Anda di halaman 1dari 2

Analisis

Tujuan utama bisnis internasional adalah akumulasi keuntungan sebesarbesarnya(optimum


profit). Tujuan ini merupakan karakteristik dasar perdagangan internasional yang
berkembang dari sekedar lintasan pertukaran hasil antar negara, ke esensi yang lebih
kompleks, yaitu sarana pemenuhan kepentingan nasional negaranegara, termasuk sumber
devisa, perluasan pasar, sarana akumulasi modal dan keuntungan produsen yang bergerak
dalam bidang itu.
Akibat dumping bagi industri dalam negeri adalah berkurangnya keuntungan bagi produsen
barang sejenis akan mengakibatkan pemegang saham kehilangan deviden selain itu
diskriminasi harga cenderung mengurangi hasil produksi dari pesaing lokal.
Pada dasarnya dumping merupakan hal yang wajar terjadi dalam kegiatan perdagangan,
asalkan tidak mengakibatkan kerugian. Namun demikian, karena pada kenyataannya
sebagian besar praktik dumping akan menimbulkan kerugian pada industri domestik, maka
dumping dianggap sebagai praktik perdagangan yang tidak sehat. Kerugian yang diderita oleh
industri domestik dengan adanya dumping.
Akibat yang lebih buruk lagi adalah bangkrutnya perusahaan yang akan sangat
memungkinkan terjadinya pemutusan hubungan kerja.
Dumping yang merupakan persaingan dalam bentuk harga atau diskriminasi harga umumnya
dilakukan berdasarkan beberapa alasan, yaitu:
 Untuk mengembangkan pasar, yaitu dengan cara memberikan insentif melalui
pemberlakuan harga yang lebih rendah kepada pembeli pada pasar yang dituju.
 Adanya peluang pada kondisi pasar yang memungkinkan penentuan harga secara
lebih leluasa baik dalam pasar ekspor maupun dalam pasar domestik.
 Untuk mempersiapkan kesempatan bersaing dan pertumbuhan jangka panjang yang
lebih baik, dengan cara memanfaatkan strategi penetapan harga yang progresif.

ada lima tipe dumping berdasarkan tujuan dari eksportir, kekuatan pasar, dan struktur
pasar
impor, yaitu:
a. Market expansion dumping
Motivasi terjadinya dumping jenis ini adalah, agar perusahaan pengekspor bisa
meraih untung dengan menetapkan “mark up” yang lebih rendah di pasar impor
karena menghadapi elastisitas permintaan yang lebih besar selama harga yang
ditawarkan rendah.
b. Cyclical dumping
Motivasi dumping jenis ini muncul dari adanya biaya marginal yang luar biasa rendah
atau tidak jelas, kemungkinan biaya produksi yang menyertai kondisi dari kelebihan
kapasitas produksi yang terpisah dari pembuatan produk terkait.
c. State trading dumping
Latar belakang dan motivasinya mungkin sama dengan kategori dumping lainnya, tapi
yang menonjol adalah akuisisi moneternya.
d. Strategic dumping
Istilah ini diadopsi untuk menggambarkan ekspor yang merugikan perusahaan saingan
di negara pengimpor melalui strategi keseluruhan dari negara pengekspor, baik
dengan cara pemotongan harga ekspor maupun dengan pembatasan masuknya produk
yang sama ke pasar negara pengekspor. Jika bagian dari porsi pasar domestik setiap
eksportir independen cukup besar dalam tolok ukur skala ekonomi, maka mereka
memperoleh keuntungan dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pesaing-
pesaing asing.
e. Pedatory dumping
Istilah predatory dumping dipakai pada ekspor dengan harga rendah dengan tujuan
mendepak pesaing dari pasaran, dalam rangka memperoleh kekuatan monopoli di
pasar negara pengimpor. Akibat terburuk dari dumping jenis ini adalah matinya
perusahaan-perusahaan yang memproduksi barang sejenis di negara pengimpor.

Type dumping yang sering terjadi di hotel Fox Harris adalah type dumping A dan C
dimana karyawan khususnya di department Sales and Marketing selalu membuat bill
hotel yang di Mark Up hampir 50% dari harga kamar yang sesungguhnya. Biasanya
mereka membuat mark up bill ini jika ada event dari kementrian kementrian atau
Goverment lainnya. Terkait aturan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
Menpan dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) yang melarang PNS (pegawai
negeri sipil) berkegiatan di hotel, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
menunjukkan sikap tegas. Mereka melarang anggotanya melayani praktik mark up
bill  hotel.
Manajemen mengatasi hal ini dengan cara mengawasi karyawan dan PIC event
tersebut pada saat transaksi membayar invoice / bill hotel yang sesuai dengan sistem
dan Aggreement yang telah disepakati. Hal ini dilakukan guna meminimalisir adanya
kecurangan dalam membuat bill yang di Mark Up tersebut, karena setiap bulannya itu
selalu ada Audit dari Corporate dan PHRI yang akan mengecek semua transaksi pada
bulan bulan sebelumnya, dan mencocokan kembali dengan data yang ada di
Kementrian Pariwisata dan data yang ada di Kementerian kementrian yang telah
melaksanakan Meeting di Hotel.

Anda mungkin juga menyukai