1. Klasifikasi 1
Jika mahasiswa dengan tingkat pendidikan ayah (D3, SD, SMP) dengan
jumlah uang saku (<1 juta) maka mahasiswa tersebut masuk pada kategori
IP Rendah.
orang yang bukan pekerja kerah putih yang memiliki aktifitas fisik yang
lebih tinggi.
bahwa tingkat pendidikan ayah dengan lulusan (D3, SD, SMP) terindikasi
diterima (<1 juta). Menurut (Hidayah & bowo, 2018) Apabila uang saku
warning system kepada mahasiswa yang masuk pada kondisi tersebut oleh
2. Klasifikasi 2
Jika mahasiswa dengan tingkat pendidikan ayah (D3, SD, SMP) dengan
jumlah uang saku (1 juta-1.5 juta, 1.5 juta-2 juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5
kategori IP sedang.
orang yang bukan pekerja kerah putih yang memiliki aktifitas fisik yang
lebih tinggi.
pendidikan ayah dengan lulusan (D3, SD, SMP) terindikasi lulusan dengan
pendidikan yang rendah disertai dengan pendapatan yang rendah, bisa saja
itu, tingkat pendidikan yang rendah bisa saja disertai dengan penghasilan
jumlah uang saku yang diterima anaknya pun antara rentang (1 juta-1.5
juta, 1.5 juta-2 juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5 juta). Menurut (Haryono, 2009)
menyatakan bahwa salah satu brand image kota yogyakarta sebagai kota
pemenuhan kebutuhan hidup pun juga relatif murah. Oleh karena itu,
antara jumlah uang saku yang diterima dengan biaya kebutuhan hidup
kafe dan restoran-restoran siap saji (fast food), serta memiliki sejumlah
dalam seminggu (1-5 kali bahkan >6 kali) dan intensitas bermain sosial
media (1-3 jam) dalam sehari, yang terjadi seperti ini terindikasi akan
warning system kepada mahasiswa yang masuk pada kondisi tersebut oleh
Jika mahasiswa dengan tingkat pendidikan ayah (D3, SD, SMP) dengan
jumlah uang saku (1 juta-1.5 juta, 1.5 juta-2 juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5
orang yang bukan pekerja kerah putih yang memiliki aktifitas fisik yang
lebih tinggi.
pendidikan ayah dengan lulusan (D3, SD, SMP) terindikasi lulusan dengan
pendidikan yang rendah disertai dengan pendapatan yang rendah, bisa saja
empat tesis mahasiswa pasca sarjana yang membahas secara langsung atau
saku yang diterima anaknya pun antara rentang (1 juta-1.5 juta, 1.5 juta-2
juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5 juta). Uang saku tersebut diterima dari orang
tuanya dan dikelola dengan baik oleh mahasiswa. Salah satu bentuk
dan akan memiliki lebih banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk
yang baik. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan (assyfa, 2020)
contoh kepada mahasiswa yang terindikasi gaya hidup hedonism. Hal ini
4. Klasifikasi 4
Jika mahasiswa dengan tingkat pendidikan ayah (D3, SD, SMP) dengan
jumlah uang saku (1 juta-1.5 juta, 1.5 juta-2 juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5
orang yang bukan pekerja kerah putih yang memiliki aktifitas fisik yang
lebih tinggi.
pendidikan ayah dengan lulusan (D3, SD, SMP) terindikasi lulusan dengan
pendidikan yang rendah disertai dengan pendapatan yang rendah, bisa saja
dalam pekerjaannya. Oleh karena itu, tingkat pendidikan yang rendah bisa
saja disertai dengan pendapatan rendah maupun pendapatan tinggi.
jumlah uang saku yang diterima mahasiswa pun antara rentang (1 juta-1.5
juta, 1.5 juta-2 juta, 2 juta-2.5 juta, > 2.5 juta). Berdasarkan fenomena
akan berpengaruh langsung terhadap uang saku yang diberikan oleh orang
hal yang sama bahwa bermain media sosial tidak memiliki dampak buruk
berlangsung tinggi.
5. Klasifikasi 5
pendidikan ibu (D3, S2, SMP), maka mahasiswa tersebut masuk pada
kategori IP sedang.
bahwa dari 296 mahasiswa program studi Teknik industri yang dijadikan
(0,14%) dengan lulusan SMP. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat
anaknya membuat jumlah uang saku yang diterima mahasiswa pun antara
image kota yogyakarya sebagai kota pelajar selain biaya pendidikan yang
relatif murah. Oleh karena itu, antara jumlah uang saku yang diterima
bahkan >6 kali) dan dibarengi dengan bermain game dengan rentang (1-3
jam) dalam sehari, yang terjadi seperti ini terindikasi akan mempengaruhi
waktu luang yang dimiliki pada semester 7, namun tidak digunakan untuk
6. Klasifikasi 6
Jika mahasiswa dengan tingkat pendidikan ayah (SMA/sederajat dan
pendidikan ibu (D3, S2, SMP), maka mahasiswa tersebut masuk pada
kategori IP Tinggi.
bahwa dari 296 mahasiswa program studi Teknik industri yang dijadikan
studi Teknik industri yang dijadikan sampel, terdapat 133 (45%) dengan
terdapat 35 (12%) dengan lulusan SD. Hal ini menunjukkan bahwa masih
terdapat lulusan pendidikan orang tua mahasiswa yang belum dan sudah
perbedaan antara orang tua yang berpendidikan tinggi dan yang kurang
oleh orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai, karena
dengan bekal itu orang tua dapat memberikan bimbingan dan solusi dalam
dukungan dengan kategori sedang dan tinggi yaitu (Teguran orang tua
44% sedang dan 19% tinggi, Sharing Kegiatan 37% sedang dan 47%
tinggi, solusi orang tua 34% sedang dan 38% tinggi, perhatian kuliah 43%
sedang dan 43% tinggi, arahan orang tua 32% sedang dan 46% tinggi) dan
memiliki prestasi belajar yang baik dengan kategori IP tinggi sebesar 33%.
hanya dukungan orang tua, namun faktor lain juga berperan penting dalam
karena itu, karena dukungan dan perhatian keluarga yang tinggi ini akan
tinggi.
tua rendah, namun memiliki prestasi belajar yang tinggi. Menurut (Safitri
dan Yuniwati, 2016) menyatakan bahwa beberapa orang tua ada yang
anaknya agar sang anak merasa senang dan dihargai sehingga anak dapat
tua bisa berupa kepercayaan terhadap apa yang dilakukan anaknya selama
perkuliahan.
7. Klasifikasi 7
S1, S2) dengan intensitas bermain game (rendah dan tinggi), maka
sampel, yang masuk pada klasifikasi ini berjumlah 149 (50%) mahasiswa,
lulusan S1/D4, 4 (3%) dengan lulusan S2, dan 1 (1%) dengan lulusan S3.
perbedaan antara orang tua yang berpendidikan tinggi dan yang kurang
oleh orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang memadai, karena
dengan bekal itu orang tua dapat memberikan bimbingan dan solusi dalam
dengan kategori sedang dan tinggi yaitu (Teguran orang tua 44% sedang
dan 15% tinggi, Sharing Kegiatan 36% sedang dan 54% tinggi, solusi
orang tua 33% sedang dan 40% tinggi, perhatian kuliah 43% sedang dan
43% tinggi, arahan orang tua 32% sedang dan 46% tinggi) dan memiliki
prestasi belajar yang baik dengan kategori IP tinggi sebesar 50%%. Dari
rendah, namun memiliki prestasi belajar yang tinggi. Menurut (Safitri dan
Yuniwati, 2016) menyatakan bahwa beberapa orang tua ada yang tidak
anaknya agar sang anak merasa senang dan dihargai sehingga anak dapat
tua bisa berupa kepercayaan terhadap apa yang dilakukan anaknya selama
perkuliahan.
namun faktor lain juga berperan penting dalam peningkatan restasi belajar
jumlah SKS yang diambil pada semester 7, para mahasiswa lebih banyak
sebelum-sebelumnya.
Hal ini dibuktikan dengan intensitas bermain game, dari 149 (50%)
mahasiswa yang masuk pada kategori ini, mayoritas waktu bermain game
online adalah rendah 123 (83%) mahasiswa. Oleh karena itu rendahnya
namun memiliki prestasi belajar yang tinggi. Hal ini sejalan dengan
Indeks Prestasi. Hal ini menunjukkan bermain game online bisa membantu
bahwa terdapat beberapa manfaat positif dari bermain game. Salah satunya
dinyatakan pula bahwa siswa yang rutin bermain game akan memiliki