Anda di halaman 1dari 11

Referat

Hiperemesis Gravidarum

Pembimbing :
Dr. Ari Kusuma Sp.OG

Dr. Afra Sp.OG

Dr. Bahana Sp.OG

Disusun:

Leni Anggraeni

11.2014.032

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

KEPANITERAAN ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN

RUMAH SAKIT BHAKTI YUDHA

DEPOK
Pendahuluan

Sebagian besar emesis gravidarum (mual-muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat
jalan, serta pemberian obat penenang dan anti muntah. Tetapi sebagian kecil wanita hamil
tidak dapat mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan
sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan tergangggunya keseimbangan elektrolit.

Hiperemesis gravidarum dapat meyebabkan cadangan karbohidrat habis dipakai untuk


keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih pada cadangan lemak dan protein.
Karena pembakaran lemak kurang sempurna terjadilah badan keton dalam darah yang dapat
menambah beratnya gejala klinik.

Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan
mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton
dalam urin bahkan seperti gejala penyakit apendisitis, pielititis, dan sebagainya.1

Mual dan muntah mempengaruhi hingga >50% kehamilan. Kebanyakan perempuan


mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simtom akan teratasi
hingga akhir trimester pertama. Penyebab penyakit ini masih belum diketahui, secara pasti,
tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis.1

Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh suatu faktor toksik; juga tidak ditemukan kelainan biokimiawi
pada permulaan penyakit ini. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati, dan
urat syaraf disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inisiasi. Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain telah dikemukakan oleh beberapa penulis.1

 Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa,


dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan
ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan karena pada
kedua keadaan tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan
 Faktor-faktor organik yang dikemukakan ialah masuknya vili koriales dalam sirkulasi
maternal, yang oleh ibu dianggap sebagai benda asing, sehingga timbul reaksi
imunologik, dan perubahan metabolik glikogen hati yang disebabkan oleh kehamilan,
serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap faktor-faktor tersebut.
Menghilangnya mual dan muntah setelah kehamilan trimester pertama dapat
diterangkan karena ibu telah mengadakan desensitasi terhadap vili korioales dan telah
terjadi kompensasi metabolisme glikogen dalam hati.
 Alergi. Sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut
sebagai salah satu faktor organik.
 Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dsn persalinan, takut
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperbeat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan
menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

Gambar 1. Faktor-faktor penyebab Hiperemesis gravidarum

Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui pasti. Tidak jarang
dengan memberikan suasana baru, sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah.1
Pada literatur lain, penebab gestosis-hiperemesis gravidarum dibagi menjadi 2 faktor berikut.

1. Psikologis, bergantung pada


a. Apakah si ibu dapat menerima kehamilannya
b. Apakah kehamilannya diingankan atau tidak
2. Fisik:
a. Terdapat kemungkinan masuknya vili khorealis ke dalam sirkulasi darah ibu.
b. Terjadi peningkatan yang mencolok atau belum beradaptasi dengan kenaikan
human chorionic gonadotrhropin
c. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin yang tinggi:
i. Primigravida lebih sering dari multigravida
ii. Semakin meningkat pada mola hidatidosa, hamil ganda, dan
hidramnion.
d. Faktor gizi/anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum.2

Klasifikasi

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

Tingkat I

Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman sedikit cairan
empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan
tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering.

Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril,
nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80
mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat
badan cepat menurun.

Tingkat III

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran
(delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis,
nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.1
Patofisiologi

Ada yang mengatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar
esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik
hormon esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf perifer pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,
meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.1

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil
muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit
dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala gejala ini hanya terjadi pada
sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh
hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik
dengan gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat.1

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak


habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah
turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya eksresi lewat ginjal,
menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus
dan lambung (sindroma Mallory Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri jaang sampai diperlukan
transfusi atau tindakan operasi.1
Dampak dari semua masalah tersebut menimbulkan gangguan fungsi alat vital berikut ini.

1. Liver
a. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun.
b. Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus
c. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan
fungsi umum.
2. Ginjal
a. Dehidrasi penurunan diuresis seingga sisa metabolisme tertimbun, seperti:
 Asam laktat
 Benda keton
b. Terjadi perdarahan dan nekrosis sel ginjal
 Diuresis berkurang bahkan dapat anuria
 Mungkin terjadi albuminuria
c. Sistem saraf pusat
 Terjadi nekrosis dan perdarahan otak diantaranya perdarahan ventrikel
 Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak
fungsi saraf pusat yang menimbulkan kelainan ensefalopati Wernicke
dengan gejala
 Nistagmus
 Gangguan kesadaran dan mental serta diplopia
 Perdarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan

Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi umum alat-alat vital
dan menimbulkan kematian.2

Gejala klinik

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea,
muntah, penurunan berat badan, ptialism (salivasi yang berlebihan), tanda-tanda dehidrasi
termasuk hipotensi postural dan takikardi. Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai
hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid dan LFT yang abnormal
juga dapat dijumpai.1

Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi menjadi tiga
tingakat:
1. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama
 Muntah terus berlangsung
 Makan berkurang
 Berat badan menuun
 Kulit dehidrasi-tonusnya lemah
 Nyeri di daerah epigastrium
 Tekanan darah turun dan nadi meningkat
 Lidah kering
 Mata tampak cekung
2. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua
 Penderita tampak lebih lemah
 Gejala dehidrasi makin tampak mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah
kering dan kotor
 Tekanan darah turun, nadi meningkat
 Berat badan makin menurun
 Mata ikterik
 Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urin berkurang, badan aseton dalam
urin meningkat
 Terjadinya gangguan buang air besar
 Mulai tampak gejala gamgguan kesadaran, menjadi apatis
 Napas berbau aseton
3. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga
 Muntah berkurang
 Keadaan umum wanita hamil makin menurun: tekanan darah turun, nadi
meningkat, dan suhu naik; keadaan dehidrasi makin jelas
 Gangguan faal hati terjad dengan manifestasi ikterus
 Gangguan kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma; komplikasi
susunan saraf pusat (ensefalopati Wernicke); nistagmus-perubahan arah bola
mata, diplopia- gambar tampak ganda, perubahan mental.3

Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum tidak terlalu sukar karena penyakit ini berkaitan dengan
gestose (gestatio-hamil), yaitu hanya terdapat pada ibu hamil.
Ibu hamil dengan emesis gravidarum merupakan gestose yang masih ringan dan
diupayakan agar mendapat pengobatan secara poliklinik tanpa rawat inap. Bertambahnya
emesis yang dapat mengakibatkan gangguan kehidupannya sehari-hari disebut “ hiperemesis
gravidarum”.

Hiperemesis gravidarum yang berlangsung lama (umumnya antara minggu 6-12)


dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin intrauteri.2

Kriteria Diagnosis:

 Sering muntah (lebih dari 10 kali per 24 jam)


 Tenggorokan terasa kering dan terus menerus merasa haus
 Kulit menjadi keriput (dehidrasi)
 Berat badan mengalami penyusutan
 Pada keadaan yang berat dapat terjadi ikterus sampai dengan gangguan
syaraf/kesadaran.4

Manajemen

 Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit
dan membatasi pengunjung
 Stop makanan peroral 24-48 jam
 Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2: 1, 40 tetes permenit
 Obat
 Vitamin B1,B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infus
 Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 mg/hari/infus
 Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari IM
atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM
 Antiemetik: prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau
proklorperazin (stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali
1 per hari per oral.
 Antasida: asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari
per oral atau magnam 3x1 tablet per hari per oral
 Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
 Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya
berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali
vitamin C sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
 Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara
berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi
kecuali vitamin A dan D.
 Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium
 Rehidrasi dan Suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%). Cairan dekstrose tidak boleh
diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi
hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan.
Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau 100 mg dilarutkan ke
dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus dimonitor dan perlu dilakukan
pemeriksaan dipsyik untuk mengetahui terjadinya ketonuria.
 Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamin antagonis
(metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin),
antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor antagonis (prometazin,
siklizin). Namun, bila masih tetap tidak memberikan respons, dapat juga digunakan
kombinasi kortikosteroid dengan reseptor antagonis 5-Hidrokstriptamin (5-HT3)
(ondansetron, sisaprid).1

Prognosis

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.


Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat mengancam jiwa ibu dan janin.1

Pengobatan konservatif melalui rehidrasi dan pemberian glukosa. Kriteria


keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut.

1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali


2. Diuresis bertambah banyak sehingga benda keton semakin berkurang
3. Kesaradan penderita semakin baik yang ditandai dengan kontak bertambah
meyakinkan
4. Keadaan ikterus semakin berkurang
5. Hasil pemeriksaan laboratorium membaik, artinya benda keton makin berkurang

Keberhasilan pengobatan berarti pasien sudah mulai bebas dari isolasi dan kembali ke
ruangan umum sehingga kontak dengan masyarakat semakin terbuka.2

Kompikasi

Muntah dapat berkepanjangan, sering, dan parah. Kadar seng plasma meningkat, kadar
tembaga menurun, dan kadar magnesium tidak berubah. Temuan temuan awal menyatakan
bahwa sepertiga wanita dengan hiperemesis memperlihatkan elektroensefalogram (EEG) tabf
abnormal. Dapat terjadi berbagai tindakan gagal ginjal akut akibat dehidrasi, dan kami pernah
merawat sejumlah wanita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Contoh ekstrim, yang
dilaporkan oleh Hill dkk., (2002), adalah seorang wanita yang melakuakan dialisis 5 hari
ketika kreatinin serumnya meningkat menjadi 10,7 mg/dL. Penyulit yang mengancam nyawa
akibat muntah yang terus menerus antara lain adalah robekan Mallory Weiss. Yang lain
adalah ruptur esofagus, pneumotoraks, dan pneumomediastinum.

Paling tidak dua defisiensi vitamin serius pernah dilaporkan pada hiperemesis
gravidarum. Ensefalopati Wernicke akibat defisiensi tiamin tidak jarang terjadi.
Daftar pustaka

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T editor: Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga,


cetakan ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006

Anda mungkin juga menyukai