ABSTRAK
Jenis konstruksi bangunan di Indonesia memiliki jenis yang beragam. Ada bangunan gedung untuk
rumah tinggal, gedung sekolah, rumah sakit, hotel, toko, perkantoran, gedung olah raga dan gedung
untuk bangunan industri atau pabrik. Pada dasarnya, seluruh bangunan ini memiliki komponen
struktur balok. Jarang terlihat bangunan industri di Indonesia menggunakan material beton
prategang untuk mendesain suatu bangunan industri. Sebagian besar sekarang ini menggunakan
material baja, tetapi juga menggunakan baja komposit ataupun beton bertulang. Padahal, Jika dilihat
dari perkembangan sekarang ini, material beton prategang bukanlah suatu hal yang baru lagi. Pada
umumnya balok pada bangunan industri dirancang memiliki bentang yang cukup panjang dan dalam
perencanaannya menggunakan balok beton bertulang yang mempunyai dimensi yang cukup besar
sehingga menimbulkan berat sendiri yang cukup besar pula. Oleh karena itu penulis ingin
memberikan alternatif dengan menggunakan material beton prategang, sehingga dapat dibandingkan
dan dapat diketahui mana balok yang lebih efektif digunakan. Hal ini mendasari penulisan tugas
akhir untuk merencanakan element balok bangunan industri dengan material balok prategang. Dalam
perencanaan ini Balok 1 akan memakai 14 kabel dalam satu selongsong dengan jumlah 5 selongsong,
maka luas selongsong 5 x 54.7 x 14 = 3829 mm2 , Balok 2 menggunakan 15 kabel dalam satu
selongsong dengan jumlah 5 selongsong, maka luas selongsong 5 x 54.7 x 15 = 4102.5 mm 2 dan
balok 3 memakai 12 kabel dalam satu selongsong dengan jumlah 6 selongsong, maka luas selongsong
6 x 54.7 x 12 = 3938 mm2
Kata Kunci : Balok Prategang, Bangunan Industri
2
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
METODOLOGI PENELITIAN
5
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
6
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
W1 =
8𝑝ℎ
=
8 𝑥 833703.84 𝑥1.62 = 27012.0045 Lapangan )
𝑙2 202
7
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
Balok 3
8
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
Balok 1
Balok 2
Tegangan di lapangan
Tegangan di lapangan
Serat Atas
Serat Atas
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
𝑓𝑎 = − − + 𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
𝐴 𝑊 𝑊 𝑓𝑎 = − 𝐴+ −
𝑊 𝑊
970046.04 970046.04 . 0.63 1025420.11 1025420,11 . 0.63
𝑓𝑎 = − 0.9 + 𝑓𝑎 = − 0.9 +
0.225 0.225
851215.4 899806.15
− 0.225 − 0.225
𝑓𝑎 < 𝑓𝑐
𝑓𝑎 < 𝑓𝑐 = 2.267.317,814 < 2.400.000
2.144.879,577 < 2.400.000 Ok..
Serat bawah
Ok.. 𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
𝑓𝑏 = − 𝐴− +
𝑊 𝑊
Serat bawah
𝑃𝑏
𝑃𝑏. 𝑒 1025420.11 1025420,11 . 0.63
𝑓𝑏 = − −
𝑓𝑏 = − + − 0.9 0.225
𝐴
𝑊 𝑊 899806.15
+
970046.04 970046.04 . 0.63 0.225
𝑓𝑏 = − −
0.9 0.225 𝑓𝑏 < 𝑓𝑐
851215.4
+ 0.225 −375012 < 630188 Ok..
𝑏 < 𝑓𝑐 -10.778< 630188
Ok.. Tegangan di tumpuan
Serat Atas
Tegangan di tumpuan
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
Serat Atas 𝑓𝑎 = − − +
𝐴 𝑊 𝑊
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀 1025420.11 1025420,11 . 0.63
𝑓𝑎 = − 𝐴+ −
𝑊 𝑊 𝑓𝑎 = − 0.9 + 0.225
899806.15
970046.04 . 0.63 −
𝑓𝑎 = − 970046.04
0.9 + 0.225
0.225
343906.14 𝑓𝑎 < 𝑓𝑐
− 0.225
2.376.232,3 < 2.400.000 OK..
𝑓𝑎 < 𝑓𝑐 = 109828 < 2.400.000 Ok..
Serat Bawah
Serat Bawah
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀 𝑃𝑏𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
𝑓𝑏 = − − + 𝑓𝑏 = − − +
𝐴 𝑊 𝑊
𝐴 𝑊 𝑊 1025420.11 1025420,11 . 0.63
970046.04 970046.04 . 0.63 −
𝑓𝑏 = − 0.9 0.225
𝑓𝑏 = − −
0.9 0.225 899806.15
343906.14 + 0.225
+ 0.225
𝑓𝑏 < 𝑓𝑐
𝑓𝑏 < 𝑓𝑐 = −2265486.11 < 673700
9
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
Balok 3
Dari hasil analisa tegangan yang
Tegangan di lapangan dilakukan pada tumpuan dilapangan, ditumpuan,
Serat Atas diperoleh tegangan atas dan bawah yang masih
lebih kecil dari pada tegangan izin
maksimumnya.
𝑃𝑏 Maka penampang tersebut aman untuk digunakan.
𝑓𝑎 = − − 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀
𝐴 +
𝑊 𝑊 Perencanaan kabel tendon pada penampang
917428.82 917428,82 . 0,63
𝑓𝑎 = − + Kabel tendon yang digunakan pada
0.9 0.225 penampang adalah kabel tendon yang telah teruji
805043.79 dan telah teruji dan telah memiliki standart
− 0.225 international.
𝑓𝑎 < 𝑓𝑐 Kabel yang akan digunakan sesuai data
dilapangan adalah kabel jenis ASTM A-416-90A-
2.028.537,088 < 2.400.000 GRADE 270 dengan diameter 12.7mm dengan
nilai UTS = 186KN, Luas 100mm2
Ok.. Gaya izin yang dapat dipikul 1 kabel
Serat bawah = 0.75 x UTS
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀 = 0.75 x 186 KN
𝑓𝑏 = − − +
𝐴 𝑊 𝑊
= 13950 kg
917428,82 . 0,63
𝑓𝑏 = − 917428.82
0.9 − 0.225 Perencanaan kabel dibalok
805043.79
+ 0.225 Balok 1
𝑓𝑏 < 𝑓𝑐 10193.62 < 630188 Ok.. Jumlah kabel
𝑃𝑏 970046.04
Tegangan di tumpuan 13950 = 13950 = 70 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
Dalam perencanaan ini akan memakai 14 kabel
Serat Atas dalam satu selongsong dengan jumlah 5
selongsong, maka luas selongsong 5 x 54.7 x 14
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀 = 3829 mm2
𝑓𝑎 = − 𝐴− +
𝑊 𝑊
Balok 2
917428.82 917428,82 . 0,63
𝑓𝑎 = − 0.9 + 0.225 Jumlah kabel
805043.79
− 0.225 𝑃𝑏 1025420.11
13950= 13950 = 74 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
𝑓𝑎 < 𝑓𝑐
Dalam perencanaan ini akan memakai 15 kabel
2.028.537,088 < 2.400.000 Ok.. dalam satu selongsong dengan jumlah 5
selongsong, maka luas selongsong 5 x 54.7 x 15
Serat Bawah = 4102.5 mm2
𝑃𝑏 𝑃𝑏. 𝑒 𝑀 Balok 1
𝑓𝑎 = − 𝐴− +
𝑊 𝑊
917428.82 917428,82 . 0,63 Jumlah kabel
𝑓𝑏 = − − 0.225 0.225
0.9 𝑃𝑏 1
805043.79
+
96
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
39 917428.82
= 66 𝑘𝑎𝑏𝑒𝑙
50 13950
=
96
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
ES = 0,5
Perhitungan Tegangan awal pada baja Kehilangan Prategang Akibat Rangkak
fpi = 𝑃𝑖 Dihitung dengan menggunakan persamaan :
𝐴 9512901.63
= = 2484.43 N/mm2
3829 ∆CR = φ x fc
Perhitungan Tegangan beton pada level baja
• Rasio modulus : = 6
fci Perhitungan Tegangan awal pada baja
9512901.63 fpi = 𝑃𝑖
= 900000 2 9512901.63 𝐴
= 10.56N/mm = = 2484.43 N/mm2
Rasio modulus dihitung dengan 3829
𝐸𝑠
=𝐸 =
200000
= 5.7 ≈ 6 Perhitungan Tegangan beton pada level baja
𝑐 35000
Perhitungan Kehilangan tegangan akibat
deformasi elastis beton fci
9512901.63
ES = 0,5 = 900000
ES = 0,5 x 6 x 10.56 = 10.56N/mm2
= 0,5 x 63.36 Tegangan yang terjadi
31.68
= 31.68 N/mm2 fci - fcd = 10.56 – 1.76 = 8.8
= 𝑥 100% = 1.2 % ∆= (K.. + )
2484.43
96
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
% ∆CR = 84.48
𝑥 100% = 3.4 %
2484.43
∆ = ɛx
−6
97
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
Balok 1
97
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
F’c = 40 Mpa
Av = 𝜋 x 102 x 2 = 157.07 mm2 = 1.57 x 10-4
Acp = 600 x 1500 = 900000 mm2 4
Pcp = 2(600 +1500 ) = 4200 mm 𝐴 𝑣.𝐹𝑦.𝑑 (0.00015707 𝑥 35000000𝑥1.275
S = = =
𝑃 970046.04 𝑉𝑠 375781.59
𝑓𝑝𝑐 = = = 107 𝑁/𝑚𝑚2
0.18m = 180mm
𝐴 900000 Jadi sengkang yang dipakai ∅ 10 – 100
′
𝑇𝑢 ≤ Φ√𝑓 𝑐 𝐴2𝑐𝑝 3𝑓𝑝𝑐
( ) √1 +
3 𝑃𝑐𝑝 √𝑓′𝑐 Kontrol terhadap tulangan puntir
𝑇𝑢
Tu = 577722.7 kg.m = 5777.72 Knm
0.75√40 9000002 3𝑥107 −6
≤ 𝑥 10 F’c = 40 Mpa
) √1 √40
3 4200
+
2193.71 ≤ 2483.63 knm Acp = 600 x 1500 = 900000 mm2
Puntir dapat diabaikan
Pcp = 2(600 +1500 ) = 4200 mm
Balok 2
Bidang lintang maksimum pada Balok 𝑓𝑝𝑐 = 𝑃 1025420.11
Perhitungan Tulangan geser dan puntir balok 𝐴= 900000 = 113 𝑁/𝑚𝑚2
prategang B-2 Φ√𝑓 ′ 𝑐 𝐴2𝑐𝑝 3𝑓𝑝𝑐
Vu = 23141.97 +255007.98 = 278149.95 𝑇𝑢 ≤ ( ) √1 +
kg 3 𝑃𝑐𝑝 √𝑓′𝑐
Mu = 596154.94
Q = 0.6
𝑃𝑏
X1025420.11
0.75 X 0.63 = 0.2835 m3 𝑇𝑢
Fc = = = 1126835.28
𝐴 0.91 9000002 3𝑥107
Fc/2 = 1126835.28 / 2 = 563417.64
( ) √1 + 𝑥 10−6
3 4200 √40
≤
Ft = 0.33 x √40 = 2.08 Mpa = 212100.97
kg/m3 2253.22 ≤ 2483.63 knm
𝑉𝑐 𝑥 𝑄 𝑉𝑐 𝑥 0.2835
𝜏= 𝐼𝑥𝑏 = 0.16785 𝑥 0.6 = 2.84𝑉𝑐 Puntir dapat diabaikan
𝑓𝑐 2
𝑓𝑐 2
(𝑓𝑡 + ) = ( ) + (2.84𝑉𝑐) Balok 3
(212100.97 2+ 563417.64)
2 2 = (563417.64)2 +
Bidang lintang maksimum pada Balok
(2.84 x Vc) 2
775518.612 = 563417.642 + (2.84 x Vc)2 Perhitungan Tulangan geser dan punter balok
Vc = 275870.81 prategang B-3
Dp = 0.85 x 1500 = 1275 mm = 1.275 m
Vcmin = 1 40 𝑥 600 𝑥 1275 = 806380.80 Vu = 130924.12 +96257.6 = 227181.7 kg
6 √
Vcmaks = 0.4 √40 x 600 x 1275 = Mu = 386630.7
1935313.92
√40 5 . 𝑉𝑢 . 𝑑 Q = 0.6 X 0.75 X 0.63 = 0.2835 m3
𝑉𝑐 = {( + ) 𝑥 600 𝑥 1275}
20 𝑀𝑡𝑢𝑚𝑝 769791
= 855323.3
√40 Fc = 𝑃𝑏
𝐴 = 0.91
= {(
20 Fc/2 = 855323.3 / 2 = 427661.7
5 .278149,95 𝑥 1275
+ 596154.94 ) 𝑥 0.6 𝑥 1.275} Ft = 0.33 x √35 = 1.95 Mpa = 198844.7
kg/m3
97
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
= 1457,60
𝑉𝑢
𝑉𝑠 = − 𝑉𝑐 𝜏 = 𝑉𝑐 𝑥 𝑄 = 𝑉𝑐 𝑥 0.2835
0.16785 𝑥 0.6= 2.84𝑉
∅ 𝐼𝑥𝑏
278149.95 𝑓𝑐 2 𝑓𝑐 2
− 1457.60
0.6 (𝑓𝑡 + ) =( + (2.84𝑉𝑐)
= 462125.64 2 ) 2
Digunakan Sengkang ∅ 10
mm
97
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
𝑇𝑢
Vc = 147602,2926 0.75√35 9000002 3𝑥80
Dp = 0.85 x 1500 = 1275 mm = 1.275 m ≤ ) √1 + 𝑥 10−6
3 4200 √
(
= 2854.608
𝑉𝑢
𝑉𝑠 = − 𝑉𝑐
∅ Balok 2
227181.702
0.6 − 2854.61
=
375781.59
Digunakan Sengkang ∅ 10 mm
Balok 3
𝐴𝑣.𝐹𝑦.𝑑 (0.00015707 𝑥 35000000𝑥1.275
S = 𝑉𝑠 = 375781.59 =
0.18m = 180mm
F’c = 35Mpa
97
Jurnal Sipil Statik Vol.6 No.11 November 2018 (959-972) ISSN: 2337-6732
DAFTAR PUSTAKA
Nawy , Edward G.2001, Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar. Jilid I Edisi III, Erlangga
2001. Nawy , Edward G.2001, Beton Prategang Suatu Pendekatan Mendasar .Jilid 2 Edisi III,
ACI 318-83. Building Code Requirements For Reinforced Concrete. American Concrete Institute.
Detroit, 1983
Standar Nasional Indonesia, Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI-
03-2847-2002), Bandung, 2002.
97