unsur tersebut tercermin dalam tata krama, tata
tertib, peraturan, prosedur kerja, kerja sama dan simbol-simbol. Keseluruhan
tata kehidupan sekolah tersebut harus dilaksanakan secara bersama-sama.
Sehubungan dengan itu guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
perlu menjalin kerjasama dengan berbagai unsur komunitas sekolah untuk
melaksanakan tata kehidupan sekolah yang mendukung dan demi budaya
belajar.
Bersama peserta didik, guru perlu mengembangkan semangat dan proses belajar
atau prosedur ilmiah bidang studi Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti.
Bersama guru mata pelajaran yang lain, guru Pendidikan Agama Katolik dan
Budi Pekerti perlu berkomitmen melaksanakan tata krama, tata tertib, prosedur
kerja, pendekatan atau strategi pembelajaran yang dijadikan acuan oleh sekolah.
Bersama orang tua, guru perlu kerjasama untuk mengembangkan pendampingan
belajar yang mendukung pengembangan prosedur ilmiah Pendidikan Agama
Katolik dan Budi Pekerti. Sehubungan dengan itu guru perlu bersama-
sama menemukan prosedur pendampingan belajar tersebut. Misalnya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah orangtua tidak langsung memberi jawaban tetapi

64 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014


membantu putra/putrinya mengikuti langkah-langkah belajar yang diharapkan
sehingga persoalan belajar yang diberikan dalam pekerjaan rumah terpecahkan.
Dengan demikian sikap ilmiah murid akan terbangun.
Budaya sekolah tidak lepas dari budaya masyarakat. Budaya masyarakat tersusun
oleh unsur lingkungan alam, sosial, dan unsur adikodrati. Sehubungan dengan
itu pengembangan budaya sekolah perlu mendukung sekaligus didukung oleh
budaya masyarakat dengan memanfaatkan lingkungan alam, sosial, dan religius
sebagai sumber belajar. Adat masyarakat, berbagai kesenian (tari, musik,
arsitektur, pahat, sastra), wawasan lingkungan, merupakan sumber belajar yang
kaya nilai baik ilmiah, sosial maupun religius. Dengan memanfaatkan budaya
masyarakat sebagai sumber belajar guru dapat menjadi agen pengembang
budaya sebagai ‘ibu’ dari pendidikan.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 65


66 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014
BAB IX
PENUTUP

Dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti, peran


pendidik sangat penting. Kurikulum dan buku pelajaran sebaik apa pun, bila
tanpa ada guru yang memahami dan mampu melaksanakannya dengan baik,
tidak ada artinya. Guru perlu dipersiapkan dengan baik sehingga memiliki
semangat, kepribadian, pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Kehadiran kurikulum 2013 mengandaikan dan menuntut adanya guru yang
memahami dan mampu melaksanakan Kurikulum 2013 dengan baik dan benar.
Buku PEDOMAN ini diharapkan dapat membantu semua pihak yang
berkepentingan dalam memahami Kurikulum 2013 khususnya Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Buku PEDOMAN ini tentunya
belum bisa menjawab semua persoalan yang mungkin akan dihadapi guru
dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Oleh karena itu, sikap proaktif
dan inovasi dari para guru sangat diharapkan agar pelaksanaan Kurikulum 2013
ini dapat terlaksana dengan baik seperti yang diharapkan.

Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014 67


DAFTAR PUSTAKA

Dahlan (penyunting). 1990. Model-model Mengajar. Bandung: C.V. Diponegoro.


Departemen Pendidikan Nasional.2002. Layanan Pendidikan Berbasis Luas dengan
Pembekalan Kecakapan Hidup di SMU, Pedoman Pengembangan Kultur
Sekolah. Jakarta:Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Drost, J.I.G.M.,S.J. 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta: Kanisius.
Oemar Hamalik. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Mandar Maju
Permendikbud No. 64 tahun 2013 tentang Standar Isi
Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
Permendikbud No. 67 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SD-MI
Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMP-MTs
Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA-SMK
Pusat Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran Universitas Sanata Dharma.
2008. Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Ignasian. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Serikat Yesus Provinsi Indonesia. 1987. Ciri-ciri Khas Pendidikan Pada Lembaga
Yesuit. Serikat Yesus Provinsi Indonesia.
Tyler, Louise L. 1986. “Meaning and Schooling”, Theory into Practice. Volume XXV,
Number 1, pp. 53-57.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

68 Buku Pedoman Guru Kurikulum 2014

Anda mungkin juga menyukai