Disusun Oleh
Semantara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan
segmental dan statemen yang merfleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.
Mereka menyatakan bahwa pengungkapan berkaitan dengan informasi baik dalam statemen
keuangan maupun komunikasi tambahan termasuk catatan kaki, peristiwa-peristiwa setelah
tanggal statemen, diskusi dan analisis manajemen, prakiraan keuangan dan operasi, dan
statemen keuangan tambahan yang meliputi pengungkapan segmental dan informasi
pelengkap lebih dari kos historis (Suwardjono 2005).
1
Di Indonesia, pengungkapan dalam laporan keuangan baik yang bersifat wajib maupun
sukarela telah diatur dalam PSAK No. 01. Selain itu pemerintah melalui Keputusan Ketua
BAPEPAM No : Kep-38/PM/1996 juga mengatur mengenai pengungkapan informasi dalam
laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pengungkapan informasi
yang diatur oleh Pemerintah ataupun lembaga profesional (IAI) merupakan pengungkapan
yang wajib dipatuhi oleh perusahaan yang telah publik. Tujuan pemerintah mengaur
pengungkapan informasi adalah untuk melindungi kepentingan para investor dari
ketidakseimbangan informasi antara manajemen dengan investor karena adanya kepentingan
manajemen.
Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang
dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini sejalan dengan gagasan
FASB dalam rerangka konseptualnya.
B. Lingkup pengungkapan
Pelaporan keuangan model FASB direkayasa untuk kepentingan investor, kreditor,
dan pihak lain untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit. Pihak pemakai
memerlukan berbagai informasi yang relevan dan bermanfaat untuk keputusan investasi,
kredit, dan semacamnya. Informasi keuangan yang dapat dilayani oleh pelaporan
keuangan (financial reporting) hanya merupakan sebagian jenis informasi yang diperlukan
oleh investor dan kreditor. FASB mengidentifikasi lingkup (scope) informasi yang
dipandang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit sebagai berikut:
(1) Statemen keuangan (financial statements)
(2) Catatan atas statemen keuangan (notes to financial statements).
(3) Informasi pelengkap (supplementary information).
(4) Sarana pelaporan keuangan lain (other means of financial reporting).
(5) Informasi lain (other information)..
2
Komponen (1) dan (2) merupakan satu kesatuan yang disebut statemen keuangan
dasar (basic financial statements) yang merupakan produk atau hasil dari apa yang oleh
Paton dan Littleton (1970) disebut dengan rerangka atau struk tur akuntansi pokok (basic
accounting structure). Pelaporan keuangan mencakupi semua informasi yang dapat
disediakan manajemen yaitu komponen (1) sampai dengan (4). Walaupun dapat
disediakan oleh manajemen, pengungkapannya tidak selalu dapat diwajibkan (mandatory)
oleh penyusun standar melalui standar akuntansi atau oleh badan pengawas (seperti
Securities and Exchange Commission! SEC) melalui peraturan-peraturannya. Penyusun
standar (FASB atau Dewan Standar Akuntansi/IAI) dapat mewajibkan pengungkapan
untuk komponen (1) sampai (3) dan untuk komponen (3) tingkat wajibnya hanya sampai
pada batas sangat merekomendasi (strongly recommend). Jadi, secara praktis,
pengungkapan wajib melalui standar akuntasi hanya diberlakukan untuk komponen (1),
(2), dan dalam kondisi tertentu komponen (3).
Lingkup informasi pelaporan keuangan dalam simposium Financial Report- ing and
Standard Setting di Philadelphia tahun 1990 digambarkan sebagai apa yang disebut model
inti (core model). Model ini merupakan usulan untuk mengembangkan model lingkup
informasi yang digambarkan FASB di atas dan mengganbarkan luasnya pengungkapan
dan pengukuran. Gambar di bawah ini melukiskan model inti tersebut.
Model inti di atas berkaitan dengan masalah pengungkapan dan pengukuran. Model
tersebut (disebut juga sebagai re-engineered model) lebih luas cakupannya dibanding
model FASB dalam rerangka konseptualnya karena modal di atas ditujukan kepada
3
pemakai yang lebih luas tidak terbatas pada investor dan kreditor. Alasan perluasan
tersebut antara lain adalah (1) permintaan informasi relevan oleh berbagai pemakai
melebihi yang dapat disediakan oleh model FASB dan (2) tidak selayaknya berbagai
kepentingan hanya dilayani dengan sistem pelaporan yang sama. Model inti ini akan
menggeser tujuan dari menyediakan informasi umum (general purpose) ke informasi
multiguna (multipurpose).
Model inti memasukkan manajemen sebagai pihak pemakai yang harus diper-
timbangkan. Inti informasi dari model di atas adalah lapisan I dan II. Rerangka konseptual
FASB memandang lapisan II sebagai inti dan disebut dengan media utama atau ciri sentral
pelaporan keuangan (a central feature of financial reporting). Inti ini tidak lain adalah
komponen (1) yaitu statemen keuangan. Sekali lagi, komponen (1) sampai (4) merupakan
lingkup yang menjadi sasaran pelaporan keuangan. Dengan demikian, FASB
membedakan antara state- men keuangan (financial statements) dan pelaporan keuangan
(financial reporting). Pengukuran dan pengakuan hanya bertalian dengan statemen
keuangan sedangkan pengungkapan bertalian dengan seluruh lingkup pelaporan keuangan.
Kalau pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB digambarkan dalam bentuk
model inti, hal tersebut akan tampak seperti dalam.
4
Informasi yang dapat disediakan oleh manajemen tetapi tidak diwajibkan untuk
diungkapkan akan merupakan keleluasaan manajemen untuk mengungkap kannya.
Pengungkapan semacam ini disebut pengungkapan sukarela atau diskresioner (voluntary
atau discretionary disclosures). Pengungkapan sukarela dapat bersifat keuangan maupun
nonkeuangan dan dapat dilakukan manajemen melalui berbagai cara baik melalui
komponen (1) sampai (4) maupun sarana lain seperti jumpa pers (press release) oleh
manajemen mengenai produk baru, rencana merger, atau program bonus. Atas
pertimbangan manajemen atau tradisi, statemen keuangan dalam laporan tahunan (annual
report) umumnya disertai pula dengan berbagai informasi tambahan seperti pos-pos
keuangan penting (highlights) selama beberapa tahun terakhir, statistik keuangan penting,
kebijakan strategik, analisis rasio, informasi deskriptif atau promosional tentang produk,
dan berbagai laporan pelengkap. Semua ini dimaksudkan untuk meningkatkan
keberpautan dan kebermanfaatan.
Statemen keuangan sebagai inti pelaporan keuangan dalam rerangka konseptual FASB
secara umum masih didasarkan pada kos historis yang berorientasi pada keterandalan
informasi. Keberpautan (relevansi) dicapai dengan cakupan pelaporan keuangan yang
lebih luas dari statemen keuangan. Oleh karena itu, peng ungkapan perubahan harga untuk
menambah keberpautan dimasukkan dalam komponen informasi pelengkap. Berbagai
upaya untuk meningkatkan keberpautan dan kebermanfaatan yang disajikan di luar
statemen keuangan inti disebut oleh Paton dan Littleton sebagai alat/sarana interpretif
(interpretive device).
Berbagai upaya pada tingkat teori akuntansi diarahkan untuk memasukkan sarana
interpretif sebagai bagian dari seperangkat penuh statemen keuangan (a full set of
financial statement). Usulan yang cukup radikal misalnya adalah mengganti akuntansi kos
historis menjadi akuntansi kos sekarang (current cost accounting) atau bahkan akuntansi
nilai sekarang (current value accounting).
Uraian di atas sebenarnya menjadi latar belakang topik pembahasan dalam bab ini
yaitu pengungkapan (disclosure) dalam arti luas dan sarana interpretif yang keduanya
merupakan konsep-konsep yang diarahkan untuk mencapai kual tas keberpautan informasi
akuntansi.
b) Tingkat Wajar atau Etis ( fair or ethical dsclosure) tingkat yang harus dicapai
agar semua pihak mendapat perlakuan atau pelayanan informasional yang sama
sehingga tidak ada satu pun pihak merasa tidak mendapat informasi dan merasa
diuntungkan.
c) Tingkat Penuh (full disclosure) tingkat yang menuntut penyajian secara penuh
semua informasi yang berpaut dengan pengambilan keputusan yang terarah
Tingkat pengungkapan memang harus tepat karena terlalu banyak informasi atau pun
terlalu sedikit informasi sama-sama tidak menguntungkan. Dengan demikian dalam penentuan
7
seberapa luas pengungkapan harus dilakukan lebih banyak problematik / masalah dibanting
informasi mana yang tidak akan diungkapkan.
F. KENDALA PENGUNGKAPAN
Kendala dalam pengungkapan adalah seberapa banyak informasi yang jarus diungkapkan dan
tujuan dari pengungkapan itu sendiri, berikut tinjauan kendalanya:
a. Tujuan
bila dilihat dari tujuaannya dimana harus melindungi berarti pengugkapan harus jelas,
lebih rinci, dan lebih luas, sehingga dapat dipastikan bahwa akan banyak informasi yang
diungkapankan
b. Kos (nilai buku) bila dilihat dari kosnya maka informasi harus berjumlah sedikit
daripada yang di sediankan sehingga akan kesulitan menentukan manfaat.
d. Keengganan Manajemen
pengungkapan informasi sangat berharga bagi perusahaan dalam usaha mengetahui
kondisi persaingan, maka kaerena itu perusahaan enggan untuk mengungkapkan
informasi privatnya.
Epstein dan Pava dalam Evans (2003) menghasilkan temuan yang dapat menjadi
pertimbangan penyusun standar untuk menentukan tingkat pengungkapan yang sebenarnya
tidak perlu diungkapkan sebagai berikut:
d. Laporan arus kas lebih penting bagi para pemakai daripada laporan laba rugi
8
e. Pendapat auditor makin bermanfaat disbanding sebelumnya
G. PENGUNGKAPAN SUKARELA
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan perusahaan di luar apa
yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Teori signaling
melandasi pengungkapan sukarela ini. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapakan
informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang
saham khusunya kalau informasi tersebut merupakan berita baik. Dengan kesediaan
manajemen dalam pengungkapan sukarela ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat
ditetapkan dapat diarahkan ke tingkat wajar atau bahkan memadai tidak perlu penuh
(Suwardjono 2005).
H. REGULASI PENGUNGKAPAN
Dalam pengungkapan perlu adanya regulasi (regulasi : peraturan / hukum yang
mengatur perilaku) dengan alasan:
3) Asimetri Informasi ( information asymmetry) / salah satu pihak dari suatu transaksi
memiliki informasi lebih banyak atau lebih baik dibandingkan pihak lainnya.
9
a. Penjelasan kualitatif
b. Prakiraan keuangan
c. Kebijakan akuntansi
d. Perubahan akuntansi
e. Peristiwa pascapelaporan
f. Segmen usaha
a. Lapis pertama, pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan yang sama dengan model
yang sekarang berlaku.
b. Lapis kedua, pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan tetapi bermasalah dalam hal
reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
c. Lapis ketiga, pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi
seperti misalnya kepuasan konsumen.
J. METODA PENGUNGKAPAN
Metoda pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secara teknis informasi
disajkan kepada pemakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain yang
berpaut. Motode ini biasanya ditentkan secara spesifik dalam standar akuntansi atau peraturan
lain.Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain:
1) Pos statemen keuangan pos statemen keuangan sesuai dengan standar tentang
definisi, pengukuran, penilaian, dan penyajian yang meliputi neraca, laba-rugi,
perubahan ekuitas, dan aliran kas. ( PSAK no 1 pasal 39 dan 44)
2) Catatan Kaki (footnotes) metode pengungkapan untuk informasi yang tidak praktis
atau tidak memenuhi kriteria untuk disajikan dalam bentuk elemen statemen
10
keuangan. Catatan kaki harus diberi indeks yang jelas dan teratur sehingga
memudahkan pengacuan. Hendriksen dan van Breda (1992) merinci yang
diungkapkan dalam catatan kaki yaitu:
• perubahan metode
• kontrak eksekutori
Catatan kaki juga memiliki kelemahan yang harus dipertimbangkan sebagai berikut:
1. Catatan kaki sering dilewati oleh pembaca karena memuat banyak kalimat daripada
angka sehingga memerlukan ketekunan
11
3. Kompleksitas perusahaan cenderung menempatkan catatan kaki menjadi fokus
pelaporan daripada statemen keuangan. Maka penggunaan secara berlebih akan
menjadi penghambat.
4. Catatan kaki digunakan untuk menyajikan suatu informasi substitusi sebagai pos
statemen keuangan
5. Catatan kaki dapat membingungkan pembaca bila isinya tidak sesuai dengan apa
yang telah disajikan.
3) Penjelasan Dalam Kurung metode ini digunakan untuk makna suatu istilah,
menunjukkan suatu unsur, penilaian alternatif, dan acuan.
contoh:
4) Istilah Teknis
Istilah teknis yang tepat harus digunakan secara konsisten untuk nama pos, elemen, judul,
atau subjudul karena merupakan objek penting dalam akuntansi.
5) Lampiran
12
a. Surat ke pemegang saham yang memuat tanggapan atau penjelasan umum direksi
tentang apa yang telah tercapai dan upaya apa saja yang telah dilakukan serta apa yang
akan dilakukan terkait misi dan visi perusahaan.
b. Laporan dewan komisaris berisi pandangan umum tentang kinerja manajemen secara
keseluruhan, berisi persetujuan dewan komisaris terhadap statemen keuangan yang
disajikan manajemen, usulan terkait deviden, dan usulan lain yang sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan.
c. Laporan direksi yang memuat penjabaran lebih lanjut dari surat ke pemegang saham,
yaitu menguraikan perubahan-perubahan penting dalam posisi keuangan dan hasil
operasi tahun berjalan dibanding tahun sebelumnya.
d. Diskusi dan analisis manajemen (DAM) yaitu penjelasan manajemen dengan analisis
terhadap operasi perusahaan tahun berjalan berbanding tahun sebelumnya Diskusi dan
analisis manahemen berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Analisis tentang perubahan hasil operasi terutama laba atau rigi, laba kotor
penjualan, dan biaya administrasi.
c. Harapan manajemen masa dating tentang konsisi politik, sosial, dan ekonomi
dan hal-hal yang mungkin terjadi akibat ketidakpastian kondisi sekarang.
f. Analisis laporan keuangan yang diwujudkan dalam bentuk rasio dan tren beserta
Pengungkapan yang dinilai auditor telah memadai dan wajar sesuai PABU secara otomatis
akan tercermin dalam statemen keuangannya. Pengungkapan oleh auditor berkaitan dengan
hal:
K. SARANA INTERPRETIF
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai sarana interpretif dalam tataran praktis untuk
menambah kebermanfaatan dan keberpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui
media statemen keuangan. Sarana interpretif dalam tataran praktis mengandung pengertian
bahwa butir-butir pengungkapan telah diakui sesuai dengan standar akuntansi yang
mengaturnya sehingga sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan itu sendiri.
Dalam tataran praktis, terdapat suatu rerangka atau struktur akuntansi pokok
(basic accounting structure) atau pelaporan keuangan pokok (financial reporting proper)
yang membatasi pengungkapan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka
pokok tersebut akan banyak hal yang akan dituntut untuk diungkapkan, dilampirkan, atau
dimasukkan dalam pelaporan keuangan. Rerangka pokok juga diperlukan untuk membatasi
tanggungjawab auditor dalam menetapkan kewajaran statemen keuangan. Pelaporan keuangan
pokok itu sendiri diartikan sebagai pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar akuntansi
atas dasar pertimbangan keterandalan dan keberpautan (Suwardjono 2005).
14
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006, Teori Akuntansi, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta
http://raraagha30.blogspot.com/2013/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_21.html
https://docplayer.info/72723489-Pengungkapan-dan-sarana-interpretif.html
15