LANDASAN TEORI
2.1 Leadership
2.1.1 Pengertian Leadership
Setiap orang, masyarakat, bahkan suatu negara membutuhkan sosok
seorang pemimpin. Kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin
hendaknya dapat membuat orang-orang yang dipimpin merasa puas, menghormati
dan menghargai pemimpin dan sifat kepemimpinannya. Konsep kepemimpinan
dapat didefinsikan dengan berbagai cara yang berlainan. Winardi (2000),
merangkum beberapa konsep kepemimpinan dari berbagai pakar manajemen
adalah sebagai berikut :
a. Massie / Douglas, kepemimpinan dapat terjadi ketika satu orang mempunyai
kuasa kepada yang lain untuk bekerja terhadap ketetapan yang ditentukannya.
b. Koontz dan O’Donnel, kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi antar perseorangan, dengan cara
komunikasi, untuk mencapai prestasi dari cita-cita.
c. Fairchild, suatu proses dimana seseorang sebenarnya mempunyai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah di dalam lapangan kerja, sehingga dapat diikuti
oleh yang lain dalam satu kelompok tersebut.
d. Terry, kepemimpinan merupakan hubungan di mana satu orang, atau
pemimpin, untuk mempengaruhi yang lainnya untuk bekerja sama dalam tugas
yang berhubungan untuk mencapai keinginan dari seorang pemimpin.
Beberapa definisi-definisi kepemimpinan diatas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan yang melekat pada diri
seorang yang memimpin. Di sini dapat dikatakan bahwa sifat pemimpin
diperlukan untuk dapat mengembangkan suatu perusahaan khususnya usaha kecil.
Kesediaan bawahan untuk menerima pengarahan dari pemimpin membantu proses
kepemimpinan dapat berlangsung dengan baik. Khususnya usaha kecil yang
sangat berpegang erat terhadap adanya sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh
pemilik usaha kecil tersebut.
9
Universitas Kristen Petra
2.1.2 Faktor Leadership
Dalam rangka memahami makna dari kepemimpinan, terdapat 3 (tiga)
konsep dasar yang meliputi :
1. Faktor “Orang” (The Person Factor)
2. Faktor “Posisi”
3. Faktor “Tempat” atau “Situasi”
Berikut akan dijelaskan konsep-konsep tersebut, sebagai berikut :
10
Universitas Kristen Petra
B. Faktor “Posisi”
Menurut Winardi (2000), faktor posisi menempatkan struktur atau
kondisi-kondisi pada faktor orang. Faktor posisi menguraikan arti organisasi
(manusia) dan orang (person) kepada sebuah fungsi, tugas, atau pekerjaan. Setiap
individu mempunyai semacam gambar (image) mengenai cara tentang harus
bertindak dalam posisi tertentu dan bayangan tersebut seringkali dinamakan orang
“konsep peranan”. Mereka yang harus berhubungan dengan posisi tersebut juga
mempunyai suatu bayangan mengenai seseorang harus bertindak di dalam posisi
tersebut dan hal tersebut dinamakan “harapan tentang peranan”.
Terdapat 3 (tiga) macam sumber “harapan tentang peranan” yaitu:
1. Harapan-harapan pribadi (Personal Expectations), merupakan cara-cara,
orang mengharapkan seorang pemimpin akan berkelakuan. Dalam setiap
kelompok terdapat adanya suatu pola harapan-harapan pola. Kelompok
mengharapkan pemimpin melakukan hal-hal tertentu dan tidak melakukan
hal-hal tertentu.
2. Harapan-harapan organisatoris (Organizational Expectations), harapan-
harapan yang bersifat spesifik tentang kelakuan para manajer dan pemimpin
mereka, kerapkali ditulis dalam pedoman-pedoman posisi formal atau uraian
tentang pekerjaan (job descriptions).
3. Harapan-harapan kultural (Cultural Expectations), harapan-harapan kultural
dapat mencapai macam-macam bentuk. Salah satu di antaranya adalah apa
yang dinamakan “kultur industri” (Industry culture).
11
Universitas Kristen Petra
2.1.3 Teori Leadership
Menurut Terry dalam Winardi (2000) mengemukakan 8 (delapan) buah
teori kepemimpinan, yaitu:
12
Universitas Kristen Petra
D. Teori Suportif (The Supportive Theory)
Pihak pemimpin beranggapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha
sebaik-baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan
membantu usaha-usaha mereka. Maka pihak pemimpin menciptakan suatu
lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada stiap pengikut
untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Adakalanya teori suportif dinyatakan
orang sebagai “Teori Partisipatif”, ada juga yang menamakannya “Democratic
Theory Of Leadership”.
13
Universitas Kristen Petra
2. Inisiatif.
Kemampuan untuk bertindak sendiri dan mengatur tindakan-tindakan, dan
kemampuan untuk melihat arah tindakan yang tidak terlihat pihak lain.
3. Energi atau Rangsangan
Orang berpendapat bahwa salah satu di antara ciri pemimpin yang menonjol
adalah bahwa ia adalah lebih enerjik dalam usaha mencapai tujuan
dibandingkan dengan seorang bukan pemimpin.
4. Kedewasaan Emosional
Seorang pemimpin dapat diandalkan janji-janjinya mengenai apa yang akan
dilaksanakannya. Bersedia bekerja lama dan menyebarluaskan sikap
“enthusiasme” di antara para pengikutnya.
5. Persuasif
Tidak adanya kepemimpinan tanpa persetujuan pihak yang akan dipimpin.
Untuk memperoleh persetujuan tersebut, pemimpin biasanya harus
menggunakan persuasi.
6. Skill Komunikatif
Seorang pemimpin dapat pandai berbicara dan dapat menulis dengan jelas
serta tegas. Ia memiliki kemampuan untuk mengemukakan secara singkat
pendapat-pendapat orang lain dan mengambil intisari dari pernyataan pihak
lain.
7. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Seorang pemimpin adalah seorang yang cukup matang dan tidak banyak
memiliki sifat-sifat anti sosial. Mempunyai keyakinan bahwa ia dapat
menghadapi secara berhasil, kebanyakan situasi yang dihadapinya.
8. Perseptif
Berhubungan dengan kemampuan untuk mendalami ciri-ciri dan kelakuan
orang lain, terutama bawahannya. Hal ini juga mencakup kemampuan untuk
memproyeksi diri sendiri secara mental dan emosional ke dalam posisi orang
lain.
14
Universitas Kristen Petra
9. Kreativitas
Untuk memikirkan cara-cara baru untuk merintis jalan baru sama sekali, guna
memecahkan sebuah problem merupakan sifat yang sangat didambakan pada
seorang pemimpin.
10. Partisipasi Sosial
Seorang pemimpin mengerti manusia dan mengetahui pula kekuatan serta
kelemahan mereka, menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok dan
memiliki kemampuan untuk berhadapan dengan orang-orang dari kalangan
manapun juga dan berkemampuan untuk melakukan konversasi tetang
macam-macam subjek.
2.2 Entrepreneur
2.2.1 Definisi Entrepreneur
Winardi (2003) mensarikan beberapa definisi “Entrepreneur” yang
dikemukakan oleh beberapa pakar manajemen sebagai berikut:
1. Cantillon, Entrepreneur diartikan sebagai seorang yang membayar harga
tertentu untuk produk tertentu, untuk kemudian dijualnya dengan harga yang
tidak pasti, sambil membuat keputusan-keputusan tentang upaya mencapai
dan memanfaatkan sumber–sumber daya, dan menerima risiko berusaha.
2. Smith menggambarkan bahwa Entrepreneur sebagai soerang individu yang
menciptakan sebuah organisasi untuk tujuan–tujuan komersial.
3. Say, seorang Entrepreneur sebagai seorang yang memiliki seni serta
ketrampilan untuk menciptakan perusahaan–perusahaan yang baru, dan yang
memiliki pemahaman tentang kebutuhan masyarakat.
15
Universitas Kristen Petra
4. Drucker, seorang Entrepreneur harus mampu mengalihkan sumber–sumber
daya dari daerah–daerah yang menghasilkan hasil rendah atau hasil – hasil
yang sedang menyusut ke bidang–bidang yang memberikan hasil yang tinggi,
atau yang meningkat.
5. Schermerhorn Jr., Entrepreneur adalah seorang yang melaksanakan tindakan
untuk mengejar peluang dalam situasi–situasi, dimana pihak lain tidak
melihatnya atau bahkan peluang–peluang demikian dianggap sebagai masalah
atau ancaman. Seorang Entrepreneur juga merupakan seorang individu yang
menerima resiko , dan yang melaksanakan tindakan–tindakan untuk mengejar
peluang–peluang dalam situasi dimana pihak lain tidak dapat melihatnya atau
merasakannya, bahkan ada kemungkinan bahwa pihak lain tersebut
menganggap sebagai problem–problem atau bahkan ancaman–ancaman.
6. Zimmerer et al, Entrepreneur adalah seorang yang menciptakan sebuah bisnis
baru, dengan menghadapi resiko dan ketidakpastian, dan yang bertujuan
untuk mencapai laba serta pertumbuhan melalui pengidentifikasian peluang–
peluang melalui kombinasi sumber–sumber daya yang diperlukan untuk
mendapatkan manfaatnya.
7. Stoner et al, Entrepreneur adalah orang yang memulai sesuatu usaha bisnis
yang baru dibuka.
8. Stoner, Entrepreneur adalah seorang pengusaha yang menganggap bahwa
perubahan lingkungan merupakan sebuah peluang dan yang kemudian
memanfaatkan sumber–sumber daya produksi untuk memproduksi barang–
barang dan jasa baru.
Seorang Entrepreneur dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat
melalui penciptaan perusahaan–perusahaan baru dan yang pada saat yang
bersamaan dipengaruhi oleh tutuntan–tuntutan akan produk inovatif yang
dibutuhkan masyarakat melalui manajemen ketat sumber–sumber daya yang
tersedia yaitu mentransformasi sumber-sumber daya menjadi barang–barang dan
jasa–jasa yang bermanfaat. Para Entrepreneur juga mempengaruhi ekonomi,
maka dari itu Entrepreneur menjadi faktor produksi upaya–upaya ekonomi.
16
Universitas Kristen Petra
2.2.2 Karateristik Entrepreneur
Terdapat sepuluh karateristik para Entrepreneur yang berhasil menurut
Pearce II, yaitu sebagai berikut: (Winardi, 2003)
1. Komitmen dan determinasi yang tiada batas
Tingkat komitmen para Entrepreneur biasanya dapat terganggu oleh
kesediaan mereka untuk merusak kondisi kemakmuran pribadi mereka,
oleh kesediaan mereka untuk menginvestasi waktu, mentolerir standar
kehidupan lebih rendah, dibandingkan dengan standar hidup yang
sebenarnya dapat dinikmati mereka, bahkan pengorbanan waktu
berkumpul dengan keluarga mereka.
2. Dorongan atau rasangan yang kuat untuk mencapai prestasi
Salah satu diantara motivator-motivator kuat, yang mendorong para
Entrepreneur adalah kebutuhan untuk meraih prestasi. Mereka secara
tipikal dirangsang oleh kebutuhan untuk melampaui hasil-hasil yang diraih
mereka pada masa lampau. Semakin banyak mereka mempunyai uang
digunakan untuk mengukur hingga dimana pencapaian prestasi mereka.
3. Orientasi ke arah peluang serta tujuan-tujuan
Para Entrepreneur yang berhasil, cenderung memusatkan perhatian
mereka kepada peluang-peluang, yang mewakili kebutuhan-kebutuhan
yang belum terpenuhi atau problem-problem yang menuntut adanya
pemecahan-pemecahan.
4. Lokus pengendalian internal
Para Entrepreneur yang berhasil, sangat yakin akan diri mereka sendiri,
dan mereka beranggapan bahwa merekalah yang menentukan nasib
perusahaan mereka, dan bukan kekuatan-kekuatan luar yang
mengendalikan dan menentukan hasil-hasil yang akan diraih mereka.
5. Toleransi terhadap ambiguitas
Para Entrepreneur yang baru memulai usaha baru mereka, menghadapi
kebutuhan untuk mengimbangkan pengeluaran–pengeluaran untuk gaji dan
upah karyawan dengan hasil yang diraih mereka. Pekerjaan–pekerjaan
secara konstan berubah, para pelanggan silih berganti, dan kemunduran
dan kejutan–kejutan merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
17
Universitas Kristen Petra
6. Ketrampilan dalam hal menerima resiko yang diperhitungkan
Para Entrepreneur senantiasa menghadapi resiko yang dihadapi. Mereka
berusaha sekuat tenaga untuk mengurangi resiko. Sehingga mereka sudah
siap pada akan yang terjadi.
7. Kurang dibutuhkan akan status dan kekuasaan
Kekuasaan dan status akan diraih oleh Entrepreneur yang berhasil, tetapi
sang Entrepreneur yang berhasil tetap memusatkan perhatiannya pada
peluang-peluang, pelanggan, pasar, persaingan dibandingkan dengan status
atau kekuasannya atas pihak lain.
8. Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah
Para Entrepreneur yang berhasil mencari problem-problem yang dapat
mempengaruhi keberhasilan mereka, dan secara metedeologis merka
berusaha untuk memecahkannya. Mereka tidak terintimidasi oleh situasi-
situasi sulit. Mereka berani mengambil keputusan dan mereka dapat
menunjukkan kesabaran apabila perspektif jangka panjang dianggap
sebagai hal yang paling tepat.
9. Kemampuan tinggi untuk mendapatkan “umpan balik” (feed back)
Secara instinktif mereka mebina hubungan dengan orang-orang untuk
mendapatkan pelajaran dari mereka, menimbulkan dampak sekunder
diekspansinya jejaring mereka berupa kontak-kontak dan pengaruh yang
bermanfaat.
10. Kemampuan untuk menghadapi kegagalan secara efektif
Para Entrepreneur tidak takut akan kegagalan, mereka sangat
mendambakan keberhasilan, tetapi apabila harus menerima kegagalan
maka mereka akan menjadikannya sebagai pengalaman dan
memanfaatkannya sebagai suatu cara untuk belajar, bagaimana cara
memanaje pada masa mendatang.
18
Universitas Kristen Petra
1. Tingkat Komitmen Tinggi
Mendirikan dan mengusahakan sebuah perusahaan secara berhasil
memerlukan komitmen total dari seorang Entrepreneur. Hampir setiap
Entrepreneur harus mengatasi sejumlah kendala yang seakan–akan tidak
mungkin diatasi guna mendirikan sebuah usaha dan mempertahankannya.
Hal tersebut memerlukan adanya komitmen yang tinggi.
2. Toleransi terhadap Ambiguitas
Para Entrepreneur memiliki toleransi tinggi terhadap ambiguitas, situasi–
situasi yang terus menerus berubah, dan lingkungan dimana mereka harus
beroperasi terus-menerus. Kemampuan untuk menghadapi ketidakpastian
bersifat kritikal, karena para pendiri bisnis tersebut mengambil keputusan
secara konstan sambil menggunakan informasi yang terkadang
berbenturan satu sama lain, yang dicapai dari sejumlah sumber yang
kadang tidak dikenal.
3. Fleksibilitas (Keluwesan)
Salah satu ciri pokok Entrepreneur adalah kemampuan mereka untuk
beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan yang terus menerus berubah dari
pihak konsumen maupun dari bisnisnya sendiri. Dalam dunia penuh
perubahan, kekakuan seringkali menyebabkan timbulnya kegagalan–
kegagalan.
19
Universitas Kristen Petra
2. Pendidikan
Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan peran penting dalam
penumbuhan semangat kewirausahaan. Pendidikan tidak hanya
mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga
membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.
3. Nilai-nilai Personal
Faktor nilai-nilai personal akan mewarnai usaha yang dikembangkan
seorang wirausaha dimana nilai inilah yang akan membedakan seorang
Entrepreneur dengan Entrepreneur lainnya terutama dalam proses
pengaturan organisasi usahanya serta menjalin hubungan dengan
pelanggan, supplier, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan
usahanya.
4. Pengalaman Kerja
Faktor pengalaman kerja dapat menjadi sebuah motivasi bagi seseorang
untuk menjadi seorang Entrepreneur, dimana hal ini berhubungan dengan
pengalaman ketidakpuasan seseorang saat menjadi bawahan atau pegawai
yang lebih sering disuruh-suruh. Dari pengalaman ketidakpuasan inilah
yang mendorong seseorang dalam mengembangkan suatu usaha baru
sebagai seorang Entrepreneur.
20
Universitas Kristen Petra
Ada tiga kategori besar praktis yang membuat tiap manajer berbeda:
1. Climate-setting practices
(Praktis yang menetapkan iklim kerja),
2. Orchestrating practices
(Praktis yang merancang proses mencari dan merealisasikan peluang untuk
mengembangkan bisnis),
3. “Hands-on (turun tangan)”
Dan praktis “Hands-on (turun tangan)” dalam berurusan dengan penyelesaian
masalah di lingkungan kerja yang berspekulasi.
21
Universitas Kristen Petra
F. Influence
Pengaruh menjadi efek tindakan seseorang berakibat pada sikap, nilai-
nilai, kepercayaan, atau tindakan dari yang lain (Daft, 2008).
G. Monitoring
Memonitor lingkungan untuk tetap memiliki informasi aktifitas para
pesaing, pembuatan undang-undang baru, perubahan di dalam pasar,
seluruhnya itu yang bertugas dalam memonitor dalah manajer (Senior, 2002).
H. Integrity
Integritas berarti karakter yang utuh dari seorang pemimpin. Itu semua
menjadi fondasi bagi kepercayaan antara para pemimpin dan pengikutnya
(Daft, 2008).
2.4.1 Innovativeness
Entrepreneurship yang mempunyai sikap inovatif menurut Williamson
dalam Winardi (2003), dicirikan oleh pengumpulan informasi secara agresif serta
analisis tentang hasil-hasil yang dicapai dari kombinasi-kombinasi baru faktor-
faktor produksi. Entrepreneur yang inovatif bereksperimentasi secara agresif, dan
mereka terampil mempraktekkan transformasi-transformasi kemungkinan-
kemungkinan atraktif.
Inovasi menurut Holt dalam Winardi (2003), adalah merupakan sebuah
cara baru untuk memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada. Menyebabkan
terbentuknya produk-produk servis, atau proses-proses baru.
Menurut Zimmer dalam Winardi (2003), inovasi adalah kemampuan
untuk menerapkan solusi-solusi kreatif terhadap masalah-masalah dan peluang-
peluang tersebut, guna memajukan atau memperkaya kehidupan manusia. Para
Entrepreneur yang berhasil, muncul dengan ide-ide dan mereka mencapai cara-
22
Universitas Kristen Petra
cara untuk menerapkannya dalam rangka memecahkan sesuatu masalah atau
memenuhi suatu kebutuhan. Sesungguhnya inovasi merupakan inti kemampuan
bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat bersaing dengan pesaing
mereka.Sekalipun mereka tidak dapat melawan saingan mereka yang lebih besar
dalam bidang pembiayaan, perusahaan-perusahaan kecil dapat saja menciptakan
keunggulan-keunggulan kompetitif efektif kuat, dibandingkan dengan perusahaan
besar, melalui tindakan mengalahkan pesaing-pesaing mereka dalam bidang
penciptaan dan berinovasi.
Inovasi adalah proses menemukan sesuatu atau mengimplementasikan
sesuatu yang baru ke dalam situasi yang baru. Untuk menghasilkan perilaku
inovatif, seseorang harus melihat inovasi secara mendasar, sebagai proses yang
dapat dikelola.
23
Universitas Kristen Petra
4. Meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk
mewujudkan ide- ide baru.
5. Mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide
baru tersebut.
6. Kreatif
Untuk manajer dan wirausahawan mempunyai tahap-tahap untuk
berperilaku inovatif
24
Universitas Kristen Petra
diteliti dari 2 sisi yaitu dari sisi perusahaan yang disebut risiko perusahaan dan
dari sisi industri yang disebut resiko bisnis (Winardi, 2003).
25
Universitas Kristen Petra
• Resiko Khusus, yaitu resiko yang menyangkut orang perorangan
• Resiko Murni, yaitu resiko yang sifatnya alami (murni)
• Resiko Spekulatif, yaitu resiko yang sifatnya untung-untungan
• Resiko Perorangan, yaitu resiko yang dapat menimpa orang
• Resiko Kebendaan, yaitu resiko yang menyangkut harta benda.
2.4.3 Proactiveness
Menurut Covey (1994), proaktif adalah suatu upaya untuk memfokuskan
diri di dalam lingkungan pengaruh. Lingkungan pengaruh mengajarkan seeorang
untuk mengerjakan hal-hal yang terhadapnya mereka dapat berbuat sesuatu. Sifat
26
Universitas Kristen Petra
dari kekuatan mereka adalah positif, meluaskan, dan memperbesar, yang
menyebabkan Lingkungan pengaruh meningkat. Sikap proaktif berarti adalah
mengembangkan kebiasaan yang pertama dan paling mendasar dari manusia yang
sangat efektif dalam lingkungan apapun.
2.4.5 Autonomy
Autonomy merupakan sikap mandiri sebagai bagian dari karakteristik
seorang Entrepreneur. Refleksi dari autonomy ini adalah sikap yang tidak ingin
mengandalkan orang lain dalam setiap usahanya karena adanya keyakinan bahwa
ia mampu untuk melakukan pekerjaan tersebut dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri (Winardi, 2003).
27
Universitas Kristen Petra
d. Toleransi terhadap ambiguitas
Para Entrepreneur merupakan manusia yang bersedia menerima risiko,
mereka mentoleransi situasi-situasi yang menunjukkan tingkat
ketidakpastian tinggi.
e. Kepercayaan diri
Para Entrepreneur merasa diri kompeten, dan mereka yakin akan diri
mereka sendiri, dan mereka bersedia mengambil keputusan-keputusan.
f. Berorientasi pada action
Para Entrepreneur berupaya agar mereka bertindak mendahului
munculnya masalah-masalah, mereka ingin menyelesaikan tugas-tugas
mereka secepat mungkin dan mereka tidak bersedia menghamburkan
waktu yang berharga.
28
Universitas Kristen Petra
perlu mengetahui tentang consumer behavior untuk mengetahui
keinginan pasar potensial terhadap produk serta sikap, perilaku dan
kepuasan konsumen terhadap produk.
3. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Beberapa hal penting dalam Sumber Daya Manusia yang perlu di
evaluasi antara lain mengenai kepemimpinan level manager, juga
kepemimpinan level supervisor, juga diperlukan jumlah tenaga kerja
yang membantu mengelola, Program pelatihan ditujukan untuk
memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan
kerja tertentu untuk kebutuhan sekarang, sedangkan pengembangan
bertujuan untuk menyiapkan pegawainya siap memangku jabatan tertentu
di masa yang akan dating. Pengembangan bersifat lebih luas karena
menyangkut banyak aspek, seperti peningkatan dalam keilmuan,
pengetahuan, kemampuan, sikap dan kepribadian. Program pelatihan dan
pengembangan bertujuan antara lain untuk menutupi gap antara
kecakapan karyawan dan permintaan jabatan, selain untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran kerja.
29
Universitas Kristen Petra
2.7 Kerangka pemikiran
Sikap dan Penilaian Pemilik Usaha Perkembangan Perusahaan
Kecil berdasarkan Attribute Makanan dan Minuman dari
Entrepreneur Leadership Aspek Perusahaan
Innovativeness Aspek Finance
Risk Taking Aspek Marketing
Proactiveness Aspek SDM
Competitive Agresiveness
Autonomy
30
Universitas Kristen Petra