Anda di halaman 1dari 39

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Sistem Reproduksi Pria

1
B. Struktur Reproduksi Pria
1. Kelenjar
a. Testis
Testis merupakan 2 buah organ glandula yang memproduksi semen, terdapat
di dalam skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. Pada janin, testis
terdapat dalam kavum abdominalis di belakang peritonium. Sebelum kelahiran,
akan turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus spermatikus kemudian
masuk kedalam skrotum. Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan
hormon laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut lobulus testis.
Testis menghasilkan hormon testosteron yang menimbulkan kejantanan
setelah masa pubertas, di samping itu folicle stimulating hormone dan lutein
hormone (LH).

b. Vesika Seminalis

Vesika seminalis merupakan dua ruangan di antara fundus vesika urinaria


dan rektum, masing-masing ruangan berbentuk piramid. Permukaan anterior
berhubungan dengan fundus vesika urinaria. Permukaan posterior terletak di atas
rektum yang dipisahkan oleh fasia rektovesikalis.

Panjang kelenjar ini 5-10 cm, merupakan kelenjar sekresi yang


menghasilkan zat mukoid. Zat ini banyak mengandung fruktosa dan zat gizi
(prostalgandin dan fibrinogen) yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa.
Vesika seminalis bergabung dengan duktus diverens, penggabungan ini disebut
duktus ejakulatorius.

Sekresi vesika seminalis merupakan komponen pokok dari air mani yang
menghasilkan cairan yang disebut semen sebagai pelindung spermatozoa. Selama
ejakulasi vesika seminalis mengosongkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius
sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa.

c. Glandula Prostata

Sebagian bersifat glandular dan sebagian lagi bersifat otot. Glandula prostata
terdapat di bawah orifisium uretra interna dan sekeliling permukaan uretra, melekat
di bawah vesika urinaria dalam rongga pelvis di bawah simfisis pubis posterior.
2
Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai empat lobus, yaitu posterior,
anterior, lateral, dan medial.

Fungsi kelenjar prostat engeluarkan cairan alkali yang encer seperti susu
yang mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa
terhadap tekanan pada uretra. Basis prostat menghadap ke atas berhubungan dengan
permukaan inferior vesika urinaria. Permukaannya berhubungan dengan vesika
urinaria. Uretra menembus glandula prostat tepi anterior dan posterior. Apeks
prostat mengarah ke bawah berhubungan dengan diafragma urogenitalis.

d. Kelenjar Bulbouretralis

Kelenjar ini terdapat di belakang lateral pars membranasea uretra, di antara


kedua lapisan diafragma urogenitalis dan disebelah bawah kelenjar prostat.
Bentuknya bundar, kecil, dan warnanya kuning, panjangnya 2,5 cm. Fungsinya
hampir sama dengan kelenjar prostat.

2. Duktus
a. Epididimis

Epididimis adalah saluran halus yang panjangnya kira-kira 6 cm, terletak di


sepanjang atas tepi dan belakang testes dan terdiri dari:

1) Kaput epididimis , berhubungan erat dengan bagian atas testis sebagai duktus
eferens dari testis.
2) Kaput epididimis: Badan ditutupi oleh membran serosa servikalis sepanjang
tepi posterior.
3) Kauda epididimis: Ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membran
serosa dan berhubungan dengan duktus diferens.
4) Ekstermitas superior: Bagian yang besar.
5) Ekstermitas inferior: Seperti titik.

Diantara korpus dan testis terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis
(fosa digitalis). Epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral. Lapisan ini
bagian mediastinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat
spermatozoa melalui duttus eferen, merupakan bagian dari kaput epididimis tempat
3
bermuaranya spermatozoa lalu disimpan masuk ke dalam vas diferens. Fungsinya
sebabagai saluran penghantar testis, mengatur sperma sebelum diejakulase, dan
memproduksi sperma.

Apendiks testis adalah bagian ekstermitas superior testis dekat kaput


epididimis. Berupa benda kecil, oval yang merupakan sisa dari duktus muleri
bagian atas. Apendiks epididimis berupa tangkai kecil yang terdapat pada kaput
epididimis, dianggap sebagai duktus eferens.

b. Duktus Diferens

Duktus diferens adalah duktus ekskretorius dari testis, merupakan lanjutan


dari kanalis epididimis, panjangnya 50-60 cm. Mulai dari bagian bawah kauda,
epididimis berbelit-belit, secara berangsur-angsur naik sepanjang tepi posterior
testis dan sisi medialis bagian fenikulus spermatikus. Melalui cincin kanalis
inguinalis masuk ke fenikulus spermatika, membelok sepanjang sisi lateral arteri
epigastrika kemudian menjurus ke belakang agak turun ke fosa iliaka eksterna dan
mencapai kavum pelvis.

c. Uretra

Uretra merupakan saluran kemih dan merupakan saluran ejakulasi pada pria.
Pengeluaran urin tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan
kontraksi prostat.

3. Bangun Penyambung
a. Skrotum

Skrotum adalah sepasang kantong yang menggantung di dasar pelvis. Di


depan skrotum terdapat penis dan di belakang terdapat anus. Skrotum atau kandung
buah pelir berupa kantong terdiri dari kulit tanpa lemak dan emiliki sedikit jaringan
otot. Pembungkusnya disebut tunika vaginalis yang dibentuk dari peritonium
skrotum yang mengandung pigmen, di dalamnya terdapat kantong-kantong, setiap
kantong berisi epididimis fenikulus spermatikus.

4
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi
dalam beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas dan lansia, dan keadaan lemah,
skrotum akan memanjang dan lemas. Sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan memendek dan berkerut.

Skrotum terdiri dari dua lapisan:

1) Kulit: warna kecokelatan, tipis dan mempunyai flika/rugae, terdapat folikel


sebasea dikelilingi oleh rambut keriting yang akarnya terlihat melalui kulit.
2) Tunika dartos: Berisi lapisan otot polos yang tipis sepanjang basis skrotum.
Tunika dartos ini membentuk septum yang membagi skrotum menjadi dua
ruangan untuk testis yang terdapat di bawah permukaan penis.

Pada skrotum terdapat M. kremaster yang muncul dari M. obligue internus


yang menggantungkan testis dan mengangkat testis menurut kemauan dan
refleks ejakulasi.

b. Fenikulus Spermatikus

Fenikulus merupakan bangun penyambung yang berisi duktus seminalis,


pembuluh limfe, dan serabut saraf. Fenikulus spermatikus memanjang dari
abdominalis inguinalis dan tersusun konvergen ke bagian belakang testis, melewati
cincin subkutan dan turun hapir vertikal ke skrotum. Fenikulus spermatikus kiri
lebih panjang dari yang kanan karena testis kiri tergantung lebih rendah dari testis
kanan.

Pembuluh darah fenikulus spermatikus:

1) Arteri spermatika interna


2) Arteri spermatika eksterna
3) Arteri duktus diferens
4) Vena spermatika.

5
c. Penis
Penis terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung disebut glans
penis, bagian tengah korpus penis, dan bagian pangkal radiks penis. Kulit
pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari
organ dan tidak mempunyai jaringan adiposa. Kulit ini berhubungan dengan pelvis,
skrotum dan perineum.
Di belakang orifisium uretra eksterna kulit ini membentuk perlipatan kecil
yang disebut frenulum prepusium. Kulit yang menutup glans penis bersambung
bersambung dengan membran mukosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai
rambut. Prepusium menutupi glans, dipisahkan dari prepisium terdapat ruangan
yang dangkal.
Fasia superfisialis secara langsung berhubungan dengan fasia skrotum
dengan lapisan sel otot polos. Di antara fasia superfisialis dan profunda terdapat
celah yang menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior dari ujung M.
bulbokarvenosus dan M. iskiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan
lapisan luar. Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia
perinealis dari perineum, lapisan dalam merupakan lanjutan fasia penis, laminda
profunda, dan fasia profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.

6
C. Fisiologi Reproduksi Pria
1. Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi spermatozoa


dan berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang 4 hari). Spermatogonia terletak
berdekatan dengan membran basalis tubulus seminiferus. Spermatogonia berproliferasi
melalui mitosis dan berdiferensiasi menjadi spermatosit primer. Setiap spermatosit
primer mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk dua spermatosit sekunder.
Pembelahan meiosis kedua pada spermatosit sekunder menghasilkan empat spermatid.

Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi spermatozoa


(sperma). Panjang spermatozoa matur mencapai 60 µm. Sperma matur memiliki satu
kepala, satu badan, dan satu flagellum (ekor).

Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim
yang diperlukan untuk menembus ovum. Badan mengandung mitokondria yang
memproduksi ATP diperlukan untuk pergerakan. Goyangan flagellum mengakibatkan
motilitas sperma (untuk berenang).

2. Sel Sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsi-fungsinya


antara lain :

Sel Sertoli secara mekanis menyokong dan memberi nutrisi spermatozoa dalam
proses pematangan. Sel Sertoli mensekresi inhibitor duktus mullerian, yaitu sejenis
glikoprotein yang diproduksi selama perkembangan embrionik pada saluran reproduksi
laki-laki. Zat ini menyebabkan atrofi duktus mullerian pada genetic laki-laki.

Sel Sertoli mensekresi protein pengikat androgen untuk merespon folikel


stimulating hormone (FSH) yang dilepas kelenjar hipofisis anterior. Protein mengikat
testosterone dan membantu mempertahankan tingkat konsentrasi tinggi cairan tersebut
dalam tubulus seminiferus. Testosteron menstimulasi spermatogenesis.

Sel Sertoli mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek umpan balik
negatif terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior.

Sel Sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membrane sel yang
penting untuk menginduksi proses diferensiasi testis pada genetik laki-laki.
7
3. Penyimpanan dan Pematangan Sperma

Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit primer. Sel spermatosit


primer bermiosis menghasilkan spermatosit sekunder. Spermatosit sekunder membelah
lagi menghasilkan spermatid. Spermatid berdeferensiasi menjadi spermatozoa masak.
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP (Androgen Binding Protein) testosteron
tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi
umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH. Kemudian
spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan
oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenja Cowper. Spermatozoa
bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada
waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
Pada laki-laki, spermatogenesis terjadi seumur hidup dan pelepasan spermatozoa dapat
terjadi setiap saat.

4. Mekanisme ereksi penis.


Ereksi adalah slah satu fungsi vascular korpus karvenosum dibawah pengendalian
SSO. Jika penis lunak, stimulus simpatis terhadap arterior penis menyebabkan
konstriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darahb y6ang melalui penis tetap dan
hanya sedikit darah yang masuk kesinusoid kavernosum.
Saat stimulasi mental atau seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan vasodilatasi
arterior yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang memasuki vena dibandingkan
yang dapat didrainase vena. Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah
dan menekan vena yang dikelilingi tunika albuginea non distensi. Setelah ejakulasi,
impuls simpatis menyebakan terjadinya vasokonstriksi arteri dan darah akan mengalir
ke vena untuk dibawah menjauhi korpus. Penis mengalami detumesensi, atau kembali
ke kondisi lunak.

5. Kuantitas dan Kompoisi Semen


Volume ejakulasi berkisar antara 1 ml sampai 10 ml; rata – rata 3 ml. Semen terdiri
dari 90% air dan mengandung 50 sampai 120 juta sperma per ml; volume sperma
mencapai 5% volume semen. Semen diejakulasi dalam bentuk cairan kental berwarna
abu – abu kekuningan dengan pH 6,8 sampai 8,8. Cairan ini segera berkoagulasi setelah
ejakulasi dan mencair dengan spontan dalam 15 sampai 20 menit. Bagian pertama

8
ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal, dan sekresi kelenjar prostat dan
bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikel seminalis. Semen
mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat tambahan seperti
prostaglandin, enzim proteolitik, inhibitor enzim, vitamin, dan sejumlah hormon steroid
serta gonadrotropin dalam konsentrasi yang berada dengan yang ada di plasma darah.
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24 sampai 72 jam dalam
saluran reproduksi perempuan.

9
D. Konsep pembedahan
1. Pengertian
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi merupakan
pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya terbatas pada daerah kecil di
ujung penis, dilakukan penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk
stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra
yang baru di daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok jika kanker
meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan dengan
mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%. Jika surgical resection
baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak memberikan kebebasan yang cukup
(adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah dipertimbangkan. Jika
sebagian sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup bagi pasien untuk kencing
sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan perineal urethrostomy.

Kanker penis termasuk penyakit yang tidak umum, meskipun laporan


menunujukkan kasus kanker penis meningkat pada abad belakangan ini. Di samping itu,
walaupun tidak ada perkembangan signifikan di bidang bedah ini, namun kesadaran dan
dukungan untuk orang-orang yang menjalani prosedur ini semakin meningkat.

2. Etiologi
Biasanya, penektomi parsial dianjurkan untuk pasien dengan penyakit kanker yang
belum menjangkit penis. Sedangkan penektomi radikal atau total dilaksanakan saat sel
kanker telah menyerang batang atau organ lain yang berada di dekat alat kelamin
pasien. Prosedur ini merupakan alternatif terakhir yang dilaksanakan bila penyakit
pasien kebal atau tidak membaik sesudah menjalani metode pengobatan kanker lain,
seperti kemoterapi atau radioterapi.
Prosedur reseksi penis baru dianjurkan jika penis mengalami cedera atau kerusakan
yang parah, namun dokter bedah sebisa mungkin akan berusaha mempertahankan penis.
Hasil yang didapat dari penektomi tergantung pada stadium kanker. Pasien yang
menjalani penektomi pada saat stadium kanker masih awal, memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang lebih tinggi, walaupun masih ada kemungkinan penyakit
untuk kambuh.

10
Jenis bedah ini dikenal memiliki efek besar pada pasien, baik dari segi fisik, emosi,
maupun psikologis. Kebanyakan pasien mengalami perubahan gaya hidup drastis, maka
dari itu mereka disarankan untuk bergabung dalam terapi kelompok. Pasien yang telah
menjalani penektomi tidak mampu lagi untuk melakukan penetrasi dalam hubungan
seksual. Namun, perkembangan di bidang bedah rekonstruktif, seperti phalloplasty,
menjadi sebuah alternatif bagi pasien yang ingin mengembalikan bentuk dan fungsi
penis seperti semula.

3. Jenis-jenis Penektomy

Tindakan Penektomy terbagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Penektomy parsial, penektomi parsial dianjurkan untuk pasien dengan penyakit


kanker yang belum menjangkit penis
b. Penektomy radikal atau total dilaksanakan saat sel kanker telah menyerang batang
atau organ lain yang berada di dekat alat kelamin pasien.

4. Cara Kerja Penektomy


Penektomi adalah prosedur bedah yang dilakukan di rumah sakit. Sebelum dokter
memasukkan kateter ke dalam uretra, pasien perlu dibius secara total. Saat penektomi
lokal, area yang akan dipotong akan terlebih dahulu diidentifikasi dan ditandai. Dokter
bedah kemudian akan membuang bagian penis sesedikit mungkin dan pada beberapa
kasus, hanya akan membuang kepala penis, seperti pada prosedur sirkumsisi. Uretra
kemudianKemudian, uretra disambungkan pada bukaan baru kulit dan sayatan akan
dijahit. Bagian penis yang diangkat akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa oleh
spesialis patologi.
Pada penektomi total, dokter akan mengangkat seluruh penis dan membuat bukaan
uretra baru di perinium. Apabila kanker terindikasi telah meluas, pasien harus segera
menjalani prosedur bedah tambahan untuk mengeluarkan nodus limpa inguinal.

11
5. Komplikasi Penektomy
Walaupun pendarahan merupakan salah satu resiko penektomi, namun kondisi ini
dapat segera ditangani dan tidak sampai memerlukan transfusi. Beberapa pasien akan
mengalami reaksi penolakan terhadap zat bius yang digunakan.
Kemungkinan infeksi pada area bedah merupakan komplikasi penektomi, hal ini
ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan pengeringan pus. Terapi antibiotik
akan direkomendasi pada pasien untuk meringankan komplikasi ini, karena teradapat
kemungkinan infeksi menyerang darah dan menyebabkan penyakit serius. Pada
beberapa kasus, pasien akan mengalami infeksi saluran kemih dan kesulitan buang air
kecil.
Penyempitan uretra adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi, kondisi ini
ditandai dengan munculnya goresan-goresan pada uretra pasca penektomi.
Thrombosis vena dalam atau embolisme paru juga dapat terjadi. Embolisme paru
seringkali ditandai dengan nyeri dan pembengkakan di bagian kaki, sedangkan
kemunculan thrombosis vena dalam dimulai dengan nafas pendek dan nyeri dada.
Beberapa pasien menyampaikan keluhan nyeri kronis di area bedah dan nyeri yang
sama seperti yang dialami oleh pasien amputasi.

6. Patofisiologi

Patofisiologi Narasi

Sama halnya dengan karsinoma sel skuamosa di tempat lain, karsinoma penis
umumnya didahulu oleh munculnya sel ganas yang terbatas di epidermis, yang disebut
karsinoma in situ. Terdapat tiga varian utama karsinoma in situ, yang semuanya
berkaitan erat dengan strain HPV. Penyakit Bowen adalah salah satu bentuk karsinoma
in situ di tempat ini yang paling sering ditemukan. Varian karsinoma in situ lainnya
adalah eritroplasia Queyrat, yang tampak bercak eritematosa di glans penis dan
permukaan mukosa lain dan papulosis bowenoid, suatu lesi virus menular seksual yang
mengenai batang penis.

Pada pemeriksaan makroskopis karsinoma penis memberikan penampilan tumor


tidak terbatas jelas, padat rapuh, dan berwarna abu-abu. Lesi tersering di glans penis
atau prespusium. Squamous cell carsinoma penis ciri mikroskopisnya tampak jaringan

12
kulit dari penis dengan kelompok-kelompok sel epitel squamous yang anaplastik
menembus basal membran dan jaringan ikat, ditemukan adanya keratin pearl.

Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk
penyebaran tumor. Oleh karena persilangan getah bening, sel-sel kanker memiliki akses
ke kelenjar getah bening di kedua daerah inguinal.

Perubahan metastasis menyebabkan nekrosis kulit, infeksi kronis, dan akhirnya,


kematian akibat sepsis atau perdarahan sekunder terhadap erosi ke dalam pembuluh
femoral. Metastasis jauh ke organ hati, tulang, paru-paru, atau otak jarang terjadi.
Metastasis jauh biasanya dikaitkan dengan keterlibatan node lokalis.

13
Patofisiologi Skema

Faktor-faktor resiko yang berperan Pertumbuhan sel baru pada organ


terhadap pertumbuhan sel penis

Proliferasi sel meningkat cepat

Kerusakan struktur fungisional penis

Karsinoma penis

Respons sistemik (anemia, penurunan Intervensi medis kemoterapi


Respon iritasi lokal berat badan, mual muntah)

Ketidakseimbangan nutrisi

Gangguan ADL

Kecemasan pemenuhan informasi


intervensi radioterapi
Nyeri Koping Maladaptif

Kerusakan
Bedah amputasi penis radikal
jaringan lokal

14
Diversi Urine Luka Pasca bedah
Stoma
Amputasi Penis

Resiko tinggi infeksi


Kerusakan integritas jaringan kulit Ansietas/kecemasan

15
E. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

b. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan:

1) Tekanan darah: pada kanker yang telah lanjut, awitan nyeri yang timbul dapat
meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg).
2) Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan (di atas
100x/menit pada orang dewasa, dan di atas 120x/menit pada anak kecil).
3) Respiratory rate: biasanya meningkat (di atas 20x/menit), perubahan RR
dapat terjadi jika adanya metastase sel kanker yang mencapai paru-paru.
4) Suhu: biasanya normal (36-37,5°C), dapat terjadi peningkatan suhu yang
mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik.

c. Riwayat penyakit sebelumnya


Ditanyakan sebelumnya apakah klien pernah menderita tumor atau keganasan
lainnya. Ditanyakan apakah istrinya menderita Ca servix karena dapat menjadi
risiko untuk meningkatkan kejadian ca penis.

d. Anamnesa dan observasi


1) Aktivitas dan istirahat
a) Klien mengatakan mengalami nyeri sehingga mengganggu aktivitasnya.
b) Klien tampak meringis ketika menggerakkan tubuhnya (daerah perineal
sampai ke paha).
c) Klien mengatakan mengalami kelemahan dan/keletihan.
d) Klien tampak lemah.
e) Klien mengatakan apabila merasa nyeri istirahatnya menjadi sedikit
terganggu.

16
f) Klien mengatakan aktivitas di luar rumah berkurang karena klien merasa
malu dengan penyakitnya.

2) Sirkulasi
a) Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat nyeri yang
dirasakan.
b) Takikardi.
c) Akral dingin.
d) Klien mengalami perdarahan akibat luka terbuka pada penis.
e) Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)

3) Integritas ego
a) Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi fisik.
b) Menyangkal, menarik diri.

4) Eliminasi

Klien bisa mengalami gangguan eliminasi seperti nyeri berkemih dan


kesulitan dalam berkemih.

5) Makan/cairan
a) Nafsu makan klien dapat normal atau berkurang terkait psikologis klien,
dan perkembangan kanker.
b) Berat badan klien menurun.
c) Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).

6) Sensori/neural
Klien tidak mengalami gangguan neural, persepsi, maupun sensori.

7) Nyeri/kenyamanan

Klien mengatakan merasa nyeri:

P :Nyeri terjadi akibat hyperplasia sel kanker yang

17
mendesak dan mensensitisasi jaringan sekitar kanker.
Q : Klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk.
R : Klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah penis, menjalar ke lipatan
paha.
S : Klien mengatakan skala nyeri 1-10.
T : Klien mengatakan nyeri berlangsung terus-menerus.

a) Klien tampak tidak nyaman (posisi melindungi bagian yang nyeri).


b) Klien tampak berhati-hati saat menggerakkan bagian tubuh yang nyeri
c) Klien tampak gelisah.

8) Respirasi
a) Tidak adanya sesak
b) Tidak tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
c) Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat.

9) Keamanan
a) Klien mengatakan cemas.
b) Klien mengatakan merasa malu terhadap penyakitnya.

10) Seksualitas
Klien mengatakan mengalami masalah seksual dalam melakukan coitus
karena penyakit yang dideritanya.

11) Interaksi sosial


Klien mengalami masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran dalam
memenuhi kebutuhan biologis (seksualitas) dengan pasangannya.

e. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
a) Tampak adanya bengkak pada penis
b) Tampak adanya perubahan warna pada penis

18
c) Tampak adanya kutil pada kulit penis
d) Tampak adanya lesi pada penis
e) Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan
(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.
f) Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
g) Klien tampak meringis akibat nyeri
h) Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan
lemah.

2) Palpasi
Adanya massa pada daerah inguinal.

f. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
1) Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor
(tumor markers) pada kanker penis.
2) Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia
dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat
membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
3) Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan
hypoalbuminemia.
4) Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan penyebaran
(absence of metastases).

Prosedur diagnostik:

a) Biopsi
Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat
direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah
kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
b) Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
1) Mengetahui staging dari penyakit

19
2) Untuk menentukan tindak lanjut pasien
3) Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker

c) USG
USG dilakukan untuk:
1) Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
2) Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
3) Mendeteksi adanya metastase

d) CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
1) Penilaian kelenjar getah bening
2) Limited utilitas di lesi primer

e) MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh
darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.

f) Tomography Emisi Positron (PET) scan


PET scan adalah cara untuk membuat gambar organ dan jaringan dalam
tubuh. Sejumlah kecil zat radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien. Zat
ini diserap terutama oleh organ dan jaringan yang menggunakan energi.
Karena kanker cenderung untuk menggunakan energi secara aktif, menyerap
lebih dari zat radioaktif. Scanner kemudian mendeteksi zat ini untuk
menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh.

20
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh,
trauma jaringan).
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperplasia sel kanker, ditandai
dengan adanya luka terbuka yang menyerupai jerawat atau kutil pada penis.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, ditandai dengan
klien tampak gelisah, klien mengungkapkan perasaan takut, khawatir, wajah
tampak tegang, peningkatan tanda-tanda vital (TD klien meningkat (>120/80
mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1:
a. Kaji Nyeri dengan pendekatan PQRST
Rasional : Pengkajian dengan pendekatan PQRST yang komprehesif dapat
menjadi parameter dasar dalam melaksanakan perencanaan intervensi.
b. Ajarkan tehnik relaksasi
Rasional : Tehnik ralaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
c. Atur posisi fisiologis
Rasional : Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang
mengalami iskemia akibat respon peradangan.
d. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Dapat mengurangi rasa nyeri.

Diagnosa 2:

a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal


Rasional : Agar memudahkan pengambilan intervensi
b. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
Rasional : Agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga
penangan lebih efisien.
c. Jaga agar barier kulit yang terbuka tidak terpapar lingkungan dengan cara menutup
dengan kasa streril
Rasional : Mengurangi paparan dari lingkungan.

21
d. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu.
Rasional : untuk mempercepat perbaikan kondisi klien.

Diagnosa 3:
a. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari.
Rasional : Mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat memberikan
intervensi yang tepat.
b. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak kusut.
Rasional : Keadaan yang lembab dapat meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya lesi kulit akibat
gesekan dengan linen.
c. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari.
Rasional : Untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta mencegah
terjadinya infeksi sekunder.

Diagnosa 4:

a. Kaji tingkat kecemasan pasien.


Rasional: untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien.
b. Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang dapat memunculkan kecemasan.
Rasional: untuk membantu klien mengatasi kecemasan yang dialami secara mandiri
c. Berikan informasi yang memadai pada pasien tentang penatalaksanaa seperti
operasi penektomi yang dilakukan, prosedur, akibat operasi, tujuan dan proses
operasi.
Rasional: informasi yang memadai dapat mengurangi kecemasan klien dan
meningkatkan kesiapan klien dalam menghadapi operasi.
d. Instruksikan klien dalam penggunaan teknik relaksasi.
Rasional: teknik relaksasi dapat membantu memberikan rasa nyaman kepada klien.

22
4. Evaluasi

No. Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri dapat berkurang, dengan kriteria hasil:
agen injury fisik (kanker) Subjektif:
a. Klien tidak melaporkan adanya nyeri
b. Klien melaporkan nyeri terkontrol
Objektif:
a. Klien tidak merintih ataupun menangis
b. Klien tidak menunjukkan ekspresi wajah
terhadap nyeri
c. Klien tidak tampak berkeringat dingin
d. RR dalam batas normal (16-20 x/mnt)
e. Nadi dalam batas normal (60-100x/mnt)
f. Tekanan darah dalam batas normal (120/80
mmHg)
g. Klien dapat mengontrol nyerinya dengan
menggunakan teknik manajemen nyeri non
farmakologis
h. Klien dapat menggunakan analgesik sesuai
indikasi.
2 Risiko infeksi berhubungan Tidak terjadi infeksi, dengan kriteria hasil :
dengan pertahanan primer tidak Subjektif:
adekuat (kulit tak utuh, trauma Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko
jaringan). penyebab infeksi
Objektif:
a. Tidak ada kemerahan
b. Tidak terjadi hipertermia
c. Tidak ada nyeri
d. Tidak ada pembengkakan
e. Klien mampu memonitor lingkungan penyebab

23
infeksi.
f. Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab
infeksi.
g. Tidak terjadi paparan saat tindakan
keperawatan.
3 Kerusakan integritas kulit Integritas kulit klien tidak memburuk, dengan
berhubungan dengan hyperplasia kriteria hasil :
sel kanker, ditandai dengan adanya
- Tidak terjadi kerukan kulit lebih lanjut.
luka terbuka yang menyerupai
jerawat atau kutil pada penis.

4. Ansietas berhubungan dengan Level ansietas klien berkurang, dengan kriteria hasil:
perubahan dalam status Subjektif:
kesehatan, ditandai dengan klien Klien tidak mengungkapkan ansietas.
tampak gelisah, klien Objektif:
mengungkapkan perasaan takut, a. Klien tidak gelisah.
khawatir, wajah tampak tegang, b. Klien tidak mengalami distress.
peningkatan tanda-tanda vital c. Klien tidak panik.
(TD klien meningkat (>120/80 d. Klien tidak mengalami peningkatan tekanan
mmHg), nadi klien meningkat darah (TD = 120/80 mmHg)
(>100 kali/menit). e. Klien tidak mengalami peningkatan denyut nadi
(60-100 x/menit)
f. Klien tidak mengalami peningkatan RR (16-20
x/menit)

24
DAFTAR PUSTAKA

Asrul. 2010. Kanker Penis. http://dokter-herbal.com/kanker-penis.html. [Akses: 3 April 2011]

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Brosman, Stanley. 2011. Penile Cancer. http://emedicine.medscape.com/article/446554-


overview#a0199 [Akses: 3 April 2011]

Craft, Martha. 2010. Diagnosa Keperawatan Nanda. Yogyakarta: Digna Pustaka

Hutabarat, Mellyssa. 2010. Kanker Penis. http://www.meillyssach.co.cc/2010/09/kanker-penis.html.


[Akses: 3 April 2011]

Syaifuddin, Haji. 2011. Anatomi fisiologi. Jakarta: Penerbit Kedoktoran EGC.

Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

25
BAB II

LAPORAN KASUS

A. Askep Perioperatif
1. Pengkajian
Identitas
Nama (inisial) : Tn. A
No. Rm : 26 18 XX
Usia : 36 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pasar lama Batu Licin Rt. x Rw x.
Diagnosa Medis : CA Penis
Tindakan Operasi : Penektomy total.

a. Pre Operasi
1) Persiapan Operasi
a) Informed Consent : Ada
b) Sedia darah : Ada
Jenis darah :B
Jumlah : Satu kantong
c) Sceren :
d) Baju operasi : Baju operasi terpasang
e) Lokasi Operasi : Penis
f) Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi terhadap obat
serta makanan
g) Saturasi O2 Pre Operasi : 100 % tanba bantuan O2 tambahan.
h) Kesulitan bernafas : Tidak ada
i) Bleeding : Tidak ada

26
2) Data
DS :“Pasien mengatakan saya takut operasinya tidak berhasil, Pasien
mengatakan setelah saya terkena penyakit ini saya tidak pernah lagi
melakukan hubungan intim dengan istri saya”.
DO :
a) Pasien tampak gelisah dan berdoa dengan istrinya supaya operasinya
berjalan dengan lancar.
b) Kesadaran : Compos mentis (E:4, V:5, M: 6 = 15)
T : 360 C
P : 82 x /menit.
R : 22 x / menit.
BP : 90/70 mmHg.
c) Pasien terlihat percaya diri dan setuju dengan tindakan operasi.

d) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Metode


Hemoglobin 9.0 14-16 Colorimetrik
Hematokrit 27.0 40-48 Analizer Calculates
Leukosit 18.700 4.000-10.000 Impedance
Trombosit 433.000 150.000-400.000 Impedance
MCV 81.3 80-94 Analizer Calculates
MCH 29.9 28-33 Analizer Calculates
MCHC 36.8 32-36 Analizer Calculates

b. Intra Operasi
1) DS :
2) DO : Pasien tampak terpasang alat monitor pasien, posisi pasien
litotomi. Terpasang infus NSS, dan pasien tampak rileks, tampak lemas dan
pucat saturasi O2 98 %.
3) Antibiotik : profilaksis
4) Efek anastesi :

27
5) Sianosis : Tidak ada
6) Suara nafas ngorok : Tidak ada
7) Posisi saat pembedahan : Litotomi
8) Suhu tubuh pasien : 36 0C
9) Keadaan luka saat operasi : (lebar luka 12 cm)
10) Lama perdarahan kurang lebih 2 jam
11) Perdarahan : ±300 cc
12) Urine : 200 cc
13) Terpasang alat infasif yaitu chateter urine

c. Post Operasi
1) DS :Pasien mengtakan luka bekas jahitan terasa nyeri, pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri
hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan berkurang saat
istirahat.
2) DO :
a) Pasien tampak meringis kesakitan
b) Skala nyeri 3. (0-10)
c) Terdapat luka jahitan di daerah kelamin (12 cm)
d) Pasien tampak pucat dan lemas
e) T : 36,5 0C
P : 84 x/menit
R : 24 x /menit

BP : 90/70 mmHg

3) Saturasi O2 post operasi :


4) Penggunaan oksigen : Tidak ada
5) Monitor tetesan infus : 20 tetes/menit
6) Posisi pasien : Terlentang
7) Spesimen :

28
A. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Pre Operasi Penektomy total Ansietas
DS: Pre Operasi:“Pasien mengatakan
Saya takut operasinya tidak
berhasil”. Kurang pengetahuan
DO: Tentang pembedahan
- Pasien tampak gelisah dan
berdoa dengan istrinya supaya
operasinya berjalan dengan Ansietas / cemas
lancar.
- Akral teraba dingin
- T : 360C
P : 82 x/menit
R : 22 x/menit
BP : 90/70 mmHg
2. DO: “Pasien mengatakan setelah saya Karsinoma penis Gangguan seksual
terkena penyakit ini saya tidak
pernah lagi melakukan hubungan
intim dengan istri saya”. Gangguan seksual
DO:
- Tampak pembengkakan dan
perdarahan pada penis karena
CA pada penis.

29
3. Intra Operasi Pembedahan Risiko syok
Faktor Resiko: hipovolemik
- Tampak proses pembedahan Perdarahan
- Perdarahan ± 300 cc
Lebar luka 12 cm

4. Post Operasi Penektomy total Nyeri Akut


DS: Pasien mengtakan luka bekas
jahitan terasa nyeri, pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk- Kerusakan jaringan lokal
tusuk, pasien mengatakan nyeri hilang
timbul, bertambah berat saat bergerak
dan berkurang saat istirahat. Terputusnya kontiunitas
jaringan
DO:
- Pasien tampak meringis
kesakitan Nyeri Akut
- Skala nyeri 3. (0-10)
- Terdapat luka jahitan di daerah
kelamin (12 cm)
- Pasien tampak pucat dan lemas
- T : 36,5 0C
P : 84 x/menit
R : 24 x /menit
BP : 90/70 mmHg

30
Nama : Tn. A

Umur : 36 tahun 4 bulan

Kamar : Kamar operasi

Hari/tanggal : Selasa, 20 maret 2018

Diagnosa 1 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, ancaman kegagalan operasi, ditandai dengan pasien mengatakan aya takut
operasinya tidak berhasil, Pasien tampak gelisah, akral teraba dingin, T: 360C, P: 82 x/menit, R: 22 x/menit, BP : 90/70 mmHg

Patient Outhcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui 1. Mengkaji Tanda-tanda S: Pasien mengatakan saya
keperawatan 1x 10 menit seberapa tingkat vital pasien. merasa sedikit takut namun
diharapkan cemas 2. Kaji mengenai kecemasan pasien. 2. Mengkaji pandangan sekarang perasaan agak
berkurang dengan kriteria pandangan pasien 2. Untuk mengetahui pasien tentang situasi nyaman.
hasil tentang situasi stress. tingkat kecemasan stress. O:
1. Pasien terlihat rileks 3. Temani pasien untuk pasien dan tepat cara 3. Menemani pasien Pra - Pasien tampak
2. Mengungkpan cemas meningkatkan rasa memberikan intervensi operasi. kalem
berkurang nyaman dan 3. Dengan menemani 4. Menginstrusikan pasien - Tanda-tanda Vital
3. Tanda-tanda vital mengurangi rasa takut. pasien, dapat dalam penggunan T: 360C
dalam batas normal 4. Instruksikan pasien memberikan rasa aman teknik relaksasi. P: 82 x/menit
T: 36-37 0C dalam penggunaan dan mengurangi 5. Memberikan informasi R: 22 x/menit
31
P: 60-80 x/menit teknik relaksasi. kecemasan pasien. yang memadai pada BP: 90/70 mmHg.
R: 16-24 x/menit 4. Teknik relaksasi dapat pasien tentang
BP: 120/80 mmHg. 5. Berikan informasi yang membantu memberikan penatalaksanaa seperti A: Sebagian masalah
4. Pasien dapat memadai pada pasien rasa nyaman kepada operasi teratasi.
menjelaskan kembali tentang penatalaksanaa pasien
tentang penjelasan seperti operasi 5. Informasi yang (06.30 Pm WITA) P: Lanjutkan intervensi
yang diberikan penektomi yang memadai dapat (06.45 Pm WITA)
perawat. dilakukan, prosedur, mengurangi kecemasan
akibat operasi, tujuan klien dan meningkatkan
dan proses operasi. kesiapan klien dalam
menghadapi operasi.

32
Nama : Tn. A

Umur : 36 tahun 4 bulan

Kamar : Kamar operasi

Hari/tanggal : Selasa, 20 maret 2018

Diagnosa 2 : Gangguan seksualitas berhubungan dengan proses penyakit karsinoma penis ditandai dengan pasien mengatakan setelah saya terkena
penyakit ini saya tidak pernah lagi melakukan hubungan intim dengan istri saya, tampak pembengkakan dan perdarahan pada penis karena CA penis.

Patient Outhcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pengetahuan pasien 1. Hubungan intim bukan 1. Mengkaji pengetahuan S: Pasien mengatakan saya
keperawatan 1x 10 menit mengenai hubungan semata hubungan hubungan intim pasien mau melakukan operasi ini
diharapkan pasien dapat intim. seksual melainkan tentang hubungan intim atas persetujuan istri sya
menerima perubahan tubuh 2. Beri penjelasan kepada hubungan yang dekat pasien dengan istri. juga demi kesehatan saya.
atau fungsi seksual, kriteria pasien tentang hubungan yang membangun 2. Memberikan penjelasan Pasien mengatakan saya
hasil: intim. keharmonisan dalam kepada pasien tentang paham dengan penjelasan
1. Pasien dapat tetap 3. Anjurkan pasien untuk keluarga. hubungan intim perawat.
percaya diri. selalu menjaga 2. Supaya pasien 3. Menganjurkan pasien
2. Pasien tetap nyaman hubungan intim dengan mengetahui hubungan untuk selalu menjaga O: Pasien dapat mengulang
dengan keadaannya. istri. intim yang sebenarnya. hubungan intim dengan kembali apa yang dijelaskan
3. Pasien terlihat rileks. 3. Untuk membantu tetap istrinya, yaitu menjaga perawat.
33
4. Pasien dapat menjaga keharmonisan hubungan harmonis
mengulang kembali dalam keluarga. dengan istrinya.
penjelasan dari A: Massalah sudah terjadi
perawat.
5. Pasien memahami (06.30 Pm WITA) P: Lanjutkan intervensi
hubungan intim itu (06.45 Pm WITA)
tidak selamanya
berhubungan seksual.

34
Nama : Tn. A

Umur : 36 tahun 4 bulan

Kamar : Kamar operasi

Hari/tanggal : Selasa, 20 maret 2018

Diagnosa 3 : Risiko syok hipovolemik dengan faktor risiko perdarahan ± 300 cc

Patient Outhcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda-tanda syok 1. Perawat perlu terus 1. Mengkaji tanda-tanda S:
keperawatan selama 2,5 jam pada pasien mengkaji tanda-tanda syok pada pasien O:
diharapakan pasien tidak 2. Monitor keadaan umum syok agar tidak 2. Mengkaji keadaan - Tampak proses
terjadi syok hipovolemik pasien terjadinya syok. umum pasien pembedahan
ditandai dengan. 3. Jelaskan pada pasien 2. Monitor keadaan umum 3. Menjelaskan kepada - Perdarahan ± 300 cc
1. Tidak terjadi syok dan keluarga tanda pasien selama pasien dan keluarga - Luka penektomy 12
hipovolemik perdarahan. perawatan terutama saat mengenai tanda cm
2. Tanda-tanda vital 4. Kolaborasi pemberian terjadi perdarahan agar perdarahan. - Tanda-tanda vital:
dalam batas normal tranfusi darah. perawat mengetahui 4. Memberikan tranfusi T: 36, 50C
T: 36-370C tanda-tanda syok. darah kepada pasien. P: 86 x/menit
P: 60-100 x/mmenit 3. Dengan melibatkan Golongan darah B, R: 25 x/menit
R: 16-24 x/menit pasien dan keluarga sebanyak satu kantong. BP: 100/80 mmHg
BP: 120/80 mmHg maka tanda-tanda (07.30 Pm WITA) A: Masalah tidak terjadi.
perdarahan dapat P: Lanjutkan intervensi
diketahui. (10.50 Pm WITA)
4. Tranfusi darah untuk
mengganti darah yang
banyak hilang saat
35
dilakukan pembedahan
untuk mencegah syok.

36
Nama : Tn. A

Umur : 36 tahun 4 bulan

Kamar : Kamar operasi

Hari/tanggal : Selasa, 20 maret 2018

Diagnosa 4 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan pembedahan), ditandai dengan pasien mengatakan Pasien mengtakan luka
bekas jahitan terasa nyeri, pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan
berkurang saat istirahat. Pasien tampak meringis kesakitan. Skala nyeri 3(0-10). Terdapat luka jahitan di daerah kelamin (12 cm). Pasien tampak pucat
dan lemas. TTV T: 36,5 0C, P : 84 x/menit, R : 24 x /menit, BP : 90/70 mmHg.

Patient outcome Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intensitas, 1. Mengetahui tingkatan 1. Mengkaji intensitas, S: Pasien mengatakan masih
keperawatan selama 15 karakteristik dan dan karakteristik nyeri karakteristik dan terasa nyeri di bagian
menit pasien dapat derajat nyeri. untuk membantu derajat nyeri. daerah pembedahan.
beradaptasi dengan nyeri 2. Pertahankan tirah memberikan intervensi 2. Mempertahankan tirah O:
yang dialami dengan kriteria baring selama sakit yang tepat. baring selama sakit. - Pasien tampak
hasil: 3. Ajarkan tekhnik 2. Meminimalkan 3. Mengajarkan tekhnik meringis kesakitan
1. Skala nyeri distraksi dan stimulasi atau distraksi dan relaksasi. - Skala 3(0-5)
berkurang dari nyeri relaksasi. meningkatkan 4. Berkolaborasi dalam - T
berat ke sedang 4. Kolaborasi pemberian relaksasi. pemberian obat A: Masalah tidak teratasi.
analgetik: Trammadol 3. Mengurangi persepsi analgetik: trammadol P: Lanjutkan intervensi
37
2. Mengungkapkan nyeri (10.45 Pm WITA) Waktu (11.00 Pm WITA)
nyeri seperti 4. Membantu mengurangi
tertusuk-tusuk di nyeri yang dirasakan
daerah kelamin klien.
berkurang.
3. Dapat melakukan
tindakan untuk
mengurangi nyeri
4. TTV dalam batas
normal:
- Suhu: 36-370C
- Nadi: 60-100
x/menit
- Respirasi: 18-20
x/menit
- Tekanan darah:
120/80 mmHg

38
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Siprianus Salmon Seda

NIM : 113063C115048

Prodi/Semester : Sarjana Keperawatan IX/VI

Kamar : Kamar operasi

Nama pembimbing Akademik : T. Adi Kresna, S.Kep,Ners

Nama Pembimbing Lahan : Sutikno, S.Kep, Ners

No. Hari/Tanggal Materi Bimbingan Paraf

39

Anda mungkin juga menyukai