SISTEM REPRODUKSI
A. DEFINISI
Organ reproduksi pria tidak terpisah dari saluran uretra dan sejajar dengan kelamin luar.
Organ reproduksi pria terjadi atas bagian-bagian berikut ini.
a. Kelenjar
Testis
Vesika seminalis
Kelenjar prostate
Kelenjar bulbo uretralis
b. Duktus (ductus=saluran)
Epididimis
Duktus seminalis
Uretra
c. Bangun penyambung
Skrotum
Fenikulus spermatikus
Penis
A. Kelenjar
Testis
Merupakan organ kelamin laki-laki, terdiri atas 2 buah glandula yang memproduksi
semen, terdapat didalam skrotum digantung oleh fenikulus spermatikus. Testis merupakan
tempat dibentuknya spermatozoa dan hormon laki-laki, terdiri atas belahan=belahan yang
disebut tubulus testis.
Pembungkus Testis
1. Arteri pudenda eksterna pars superfisialis merupakan cabang dari arteri femoralis.
2. Arteri perinealis superfisialis cabang dari arteri pedenda interna.
3. Arteri kremasterika cabang dari arteri epigastrika inferior.
4. Untuk pembuluh darah vena mengikuti arteri.
Terdapat di belakang lateral pars membranase uretra, di antara kedua lapisan diafragma
urogenetalis dan disebelah bawah dari kelenjar prostat. Kelenjar bulbo uretralis dibungkus
oleh simpai jaringan ikat tipis yang diluarnya terdapat serat-serat otot rangka.
B. Duktus (saluran)
Epididimis
Saluran halus yang panjangnya ± 6cm, terletak sepanjang atas tepi dan belakng testis,
terdiri atas:
1. Kaput epididimis berhubungan erat dengan bagian atas testis sebagai duktus eferens dari
testis,
2. Kaput epidemis (badan) ditutupi oleh membran serosa servikalis sepanjang pinggir
posterior,
3. Kauda epididimis (ekor) disebut juga globulus minor ditutupi membran serosa
berhubungan dengan duktus deferens.
4. Ekstreminasi superior (bagian yang besar) dan ekstreminasi inferior (seperti titik).
C. Duktus Deferens
Duktus deferens adalah ekskretorius dari testis dan merupakan lanjutan dari kanalis
epididimis dengan panjang 50-60 cm. Mulai dari bagian bawah, kauda epididimis berbelit-
belit secara berangsur-angsur naik sepanjang pinggir posterior testis dan sisi medialis bagian
frenikulum spermatikus melalui cincin kinalis inguinalis, lalu masuk ke spermatika
membelok sepanjang sisi lateral arteri epigastrika, kemudian menuju ke belakang agak turun
ke fossa iliaka eksterna mencapai kavum pelvis.
Bangun penyambung
Skrotum
Sepasang kantung yang menggantung di dasar pelvis. Pada bagian depan skrotum
terdapat penis dan dibelakangnya terdapat anus. Skrotum adalah berupa kantong yang terdiri
atas kulit tanpa lemak, memiliki sedikit jaringan otot yang berada di dalam pembungkus
disebut tunika vaginalis, yang dibentuk dari peritoneum. Skrotum banyak mengandung
pigmen dan di dalamnya terdapat kantong-kantong, setiap kantong epididimis fenikulus
spermatikus.
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Bentuk skrotum bervariasi dalam
beberapa keadaan misalnya pada pengaruh panas, orang tua, dan keadaan lemah skrotum
akan memanjang dan lemas, sedangkan dalam keadaan dingin, pada orang muda akan
memendek dan berkerut.
Lapisan Skrotum:
1. Kulit: warna kecokelatan dan mempunyai flika/rugae. Pada kulit terdapat sebasea
yang dikelilingin oleh rambut keriting dimana akarnya terlihat melalui kulit.
2. Tunika dartos: berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum. Tunika
dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua ruangan untuk
testis yang terdapat di bawah permukaan penis.
Fenikulus Spermatikus
Bagian ini terletak menggantung di depan skrotum, bagian ujung disebut glans penis,
bagian tengah disebut korpus penis, bagian pangkal disebut radiks penis. Kulit ini
berhubungan dengan pelvis, skrotum, dan perineum.
1. Fasia superfisialis
2. Karpora kavernosa penis
3. Korpus kavernosa uretra
4. Gland penis
5. Bulbus uretra
C. Penggantung penis
1. Ligamentum fundiformis penis: lapisan tebal yang berasal dari fasia superfisialis dan
dari dinding abdominalis anterior di atas pubis.
2. Ligamentum suspensorium penis: berupa benang berbentuk segitiga.
1. Arteri pudenda interna: cabang arteri hipogastrika yang menyuplai darah dan ruangan
kavernosus.
2. Arteri profunda penis: mrupakan cabang dari arteri dorsalis penis, bercang terbuka
langsung ke ruangan kavernosa. Cabang kapiler akan menyuplai darah ke trabekula
ruangan kavernosa dan dikembalikan ke vena pada dorsum membentuk vena dorsalis
penis melewati permukaan superior karpora kavernosa lalu bergabung dengan vena
lain.
Saraf Penis
Merupakan cabang dari nervus pudendus dan pleksus pelvikus. Pada glana penis dan bulbus
terdapat beberapa filamen dari nervus kutaneus mempunyai korpus.
Cairan Semen
Cairan semen terdiri atas spermatozoa dan cairan yang dihasilkan oleh seluruh kelenjar
kelamin serta sedikit tambahan yang berasal dari sistem saluran kelamin. Semen merupakan
cairan keruh keputihan yang mengandung 100 juta/ml sperma dan jumlahnya sangat
Kelenjar bulbo uretralis dan kelenjar uretra mengeluarkan sekret berupa lendir ketika ereksi
yang akan melumasi uretra pars kavernosa. Sewaktu ejakulasi kelenjar prostat akan breaksi
lebih dahulu.
1. Vulva
Vulva adalah alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya sistem urogenital, dilingkari
oleh labia mayora ke belakang menjadi satu dengan kommisura posterior dan prineum, di
bawah kulit vulva terdapat jaringan lemak (mons veneris). Bagian media dari labia mayor
terdapat bibir kecil labia minora) ke arah premenium yang menjadi satu dan membentuk
frenolum labiorum pudendi. Bagian depan frenolum terdapat fossa nafikulare, sedangkan
pada kiri kanan fossa nafikulare terdapat dua buah lubang kecil tempat bermuaranya
galandula bartholini.
4. Penatalaksanaan
4. Eliminasi
2. Pemeriksaan Diagnostik
IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap seumur hidup pada
orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi
IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme
penyebab infeksi. Manfaat IgG affinity yang dilakukan pada wanita yang
hamil atau akan hamil karena pada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan
pemeriksaan IgG affinity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah
sebelum atau pada saat hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak
perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang
berbahaya, khususnya pada trimester I.
Bila IgG (-) dan IgM (+). Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan
awal infeksi. Harus diperiksa kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG
berubah jadi (+). Bila tidak berubah, maka IgM tidak spesifik, yang
bersangkutan tidak terinfeksi toksoplasma.
Bila IgG (-) dan IgM (-). Belum pernah terinfeksi dan beresiko untuk
terinfeksi. Bila sedang hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa
kehamilan (dokter mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan anda).
Lakukan tindakan pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
Bila IgG (+) dan IgM (+). Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau
mungkin juga infeksi lampau tapi IgM nya masih terdeteksi. Oleh sebab itu
perlu dilakukan tes IgG affinity langsung pada serum yang sama untuk
memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah sebelum atau sesudah hamil.
Bila IgG (+) dan IgM (-). Pernah terinfeksi sebelumnya. Bila pemeriksaan
dilakukan pada awal kehamilan, berarti infeksinya terjadi sudah lama
(sebelum hamil) dan sekarang telah memiliki kekebalan, untuk selanjutnya
tidak perlu diperiksa lagi.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Menunjukkan adanya pleositosis ringan dari mononuklear predominan dan
elevasi protein.
c. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)
Intervensi
( Soedarto, 1990 ).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh dapat
menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.
Etiologi
Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain:
Patofisiologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (misalnya
di vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan sampai ke
kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Umumnya 10 - 90 hari atau 3 - 4 minggu setelah terjadi infeksi ditempat Bakteri Trepoma
Pallidum timbul lesi primer yang bertahan 1 - 5 minggu dan kemudian hilang sendiri.
Kurang lebih 6 minggu (2 - 6 minggu) setelah lesi primer terdapat kelainan kulit dan selaput
lendir.
Gejala Klinis
Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu kardiolopin yang
dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini dapat memberi Reaksi
Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif (BFP).
Contoh test non treponemal :
Pengkajian
Perawat menghubungkan riwayat sifilis dengan kategori berikut :
1. Data subjektif
Ps mengeluh nyeri pada tulang.
Ps mengeluh tidak nafsu makan.
Ps mengeluh nyeri pada kepala.
Ps mengeluh kesemutan.
2. Data objektif
Anoreksia dan BB menurun.
Demam subfebris.
Ulkus merah pada penis dan anus.
Arthritis dan paresis.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan nausea.
Ditandai dengan ps mengatakan tidak nafsu makan dan BB menurun.
2. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan ulkus merah pada
penis dan anus serta demam subfebris.
B. Evaluasi
Kanker Vulva
Pengertian
Kanker vulva adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam vulva. Vulva merupakan bagian luar
dari sistem reproduksi wanita, yang meliputi labia, lubang vagina, lubang uretra dan klitoris
3-4% kanker pada sistem reproduksi wanita merupakan kanker vulva dn biasanya terjadi
setelaj menopause.
Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Faktor resiko terjadinya kanker vulva:
1. Infeksi HPV atau kutil kelemin (kutil genitalis), HPV merupakan virus penyebab kutil
kelamin dan di tularkan melalui hubungan seksual.
2. Pernah menderita kanker leher rahim atau kanker vagina
3. Infeksi sifilis
4. Diabetes
5. Obesitas
6. Tekanan darah tinggi.
7. Usia
Tiga perempat penderita kanker vulva berusia diatas 50 tahun dan dua pertiganya
berusia diatas 70 tahun ketika kanker pertama kali terdiagnosis usia rata-rata penderita
kanker invasif adalah 65-70 tahun..
Gejala
Kanker vulva mudah di lihat dan teraba sebagai benjolan penebalan atau pun luka
terbuka atau disekitar lubang vagina. Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan
warna. Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal. Pada akhirnya akan terjadi
perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lainnya adalah:
nyeri ketika berkemih
nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala
pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi
III. Etiologi
Kuman : Neisseria gonorrhoea
Perantara : manusia
tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
cara penularan : kontak seksua langsung
tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman
Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun1879
dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria
dan dikenal ada 4 spesies, yaitu :
N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen
serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal.
Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi .
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora,
jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak
tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.
Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10%
CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk
tumbuh dan mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme
ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-
37o dan pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3
dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan
terdapat pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-
virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi
radang.Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid
Neisseria Gonorhoe
Inflamasi
infeksi meivas
Laki-laki(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
Perempuan (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii, ovarium)
Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya
lendir mukoid dari uretra
Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah
infeksi pada uretra umumnya menyebabkan duh uretra yang mukopurulen atau
purulen (>80%) dan atau disuria (>50%),
2. Pada wanita:
a. Pada traktus genitourinari wanita bagian bawah:
duh serviks yang mukopurulen atau purulen
duh vagina atau pendarahan; vulvaginitis pada anak-anak
Nyeri ketika berkemih
Keluarnya cairan dari vagina
VII. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada pria:
a. uretra yang berparut atau berbintik pada pria kemungkinan mengarah ke
menurunnya fertilitas atau obstruksi kandung kemih
b. Prostatitis
c. Cowperitis
d. Vesikulitis seminalis
e. Epididimitis
g. Infertilitas
d. Salphingitis.
e. Infertilitas
f. parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID
(penyakit radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis
kronik dan kehamilan ektopik
c. Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.
Bartolinitis
keturunan/hered relaksasi
d. Diagnosa keperawatan :
inkontinensia urin berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
3. Urin akan menjadi kontinens
4. Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang
diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi Keperawatan :
1. Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
2. Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
3. Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
Kanker Serviks
Pengertian
Kanker serviks adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada daerah batas antara
epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviksalis yang disebut
squamo-columnar junction (SCJ) (Wiknjosastro, Hanifa. 2005).
Kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama.
Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks
merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis serviksalis dan porsio).
Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina
(http://infokesehatan2009.html). Kanker serviks merupakan karsinoma ginekologi yang
terbanyak diderita.
2. Jumlah kehamilan dan partus Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita
yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko
mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers
serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang
terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh
terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian
menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai
pencetus terbentuknya kanker serviks
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh
penderita. Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10
tahun). Perubahan epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih
memungkinkan terjadinya regresi spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu
dikenal dengan Unitarian Concept dari Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97%
berupa epidermoid atau squamos cell carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell
carcinoma/mesonephroid carcinoma dan yang paling jarang adalah sarcoma.
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal
3. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan berbau
busuk.
4. Bisa terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Kelemahan pada ekstremitas bawah
7. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosakral.
8. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala
akibat metastasis jauh.
STADIUM KRITERIA
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
b. Riwayat keluarga
c. Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Status kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit keluarga
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
3. Dx 3 :
Risiko cedera pada janin berhubungan dengan penurunan perfusi plasenta
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan risiko cedera
terhadap janin dapat dicegah sehingga tidak menjadi aktual
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi cedera pada janin
Nilai profil biofisik janin normal sesuai dengan usia kehamilan
DJJ berada dalam batas normal ± 120 - 180 x / menit
Gerakan janin aktif seperti biasanya
Bayi lahir tanpa gangguan
NO INTERVENSI RASIONALISASI
2 Awasi dan pantau DJJ dan Terjadinya hipoksia pada ibu dapat
keaktifan gerakan janin mengakibatkan kelainan SSP janin.
Krisis berulang dapat
meningkatkan prevalensi ibu dan
janin pada peningkatan mortalitas
dan laju morbiditas. Pengkajian
yang cermat dan konsisten pada
janin dapat mengidentifikasi
perubahan status janin secara dini
sehingga dapat segera menentukan
intervensi yang tepat untuk
dilakukan.
4. Dx 4 :
Nyeri b/d nekrosis jaringan pada serviks akibat penyakit kanker serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan nyeri pasien
berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan pengaruh /
efek samping minimal
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
5. Dx 5 :
Hipertermi b/d penyakit kanker serviks dan peningkatan aktivitas metabolik
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan suhu tubuh pasien kembali normal
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (± 36,5oC - 37,5oC)
Denyut nadi dalam batas normal (± 60 - 100x / menit)
Frekuensi pernapasan dalam batas normal (±16- 24x/ menit)
Kulit tidak tampak memerah
Pasien tidak mengalami kejang
6. Dx 6 :
Risiko infeksi b/d proses penyakit kronis (metastase sel kanker)
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak mengalami
infeksi
Kriteria Hasil :
Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesia)
TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada dalam
batas normal (4 - 9 103/µL)
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda Deteksi dini terhadap reaksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan infeksi yang bisa berdampak
keaktifan gerakan janin pada janin dan menghambat
pertumbuhan janin.
NO INTERVENSI RASIONALISASI
4 Observasi adanya bau yang tidak enak Identifikasi tanda - tanda infeksi
pada urine (bau abnormal) pada jaringan traktus urinarius
8. Dx 8 :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan aktivitas
metabolik terhadap kanker
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, kebutuhan nutrisi pasien
terpenuhi secara optimal dan seimbang
Kriteria Hasil :
Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien dalam kondisi normal)
Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan
Tidak terjadi mual ataupun muntah
Pasien tidak tampak pucat / lemas
NO INTERVENSI RASIONALISASI
9. Dx 9 :
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien.
E. EVALUASI
Evaluasi disesuaikan dengan tujuan dan outcome.
1. Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
2. Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi
8.Penerbit buku kedokteran EGC.
3. Potter Patricia dan Anne G. Perry. Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba
Medika.
4. Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta :
EGC
5. Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta : EGC
6. Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medika
7. Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :
EGC
8. Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Jakarta : EG
9. Anonim.2012. (Online). Available : http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_serviks (6 Oktober
2013)
10. Anonim.2011.(online).Available : http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-
dengan-gangguan-sistem-reproduksi.html (akses : 6 Oktober 2013)