Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU KEBUMIAN

EROSI DAN PELAPUKAN

Dosen Pengampu :
Dr. Ni Made Pujani, M.Si.
Putu Hari Sudewa, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Nabilla Ika Yuni Khasanah (2013071034)
2. Aliviosapta Teguh Irgiantoro (2110410068)
3. Amelia Eka Putri (2110410084)
4. Alvira Dwi Aulia (2110410076)
5. Anggun Suwaibatulilla (2110410223)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA


JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
I. Tanggal Percobaan
16 Oktober 2021
II. Judul
“Erosi dan Pelapukan”
III. Tujuan
1) mempelajari proses pelapukan
2) membedakan pelapukan dan erosi
3) membedakan pelapukan mekanis dan kimiawi
4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju pelapukan
5) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi erosi
IV. Dasar Teori
Pelapukan adalah suatu fenomena perubahan batuan yang dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor contohnya seperti topografi, jenis batuan induk, iklim setempat,
dan aktifitas biologi. Kondisi dengan suhu dan curah hujan yang tinggi dapat
meningkatkan kecepatan pelapukan batuan. Pelapukan dapat mengenai semua jenis
batuan seperti batuan beku, sedimen, maupun metamorf.(irzon,R. et al. 2019)
Pelapukan fisis atau pelapukan mekanik adalah pelapukan yang disebabkan oleh
gaya luar atau tenaga dari alam seperti suhu, angin, dan air. Pelapukan kimiawi
adalah pelapukan yang disebabkan oleh bahan kimia yang bersifat melapukkan.
Contoh dari pelapukan kimiawi adalah hujan asam. Pelapukan biologis merupakan
pelapukan yang disebabkan oleh organisme seperti tumbuhan, hewan, dan manusia.
(Zannah 2020)
Erosi merupakan salah satu penyebab dari kerusakan tanah. Erosi adalah
fenomena pindahnya tanah dari suatu tempat ke tempat lainnya oleh media alami.
Pada fenomena erosi ini, tanah atau bagian tanah itu terangkut/terkikis yang
kemudian diendapkan ditempat lain.Pengikisan ini terjadi oleh media alami seperti
air dan angin. (Andriyani et al. 2019). Ablasi merupakan erosi yang disebabkan oleh
air yang mengalir. Abrasi merupakan erosi yang disebabkan oleh pengerjaan
gelombang air laut. Eksarasi merupakan erosi yang diakibatkan oleh es yang
mencari atau gletser. Deflasi merupakan erosi yang terjadi karena adanya tenaga
angin. (Mulyadi. 2020)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju pelapukan adalah iklim,
organisme, dan bahan induk. Dalam proses pelapukan batuan fisik akan dipengaruhi
oleh suhu, semakin tinggi suhu udara maka pelapukan semakin cepat. Begitu pula
sebaliknya. Selanjutnya adalah curah hujan, curah hujan yang tinggi akan
meningkatkan tingkat keasaman tanah karena air yang masuk ke profil tanah
menyebabkan laju pelapukan tanah meningkat. Organisme juga membantu dalam
proses pelapukan. Contohnya adalah dari sisa-sisa daun yang jatuh di atas tanah
yang kemudian menumpuk akan membusuk dengan bantuan organisme yang ada
di dalam tanah. Dan bahan induk juga mempengaruhi. Bahan induk adalah bahan
asal berupa batuan yang nantinya akan mengalami pelapukan. (Ghofar,N.dkk.2021)
Faktor yang mempengaruhi laju erosi meliputi tanah, iklim, geologi, dan
topografi. Sifat tanah itu penting dalam menentukan mudah tidaknya tanah tersebut
tererosi yaitu dilihat dari tekstur tanah, unsur organik, struktur dan permeabilitas
tanah. Iklim juga sangat mempengaruhi proses erosi, salah satunya adalah curah
hujan. Hujan yang jatuh ke tanah, oleh tenaga kinetisnya mengakibatkan
penglepasan butiran tanah dan melalui aliran permukaan tanah yang lepas tadi akan
tersangkut dan mengendap. Faktor topografi adalah kemiringan dan panjang lereng.
Secara umum erosi meningkat dengan meningkatnya kemiringan dan panjang
lereng. Semakin meningkatnya kemiringan dan panjang lereng maka kecepata
aliran permukaan akan semakin cepat. Aktivitas manusia adalah faktor penting
terjadinya erosi permukaan.(Lihawa,F.2017)
V. Alat dan Bahan
1. Tanah atau pasir kasar 1,25 ml
2. Gelas plastik 4 buah
3. Air
4. Sendok
5. Kertas roti
6. Pensil
7. Penggaris
8. Isolasi
VI. Langkah Kegiatan
Erosi, Pelapukan dan Mass Wasting
1. Tuangkan tanah ke salah satu gelas, lembabkan dengan air secukupnya dan aduk
agar menjadi lumpur kental.
2. Bentuklah lumpur menjadi delapan bola berukuran sama.
3. Letakkan bola lumpur di atas kertas kue dan keringkan bla-bola tersebut dengan
mengangin-anginkannya (mungkin memakan waktu 3 hari atau sampai bola
kering).
4. Berilah nama pada ketiga gelas yaitu A, B, dan C. Siapkan gelasnya sebagai
berikut:
a. Gunakan pensil untuk membuat 8 sampai 10 lubang mengelilingi tepi gelas
A.
b. Gunakan pensil untuk membuat 12 lubang di dasar gelas B dan
c. gelas C dibiarkan tanpa lubang, kemudian dipenuhi dengan air.
5. Masukkan satu bola tanah ke dalam gelas A dan amati bentuk bola tanah
tersebut di dalam gelas.
6. Letakkan gelas A di tengah kertas kue pada penampung air. Berdirikan
penggaris pada sisi luar gelas A dan rekatkan penggaris pada gelas dengan
isolasi.
7. Pegang gelas B pada jarak sekitar 10 cm di atas gelas A. kemudian tuang air
dari gelas C ke dalam gelas B.
8. Setelah semua air mengalir keluar dari gelas B dan masuk ke gelas A, amati
bagaimana bentuk bola tanah pada gelas A dan isi kertas kue pada penampung.
Catat data pengamatan ke dalam tabel.
Pengaruh luas Permukaan terhadap Laju Pelapukan
1. Masukkan 2 bola tanah ke dalam gelas A. amati bentuk bola tanah dalam gelas.
2. Lakukan kembali langkah 6 – 8 pada kegiatan 1 di atas.
3. Catat hasil pengamatan pada tabel.
VII. Analisis Data
D1
D2
Jenis Bentuk sebelum Bentuk setelah Isi kotak
kegiatan proses proses penampung air
1. bola tanah Berbentuk Bola lingkaran yang Isi kotak penampung
lingkaran sempurna semula berbentuk air yang dilapisi oleh
lingkaran sempurna kertas kue yaitu
sudah menjadi ±3/4 basah, tapi ada juga
lingkaran
bagian yang tidak
mengalami basah.
2. bola tanah Berbentuk Sedangkan bola Dan kertas kue
lingkaran sempurna kedua ±1/2 lingkaran tersebut basah dan
membetuk pola
sesuai dengan bentuk
bawah pada gelas
plastic dan juga
terdapat beberapa
bagian yang sedikit
robek.

VIII. Pembahasan
A. Pelapukan
Pelapukan merupakan proses penghancuran batuan yang dapat
menghasilkan berbagai jenis tanah dan material terlarut. Tanah dan material
terlarut ini akan dihanyutkan air ke laut. Pelapukan ini disebabkan oleh tenaga
eksogen yang dimana kulit bumi dapat mengelupas atau hancur. Pelapukan
berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu pelapukan
fisik/mekanik, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.
1) Pelapukan fisik/mekanik
Pelapukan fisik ini dapat disebabkan oleh sinar matahari, cuaca dingin, air,
dan tekanan. Dari penyebab terjadinya pelapukan diatas, batuan dapat
mengalami perubahan fisik baik bentuk ataupun ukutannya. Batuan yang
besar akan menjadi batuan kecil dan batuan yang kecil akan menjadi halus.
Pelapukan ini dinamakan juga pelapukan mekanik karena prosesnya
berlangsung secara mekanik.
2) Pelapukan kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang disebabkan oleh adanya proses
kimia pada batuan. Penyebab utama pelapukan kimiawi ini adalah air,
oksigen, dan karbondioksida yang mengalami reaksi kimia. Air hujan
memiliki peran besar dalam melarutkan batuan. Ada beberapa jenis
pelapukan kimia seperti oksidasi, pelarutan, dan karbonasi, hidrasi, serta
hidrolisis. Contohnya, perkaratan besi pada batuan dan pelapukan pada batu
gamping oleh air.
3) Pelapukan biologis
Pelapukan biologis ini disebabkan oleh makhluk hidup seperti tumbuhan,
binatang, dan manusia. Pelapukan biologis dapat dibagi menjadi 2
berdasarkan prosesnya yaitu pelapukan biofisik dan biokimia. Contoh dari
pelapukan biologis ini adalah tembok bangunan yang hancur karena akar-
akar lumut.
Berikut ini merupakan factor-faktor yang mempengaruhi pelapukan
yaitu:
1) Iklim
Unsur iklim yang dapat mempengaruhi pelapukan adalah suhu, sinar
matahari, curah hujan, dan angin. Apabila pada daerah yang beriklim
panas dan lembab maka batuan akan mengalami pelapukan. Selain itu,
pergantian siang dan malam yang dingin akan mempercepat pelapukan
terjadi.
2) Topografi
Batuan yang berada pada lereng dengan kemiringan yang curam
cenderung mudah untuk mengalami pelapukan. Pada lereng yang curam,
batuan akan mudah terkikis krena langsung bersentuhan dengan cuaca
di sekitar batuan tersebut berada.
3) Struktur batuan
Struktur batuan yang dimiliki batuan seperti sifat fisik yaitu warna dan
sifat kimianya yaitu seperti unsur yang ada pada batuan. Jadi, sifat inilah
yang dapat menyebabkan perbedaan daya tahan batuan terhadap proses
pelapukan.
4) Keadaan vegetasi
Keadaan vegetasi juga mempengaruhi proses cepat lambatnya
pelapukan. Seperti akar pada tumbuhan yang dapat mencengkram dan
menembus batuan sehingga dapat menghancurkan batuan. Apabila akar-
akar tersebut semakin besar maka kekuatannya semakin besar juga
untuk menerobos batuan. Selain akar-akar tersebut, daun-daunan yang
gugur juga dapat mempercepat proses pelapukan.
B. Erosi
Kata erosi berasal dari bahasa Latin erosionem yang berarti
menggerogoti. Secara umum erosi adalah proses alami pengikisan tanah lapisan
atas oleh air, angin atau es. Dilansir dari situs National Geography Society, erosi
adalah proses geologis di mana material tanah aus dan diangkut oleh kekuatan
alam seperti angin atau air. Proses tersebut serupa pelapukan, memecah atau
melarutkan batu, tetapi tidak melibatkan pergerakan. Erosi adalah kebalikan
dari pengendapan (sedimentasi) yaitu proses geologis di mana material tanah
disimpan atau dibangun dalam bentuk lahan. Sebagian besar erosi dilakukan
oleh air cair, angin atau es (biasanya dalam bentuk gletser).
Setelah permukaan batuan terlapuk dan jika ada aliran tenaga yang kuat
akan membawa material hasil pelapukan ini. Proses ini disebut erosi. Erosi
didefenisikan sebagai suatu peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian
tanah dari suatu tempat yag terangkut dari suatu tempat ketempat lain, baik
disebabkan oleh pergerakan air , angin dan/atau es. Erosi juga dapat
didefenisikan sebagai peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan,
dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh
gravitasi, atau oleh makhluk hidup misal hewan yang membuat liang, dalam hal
ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang
mana merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi
maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun
di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata
guna lahanyang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, kegiatan
konstruksi/ pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan
jalan Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya
mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya.
Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur
akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktek tata guna lahan
yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-
building, praktek konservasi ladang dan penanaman pohon.
Berdasarkan tenaga pengikis, erosi dibedakan menjadi empat, antara
lain :
1. Ablasi (Pengikisan oleh air)
Umum terjadi di wilayah iklim tropik (yang curah hujan sangat tinggi).
Bentuk-bentuk ABLASI, antara lain :
a. Erosi Percik (splash erosion)
Erosi ini berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan
oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata
adanya erosi percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun
yang terdapat pada partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan
tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat diamati pada waktu musim hujan.
b. Erosi Lembar (sheet erosion)
Erosi ini memecah partikel tanah pada lapisan tanah yang hampir seragam,
sehingga erosi ini menghasilkan kenampakan yang seragam. Intensitas dan
lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi. Oleh karena itu, laju erosi
permukaan dipengaruhi oleh kecepatan dan turbulensi aliran.
c. Erosi Alur (rill erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman yang kurang
dari 30 cm dan lebar kurang dari 50 cm. Sering terjadi pada tanah-tanah
yang baru saja diolah.
d. Erosi Parit (gully erosion)
Erosi ini menghasilkan alur-alur yang mempunyai kedalaman lebih dari 30
cm dan lebar lebih dari 50 cm.
e. Erosi Mudik (headward erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah parit diperpanjang ke hulu.
f. Erosi vertikal (erosi internal atau subsurface erosion)
Erosi ini menyebabkan lembah bertambah dalam.
g. Erosi lateral
Erosi ini mengikis di tepi sungai, melebarkan lembah dan menyebabkan
meandering.
2. Deflasi atau Korasi
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut
Deflasi atau Korasi. Erosi oleh tenaga angin banyak terjadi di daerah gurun
atau kering. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin
antara lain batu jamur. Contohnya adalah dapat membentuk Mushroom
Rock. Berdasarkan teori, adanya gurun pasir karena proses pelapukan
mekanis. Proses ini dimulai ketika suhu siang hari yang terik memanasi
batuan gurun sampai diatas 80 derajat celcius sehingga batuan itu memuai.
Selama beribu-ribu tahun, angin gurun mengeruk batuan yang hancur dan
mengangkut butiran- butiran pasir halus. Lama-lama pasir itu menumpuk
menjadi bukit pasir yang halus.
3. Eksarasi (glasiasi)
Erosi oleh gletser dan sering disebut erosi glasial, yaitu erosi yang terjadi
akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng dan dapat terjadi
di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Alpen,
Pegunungan Himalaya, dan Pegunungan Rocky. Ciri khas bentuk lahannya
adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi ini yang
berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan
bentuk seperti huruf U. Endapan erosi oleh gletser disebut dengan
MORAINE.
4. Abrasi
Erosi berdampak juga pada perubahan muka Bumi. Abrasi (erosi di
pantai) yaitu erosi oleh air laut atau ombak yang dibantu dengan adanya
batu-batu kerikil dibawa pecahan ombak akan mengikis daerah sekitar
pantai dan kekuatan pengikisan sebanding dengan besarnya gelombang.
Kejadian seperti ini pernah terjadi di Jayapura, abrasi di sepanjang pantai di
Pulau Biak mencapai 75 m dari garis pantai. Sejumlah karang dan pulau
rusak bahkan tenggelam akibat pengikisan. Pulau-pulau yang tenggelam
tersebut sebelumnya merupakan objek wisata yang sangat indah di pulau
Biak. Jadi, proses abrasi dan erosi oleh tenaga gelombang atau air laut yaitu:
• Abrasi menghasilakan cekungan yang panjang pada garis pantai.
• Kemudian, cekungan tererosi lebih lanjut menjadi gua.
• Erosi lebih lanjut oleh gelombang menyebabkan runtuhnya atap gua ke
laut dan terbentuklah cliff (dinding terjal).
• Erosi yang terus-menerus, menyebabkan cliff runtuh. Pada periode
waktu yang panjang, proses ini berlangsung terus-menerus
menyebabkan terbentuknya platform di kaki cliff.
Beberapa bentuk lahan akibat erosi oleh tenaga gelombang antara lain,
sebagai berikut :

➢ Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.


➢ Relung,yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
➢ Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah yang datar akibat abrasi dan
dapat terlihat dengan jelas pada saat pasang surut.

Ada dua macam erosi, yaitu erosi normal dan erosi dipercepat. Erosi
normal juga disebut erosi geologi atau erosi alami merupakan proses-proses
pengangkutan tanah yang terjadi dibawah keadaan vegetasi alami. Biasanya
terjadi dengan laju yang lambat yang memungkinkan terbentuknya tanah
yang tebal yang mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal.
Erosi dipercepat adalah pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan
tanah sebagai akibat perbuatan manusia yang mengganggu keseimbangan
antara proses pembentukan dan pengangkutan tanah.

Proses Terjadinya Erosi, Erosi air timbul apabila aksi dispersi dan
tenaga pengangkut oleh air hujan yang mengalir ada di permukaan dan atau
di dalam tanah. Jadi erosi dapat terjadi minimal dengan satu tahapan yakni
dispersi oleh butir hujan dan/atau oleh air limpasan. Adapun tahapan erosi
meliputi :

o Benturan butir-butir hujan dengan tanah.


o Percikan tanah oleh butir hujan ke semua arah.
o Penghancuran bongkah tanah oleh butiran hujan.
o Pemadatan tanah.
o Penggenangan air di permukaan.
o Pelimpasan air karena adanya penggenangan dan kemiringan lahan.
o Pengangkutan partikel terpecik dan/atau massa tanah yang terdispersi
oleh air limpasan.
Beberapa faktor alam memengaruhi terjadinya erosi pada bentang alam
seperti iklim, topografi, vegetasi, aktivitas tektonik pada tanah.

1. Iklim
Iklim mungkin merupakan kekuatan paling berpengaruh dan berdampak
pada erosi pada bentang alam. Faktor iklim yang penting dalam proses
terjadinya erosi adalah curah hujan dan suhu. Curah hujan dan suhu tidak
jauh berbeda di tempat-tempat yang berdekatan. Intensitas hujan yang
cukup tinggi akan menimbulkan erosi. Energi kinetik akibat tetesan butiran-
butiran hujan yang jatuh ke atas tanah menyebabkan pecahnya agregat-
agregat tanah. Jumlah hujan yang besar tapi intensitasnya rendah tidak
menyebabkan erosi berat. Hujan lebat dengan intensitas tinggi dalam waktu
singkat dapat menyebabkan sedikit erosi. Jika jumlah hujan dan
intensitasnya sama-sama tinggi, maka erosi tanah yang terjadi cenderung
tinggi.
2. Topografi
Topografi yang memengaruhi erosi adalah kemiringan lereng dan panjang
lereng. Makin besar kemiringan lereng maka intensitas erosi air makin
tinggi. Semakin miring suatu lereng maka energi kinetik aliran air yang
mengalir semakin besar.
3. Vegetasi
Vegetasi adalah lapisan pelindung atau penyangga antara atmosfer dan
tanah. Vegetasi dapat memperlambat dampak erosi. Akar tanaman melekat
pada partikel tanah dan batu, mencegah transportasi selama hujan atau
angin. Pohon, semak dan tanaman lain dapat membatasi dampak erosi yang
besar seperti tanah longsor atau bahaya alam lain seperti angin topan. Gurun
pasir yang umumnya tidak mempunyai vegetasi lebat merupakan lanskap
yang paling mudah mengalami erosi di planet bumi.
4. Tanah
Aktivitas tektonik membentuk lanskap tanah itu sendiri. Sehingga
memengaruhi dampak erosi pada suatu daerah.
Dampak Erosi Bagi Tanah dan Lingkungan
Erosi dapat memberikan dampak negatif dan positif bagi manusia dan
lingkungan. Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan dari erosi.
a. Dampak Negatif
Salah satu dampak yang utama dari erosi adalah terjadinya penipisan
lapisan permukaan tanah yang ada di bagian atas, sehingga menyebabkan
penurunan kemampuan lahan atau degradasi lahan.
Akibat lainnya adalah menurunnya kemampuan tanah dalam peresapan
air atau infiltrasi. Penurunan kemampuan lahan dalam meresap air akan
menyebabkan peningkatkan limpasan air permukaan dan kemudian
menyebabkan banjir di sungai-sungai serta berkurangnya cadangan air
tanah.
Selain itu, butiran-butiran tanah yang terangkut aliran permukaan
akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) dan selanjutnya akan
terjadi pendangkalan sungai akibat tingginya sedimentasi.
Erosi berkaitan dengan beberapa faktor, mulai dari faktor iklim,
termasuk besar dan intensitas hujan, musim, rentang suhu, kecepatan angin,
frekuensi badai. Selain itu, faktor geologi juga berpengaruh seperti tipe
bebatuan, tipe sedimen, permeabilitas, porositas, dan kemiringan lahan.
Sedangkan untuk faktor biologis, yaitu dipengaruhi oleh makhluk hidup
yang tinggal dalam lahan tersebut, tutupan vegetasi lahan, serta tata guna
lahan yang dilakukan manusia.
Erosi juga menyebabkan pendangkalan pada waduk-waduk, sehingga
menyebabkan berkurangnya volume air yang ada di waduk tersebut.
Dampak lainnya juga terdapat pada pendangkalan saluran-saluran serta
pintu-pintu air yang ada di irigasi.
Kondisi ini dapat menyebabkan aliran debit air yang ada di saluran
maupun pintu air menjadi berkurang. Sehingga diperlukan proses
pengerukan untuk mengatasi sedimentasi dan tentunya membutuhkan biaya
yang tidak sedikit.
Begitupula dengan masyarakat yang memanfaatkan irigasi untuk lahan
pertanian, kondisi ini juga akan merugikan dikarenakan berkurang aliran
debit air pada saluran air.
b. Dampak Positif
Selain memiliki dampak negatif, erosi juga memiliki dampak positif,
antara lain:
Menambah kesuburan tanah yang ada di daerah endapan. Tanah yang
terkikis di bagian hulu sungai biasanya adalah tanah yang subur dan
banyak mengandung unsur-unsur hara seperti N, P, K serta bahan-bahan
organik. Unsur-unsur hara ini akan terbawa air ke daerah endapan dan
bisa menyebabkan tanah menjadi subur.
Pada dataran alluvial yang berada di suara sungai serta memiliki stadium
lanjut, bisa dijadikan sebagai area pemukiman. Misalnya, wilayah
Tanjung Bunga yang berada di muara sungai Jeneberang merupakan
daerah hasil sedimentasi proses erosi yang saat ini dijadikan daerah
pemukiman penduduk.
Timbulnya kesadaran dan inisiatif, baik pemerintah ataupun masyarakat
dalam melakukan konservasi pada lahan-lahan kritis melalui proses
penghijauan.

Berikut merupakan beberapa cara mencegah terjadinya erosi tanah yaitu:

a) Konversi Tanah
Konservasi tanah merupakan serangkaian upaya untuk mencegah dan
menghambat proses terjadinya pengikisan tanah. Saat melakukan
konservasi tanah, pemilihan jenis tumbuhan penutup lahan harus
diperhatikan untuk mengembalikan fungsi tanah. Karena tahan yang rusak
diperlukan tumbuhan yang mampu bertahan kondisi tanah yang ekstrim.
b) Membuat Terasering
Terasering termasuk cara yang sering digunakan untuk mencegah erosi.
Cara ini adalah dengan membuat teras demi teras seperti tangga pada lahan
yang miring. Jadi, ketika hujan turun air tidak langsung mengalir begitu saja
sehingga proses terjadinya pengikisan tanah bisa ditekan seminimal
mungkin. Dengan membuat sistem lahan yang berteras seperti ini akan
membuat tanah semakin stabil dan sangat baik untuk tanaman yang tumbuh
di atas tanah tersebut.
c) Countor Farming
Countor Farming adalah sistem penanaman berdasarkan garis kontur suatu
tanah sehingga sistem perakaran tanaman jadi semakin kuat sehingga bisa
menahan tanah ketika terjadi hujan deras. Pembuatan sistem kontur tanah
ini seperti membuat perangkap tanah sehingga tidak mudah hanyut terbawa
air, membuat teras bangku atau gundukan.
d) Melakukan Reboisasi
Reboisasi menjadi salah satu cara pencegahan yang paling bermanfaat
pengaruhnya. Penyebab erosi bukan hanya karena buruknya sistem
bercocok tanam, tapi juga bisa terjadi karena dampak kerusakan hutan yang
gundul akibat ulah manusia. Sangat baik, jika melakukan penebangan
pohon, lahan harus ditanami pohon kembali atau reboisasi.
IX. Kesimpulan
Pelapukan adalah proses penghancuran massa batuan yang dapat menghasilkan
berbagai jenis tanah dan material terlarut. Penghancuran tersebut dapat
menghancurkan batuan baik secara fisik, kimiawi, maupun biologis. Pelapukan ini
disebabkan oleh tenaga eksogen yang dimana kulit bumi dapat mengelupas atau
hancur. Sedangkan erosi merupakan pengikisan material permukaan tanah secara
bertahap. Erosi juga dapat diartikan pengangkutan material yang terkikis dari suatu
tempat ke tempat lain. Jadi, perbedaan antara pelapukan dan erosi adalah pelapukan
itu penghancuran batuan sedangkan erosi adalah pengikisan batuan.
Pelapukan umumnya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pelapukan mekanis dan
kimiawi. Pelapukan mekanis atau pelapukan fisik adalah Pelapukan yang dapat
disebabkan oleh sinar matahari, cuaca dingin, air, dan tekanan. Dari penyebab
terjadinya pelapukan diatas, batuan dapat mengalami perubahan fisik baik bentuk
ataupun ukutannya. Batuan yang besar akan menjadi batuan kecil dan batuan yang
kecil akan menjadi halus. Pelapukan ini dinamakan juga pelapukan mekanik karena
prosesnya berlangsung secara mekanik.sedangkan pelapukan kimiawi adalah
pelapukan yang disebabkan oleh adanya proses kimia pada batuan. Penyebab utama
pelapukan kimiawi ini adalah air, oksigen, dan karbondioksida yang mengalami
reaksi kimia. Air hujan memiliki peran besar dalam melarutkan batuan. Ada
beberapa jenis pelapukan kimia seperti oksidasi, pelarutan, dan karbonasi, hidrasi,
serta hidrolisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pelapukan adalah sebagai berikut:
1. Iklim
2. Organisme
3. Struktur batuan
4. Topografi
5. Keadaan vegetasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah sebagai berikut:

1. Tanah
2. Iklim
3. Geologi
4. Topografi

Beberapa faktor alam memengaruhi terjadinya erosi pada bentang alam yaitu
iklim, topografi, vegetasi, aktivitas tektonik pada tanah. Erosi juga menyebabkan
dampak positif dan negatif bagi lingkungan. Salah satu dampak negatif yang utama
dari erosi adalah terjadinya penipisan lapisan permukaan tanah yang ada di bagian
atas, sehingga menyebabkan penurunan kemampuan lahan atau degradasi lahan.
Sedangkan beberapa dampak positifnya yaitu menambah kesuburan tanah yang ada
di daerah endapan, pada dataran alluvial yang berada di muara sungai serta memiliki
stadium lanjut, bisa dijadikan sebagai area pemukiman, serta timbulnya kesadaran
dan inisiatif, baik pemerintah ataupun masyarakat dalam melakukan konservasi
pada lahan-lahan kritis melalui proses penghijauan. Erosi juga dapat dicegah
dengan melakukan konversi tanah, membuat terasering, counter farming, dan
reboisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Andriyani I, Wahyuningsih S, Suryaningtias S. 2019. Perubahan Tata Guna Lahan di Sub DAS
Rembangan - Jember dan Dampaknya Terhadap Laju Erosi. agriTECH. 39(2):117.
doi:10.22146/agritech.42424.
Gofar,N., Permata,S.D.I., Setiawati,P. 2021. Pengantar Bercocok Tanam Agroekologis.
Bening Media Publishing.
Irzon R, Kurnia K, Sendjaja P, Harisaputra D, Baharuddin B. 2019. Pengaruh pelapukan
terhadap kadar platina dan paladium nikel laterit Konawe Utara. J Teknol Miner dan
Batubara. 15(2):97–108. doi:10.30556/jtmb.vol15.no2.2019.925.
Lihawa,F. 2017. Daerah Aliran Sungai Alo Erosi, Sedimentasi dan Longsoran. Deepublish
Mulyadi. 2020. Bentuk - Bentuk Muka Bumi. Alprin.
Zannah RF. 2020. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPA Materi
Pelapukan Batuan Menjadi Tanah Melalui Model Pembelajaran Scramble Kelas V MIS
Miftahul Fallah Diski Desa Sumber Melati Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang T.A
2017/2018. Nizhamiyah. 10(2):67–80.
Kompas. 2019. Erosi : Jenis, Faktor Penyebab dan Prosesnya. Dari
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/22/160000369/erosi-jenis-faktor-
penyebab-dan-prosesnya (diakses 20 Oktober 2021).
_______. 2019. Pengertian Erosi, Penyebab & Dampak Bagi Lingkungan. Dari
https://rimbakita.com/erosi/ (diakses 20 Oktober 2021).

Anda mungkin juga menyukai