Mereka kewalahan mengelola ketersediaan bahan baku.
Suara lain mengatakan, nabati
terlalu bernafsu, tanpa mempertimbangkan kapasitas dan daya tahan perusahaan. Ternyata,terdapat beragam faktor yang menyebabkan produk RN menghilang di pasaran.Sebut saja faktor persaingan,leadership dan produksi. Bersaing untuk produk massal memang tidak mudah, RN terjebak bermain dengan harga murah, Rp 500, padahal dari perusahaan Malaysia tergolong berkualitas tinggi. Kemasan yang digunakan pun berkualitas baik. Barangkali strategi mengambil keuntungan tipis ditahap awal tidak masalah, tetapi lambat laun ketika produksi terus meningkat, KSNI kewalahan juga. Apalagi, ketika rekayasa-rekayasa makan dan minuman yang memiliki kapital besar ikut bermain di kategori produk yang sama, habislah energi Kaldu Sari Nabati Indonesia (KSNI) untuk melawannya. Faktor kedua yang melemahkan adalah soal leadership. Anak-anak muda yang memimpin KSNI sangat percaya diri dengan kemampuan dan keterampilan mereka mengelola perusahaan. Keberhasilan mengembangkan RN semakin membuat mereka berada di tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Akibatnya, mereka cenderung mendengarkan kata hati mereka dari pada masukan dari profesional disekeliling mereka. Kalkulasi produksi RN juga banyak yang meleset. RN terlalu di push dari awal. Istilahnya "loading" kepasar secara besar-besaran sampai barang rusak. Ada yang mengatakan kendati distributor tidak memesan, tetap saja dimasuki. Akibatnya, parah. Konsumen enggan membeli RN yang rusak, dan memilih produk lain yang sejenis. Mereka kewalahan mengelola ketersediaan bahan baku. Suara lain mengatakan, nabati terlalu bernafsu, tanpa mempertimbangkan kapasitas dan daya tahan perusahaan. Ternyata,terdapat beragam faktor yang menyebabkan produk RN menghilang di pasaran.Sebut saja faktor persaingan,leadership dan produksi. Bersaing untuk produk massal memang tidak mudah, RN terjebak bermain dengan harga murah, Rp 500, padahal dari perusahaan Malaysia tergolong berkualitas tinggi. Kemasan yang digunakan pun berkualitas baik. Barangkali strategi mengambil keuntungan tipis ditahap awal tidak masalah, tetapi lambat laun ketika produksi terus meningkat, KSNI kewalahan juga. Apalagi, ketika rekayasa-rekayasa makan dan minuman yang memiliki kapital besar ikut bermain di kategori produk yang sama, habislah energi Kaldu Sari Nabati Indonesia (KSNI) untuk melawannya. Faktor kedua yang melemahkan adalah soal leadership. Anak-anak muda yang memimpin KSNI sangat percaya diri dengan kemampuan dan keterampilan mereka mengelola perusahaan. Keberhasilan mengembangkan RN semakin membuat mereka berada di tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Akibatnya, mereka cenderung mendengarkan kata hati mereka dari pada masukan dari profesional disekeliling mereka. Kalkulasi produksi RN juga banyak yang meleset. RN terlalu di push dari awal. Istilahnya "loading" kepasar secara besar-besaran sampai barang rusak. Ada yang mengatakan kendati distributor tidak memesan, tetap saja dimasuki. Akibatnya, parah. Konsumen enggan membeli RN yang rusak, dan memilih produk lain yang sejenis.