No.BP : 1910551005
Analisis aspek pasar dan pemasaran memegang peranan yang sangat penting sebelum
memulai bisnis karena sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan produk
yang dihasilkan. Analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang kan di produksi,
banyaknya produk yang diminta oleh konsumen, serta menganalisis banyaknya produk yang
ditawarkan oleh pesaing. Sedangkan analisis aspek pemasaran menganalisis cara atau strategi
agar produk yang dihasilkan dapat sampai ke konsumen dnegan lebih efisien dibandingkan
pesaing.
Persaingan tidak hanya terjadi dalam hal bagaimana menjual produk, tetapi juga
persaingan dengan perusahaan lain untuk mendapatkan bahan mentah/bahan baku. Jumlah
produk yang diminta harus berada dalam volume yang cukup untuk menghasilkan
keuntunhgan,sedangkan jumlah pasokan harus mampu memenuhi kebutuhan perusahaan
untuk menghasilkan produk pada skala produksi yang menguntungkan.
Analisis aspek pasar dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Apkah bisnis yang akan
dijalankan dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar dengan tingkat penjualan
yang menguntungkan? Suatu ide bisnis dinyatakan layak brrdasarkan aspek pasar dan
pemasaran jika ide bisnis tersebut dapat menghasilkan produk yang dapat diterima pasar
(dibutuhkan dan diinginkan oleh calon konsumen) dengan tingkat penjualan yang
menguntungkan. Secara spesifik analisis aspek pasar dan pemasaran dalam studi kelayakan
bertujuan untuk:
a. Product (Produk)
Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan
atau kebutuhan.
Berdasarkan tujuan pemakaiannya, arang dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu barang konsumsi dan barang industri. Barang konsumsi adalah barang yang
dibeli dnegan tujuian untuk langsung dikonsumsikan. Sedangkan barang industri
adalah barang yang dibeli dnegan tujuan untuk diproses lagi untuk kepentingan
industri. Barang konsumsi dibagi menjadi tiga golongan berikut:
1) Barang konvenien: adalah barang yang mudah pemakaiannya, dapat ditemukan di
banyak tempat, dan tersedia setiap waktu.
Contoh: pasta gigi, permen, sabun, sampo, dan sejenisnya
2) Barang shopping: adalah barang yang proses membelinya harus dengan mencari
terlebih dahulu (tidak semudah barang konvenien) dan proses pembeliannya
memerlukan pertimbangan yang matang dengan mempertimbankan kualitas,
harga, kemasa, dan sebagainya
Contoh: baju, sepatu, peralatan elektronik, perabot rumah tangga, dan sejenisnya
3) Barang spesial: adalah barang yang mempunyai ciri khas sehingga hanya tersedia
di tempat-tempat tertentu saja.
Contoh: barang antik, mobil mewah, barang seni, dan sejenisnya.
Seperti halnya barang, konsumsi, barang industri juga dapat dibagi emnjadi
beberapa golongan, yaitu:
1) Bahan baku: adalah barang yang digunakan untuk membuat barang lain dan
sebagainya.
Contoh: ketela pohon untuk membuat tepung tapioka, gandum untuk membuat
terigu, dan sebagainya.
2) Bahan setengah jadi: adalah bahan yang sudah masuk proses produksi, tetapi
masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi produk akhir.
Contoh: tepung tapioka untuk membuat kerupuk, tepung terigu untuk membuat
roti, dan sebagainya.
3) Perlengkapan operasi: adalah barang-barang yang digunakan untuk membantu
kelancaran proses produksi maupun kegiatan lain yang ada dalam perusahaan.
Contoh: alat tulis kantor untuk kegiatan administrasi, pelumas untuk mesin, dan
sebagainya.
4) Instalansi: adalah alat produksi utama yang ada dalam perusahaan untuk jangka
waktu lama.
Contoh: mesin penggiling padi pada perusahaan rice mill, mesin cetak pada
perusahaan percetakan, dan sebagainya.
5) Peralatan ekstra: adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu peralatan
utama atau instalansi dan sebagainya.
Contoh: gerobak dorong, sekop yang digunakan pabrik penggilingan padi.
1) Tidak dapat diraba: produk yang berupa jasa tidak dapat diraba, hanya dapat
dirasakan manfaatnya.
2) Tidak dapat dipisahkan: proses produksi dengan proses konsumsi pada produk
jasa tidak bisa dipisahkan. Proses konsumsi berlangsung bersamaan dengan proses
produksi.
3) Sangat beragam: produk berupa jasa sangat beragam spesifikasinya sehingga lebih
sulit untuk distandarisasikan dibandingkan dengan produk berupa barang.
4) Tidak dapat disimpan: karena proses konsumsi produk jasa bersamaan maka
produk jasa tidak dapat disimpan untuk konsumsi pada saat yang akan datang.
Karena karakteristik jasa berbeda dnegan produk barang maka strategi pemasraan
untuk jasa berbeda dengan strategi pemasaran untuk barang. Bauran pemasaran
untuk produk jasa disebut 5P, yaitu (1) Product (Produk), (2) Price (Harga), (3)
Promotion (Promosi), (4) Place (tempat/distribusi), dan (5) People (Orang).
Penyusunan studi kelayakan bisnis harus mengetahui posisi produk dalam siklus
kehidupan produk. Pada umunya siklus kehidupan produk dibagi menjadi lima tahap,
yaitu:
1) Tahap perkembangan: jenis produk yang dihasilkan masih baru dan belum dikenal
pasar, jumlah pesaing belum ada, penjualan mengalami peningkatan meskipun
kecil, dan laba yang diperoleh masih sangat kecil. Strategi marketing mix yang
paling ditekankan pada tahap perkenalan adalah strategi promosi.
2) Tahap pertimbuhan: jenis produk yang dihasilkan maish relatif baru, tetapi
masyarakat sudah mulai mengenal produk tersebut, pesaing sudah mulai masuk,
penjualan mengalami peningkatan, dan laba yang diperoleh mulai meningkat.
Strategi marketing mix yang paling ditekankan pada tahap pertumbuhan adalah
strategi distribusi.
3) Tahap kedewasaan: jenis produk yang dihaslkan sudah tidak baru lagi dan
masyarakat sudah mengenal produk tersebut dengan baik, pesaing sudah banyak,
penjualan mengalami peningakatan, dan laba sudah sangat tinggi. Strategi
marketing mix yang paling ditekankan pada tahap kedewasaan adalah strategi
harga.
4) Tahap kejenuhan: jenis produk yang dihasilkan tidak baru lagi dan hampir semua
masyarakat sudah mengenal produk tersebut dengan baik, penjualan masih
meningkat dengan laju pertumbuhan yang menurun, pesaing sudah sangat banyak,
dan laba mulai menurun. Strategi marketing mix yang paling ditekankan pada
tahap ini adalah strategi harga dan promosi.
5) Tahap kemunduran: jenis produk yang dihasilkan sudah dapat dikatakan kuno dan
hampir semua msyarakat sudah mengenal produk tersebut dengan baik, pesaing
sudah sangat banyak, penjualan terus mengalami penurunan, dan laba mulai
menurun. Strategi marketing mix yang paling ditekankan adalah strategi produk.
b. Price (Harga)
Harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk
mendapatkan kombinasi dari barang lain yang disertai dengan oemberian jasa. Pada
umunya, perusahaan menetapkan tingkat harga menggunakan beberpa pendekatan-
pendekatan penetapan harga, yaitu:
1) Cost Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan biaya): merupakan metode
penetapan harga berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk
tersebut. Metode ini dibagi menjadi:
1.1) Cost Plus Pricing (Penetapan harga biaya plus): metode ini merupakan
metode penetapan harga jual berdasarkan biaya total per unit untuk
menghasilkan barang tersebut ditambah dengan marjin keuntungan yang
diharapkan.
Jumlah : Rp 70.000.000
: Rp 84.000.000
1.2) Mark-Up Pricing (Metode Mark-Up): perhitungan metode ini hampir sama
dnegan perhitungan metode cost plus pricing. Perbedannya adalah metode
matrk-up ini diterapkan terhadap produk yang dibeli untuk langsung di jual
kembali kepada pihak lain tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut,
sedangkan dalam metode cost plus produk dibuat atau dibiayai sendiri
kemudian dijual kepada pihak lain sehingga penetapan metode ini banyak
dipakai oleh pedagang atau perantara.
Contoh: seorang pemilik toko sepatu membeli 1.000 pasang sepatu yang
sejenis dengan harga per pasang sepatu adalah Rp 60.000. Pemilik toko
tersebut menghendaki mark up sebesar 20% dari harga beli. Berdasarkan
informasi tersebut maka verapa harga per pasang sepatu yang harus
ditetapkan oleh pemilik toko tersebut?
Jawab:
Jadi harga per pasang sepatu yang ditetapkan oleh pemiliktoko tersebut
adalah Rp 72.000
1.3) Break Event Analysis (Analisis pulang pokok): suatu metode yang
digunakan perusahaan untuk menetapkan harga berdasaerkan Break Event
Point, kemudian membuat target laba yang dikehendaki.
2) Value Based Pricing (penetapan harga berdasarkan nilai): merupakan metode
penetapan harga dengan menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari
biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga.
3) Competition Based Pricing (penetapan harga berdasarkan persaingan): merupakan
metode penetapan harga dengan mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh
pesaing.
1.1) Going Rate Pricing (penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku):
perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing yang kurang
memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan dapat mengenakan
harga yang sama, lebih tinggi, atau lebih rendah dari para pesaing
utamanya.
1.2) Scaled Bid Pricing (penetapan harga penawaran tertutup): perusahaan
menetapkan pesaing dan bukan berdasarkan hubungan yang kaku atas
biaya atau permintaan perusahaan.
c. Promotion (Promosi)
Kotler (1997) mendefinisikan promosi sebagai semua aktivitas yang dilakukan
perusahaan perusahaan untuk mengomunikasikan dan mempromosikan produk pada
target pasar. Berdasarkan definisi tersebut, alat promosi terdiri dari beberapa jenis.
Kotler (1997) membagi alat-alat promosi sebagai berikut:
1) Advertising (periklanan): menurut Nickels dalam Swasta (1984) adalah
komunikasi nonindividu dengan sejumlah biaya melalui berbagai media yang
dilakukan oleh perusahaan, lembaga nonlaba, serta individu-individu.
Contoh: periklanan melalui radio, televisi, surat kabar, dan majalah.
2) Personal selling (penjualan perorangan): merupakan kegiatan penjualan yang
dilakukan oleh para wiraniaga yang mencoba dan membujuk pembeli untuk
melakukan pembelian.
Contoh: penjualan dengan tatap muka, yaitu penjualan dengan bertemu muka-
tenaga penjual langsung menemui konsumen untuk menwarkan produknya.
3) Public relation (publisitas): merupakan suatu kegiatan pengiklanan secara tidak
langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media
komunikasi tanpa disponsori oleh perusahaan.
Contoh: berita di surat kabar bahwa ada seseorang yang mendapatkan hadiah
undian dari Bank Mandiri.
4) Sales promotion (promosi penjualan): adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk
membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu
perusahaan, selain personal selling, periklanan, dan publisitas.
Contoh: peragaan, pameran, demonstrasi, dan sebagainya.
- Produsen → konsumen
- Produsen → pengecer → konsumen
- Produsen → pedagang besar → pengecer → konsumen
- Produsen → agen → pengecer → konsumen
- Produsen → agen → pedagang besar → pengecer → konsumen
c. Diferensiasi
Pada dasarnya diferensiasi adalah tindakan merancang satu set perbedaan yang
berarti untuk membedakan penawaran perusahaan dari penawaran pesaing (Kotler,
1997). Diferensiasi dapat dilakukan melalui lima dimensi berikut ini:
1) Diferensiasi produk: membedakan produk utama berdasarkan keistimewaan,
kinerja, kesesuaian, daya tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya,
dan rancangan produk.
2) Diferensiasi pelayanan: membedakan pelayanan utama berdasarkan kemudahan
pemesanan, pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan,
pemeliharaan, dan perbaikan.
3) Diferensiasi personil: membedakan personil perusahaan berdasarkan kemampuan,
kesponan, kredibilitas, dapat diandalkan, sepat tanggap, dan komunikasi yang
baik.
4) Diferensiasi saluran: langkah pembedaan melalui cara membentuk saluran
distribusi , jangkauan, keahlian, dan kinerja saluran-saluran tersebut.
5) Diferensiasi citra: membedakan citra perusahaan berdasarkan perbedaan identitas
melalui penetapan posisi, perbedaan lambang, dan perbedaan iklan.
Referensi: Suliyanto. (2010). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.