Anda di halaman 1dari 11

‫‪Implementasi Rasa Syukur‬‬

‫إِ ﱠن ْاﻟ َﺤ ْﻤ َﺪ ِ ﱠ ِ ﻧَﺤْ َﻤ ُﺪهُ َوﻧَ ْﺴﺘَ ِﻌ ْﯿﻨُﮫُ َوﻧَ ْﺴﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮهُ َوﻧَﺘُ ْﻮبُ إِﻟَ ْﯿ ِﮫ‪َ ،‬وﻧَﻌ ُْﻮ ُذ ﺑِﺎ ِ ِﻣ ْﻦ ُﺷﺮ ُْو ِر‬
‫ي ﻟَﮫُ‪،‬‬ ‫ﻀ ﱠﻞ ﻟَﮫُ َو َﻣ ْﻦ ﯾُﻀْ ﻠِﻞْ ﻓَ َﻼ ھَﺎ ِد َ‬ ‫ت أَ ْﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎ‪َ ،‬ﻣ ْﻦ ﯾَ ْﮭ ِﺪ ِه ﷲُ ﻓَ َﻼ ُﻣ ِ‬ ‫أَ ْﻧﻔُ ِﺴﻨَﺎ َو َﺳﯿﱢﺌَﺎ ِ‬
‫ْﻚ ﻟَﮫُ‪َ ،‬وأَ ْﺷﮭَ ُﺪ أَ ﱠن ُﻣﺤ ﱠﻤﺪاً َﻋ ْﺒ ُﺪهُ َو َرﺳ ُْﻮﻟُﮫُ‬
‫‪.‬وأَ ْﺷﮭَ ُﺪ أَ ْن َﻻ إِﻟَﮫَ إِ ﱠﻻ ﷲُ َوﺣْ َﺪهُ َﻻ َﺷ ِﺮﯾ َ‬ ‫َ‬
‫ﺻ ﱢﻞ َﻋ ٰﻠﻰ َﺳﯿﱢ ِﺪﻧَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋ ٰﻠﻰ ٰاﻟِ ٖﮫ َو َ‬
‫ﺻﺤْ ﺒِ ٖﮫ اَﺟْ َﻤ ِﻌﯿ َْﻦ‬ ‫اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠﻢ َ‬
‫ك َوﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‪،‬‬ ‫ْﺚ ﻗَ َ‬
‫ﺎل ﺗَﺒَ َ‬
‫ﺎر َ‬ ‫ِﻋﺒَﺎ َد ﷲِ‪ ،‬أُ ْو ِ‬
‫ﺻ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َوﻧَ ْﻔ ِﺴ ْﻲ ﺑِﺘَ ْﻘ َﻮى ﷲِ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ّﻞ * َﺣﯿ ُ‬
‫ﱠﺟﯿ ِْﻢ‬
‫ﺎن اﻟﺮ ِ‬ ‫أَ ُﻋ ْﻮ ُذ ﺑِﺎ ِ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺸ ْﯿﻄَ ِ‬
‫ﻖ ِﻣ ْﻨﮭَﺎ َز ْو َﺟﮭَﺎ َوﺑَ ﱠ‬
‫ﺚ‬ ‫اﺣ َﺪ ٍة َو َﺧﻠَ َ‬
‫ﺲ َو ِ‬ ‫ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﻨﱠﺎسُ اﺗﱠﻘُﻮا َرﺑﱠ ُﻜ ُﻢ اﻟﱠ ِﺬي َﺧﻠَﻘَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﻧَ ْﻔ ٍ‬
‫ﷲَ َﻛ َ‬
‫ﺎن‬ ‫ﻮن ﺑِ ِﮫ َو ْاﻷَرْ َﺣﺎ َم إِ ﱠن ﱠ‬
‫ﷲَ اﻟﱠ ِﺬي ﺗَ َﺴﺎ َءﻟُ َ‬‫ِﻣ ْﻨﮭُ َﻤﺎ ِر َﺟ ًﺎﻻ َﻛﺜِﯿﺮًا َوﻧِ َﺴﺎ ًء َواﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬
‫َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َرﻗِﯿﺒًﺎ‬

‫ﷲَ َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﺳ ِﺪﯾ ًﺪا ﯾُﺼْ ﻠِﺢْ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﯾَ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠﻘُﻮا ﱠ‬‫ﯾَﺎأَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ َ‬
‫ُذﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َو َﻣ ْﻦ ﯾ ُِﻄ ِﻊ ﱠ‬
‫ﷲَ َو َرﺳُﻮﻟَﮫُ ﻓَﻘَ ْﺪ ﻓَ َ‬
‫ﺎز ﻓَ ْﻮ ًزا َﻋ ِﻈﯿ ًﻤﺎ‬
‫ُ‬
‫ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ‪َ ،‬و َﺷﺮﱡ ْاﻷ ُﻣ ِ‬
‫ﻮر‬ ‫ﷲِ‪َ ،‬وأَﺣْ َﺴ َﻦ ْاﻟﮭَ ْﺪ ِ‬
‫ي ھَ ْﺪ ُ‬ ‫ﺚ ِﻛﺘَﺎبُ ﱠ‬ ‫ق ْاﻟ َﺤ ِﺪﯾ ِ‬
‫ﻓَﺈ ِ ﱠن أَﺻْ َﺪ َ‬
‫ﺿ َﻼﻟَﺔٌ‪َ ،‬و ُﻛﻞﱡ َ‬
‫ﺿ َﻼﻟَ ٍﺔ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠ ِ‬
‫ﺎر‬ ‫‪ُ .‬ﻣﺤْ َﺪﺛَﺎﺗُﮭَﺎ‪َ ،‬و ُﻛﻞﱡ ُﻣﺤْ َﺪﺛَ ٍﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋﺔٌ َو ُﻛﻞﱡ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ َ‬
‫أَ ﱠﻣﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ‬
Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah …

Pada kesempatan yang mulia ini mari kita panjatkan


puji beserta syukur kita kehadirat Allah subhanahu wa
ta’ala yang sampai hari ini masih memberikan kita
kesehatan dan kesempatan untuk dapat menjalankan salah
satu dari banyaknya kewajiban yang Allah bebankan
kepada kita sebagai seorang hamba, semoga Allah selalu
memudahkan kita untuk melaksanakan keta’atan
kepadaNya.
Shalawat dan salam tak lupa kita hadiahkan kepada
junjungan alam Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa
sallam beserta keluarga, sahabat dan siapa saja yang masih
berpegang teguh dengan ajaran yang beliau bawa hingga
hari kiamat kelak.
Tak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan
para jama’ah semua untuk selalu meningkatkan iman dan
takwa kita kepada Allah, karena sebaik-baik bekal untuk
kita bawa menuju Allah adalah takwa.
Jama’ah Shalat Jum’at Rahimakumullah …
Al-Qur’an dalam banyak kesempatan banyak bercerita
tentang kisah Bani Israil, yang terangkum dalam banyak
surat dalam al-Qur’an. Bani Israil adalah sekumpulan
manusia yang paling banyak disebut dalam al-Qur’an.
Termasuk ayat yang menceritakan tentang Nabi Israil
adalah surat Ibrahim ayat 6:
ِ ‫ﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ إِ ْذ أَ ْﻧ َﺠﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬
‫آل ﻓِﺮْ َﻋ ْﻮ َن‬ ‫َوإِ ْذ ﻗَﺎ َل ُﻣﻮ َﺳﻰ ﻟِﻘَ ْﻮ ِﻣ ِﮫ ْاذ ُﻛﺮُوا ﻧِ ْﻌ َﻤﺔَ ﱠ‬
َ ‫ُﻮن أَ ْﺑﻨَﺎ َء ُﻛ ْﻢ َوﯾَ ْﺴﺘَﺤْ ﯿ‬
‫ُﻮن ﻧِ َﺴﺎ َء ُﻛ ْﻢ َوﻓِﻲ َذﻟِ ُﻜ ْﻢ ﺑَ َﻼ ٌء‬ ِ ‫ﯾَﺴُﻮ ُﻣﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﺳُﻮ َء ْاﻟ َﻌ َﺬا‬
َ ‫ب َوﯾُ َﺬﺑﱢﺤ‬
‫ِﻣ ْﻦ َرﺑﱢ ُﻜ ْﻢ َﻋ ِﻈﯿ ٌﻢ‬

“ Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:


“Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan
kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya, mereka
menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, mereka
menyembelih anak-anak laki-lakimu, membiarkan hidup
anak-anak perempuanmu; dan pada yang demikian itu ada
cobaan yang besar dari Tuhanmu”
Dalam al-Qur’an, terkadang Allah memberikan
sebuah pelajaran detail pada potongan kecil dari kisah yang
sebenarnya panjang, sebagaimana ayat ini. Kisah Sejarah
Bani Israil sebenarnya terjadi dalam masa yang sangat
panjang, ratusan hingga ribuan tahun. Tapi disini kita akan
mengambil sedikit pelajaran dari rentetan kecil kisah
panjang tersebut.
Kisah ini terjadi ketika Bani Israil telah berhasil
melarikan diri dari Mesir. Mereka sebelumnya mendapat
siksaan terus menerus selama beberapa generasi. Mereka
tinggal disuatu wilayah sebagai kelompok masyarakat
yang dipandang rendah, dalam pengawasan penuh Fir’aun
dan balatentaranya.
Para tentara Fir’aun mempekerjakan mereka semua,
tak pandang bulu. Mereka terkunci dan terkurung dalam
kondisi ini selama beberapa generasi.

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah …


Fir’aun sendiri selain dikenal dengan kekejamannya,
dia juga politisi yang cerdik, Fir’aun memahami benar
kondisi yang ada. Ia sadar, meskipun mereka dalam
keadaan terisolasi, tapi populasi mereka terus bertambah.
Mereka pasti memiliki anak laki-laki dan perempuan. Anak
laki-laki bisa mereka pekerjakan. Namun suatu saat ketika
telah besar nanti, ketika melihat saudara-perempuan dan
orangtua mereka ditindas, mereka akan menjadi keras
kepala dan kemungkinan besar akan melakukan
pemberontakan dan revolusi.
Maka Fir’aun memutuskan untuk membunuh setiap
bayi laki-laki yang lahir. Bisa kita bayangkan kondisi saat
itu, berapa banyak ibu-ibu menangis, bapak-bapak
berduka, bayangkan juga saat tentara-tentara Fir’aun itu
datang dari rumah kerumah untuk membantai bayi-bayi itu.
Kehidupan seperti itu benar-benar dirasakan oleh Bani
Israil saat itu.

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah …


Singkat cerita, pada akhirnya Allah membukakan
pintu keluar untuk mereka melalui Nabi Musa. Dengan
tongkatnya, Allah memberi mukjizat kepada Nabi Musa
untuk membelah Laut Merah yang selanjutnya menjadi
jalan mereka untuk lari dari kejaran Fir’aun.
Namun, setelah mereka selamat dari kejaran Fir’aun,
mereka dihinggapi rasa kebingungan, akan kemana
selanjutnya?, sebuah pertanyaan besar yang menggelayuti
fikiran mereka. Sejumlah populasi manusia yang terdiri
dari laki-laki, perempuan, dan anak-anak mereka
meninggalkan rumah tanpa membawa bekal yang cukup,
berada di gurun yang panas tanpa ada naungan
disekitarnya.
Mereka berfikir, kita memang tidak terbunuh oleh
pedang dan tombak Fir’aun, tidak tenggelam dilautan, tapi
mungkin kita akan mati kelaparan ditengah gurun pasir.
Mereka semua gelisah, dan orang yang menjadi pemimpin
mereka adalah Nabi Musa. Ditengah kebingugan itu,
mereka mengadu kepada Nabi Musa “Apa yang harus kami
lakukan sekarang?”
Maka, Nabi Musa berkata didepan mereka:
ِ ‫ﷲِ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ إِ ْذ أَ ْﻧ َﺠﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ‬
‫آل ﻓِﺮْ َﻋ ْﻮ َن‬ ‫ْاذ ُﻛﺮُوا ﻧِ ْﻌ َﻤﺔَ ﱠ‬
“ Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan
kamu dari (Fir’aun dan) pengikut-pengikutnya …”
(Ibrahim:6).
Makanya, Wahai Bani Israil, saat ini kamu sekalian
dibebaskan dari pengaruh jahat Fir’aun dan tentaranya.
Kamu sudah berhasil melarikan diri, ingatlah nikmat Allah
ini.

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah …


Namun, kata nikmat yang ada dalam fikiran Bani Israil
adalah segala bentuk kemewahan dan kesenangan semata.
Mereka protes, “Nikmat mana yang anda maksud wahai
Musa?”, Nabi Musa menjawab:
َ ‫ُﻮن أَ ْﺑﻨَﺎ َء ُﻛ ْﻢ َوﯾَ ْﺴﺘَﺤْ ﯿ‬
‫ُﻮن‬ ِ ‫إِ ْذ أَ ْﻧ َﺠﺎ ُﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ آ ِل ﻓِﺮْ َﻋ ْﻮ َن ﯾَﺴُﻮ ُﻣﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﺳُﻮ َء ْاﻟ َﻌ َﺬا‬
َ ‫ب َوﯾُ َﺬﺑﱢﺤ‬
‫ﻧِ َﺴﺎ َء ُﻛ ْﻢ‬
“ … ketika Dia menyelamatkan kamu dari (Fir’aun dan)
pengikut-pengikutnya, mereka menyiksa kamu dengan
siksa yang pedih, mereka menyembelih anak-anak laki-
lakimu, membiarkan hidup anak-anak perempuanmu … “.
Fir’aun telah menghinakanmu, membantai, menyiksa
dan mempersekusi keluargamu dan sekarang kamu telah
bebas dari itu semua. Itulah nikmat yang saya maksud.
Sekilas memang tampak membingungkan, disaat
seperti itu Nabi Musa juga mengajak mereka untuk flash
back mengingat yang telah terjadi. Semua fakta dan
kekejian sebelumnya lebih terdengar sebagai sesuatu yang
buruk, daripada nikmat.
Begitulah manusia, seringnya ketika terguncang oleh
permasalahan yang besar, yang tampak adalah masalah
yang sedang dihadapinya itu, tidak dapat melihat kebaikan
dalam situasi tersebut. Itulah yang dirasakan Bani Israil
saat itu. Darimana kami bisa makan?, dimana kami akan
tinggal?, bagaimana kami harus menghidupi anak-anak
kami kedepannya?, pertanyaan-pertanyaan seperti itu,
terus menggelayut dalam benak mereka.
Padahal, seburuk apapun kondisinya saat itu, ada
situasi sebelumnya yang lebih buruk. Itulah yang
disampaikan oleh Nabi Musa. Hal ini menjadi pelajaran
bagi kita bahwa salah satu cara untuk bersyukur kepada
Allah adalah dengan mengingat hal-hal buruk yang telah
terjadi, dan kita terbebas dari itu, agar kita bersyukur.
Barangkali kita juga akan berpikir, bukankah dalam
kondisi seperti itu seharusnya isi khutbah Nabi Musa berisi
nasihat tentang kesabaran,.? bukan masalah syukur.
Kenapa hal itu dilakukan Nabi Musa?
Kita akan mendapat jawaban ketika kita
memperhatikan kelanjutannya,
‫َوإِ ْذ ﺗَﺄ َ ﱠذ َن َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﻟَﺌِ ْﻦ َﺷ َﻜﺮْ ﺗُ ْﻢ َﻷَ ِزﯾ َﺪﻧﱠ ُﻜ ْﻢ َوﻟَﺌِ ْﻦ َﻛﻔَﺮْ ﺗُ ْﻢ إِ ﱠن َﻋ َﺬاﺑِﻲ ﻟَ َﺸ ِﺪﯾ ٌﺪ‬
“ Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat” (Ibrahim: 7).
Maknanya jika kita kaitkan dengan ayat sebelumnya,
ketika kita mampu menunjukkan rasa syukur dalam
kondisi paling sulit yang kita hadapi, maka Allah akan
menambah nikmat yang kita syukuri tersebut.
Pada saat-saat sulit tersebut umumnya manusia akan
berfikir, saya hanya manusia, apa yang bisa saya lakukan?,
lalu skenario demi skenario muncul di kepala kita, tapi
biasanya itu tentang dampak negatif yang kita khawatirkan
akan terjadi.

Jama’ah Jum’at Rahimakumullah …


Apa pelajaran yang bisa kita ambil?, disaat kekalutan
melanda karena kesulitan demi kesulitan datang bertubi-
tubi, seseorang harus memenangkan fikiran dan hatinya
dan berfokus pada apa yang kita miliki dan harus kita
syukuri. Kita harus berhenti memikirkan masalah itu,
memikirkan situasi buruk tersebut dan bayangan buruk
yang kita khawatirkan terjadi.
Situasi sulit yang dimaksud adalah situasi yang
dimana kemampuan manusia tidak lagi bisa diandalkan,
bahkan tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.
Makna syakartum sendiri merupakan bagian dari mental,
emosi dan bentuk latihan spiritual untuk menemukan
sesuatu dalam diri untuk disyukuri.
Teori selalu indah, tapi kenyataan acapkali sebaliknya.
Benar, pernyataan ini sangat benar, tapi perlu kita ingat
bahwa kita hanya ada dua pilihan, bersyukur atau
mengeluh. Ketika kita bersyukur, fikiran-fikiran jernih dan
postitif perlahan-lahan muncul. Lebih dari itu Allah akan
menambah nikmat yang kita syukuri. Sebaliknya, ketika
kita memilih untuk mengeluh, itu tidak mengurangi apapun
dari Allah, semua kembali kepada kita, Allah hanya ingin
yang terbaik untuk kita, itu saja.
Perhatikan ayat selanjutnya:
‫ﷲَ ﻟَ َﻐﻨِ ﱞﻲ َﺣ ِﻤﯿ ٌﺪ‬ ِ ْ‫ﺎل ُﻣﻮ َﺳﻰ إِ ْن ﺗَ ْﻜﻔُﺮُوا أَ ْﻧﺘُ ْﻢ َو َﻣ ْﻦ ﻓِﻲ ْاﻷَر‬
‫ض َﺟ ِﻤﯿﻌًﺎ ﻓَﺈ ِ ﱠن ﱠ‬ َ َ‫َوﻗ‬
Dan Musa berkata: “Jika kamu dan orang-orang yang ada
di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
(Ibrahim:8).
Maknanya, wahai Bani Israil, kalau kalian dan seluruh
manusia tetap ingkar atau mengeluh, tak ada pengaruh
apapun terhadap keagunan Allah.
Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat orang-orang
yang kufur terhadap nikmat Allah dan semoga Allah
menggolongkan kita kedalam golongan hambaNya yang
bersyukur.
ٍ ‫أَﻗُ ْﻮ ُل ﻗَ ْﻮﻟِ ْﻲ ھﺬا َوأَ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﷲَ ﻟِ ْﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﻟِ َﺴﺎﺋِ ِﺮ ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤﯿ َْﻦ ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َذ ْﻧ‬
،‫ﺐ‬
ِ ‫ﻓَﺎ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِﺮ ُْوهُ إِﻧﱠﮫُ ھُ َﻮ ْاﻟ َﻐﻔُ ْﻮ ُر اﻟﺮ‬
‫ﱠﺣ ْﯿ ُﻢ‬
‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫إِ ﱠن ْاﻟ َﺤ ْﻤ َﺪ ِ ﻧَﺤْ َﻤ ُﺪهُ َوﻧَ ْﺴﺘَ ِﻌ ْﯿﻨُﮫُ َوﻧَ ْﺴﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮهُ‪َ ،‬وﻧَﻌ ُْﻮ ُذ ﺑِﺎ ِ ِﻣ ْﻦ ُﺷﺮ ُْو ِر أَ ْﻧﻔُ ِﺴﻨَﺎ َو ِﻣ ْﻦ‬
‫ي ﻟَﮫُ‪ ،‬أ ْﺷﮭَ ُﺪ ْ‬
‫أن‬ ‫ﻀ ﱠﻞ ﻟَﮫُ َو َﻣ ْﻦ ﯾُﻀْ ﻠِﻞْ ﻓَ َﻼ ھَﺎ ِد َ‬ ‫ت أَ ْﻋ َﻤﺎﻟِﻨَﺎ‪َ ،‬ﻣ ْﻦ ﯾَ ْﮭ ِﺪ ِه ﷲُ ﻓَ َﻼ ُﻣ ِ‬
‫َﺳﯿﱢﺌَﺎ ِ‬
‫ﻚ ﻟَﮫُ َوأَ ْﺷﮭَ ُﺪ أَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪهُ َو َرﺳ ُْﻮﻟُﮫُ‬
‫ﷲُ َوﺣْ َﺪهُ َﻻ َﺷ ِﺮ ْﯾ َ‬ ‫‪.‬ﻻَ إِ ٰﻟﮫ إﻻﱠ ٰ ّ‬
‫ﺻﻠﱡﻮا َﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َﺳﻠﱢ ُﻤﻮا‬ ‫ﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا َ‬ ‫ﻮن َﻋﻠَﻰ اﻟﻨﱠﺒِ ﱢﻲ‪ ،‬ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠ ِﺬ َ‬ ‫ﺼﻠﱡ َ‬
‫ﷲَ َو َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺘَﮫُ ﯾُ َ‬ ‫إِ ﱠن ﱠ‬
‫ﺗَ ْﺴﻠِﯿ ًﻤﺎ‬
‫ْﺖ َﻋﻠَﻰ إِ ْﺑ َﺮا ِھ ْﯿ َﻢ َو َﻋﻠَﻰ آ ِل‬ ‫ﺻﻠﱠﯿ َ‬ ‫ﺻ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋﻠَﻰ آ ِل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻛ َﻤﺎ َ‬ ‫اَﻟﻠﱠﮭُ ﱠﻢ َ‬
‫ﺖ َﻋﻠَﻰ‬ ‫ﺎر ْﻛ َ‬ ‫ﺎر ْك َﻋﻠَﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َو َﻋﻠَﻰ ِ‬
‫آل ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َﻛ َﻤﺎ ﺑَ َ‬ ‫ﻚ َﺣ ِﻤ ْﯿ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ْﯿ ٌﺪ‪َ .‬وﺑَ ِ‬ ‫إِ ْﺑ َﺮا ِھ ْﯿ َﻢ‪ ،‬إِﻧﱠ َ‬
‫ﻚ َﺣ ِﻤ ْﯿ ٌﺪ َﻣ ِﺠ ْﯿ ٌﺪ‬‫‪.‬إِ ْﺑ َﺮا ِھ ْﯿ َﻢ َو َﻋﻠَﻰ آ ِل إِﺑ َْﺮا ِھ ْﯿ َﻢ‪ ،‬إِﻧﱠ َ‬
‫ت ْاﻷَﺣْ ﯿَﺎ ِء ِﻣ ْﻨﮭُ ْﻢ‬‫ت‪َ ،‬و ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨِﯿ َْﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻨَﺎ ِ‬ ‫َرﺑﱠﻨَﺎ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ َوﻟِ ْﻠ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻤﯿ َْﻦ َو ْاﻟ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻤﺎ ِ‬
‫ﻚ َﺳ ِﻤ ْﯿ ٌﻊ ﻗَ ِﺮﯾْﺐٌ ُﻣ ِﺠﯿْﺐُ اﻟ ّﺪ َﻋ َﻮا ِ‬
‫ت‬ ‫ت‪ ،‬إِﻧﱠ َ‬ ‫َو ْاﻷَ ْﻣ َﻮا ِ‬
‫َرﺑﱠﻨَﺎ ا ْﻏﻔِﺮْ ﻟَﻨَﺎ َوﻟِ َﻮاﻟِ ِﺪ ْﯾﻨَﺎ َوارْ َﺣ ْﻤﮭُ ْﻢ َﻛ َﻤﺎ َرﺑ ْﱠﻮﻧَﺎ ِ‬
‫ﺻ َﻐﺎرًا‬
‫اﻟﻠﱠﮭُ ﱠﻢ أَﺻْ ﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ِد ْﯾﻨَﻨَﺎ اﻟﱠ ِﺬيْ ھُ َﻮ ِﻋﺼْ َﻤﺔُ أَ ْﻣ ِﺮﻧَﺎ‪َ ،‬وأَﺻْ ﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ُد ْﻧﯿَﺎﻧَﺎ اﻟﱠﺘِ ْﻲ ﻓِ ْﯿﮭَﺎ‬
‫اﻟﺤﯿَﺎةَ ِزﯾَﺎ َدةً ﻟَﻨَﺎ ﻓِ ْﻲ ُﻛﻞﱢ‬ ‫َﻣ َﻌﺎ ُﺷﻨَﺎ‪َ ،‬وأَﺻْ ﻠِﺢْ ﻟَﻨَﺎ ِ‬
‫آﺧ َﺮﺗَﻨَﺎ اﻟﱠﺘِ ْﻲ إِﻟَ ْﯿﮭَﺎ َﻣ َﻌﺎ ُدﻧَﺎ‪َ ،‬واﺟْ َﻌﻞ َ‬
‫ت َرا َﺣﺔً ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ُﻛﻞﱢ َﺷ ﱟﺮ‬ ‫َﺧﯿ ٍْﺮ‪َ ،‬واﺟْ َﻌﻞ اﻟ َﻤ ْﻮ َ‬
‫اﻟﻠﮭﻢ أﺻﻠﺢ أﺋﻤﺘﻨﺎ ووﻻة أﻣﻮرﻧﺎ وآﻣﻨﺎ ﻓﻲ أوطﺎﻧﻨﺎ ودروﻧﺎ‬
‫راض ﻋﻨﺎ‬
‫ٍ‬ ‫و‪.‬اﺧﺘﻢ ﻟﻨﺎ ﺑﺨﯿﺮ واﺟﻌﻞ ﻋﻮاﻗﺐ أﻣﻮرﻧﺎ إﻟﻰ ﺧﯿﺮ وﺗﻮﻓﻨﺎ وأﻧﺖ‬
‫اﻵﺧ َﺮ ِة َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻗِﻨَﺎ َﻋ َﺬ َ‬
‫اب اﻟﻨﱠ ِ‬
‫ﺎر‬ ‫َرﺑﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪ ْﻧﯿَﺎ َﺣ َﺴﻨَﺔً َوﻓِﻲ ِ‬

‫ﺎن َوإِﯾﺘَﺎ ِء ِذي اﻟﻘُﺮْ ﺑَﻰ َوﯾَ ْﻨﮭَﻰ َﻋ ِﻦ اﻟﻔَﺤْ َﺸﺎ ِء َواﻟ ُﻤ ْﻨ َﻜ ِﺮ‬ ‫اﻹﺣْ َﺴ ِ‬ ‫ِﻋﺒَﺎ َد ﷲِ‪ ،‬إِ ﱠن ﷲَ ﯾَﺄْ ُﻣ ُﺮ ﺑِﺎﻟ َﻌ ْﺪ ِل َو ِ‬
‫ُون * َو ْاذ ُﻛﺮ ُْوا ﷲَ ْاﻟ َﻌ ِﻈ ْﯿ َﻢ ﯾَ ْﺬ ُﻛﺮْ ُﻛ ْﻢ‪ ،‬أَﻗِ ِﻢ اﻟﺼ َﱠﻼة‬
‫َواﻟﺒَ ْﻐ ِﻲ ﯾَ ِﻌﻈُ ُﻜ ْﻢ ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻜ ْﻢ ﺗَ َﺬ ﱠﻛﺮ َ‬

Anda mungkin juga menyukai