Anda di halaman 1dari 7

Nama : Asri Siswanto

Mapel : Matematika
Unit Kerja : UPT SMP Negeri 1 Duampanua

LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab M asalah

Analisis
Masalah yang
eksplorasi
No telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab
diidentifikasi
masalah
1 Motivasi belajar 1. Cita-cita atau Aspirasi Guru belum
siswa yang 2. Metode guru yang masih monoton menerapkan
masih rendah 3. Adanya Stigma dimasyarakat bahwa matematika itu model
sulit pembelajaran
4. Siswa lebih tertarik kepada sosial media yang sesuai
dibandingkan belajar karakteristik
5. Banyaknya aplikasi instan yang membuat siswa jadi siswa
jarang belajar proses dasar

Sumber:
Sri Wahyuni dkk (2021)
An Nisa Puthree dkk (2021)
Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S. Pd., M. Pd. (Kepala UPT SMPN 1
Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)

2 Siswa sulit 1. Minat belajar siswa yang rendah Guru kurang


memahami 2. Kemampuan Penginderaan yang kurang memberikan
materi yang 3. Lingkungan keluarga yang tidak mendukung apersepsi serta
diberikan perkembangan pembelajaran siswa belum
4. Siswa tidak mengetahui manfaat mempelajari menggunakan
matematika model
5. Pengetahuan dasar matematika siswa yang masih pembelajaran
rendah yang tepat
6. Kurangnya apersepsi guru sebelum memulai
pembelajaran
7. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda
8. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang
menarik dan cenderung monoton

Sumber:
Ayu dkk (2021)
Cindy (2018)
Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPT SMPN 1 Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)
3 Masih 1. Cara guru menyampaikan pembelajaran kurang Guru kurang
rendahnya dimengerti oleh siswa pendekatan
hubungan 2. Kesenjangan generasi terhadap siswa
komunikasi 3. Guru sering marah dikelas
antara guru dan 4. Karakter siswa yang beragam
siswa tentang 5. Guru yang kurang memperhatikan kebutuhan
perkembangan siswa
akademik siswa
Sumber:
Wah yu Iskandar (2019)
Giantika (2020)
Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPT SMPN 1 Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)

4 Guru tidak 1. Metode atau model pembelajaran yang digunakan Guru kurang
menggunakan oleh guru monoton dalam mencari
model 2. Guru yang kurang memehami sintaks pada model tahu,
pembelajaran pembelajaran yang digunakan mempersiapkan
yang tepat pada 3. Kurangnya motivasi dan minat guru dalam dan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran melaksanakan
4. Guru malas melakukan persiapan dalam model
penggunaan model pembelajaran beserta medianya pembelajaran
yang tepat
Sumber:
Hayani S.N (2022)
Miftahul Janah (2021)
Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPT SMPN 1 Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)

5 Kurangnya 1. Siswa salah memahami konsep soal matematika Guru kurang


budaya literasi 2. Guru tidak menerapkan pembelajaran yang dapat membiasakan
pada siswa meningkat literasi siswa siswa dengan
sehingga siswa 3. Kebiasaan membaca siswa yang masih kurang pembelajaran
kesulitan dalam 4. Kesadaran guru untuk terus berkembang masih berbasis literasi
mengerjakan kurang
soal yang
membutuhkan Sumber:
analisis atau Hayani S.N (2022)
soal HOTS (High Miftahul Janah (2021)
Order Thingking Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Skill) Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPT SMPN 1 Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)
6 Kemampuan 1. Pengetahuan IPTEK guru masih rendah Guru kurang
guru dalam 2. Penggunaan gadget pada siswa masih kurang motivasi dalam
memanfaatkan 3. Guru yang tidak mau repot dalam menyiapkan memanfaatkan
teknologi dalam proyektor sebelum pembelajaran. teknologi
pembelajaran 4. Sikap profesionalisme guru masih rendah
masih rendah
Sumber:
Astini (2019)
Yulistiana (2022)
Randy Saputra Mahmud (Dosen Unismuh Makassar)
Nurhaerah, S. Pd. (Wakasek SMPIT Buahati Islamic
School 3 Mamuju)
Ridwan, S. Pd. (Pengawas Matematika Kab. Pinrang)
Syamsir, S.Pd., M.Pd. (Kepala UPT SMPN 1 Duampanua)
Musrah, S. Pd. (Guru Matematika)
Jumriah Burhan (Guru PKn)
Nurhafizah (Kelas 7.1)
Andi Ahmad Al-qadry (Kelas 7.1)

Pra LK.1.2

Masalah yang
No. telah Hasil Kajian Literatur Hasil W awancara
diidentifikasi
1 Motivasi Sri dkk (2021) Motivasi dipengaruhi oleh: 1. Pengaruh sosial media,
belajar siswa 1. Cita-cita atau Aspirasi prestasi akademik tidak
yang masih 2. Kondisi siswa begitu menghasilkan
rendah 3. Kemampuan siswa dibandingkan dengan
4. Kondisi lingkungan siswa menjadi konten kreator
5. Unsur-unsur dimanis dalam belajar yang marak dimasa ini
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa 2. Kurangnya pengawasan
(http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu/article/view/2596 orang tua dan guru
) dalam penggunaan
smartphone
Nisa dkk (2021) faktor-faktor yang 3. Kurangnya
mempengaruhi motivasi adalah: pengetahuan dasar
1. Internal, meliputi: matematika
a. Faktor fisik yaitu nutrisi (gizi), 4. Adanya stigma
kesehatan dan fungsi tubuh dimasyarakat bahwa
(terutama fungsi indra) matematika itu sulit
b. Psikologis, berkaitan dengan berbagai 5. Metode guru yang
aspek yang mendorong atau monoton
menghambat kegiatan belajar siswa. 6. Kemajuan teknologi,
2. Eksternal meliputi: begitu banyaknya
a. Nonsosial yaitu kondisi udara, waktu, aplikasi yang instan
lokasi dan fasilitas belajar sehingga mereka tidak
b. Sosial, meliputi manusia (guru, perlu tahu dasar dari
pembimbing dan orang tua) matematika tersebut
(https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/1279) 7. Faktor pemahaman
bahwa matematika
bukan ilmu yang
penting, yang harus
dikuasai.

2 Siswa sulit Ayu dkk (2021) faktor penyebab kesulitan 1. Adanya stigma bahwa
memahami belajar matematika adalah: matematika tidak seru
materi yang 1. Internal yaitu sikap siswa yang dan sulit
diberikan cenderung negatif saat pembelajaran 2. Kurangnya
matematika, minat belaajr rendah, konsentrasi siswa
motivasi siswa yang lemah, dan dalam menerima
kemampuan pengindaraan yang kurang materi karena
2. Eksternal yaitu guru yang monoton, kebanyakan
peralatan belajar yang masih minim, memikirkan
lingkungan keluarga yang masih kurang kesenangan dan
mendukung dan lingkungan masyarakat permainan
yang cenderung ramai serta rata-rata 3. Model pembelajaran
pendidikan masyarakat yang msih yang digunakan guru
rendah kurang menarik dan
(https://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/matematika/article/v cenderung monoton
iew/3824) 4. Guru terkadang
melanjutkan materi
walaupun siswa belum
Cindy A.C dan Sutriyono (2018), kesulitan mengerti materi
siswa dalam mempelajari matematika sebelumnya
dikarenakan siswa tidak membangun sendiri 5. Kurangnya apersepsi
tentang pengetahuan konsep-konsep guru sebelum
matematika tanpa mengetahui makna yang memulai
terkandung pada konsep tersebut sehingga pembelajaran.
pada saat siswa menyelesaikan masalah 6. Kemampuan dasar
matematika siswa sering melakukan matematika siswa
kesalahan dan tidak menenemukan solusi yang masih rendah
penyelesaian masalahnya serta matematika 7. Karakter ssiwa yang
juga dianggap sebagai mata pelajaran yang beragam dalam
cukup sulit dibandingkan mata pelajaran pembelajaran
lainnya, bahkan cukup menakuutkan bagi
siswa.
( http://journal.ummat.ac.id/index.php/jtam/article/view/257)

3 Masih Wahyu Iskandar (2019), faktor penghambat 1. Kesenjangan generasi


rendahnya komunikasi yaitu: 2. Kurangnya perhatian
hubungan 1. Bahasa orang tua dalam
komunikasi Penggunaan bahasa yang tidak sesuai perkembangan belajar
antara guru dengan kondisi sasaran, misalnya bertele- siswa
dan siswa tele dan tekanan suara yang lemah, bisa 3. Masih kurangnya
tentang menghambat penerimaan informasi oleh perhatian guru dalam
perkembanga sasaran. Penyebabnya bisa bermacam- kemampuan siswa
n akademik macam, misalnya: penggunaan kata yang yang berbeda-beda
siswa salah penyusunan kalimat yang keliru 4. Siswa tidak memiliki
sehingga menimbulkan salah pengertian. tujuan yang jelas
2. Keahlian untuk masa depannya
Komunikator yang mempunyai keahlian teruma dalam bidang
kurang bisa menyebabkan pendidikan
kesalahpahaman dalam penyampaian 5. guru sering marah-
komunikasi. marah dikelas
(http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JPD/article/view/112 6. guru memang tidak
6) mau tahu mengenai
kebutuhan siswa
Giantika G.G (2020), hambatan yang dapat dalam belajar
mengganggu strategi komunikasi yaitu:
1. Hambatan dalam proses penyampaian
(Process barrier). Hambatan ini bisa datang
dari pihak komunikator (sender barrier)
yang mendapat kesulitan dalam
penyampaian pesan-pesannya, tidak
menguasai materi pesan, dan belum
memiliki kemampuan sebagai
komunikator yang handal. Hambatan ini
bisa juga berasal dari penerima pesan
tersebut (receiver barrier) karena sulitnya
komunikan dalam memahami pesan itu
dengan baik. Hal ini dapat disebabkan
oleh rendahnya tingkat penguasaan
bahasa, pendidikan, intelektual dan
sebagainya yang terdapat dalam diri
komunikan. Kegagalan komunikasi dapat
pula terjadi dikarenakan faktor-faktor,
feedbacknya (hasil tidak tercapai), medium
barrier (media atau alat dipergunakan
kurang tepat) dan decoding barrier
(hambatan untuk memahami pesan secara
tepat).
2. Hambatan secara fisik (physical barrier).
Sarana fisik dapat menghambat
komunikasi yang efektif, misalnya
pendengaran kurang tajam dan gangguan
pada sistem dan gangguan pada sistem
pengeras suara (sound system) yang sering
terjadi dalam suatu ruangan kuliah,
seminar, pertemuan, dll. Hal ini dapat
membuat pesan-pesan tidak efektif sampai
dengan tepat kepada komunikannya.
3. Hambatan semantik (semantik barrier).
Hambatan segi semantik (bahasa dan arti
perkataan), yaitu adanya perbedaan
pengertian dan pemahaman antara
pemberi pesan dan penerima tentang satu
bahasa atau lambang. Mungkin saja
bahasa yang disampaikan terlalu teknis
dan formal, sehingga menyulitkan pihak
komunikan yang tingkat pengetahuan dan
pemahaman bahasa teknisnya kurang.
Atau sebaliknya, tingkat pengetahuan dan
pemahaman bahasa teknis komunikator
yang kurang.
4. Hambatan psiko-sosial (psychosocial
barrier). Adanya perbedaan yang cukup
lebar dalam aspek kebudayaan, adat
istiadat, kebiasaan, persepsi dan nilai-nilai
yang dianut sehingga kecenderungan,
kebutuhan serta harapan-harapan dari
kedua belah pihak yang berkomunikasi
juga berbeda. Misalnya, seorang
komunikator (pembicara) menyampaikan
kata momok yang dalam kamus besar
bahasa Indonesia sudah benar. Nyatanya
kata tersebut dalam bahasa sunda
berkonotasi kurang baik. Jika kata
tersebut diucapkan pada pidato/kata
sambutan dalam sebuah acara formal
yang dihadiri para pejabat, tokoh dan
sesepuh masyarakat sunda, maka citra
yang bersangkutan (komunikator) dapat
turun karena adanya salah pengertian
bahasa.
( https://repository.bsi.ac.id/index.php/repo/viewitem/27070)

4 Guru tidak Hasil Kajian literatur 1. Kurangnya


menggunakan Hayani S.N. (2022) faktor penyebab guru tidak pengetahuan guru
model menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam penggunaan
pembelajaran yaitu kemonotonan guru dalam memberikan model pembelajaran
yang tepat pelajaran, membuat anak cenderung jenuh 2. Kurangnya motivasi
pada dalam belajar. dan minat guru dalam
pembelajaran ( https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2512)
menggunakan model
Miftahul Janah dan Arifian Dimas (2021), pembelajaran
menemukan bahwa masih banyak guru 3. Kurangnya
kurang paham dengan sintaks yang akan pengetahuan dasar
dilakukan sehingga sintaks pada model tidak siswa sehingga
sepenuhnya runtut, yang menyebabkan penggunaan model
pembelajaran kurang efektif. pembelajaran kurang
( https://ejournal.iainponorogo.ac.id/index.php/jtii/article/view/ maksimal
295) 4. Dalam menggunakan
model pembelajaran
tipe bermain, siswa
terkadang fokus dalam
bermain game tetapi
materi tidak
tersampaikan atau
kurang dipahami.
5. Guru malas dalam
mempersiapkan model
atau metode yang
digunakan
5 Kurangnya Jerito Pereira (2022) kesalahan dalam 1. Guru yang kurang
budaya literasi mengerjakan soal matematika dibedakan literat
pada siswa menjadi 5 kategori kesalahan, yaitu: (1) 2. Kebiasaan membaca
sehingga siswa Kesalahan membaca, hal ini terjadi siswa siswa yang masih
kesulitan keliru dalam membaca informasi pokok dalam kurang
dalam soal, sehingga dalam menjawab soal siswa 3. Siswa lebih tertarik
mengerjakan tidak menerapkan kaidah dan maksud dari bermain game
soal yang informasi yang ada pada soal; (2) kesalahan dibandingkan
membutuhkan memahami, pada jenis kesalahan ini hal yang membaca
analisis atau biasa terjadi adalah siswa kurang memahami 4. Guru tidak
soal HOTS konsep matematika, kesalahan dalam menerapkan
(High Order menginterpretasikan apa yang diketahui dan pembelajaran yang
Thingking ditanyakan, sehingga ketika menyelesaikan dapat meningkatkan
Skill) persoalan tidak melakukan prosedur literasi siswa.
penyelesaian dengan benar; (3) kesalahan 5. Kesadaran guru untuk
transformasi, kesalahan ini terjadi ketika terus berkembang
siswa tidak menjalankan penye lesaian soal masih kurang
sesuai dengan konsep matematika serta keliru
dalam penggunaan tanda operasi hitung; (4)
kesalahan dalam keterampilan proses , terjadi
karena skill siswa yang belum terampil ketika
melakukan perhitungan; (5) kesalahan notasi,
merupakan kesalahan dalam proses
penyelesaian yang berkaitan dengan notasi
matematika yang tidak tepat
(https://www.journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/jp mi/articl
e/view/9910)

Evi F. Dkk (2020), Pengaktifan literasi


matematika sangat diperlukan untuk dapat
meminimalisir kesalahan yang dilakukan
siswa dalam menyelesaikan masalah
khususnya yang berkaitan dengan penerapan
matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi merupakan kemampuan yang dimiliki
individu untuk memahami, menggunakan
sesuatu secara cerdas melalui membaca,
melihat, menulis, dan berbicara yang tidak
terlepas dari konteks di mana kemampuan itu
diperoleh dan dari siapa memperolehnya
( https://j-cup.org/index.php/cendekia/article/view/306)
Yesika S. Dkk (2020). menafsirkan bahwa
“menjadi sulit bagi sebagian siswa untuk
menyelesaikan soal cerita, apalagi pada soal
pemecahan masalah, dikarenakan siswa
belum memahami masalah yang terdapat
dalam soal, siswa sekadar membaca tanpa
memahami. ”Soal cerita matematika sangat
berperan dalam kehidupan sehari-hari siswa
karena soal tersebut mengedepankan
permasalahan-permasalahan yang sesuai
dengan kehidupan sehari-hari, serta soal
cerita sebagai bentuk evaluasi kemampuan
siswa terhadap konsep dasar matematika yang
telah dipelajari
(http://jurnal.stkippersada.ac.id/jurnal/index.php/jpimat/article
/view/654)

6 Kemampuan Astini N.K.S. (2019), Keterbelakangan guru 1. Penggunaan gadget


guru dalam dalam dunia iptek akan menjadi bumerang pada siswa yang masih
memanfaatka yang akan memengaruhi profesionalitas kurang bijak
n teknologi keguruannya. Seorang guru pada jaman ini 2. Pengetahuan guru
dalam harus melek teknlogi mengingat kualitas guru dalam pemanfaatan
pembelajaran yang hampa akan teknologi tidak akan mampu teknologi yang masih
masih rendah menanamkan “daya kritis” kepada murid kurang
untuk menjadi manusia revolusioner. 3. Kurangnya minat guru
Sehingga mereka terhambat untuk menggali dalam dalam
potensi dirinya. Guru yang gaptek (gagap memanfaatkan
teknologi) akan menurunkan derajat teknologi dalam
kredibilitasnya di hadapan para muridnya pembelajaran.
sehingga murid cenderung bersikap 4. Jumlah proyektor
underestimate, seolah-olah guru adalah orang yang terbatas sehingga
dungu di tengah dunia metropolitan. Ini tidak memenuhi
fenomena yang sering ada dan terjadi di semua kebutuhan
sekeliling kita. Guru boleh produk tahun 90- guru dalam mengajar.
an, tapi kapasitas keilmuannya tidak boleh 5. Sikap profesionalisme
kalah dengan persaingan zaman. guru masih kurang
( https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/dharmaacarya
/article/view/194)

Yulistianan dkk (2022) mengemukakan bahwa


teknologi informasi dapat membuat bahasan
menjadi menarik, tidak monoton, mudah
dipahami serta mengembangkan aktivitas
pembelajaran yang jelas dan daya jangkau
yang luas. Seiring dengan perkembangan
zaman teknologi semakin berkembang, saat ini
ada beberapa teknologi informasi yang dapat
dimanfaatkan sebagai media pembelajaran
salah satunya dengan menggunakan e-
learning.
( https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/2022)

Anda mungkin juga menyukai