LAPORAN PENDAHULUAN
1
B. Struktur Reproduksi Pria
1. Kelenjar
a. Testis
Testis merupakan 2 buah organ glandula yang memproduksi semen, terdapat
di dalam skrotum dan digantung oleh fenikulus spermatikus. Pada janin, testis
terdapat dalam kavum abdominalis di belakang peritonium. Sebelum kelahiran,
akan turun ke kanalis inguinalis bersama dengan fenikulus spermatikus kemudian
masuk kedalam skrotum. Testis merupakan tempat dibentuknya spermatozoa dan
hormon laki-laki, terdiri dari belahan-belahan disebut lobulus testis.
Testis menghasilkan hormon testosteron yang menimbulkan kejantanan
setelah masa pubertas, di samping itu folicle stimulating hormone dan lutein
hormone (LH).
b. Vesika Seminalis
Sekresi vesika seminalis merupakan komponen pokok dari air mani yang
menghasilkan cairan yang disebut semen sebagai pelindung spermatozoa. Selama
ejakulasi vesika seminalis mengosongkan isinya ke dalam duktus ejakulatorius
sehingga menambah semen ejakulasi serta mukosa.
c. Glandula Prostata
Sebagian bersifat glandular dan sebagian lagi bersifat otot. Glandula prostata
terdapat di bawah orifisium uretra interna dan sekeliling permukaan uretra, melekat
di bawah vesika urinaria dalam rongga pelvis di bawah simfisis pubis posterior.
2
Prostat merupakan suatu kelenjar yang mempunyai empat lobus, yaitu posterior,
anterior, lateral, dan medial.
Fungsi kelenjar prostat engeluarkan cairan alkali yang encer seperti susu
yang mengandung asam sitrat yang berguna untuk melindungi spermatozoa
terhadap tekanan pada uretra. Basis prostat menghadap ke atas berhubungan dengan
permukaan inferior vesika urinaria. Permukaannya berhubungan dengan vesika
urinaria. Uretra menembus glandula prostat tepi anterior dan posterior. Apeks
prostat mengarah ke bawah berhubungan dengan diafragma urogenitalis.
d. Kelenjar Bulbouretralis
2. Duktus
a. Epididimis
1) Kaput epididimis , berhubungan erat dengan bagian atas testis sebagai duktus
eferens dari testis.
2) Kaput epididimis: Badan ditutupi oleh membran serosa servikalis sepanjang
tepi posterior.
3) Kauda epididimis: Ekor disebut juga globulus minor ditutupi oleh membran
serosa dan berhubungan dengan duktus diferens.
4) Ekstermitas superior: Bagian yang besar.
5) Ekstermitas inferior: Seperti titik.
Diantara korpus dan testis terdapat ruangan yang disebut sinus epididimis
(fosa digitalis). Epididimis sebagian ditutupi oleh lapisan viseral. Lapisan ini
bagian mediastinum menjadi lapisan parietal, dikelilingi oleh jaringan ikat
spermatozoa melalui duttus eferen, merupakan bagian dari kaput epididimis tempat
3
bermuaranya spermatozoa lalu disimpan masuk ke dalam vas diferens. Fungsinya
sebabagai saluran penghantar testis, mengatur sperma sebelum diejakulase, dan
memproduksi sperma.
b. Duktus Diferens
c. Uretra
Uretra merupakan saluran kemih dan merupakan saluran ejakulasi pada pria.
Pengeluaran urin tidak bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan
kontraksi prostat.
3. Bangun Penyambung
a. Skrotum
4
Skrotum kiri tergantung lebih rendah dari skrotum kanan. Skrotum bervariasi
dalam beberapa keadaan, misalnya pengaruh panas dan lansia, dan keadaan lemah,
skrotum akan memanjang dan lemas. Sedangkan dalam keadaan dingin dan pada
orang muda akan memendek dan berkerut.
b. Fenikulus Spermatikus
5
c. Penis
Penis terletak menggantung di depan skrotum. Bagian ujung disebut glans
penis, bagian tengah korpus penis, dan bagian pangkal radiks penis. Kulit
pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan bagian permukaan dalam dari
organ dan tidak mempunyai jaringan adiposa. Kulit ini berhubungan dengan pelvis,
skrotum dan perineum.
Di belakang orifisium uretra eksterna kulit ini membentuk perlipatan kecil
yang disebut frenulum prepusium. Kulit yang menutup glans penis bersambung
bersambung dengan membran mukosa uretra pada orifisium dan tidak mempunyai
rambut. Prepusium menutupi glans, dipisahkan dari prepisium terdapat ruangan
yang dangkal.
Fasia superfisialis secara langsung berhubungan dengan fasia skrotum
dengan lapisan sel otot polos. Di antara fasia superfisialis dan profunda terdapat
celah yang menyebabkan kulit bergerak bebas. Pada bagian anterior dari ujung M.
bulbokarvenosus dan M. iskiakavernosus terbelah menjadi lapisan dalam dan
lapisan luar. Lapisan luar menutupi permukaan superior otot-otot ini dan fasia
perinealis dari perineum, lapisan dalam merupakan lanjutan fasia penis, laminda
profunda, dan fasia profunda dari penis menutupi organ dengan kapsul yang kuat.
6
C. Fisiologi Reproduksi Pria
1. Spermatogenesis
Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang mengandung enzim
yang diperlukan untuk menembus ovum. Badan mengandung mitokondria yang
memproduksi ATP diperlukan untuk pergerakan. Goyangan flagellum mengakibatkan
motilitas sperma (untuk berenang).
Sel Sertoli secara mekanis menyokong dan memberi nutrisi spermatozoa dalam
proses pematangan. Sel Sertoli mensekresi inhibitor duktus mullerian, yaitu sejenis
glikoprotein yang diproduksi selama perkembangan embrionik pada saluran reproduksi
laki-laki. Zat ini menyebabkan atrofi duktus mullerian pada genetic laki-laki.
Sel Sertoli mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek umpan balik
negatif terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Sel Sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membrane sel yang
penting untuk menginduksi proses diferensiasi testis pada genetik laki-laki.
7
3. Penyimpanan dan Pematangan Sperma
8
ejakulasi mengandung spermatozoa, cairan epididimal, dan sekresi kelenjar prostat dan
bulbouretral. Bagian terakhir ejakulasi berisi sekresi dari vesikel seminalis. Semen
mengandung berbagai zat yang ada dalam plasma darah juga zat tambahan seperti
prostaglandin, enzim proteolitik, inhibitor enzim, vitamin, dan sejumlah hormon steroid
serta gonadrotropin dalam konsentrasi yang berada dengan yang ada di plasma darah.
Setelah ejakulasi, spermatozoa bertahan hidup hanya sekitar 24 sampai 72 jam dalam
saluran reproduksi perempuan.
9
D. Konsep pembedahan
1. Pengertian
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi merupakan
pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya terbatas pada daerah kecil di
ujung penis, dilakukan penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis). Untuk
stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan lubang uretra
yang baru di daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial) cocok jika kanker
meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan dengan
mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%. Jika surgical resection
baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak memberikan kebebasan yang cukup
(adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah dipertimbangkan. Jika
sebagian sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup bagi pasien untuk kencing
sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan perineal urethrostomy.
2. Etiologi
Biasanya, penektomi parsial dianjurkan untuk pasien dengan penyakit kanker yang
belum menjangkit penis. Sedangkan penektomi radikal atau total dilaksanakan saat sel
kanker telah menyerang batang atau organ lain yang berada di dekat alat kelamin
pasien. Prosedur ini merupakan alternatif terakhir yang dilaksanakan bila penyakit
pasien kebal atau tidak membaik sesudah menjalani metode pengobatan kanker lain,
seperti kemoterapi atau radioterapi.
Prosedur reseksi penis baru dianjurkan jika penis mengalami cedera atau kerusakan
yang parah, namun dokter bedah sebisa mungkin akan berusaha mempertahankan penis.
Hasil yang didapat dari penektomi tergantung pada stadium kanker. Pasien yang
menjalani penektomi pada saat stadium kanker masih awal, memiliki tingkat
kelangsungan hidup yang lebih tinggi, walaupun masih ada kemungkinan penyakit
untuk kambuh.
10
Jenis bedah ini dikenal memiliki efek besar pada pasien, baik dari segi fisik, emosi,
maupun psikologis. Kebanyakan pasien mengalami perubahan gaya hidup drastis, maka
dari itu mereka disarankan untuk bergabung dalam terapi kelompok. Pasien yang telah
menjalani penektomi tidak mampu lagi untuk melakukan penetrasi dalam hubungan
seksual. Namun, perkembangan di bidang bedah rekonstruktif, seperti phalloplasty,
menjadi sebuah alternatif bagi pasien yang ingin mengembalikan bentuk dan fungsi
penis seperti semula.
3. Jenis-jenis Penektomy
11
5. Komplikasi Penektomy
Walaupun pendarahan merupakan salah satu resiko penektomi, namun kondisi ini
dapat segera ditangani dan tidak sampai memerlukan transfusi. Beberapa pasien akan
mengalami reaksi penolakan terhadap zat bius yang digunakan.
Kemungkinan infeksi pada area bedah merupakan komplikasi penektomi, hal ini
ditandai dengan pembengkakan, kemerahan, dan pengeringan pus. Terapi antibiotik
akan direkomendasi pada pasien untuk meringankan komplikasi ini, karena teradapat
kemungkinan infeksi menyerang darah dan menyebabkan penyakit serius. Pada
beberapa kasus, pasien akan mengalami infeksi saluran kemih dan kesulitan buang air
kecil.
Penyempitan uretra adalah salah satu komplikasi yang dapat terjadi, kondisi ini
ditandai dengan munculnya goresan-goresan pada uretra pasca penektomi.
Thrombosis vena dalam atau embolisme paru juga dapat terjadi. Embolisme paru
seringkali ditandai dengan nyeri dan pembengkakan di bagian kaki, sedangkan
kemunculan thrombosis vena dalam dimulai dengan nafas pendek dan nyeri dada.
Beberapa pasien menyampaikan keluhan nyeri kronis di area bedah dan nyeri yang
sama seperti yang dialami oleh pasien amputasi.
6. Patofisiologi
Patofisiologi Narasi
Sama halnya dengan karsinoma sel skuamosa di tempat lain, karsinoma penis
umumnya didahulu oleh munculnya sel ganas yang terbatas di epidermis, yang disebut
karsinoma in situ. Terdapat tiga varian utama karsinoma in situ, yang semuanya
berkaitan erat dengan strain HPV. Penyakit Bowen adalah salah satu bentuk karsinoma
in situ di tempat ini yang paling sering ditemukan. Varian karsinoma in situ lainnya
adalah eritroplasia Queyrat, yang tampak bercak eritematosa di glans penis dan
permukaan mukosa lain dan papulosis bowenoid, suatu lesi virus menular seksual yang
mengenai batang penis.
12
kulit dari penis dengan kelompok-kelompok sel epitel squamous yang anaplastik
menembus basal membran dan jaringan ikat, ditemukan adanya keratin pearl.
Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan inguinal adalah jalur awal untuk
penyebaran tumor. Oleh karena persilangan getah bening, sel-sel kanker memiliki akses
ke kelenjar getah bening di kedua daerah inguinal.
13
Patofisiologi Skema
Karsinoma penis
Ketidakseimbangan nutrisi
Gangguan ADL
Kerusakan
Bedah amputasi penis radikal
jaringan lokal
14
Diversi Urine Luka Pasca bedah
Stoma
Amputasi Penis
15
E. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
b. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
1) Tekanan darah: pada kanker yang telah lanjut, awitan nyeri yang timbul dapat
meningkatkan tekanan darah (>120/80 mmHg).
2) Pulse rate: biasanya meningkat akibat nyeri yang dirasakan (di atas
100x/menit pada orang dewasa, dan di atas 120x/menit pada anak kecil).
3) Respiratory rate: biasanya meningkat (di atas 20x/menit), perubahan RR
dapat terjadi jika adanya metastase sel kanker yang mencapai paru-paru.
4) Suhu: biasanya normal (36-37,5°C), dapat terjadi peningkatan suhu yang
mengindikasikan terjadinya infeksi sistemik.
16
f) Klien mengatakan aktivitas di luar rumah berkurang karena klien merasa
malu dengan penyakitnya.
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah dapat meningkat (>120/80 mmHg) akibat nyeri yang
dirasakan.
b) Takikardi.
c) Akral dingin.
d) Klien mengalami perdarahan akibat luka terbuka pada penis.
e) Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)
3) Integritas ego
a) Masalah tentang perubahan dalam penampilan dan kondisi fisik.
b) Menyangkal, menarik diri.
4) Eliminasi
5) Makan/cairan
a) Nafsu makan klien dapat normal atau berkurang terkait psikologis klien,
dan perkembangan kanker.
b) Berat badan klien menurun.
c) Kadar albumin klien menurun (<3,4 g/dL).
6) Sensori/neural
Klien tidak mengalami gangguan neural, persepsi, maupun sensori.
7) Nyeri/kenyamanan
17
mendesak dan mensensitisasi jaringan sekitar kanker.
Q : Klien mengatakan nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk.
R : Klien mengatakan nyeri terjadi pada daerah penis, menjalar ke lipatan
paha.
S : Klien mengatakan skala nyeri 1-10.
T : Klien mengatakan nyeri berlangsung terus-menerus.
8) Respirasi
a) Tidak adanya sesak
b) Tidak tampak adanya penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
c) Frekuensi pernapasan klien normal/meningkat.
9) Keamanan
a) Klien mengatakan cemas.
b) Klien mengatakan merasa malu terhadap penyakitnya.
10) Seksualitas
Klien mengatakan mengalami masalah seksual dalam melakukan coitus
karena penyakit yang dideritanya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
a) Tampak adanya bengkak pada penis
b) Tampak adanya perubahan warna pada penis
18
c) Tampak adanya kutil pada kulit penis
d) Tampak adanya lesi pada penis
e) Tampak adanya massa, ulceration, suppuration, atau perdarahan
(hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.
f) Tampak adanya nekrosis pada preputium dan berbau tak sedap.
g) Klien tampak meringis akibat nyeri
h) Apabila kanker sampai metastase jauh maka klien tampak kurus dan
lemah.
2) Palpasi
Adanya massa pada daerah inguinal.
f. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium:
1) Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus (specific) atau petanda tumor
(tumor markers) pada kanker penis.
2) Pemeriksaan umum, meliputi: hitung darah lengkap, pemeriksaan kimia
dengan tes fungsi hati (a chemistry panel with liver function tests), dan
penilaian (assessment) status jantung, paru-paru, dan ginjal, sangat
membantu untuk mendeteksi masalah yang tak terduga.
3) Pasien dengan penyakit yang parah dapat anemis, dengan leukocytosis dan
hypoalbuminemia.
4) Hypercalcemia ditemukan pada beberapa pasien saat ketiadaan penyebaran
(absence of metastases).
Prosedur diagnostik:
a) Biopsi
Biopsi diperlukan untuk menentukan perluasan tumor sehingga dapat
direncanakan pengobatannya. Biopsi adalah pengangkatan dalam jumlah
kecil jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop.
b) Imaging Modalitas
Direkomendasikan untuk:
1) Mengetahui staging dari penyakit
19
2) Untuk menentukan tindak lanjut pasien
3) Untuk menilai penyebaran (metastase) sel kanker
c) USG
USG dilakukan untuk:
1) Menilai keadaan, luas dan resectability kanker penis.
2) Penilaian terhadap kelenjar getah bening.
3) Mendeteksi adanya metastase
d) CT SCAN
CT SCAN dilakukan untuk:
1) Penilaian kelenjar getah bening
2) Limited utilitas di lesi primer
e) MRI
Paling akurat dalam mendeteksi penyakit primer dan nodal. MRI
menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar
rinci dari tubuh. Sebuah media kontras dapat disuntikkan ke pembuluh
darah pasien untuk menciptakan gambaran yang lebih jelas.
20
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (kanker).
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tak utuh,
trauma jaringan).
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hyperplasia sel kanker, ditandai
dengan adanya luka terbuka yang menyerupai jerawat atau kutil pada penis.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan, ditandai dengan
klien tampak gelisah, klien mengungkapkan perasaan takut, khawatir, wajah
tampak tegang, peningkatan tanda-tanda vital (TD klien meningkat (>120/80
mmHg), nadi klien meningkat (>100 kali/menit).
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1:
a. Kaji Nyeri dengan pendekatan PQRST
Rasional : Pengkajian dengan pendekatan PQRST yang komprehesif dapat
menjadi parameter dasar dalam melaksanakan perencanaan intervensi.
b. Ajarkan tehnik relaksasi
Rasional : Tehnik ralaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
c. Atur posisi fisiologis
Rasional : Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang
mengalami iskemia akibat respon peradangan.
d. Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional : Dapat mengurangi rasa nyeri.
Diagnosa 2:
21
d. Kolaborasi pemberian antibiotik bila perlu.
Rasional : untuk mempercepat perbaikan kondisi klien.
Diagnosa 3:
a. Pantau perkembangan kerusakan kulit klien setiap hari.
Rasional : Mengevaluasi status kerusakan kulit sehingga dapat memberikan
intervensi yang tepat.
b. Cegah penggunaan linen bertekstur kasar dan jaga agar linen tetap bersih, tidak
lembab, dan tidak kusut.
Rasional : Keadaan yang lembab dapat meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme dan untuk mencegah terjadinya lesi kulit akibat
gesekan dengan linen.
c. Lakukan perawatan kulit secara aseptik 2 kali sehari.
Rasional : Untuk meningkatkan proses penyembuhan lesi kulit serta mencegah
terjadinya infeksi sekunder.
Diagnosa 4:
22
4. Evaluasi
23
infeksi.
f. Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab
infeksi.
g. Tidak terjadi paparan saat tindakan
keperawatan.
3 Kerusakan integritas kulit Integritas kulit klien tidak memburuk, dengan
berhubungan dengan hyperplasia kriteria hasil :
sel kanker, ditandai dengan adanya
- Tidak terjadi kerukan kulit lebih lanjut.
luka terbuka yang menyerupai
jerawat atau kutil pada penis.
4. Ansietas berhubungan dengan Level ansietas klien berkurang, dengan kriteria hasil:
perubahan dalam status Subjektif:
kesehatan, ditandai dengan klien Klien tidak mengungkapkan ansietas.
tampak gelisah, klien Objektif:
mengungkapkan perasaan takut, a. Klien tidak gelisah.
khawatir, wajah tampak tegang, b. Klien tidak mengalami distress.
peningkatan tanda-tanda vital c. Klien tidak panik.
(TD klien meningkat (>120/80 d. Klien tidak mengalami peningkatan tekanan
mmHg), nadi klien meningkat darah (TD = 120/80 mmHg)
(>100 kali/menit). e. Klien tidak mengalami peningkatan denyut nadi
(60-100 x/menit)
f. Klien tidak mengalami peningkatan RR (16-20
x/menit)
24
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sylvia & Price. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
25
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Askep Perioperatif
1. Pengkajian
Identitas
Nama (inisial) : Tn. A
No. Rm : 26 18 XX
Usia : 36 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Pasar lama Batu Licin Rt. x Rw x.
Diagnosa Medis : CA Penis
Tindakan Operasi : Penektomy total.
a. Pre Operasi
1) Persiapan Operasi
a) Informed Consent : Ada
b) Sedia darah : Ada
Jenis darah :B
Jumlah : Satu kantong
c) Sceren :
d) Baju operasi : Baju operasi terpasang
e) Lokasi Operasi : Penis
f) Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi terhadap obat
serta makanan
g) Saturasi O2 Pre Operasi : 100 % tanba bantuan O2 tambahan.
h) Kesulitan bernafas : Tidak ada
i) Bleeding : Tidak ada
26
2) Data
DS :“Pasien mengatakan saya takut operasinya tidak berhasil, Pasien
mengatakan setelah saya terkena penyakit ini saya tidak pernah lagi
melakukan hubungan intim dengan istri saya”.
DO :
a) Pasien tampak gelisah dan berdoa dengan istrinya supaya operasinya
berjalan dengan lancar.
b) Kesadaran : Compos mentis (E:4, V:5, M: 6 = 15)
T : 360 C
P : 82 x /menit.
R : 22 x / menit.
BP : 90/70 mmHg.
c) Pasien terlihat percaya diri dan setuju dengan tindakan operasi.
d) Pemeriksaan Penunjang
b. Intra Operasi
1) DS :
2) DO : Pasien tampak terpasang alat monitor pasien, posisi pasien
litotomi. Terpasang infus NSS, dan pasien tampak rileks, tampak lemas dan
pucat saturasi O2 98 %.
3) Antibiotik : profilaksis
4) Efek anastesi :
27
5) Sianosis : Tidak ada
6) Suara nafas ngorok : Tidak ada
7) Posisi saat pembedahan : Litotomi
8) Suhu tubuh pasien : 36 0C
9) Keadaan luka saat operasi : (lebar luka 12 cm)
10) Lama perdarahan kurang lebih 2 jam
11) Perdarahan : ±300 cc
12) Urine : 200 cc
13) Terpasang alat infasif yaitu chateter urine
c. Post Operasi
1) DS :Pasien mengtakan luka bekas jahitan terasa nyeri, pasien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri
hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan berkurang saat
istirahat.
2) DO :
a) Pasien tampak meringis kesakitan
b) Skala nyeri 3. (0-10)
c) Terdapat luka jahitan di daerah kelamin (12 cm)
d) Pasien tampak pucat dan lemas
e) T : 36,5 0C
P : 84 x/menit
R : 24 x /menit
BP : 90/70 mmHg
28
A. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Pre Operasi Penektomy total Ansietas
DS: Pre Operasi:“Pasien mengatakan
Saya takut operasinya tidak
berhasil”. Kurang pengetahuan
DO: Tentang pembedahan
- Pasien tampak gelisah dan
berdoa dengan istrinya supaya
operasinya berjalan dengan Ansietas / cemas
lancar.
- Akral teraba dingin
- T : 360C
P : 82 x/menit
R : 22 x/menit
BP : 90/70 mmHg
2. DO: “Pasien mengatakan setelah saya Karsinoma penis Gangguan seksual
terkena penyakit ini saya tidak
pernah lagi melakukan hubungan
intim dengan istri saya”. Gangguan seksual
DO:
- Tampak pembengkakan dan
perdarahan pada penis karena
CA pada penis.
29
3. Intra Operasi Pembedahan Risiko syok
Faktor Resiko: hipovolemik
- Tampak proses pembedahan Perdarahan
- Perdarahan ± 300 cc
Lebar luka 12 cm
30
Nama : Tn. A
Diagnosa 1 : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, ancaman kegagalan operasi, ditandai dengan pasien mengatakan aya takut
operasinya tidak berhasil, Pasien tampak gelisah, akral teraba dingin, T: 360C, P: 82 x/menit, R: 22 x/menit, BP : 90/70 mmHg
32
Nama : Tn. A
Diagnosa 2 : Gangguan seksualitas berhubungan dengan proses penyakit karsinoma penis ditandai dengan pasien mengatakan setelah saya terkena
penyakit ini saya tidak pernah lagi melakukan hubungan intim dengan istri saya, tampak pembengkakan dan perdarahan pada penis karena CA penis.
34
Nama : Tn. A
36
Nama : Tn. A
Diagnosa 4 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik (tindakan pembedahan), ditandai dengan pasien mengatakan Pasien mengtakan luka
bekas jahitan terasa nyeri, pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan nyeri hilang timbul, bertambah berat saat bergerak dan
berkurang saat istirahat. Pasien tampak meringis kesakitan. Skala nyeri 3(0-10). Terdapat luka jahitan di daerah kelamin (12 cm). Pasien tampak pucat
dan lemas. TTV T: 36,5 0C, P : 84 x/menit, R : 24 x /menit, BP : 90/70 mmHg.
38
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 113063C115048
39